PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

KAJIAN VISUAL KERAWANG GAYO PADA UPUH ULEN-ULEN. Ummi Sakinah, Rosmala Dewi, Irsanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR INOVASI BUSANA ETNIK

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA ADAT PENGANTIN DI ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai kebudayaan kelompok sukubangsa yang ada didaerah

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan manusia dan memiliki peran yang besar didalam kegiatan bisnis,

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. kerajinan tenun, kerajinan ukir/pahat dan kerajinan anyam Alos (tikar) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pulau Sumatera merupakan salah satu dari lima pulau terbesar yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

Kajian Perhiasan Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Moyang terdahulu. sebagai mana dikemukakannya bahwa: c. Seni musik yang disebut gondang

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

bagi proses penciptaan suatu hasil karya seni.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan salah satu kain khas yang berasal dari Indonesia. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terletak diujung pulau Sumatera. Provinsi Aceh terbagi menjadi 18 wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam mengantisipasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. kebanggaan bangsa Indonesia pada umumnya dan khususnya masyarakat Aceh

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG KEBUDAYAAN ACEH BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

MUSEUM BATIK PEKALONGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNAKULAR

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Gayo adalah kesenian Didong. Kata didong mendekati pengertian dendang adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan antara suku bangsa, yang harus saling menghargai nilai nilai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dari busana itu sendiri. Lebih dari itu, pemenuhan kebutuhan akan busana

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman budaya tersebut mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

Transkripsi:

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh, Indonesia Email: tiaraarliani05@gmail.com ABSTRAK Pengembangan motif kerawang Gayo tidak terbatas pada produk kerajinan dan busana pengantin, tetapi pada saat ini penempatan motif kerawang Gayo sudah banyak diterapkan pada busana, khususnya busana pesta bagi wanita. Penelitian yang berjudul Pengembangan Motif kerawang Gayo Pada Busana Pesta Wanita di Aceh Tengah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pendapat masyarakat terhadap pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta (2) mengetahui makna motif kerawang Gayo (3) mengetahui pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta (4) mengetahui penempatan motif kerawang Gayo pada busana pesta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bersifat naturalistik, dengan subjek penelitian tujuh responden. Teknik pengambilan data menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan motif kerawang Gayo tidak terbatas pada busana pengantin saja namun pada saat ini pengembangan motif kerawang Gayo banyak diterapkan pada busana pesta wanita. Selain itu warna yang digunakan juga sudah banyak mengalami variasi warna, namun demikian antara penempatan motif dan penggunaan warna disesuaikan dengan permintaan konsumen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah masyarakat sangat menerima dan merespon dengan baik terhadap pengembangan motif kerawang Gayo yang diterapkan pada busana pesta wanita. Diharapkan kepada masyarakat Gayo agar selalu menjaga dan melestarikan salah satu budaya yang diwariskan nenek moyang termasuk kerawang Gayo sebagai simbol dan kebanggaan masyarakat Gayo. Kata kunci: pengembangan, motif kerawang Gayo, busana pesta wanita PENDAHULUAN Provinsi Aceh terletak di ujung Barat Indonesia. Provinsi Aceh memiliki 23 kabupaten/kota. Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu Kabupaten yang sudah ada sejak Provinsi Aceh di bentuk. Dikukuhkan sebagai Kabupaten pada 14 November 1956 dengan ibu kotanya adalah Takengon. Kabupaten Aceh Tengah terletak di kawasan dataran tinggi Gayo dengan ketinggian antara 200-2.600 meter di atas permukaan laut, seluruh wilayah tanah Gayo ini disatukan oleh sederetan gunung dan bukit dalam rangkaian bukit barisan. Dataran tinggi Gayo sekarang telah dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah (Statistik Kabupaten Aceh Tengah, 2015:1). 67

Berdasarkan hasil wawancara pengkaji motif kerawang Gayo (Joni) mengatakan: Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah mempunyai kebudayaan yang sama salah satunya adalah kebudayaan yang turun temurun yaitu kerajinan kerawang Gayo. Kedua Kabupaten ini mempunyai ciri khas yang sama pada motif dasar kerawang Gayo. Pinan (2003:231) mengatakan, Pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan berproses sesuai dengan daya nalar manusia, baik kuantitas maupun kualitas, sehingga kebudayaan bukan sesuatu yang harus punah, tetapi harus hidup dan berkembang bahkan dapat diwariskan kepada generasi penerus, berdasarkan pendapat di atas bahwa perkembangan kebudayaan sangat erat dengan perkembangan motif, salah satu nya adalah motif kerawang Gayo yang tidak akan hilang dengan melestarikan budaya kepada generasi penerus. Seiring perkembangan kehidupan Budaya yang turun-temurun dalam hal melestarikan Budaya kini kerawang Gayo telah menjadi salah satu seni kerajinan tradisional bagi kalangan orang Gayo itu sendiri. Bordiran kerawang Gayo saat ini menjadi salah satu bordiran yang paling diminati oleh masyarakat lokal bahkan luar daerah Gayo. Penempatan bordiran kerawang Gayo tidak terbatas pada produk kerajinan saja tetapi juga pada busana, khususnya pada busana pesta bagi wanita. Motif kerawang Gayo pada sekarang ini telah mengalami pengembangan motif yang patut dihargai. Jika pada masa lalu motif kerawang Gayo hanya menggunakan motif dasar, akan tetapi pada sekarang ini telah berkembang dengan tidak meninggalkan ciri khas dari motif dasar tersebut. Pada saat ini motif kerawang Gayo sudah banyak dimodifikasi, tidak hanya pada pakaian adat pengantin saja tetapi pengembangan motif kerawang Gayo sudah banyak diterapkan pada busana, khususnya pada busana pesta bagi wanita. Penempatan motif kerawang Gayo pada busana pesta hanya dibagian-bagian tertentu saja, seperti pada bagian kerah, ujung lengan, bagian pinggang, bagian dada, bagian pinggir baju, dan dibagian rok. Motif kerawang Gayo memiliki corak yang khas pada warna dan motif yang mempunyai makna filosofi. Motif dasar kerawang Gayo terdiri dari lima motif dasar, jika ada tambahan lainnya sudah merupakan hasil dari pengembangan motif dasar, adapun lima motif dasar tersebut adalah (1) Emun Berangkat (2) Puter tali (3) pucuk rebung (4) Tekukur (5) Rante (Pinan, 2003:234). Seiring perkembangan zaman motif kerawang Gayo telah mengalami 68

pengembangan motif dengan tidak meninggalkan ciri khasnya, motif kerawang Gayo yang telah banyak dimodifikasi salah satunya adalah motif emun berangkat, penempatan motif ini dapat dijumpai pada busana pesta. Meskipun pada saat ini motif kerawang Gayo banyak mengalami pengembangan motif, akan tetapi pada masing-masing motif tersebut memiliki makna tersendiri. Dalam menghasilkan busana pesta yang memiliki nilai jual tinggi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pemilihan bahan yang berkualitas, desain busana, penempatan motif serta tehnik jahit, sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini tentu saja membuat tampilan desain busana pesta terkesan mewah dan anggun. Pada sekarang ini peminatnya semakin meningkat terutama bagi wanita. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah (1)Mengetahui pendapat masyarakat terhadap pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta (2)Makna motif kerawang Gayo (3)Pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta (4)Penempatan motif kerawang Gayo pada busana pesta. METODE Sesuai dengan latar belakang dan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif merupakan suatu cara yang memungkinkan untuk mengetahui keadaan atau kondisi yang terjadi saat ini. Hal ini sesuai dengan penjelasan Nazir (2012:63) metode deskriptif adalah suatu pemikiran atau peristiwa pada masa sekarang ini yang sedang terjadi. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk meneliti keadaan yang sedang berlangsung pada saat sekarang ini yang berhubungan dengan pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta. Metode kualitatif disebut juga penelitian naturalistik karena situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah pengrajin yang menekuni bordiran kerawang gayo, tokoh adat, penjahit/butik dan masyarakat yang berada di Kabupaten Aceh Tengah. Pemilihan subjek dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling. Purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu pengamatan bertujuan atau memilih satu masalah yang dijadikan pokok penelitian (Nasution, 2003:95). Berdasarkan uraian diatas, maka yang dijadikan subjek dalam penelitian ini 69

berjumlah tujuh responden yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1 orang tokoh adat yang mengetahui sejarah tentang motif kerawang Gayo, 2 orang pengrajin yang sudah lama menekuni bordiran kerawang Gayo, 2 orang penjahit/butik yang menjahit busana pesta dengan motif kerawang Gayo, dan 2 orang wanita yang menggunakan busana pesta kerawang Gayo, yang berada di Kabupaten Aceh Tengah. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Pengolahan data dan penafsiran data dilaksanakan dengan cara mengolah dan menganalisa dari semua data yang sudah terkumpul, kemudian disimpulkan semua informasi yang diperoleh dari wawancara maupun observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil wawancara terhadap tujuh responden yang diberi inisial A, B, dan C, D, E, F, dan G kepada masing-masing subjek penelitian, yaitu inisial A dan B kepada masyarakat yang berada di Kabupaten Aceh Tengah. C kepada tokoh adat. D dan E kepada pengrajin kerawang Gayo. F dan G kepada penjahit/butik. Pengembangan motif kerawang Gayo pada saat sekarang ini banyak mengalami pengembangan motif dengan tidak meninggalkan ciri khas dari motif dasarnya. Pengembangan motif kerawang Gayo pada sekarang ini tidak hanya terbatas pada pakaian pengantin saja tetapi pengembangan motif kerawang Gayo sudah banyak diterapkan pada pakaian pesta, khususnya pada busana pesta wanita. Dari hasil penelitian yang diperoleh berdasarkan pendapat masyarakat terhadap pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta, responden A mengatakan bahwa masyarakat sangat menerima dan merespon dengan baik terhadap pengembangan motif kerawang Gayo yang sekarang sudah banyak dimodifikasi dan masyarakat juga sangat senang menggunakan busana pesta dengan motif kerawang Gayo. orang pada setiap butiknya. Hasil penelitian tersebut selaras dengan pendapat Fariani (2013:185) mengatakan: masyarakat Gayo sebagai masyarakat yang kaya dengan aneka ragam budayanya yang memiliki kain tradisioanal yang dikenal dengan sebutan kerawang Gayo. Sama halnya seperti suku bangsa lainnya, kain tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Gayo ini mempunyai makna filosofi yang tertera dalam warna dan motifnya. Perlu disadari bahwa kerawang yang dimiliki oleh masyarakat Gayo merupakan salah satu asset budaya lokal yang diminati oleh 70

setiap masyarakat lain. Kain tradisional ini merupakan hasil karya dari masyarakat Gayo yang tumbuh dan berkembang sampai saat sekarang ini. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat Gayo sangat kaya akan budayanya yang salah satunya adalah budaya kerawang Gayo, budaya kerawang Gayo tidak hanya diminati oleh masyarakat yang berada di daerah Gayo saja bahkan kerawang Gayo ini sudah diminati sampai mancanegara. Selanjutnya dari hasil penelitian yang mengenai makna motif kerawang Gayo, responden C mengatakan bahwa awal mula motif kerawang Gayo bersumber dari alam sekeliling yaitu alam hewani dan alam tumbuh-tumbuhan. Hal ini didukung oleh pernyataan Ibrahim (2002:180) yang mengatakan: Alam hewani (fauna) dan alam tumbuh-tumbuhan (flora) menunjukan dirinya kepada manusia Gayo untuk menemukan motif-motif ukir yang disebut kerawang Gayo. Motif-motif tersebut dinukilkan pada bangunan, gerabah, anyaman, kain dan logam. Dari kutipan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa awal mula motif kerawang Gayo bersumber dari alam sekeliling, masyarakat Gayo menemukan motif-motif kerawang Gayo dari alam hewani dan alam tumbuh-tumbuhan, yang awal perkembangannya diterapkan pada benda seperti bangunan, kayu, gerabah atau benda yang lainnya maka disebutlah dengan ornamen. Selanjutnya responden C menjelaskan bahwa pada zaman dahulu motif kerawang Gayo hanya terdiri dari lima motif dasar seperti Emun Berangkat, Pucuk Rebung, Puter Tali, Tekukur, dan Rante. Adapun makna-makna yang terdapat dari motif dasar tersebut adalah Emun berangkat melambangkan ketinggian cita-cita motif ini memberikan informasi kepada masyarakat Gayo untuk menuntut ilmu yang setinggi-tingginya, motif Pucuk rebung melambangkan generasi muda yang berakhlak mulia, bertaqwa dan rendah hati, motif Tekukur melambangkan pemimpin masyarakat harus bersikap bijaksana adil dan tidak boleh memilih- milih, simbol ini memiliki beberapa unsur yang membimbing dalam anggota masyarakat yaitu seperti reje (raja), petue (adat istiadat) imem (tokoh agama) dan Rakyat genap mupakat (penduduk kampong). Motif puter tali melambangkan persatuan dan kesatuan, motif rante melambangkan kebersamaan masyarakat Gayo yang saling berkaitan satu sama lainnya. Selanjutnya hasil penelitian mengenai pengembangan motif kerawang Gayo pada busana pesta wanita yaitu pengembangan motif kerawang Gayo yang pada sekarang ini sudah banyak mengalami pengembangan motif. Motif 71

yang ditampilkan pada umumnya adalah motif yang telah dikenal sebelumnya atau motif dasar namun pada sekarang ini motif yang digunakan adalah motif yang sudah mengalami pengembangan seperti emun berangkat, emun berkune, dan saraq opat. Menurut Arifin (dalam Rahmawati,2012:6) Pengembangan adalah suatu usaha dalam memelihara karya-karya yang lama untuk diperbaharui dan ditingkatkan dengan menciptakan kreasikreasi baru kedalamnya, sehingga karya tersebut dapat terus dimanfaatkan dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Berdasarkan kutipan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan adalah menambah atau mengubah suatu hasil karya yang lama kemudian dikembangkan atau diperbaharui dengan menciptakan hasil-hasil karya yang baru, sehingga hasil karya tersebut dapat meningkatkan mutu sesuai dengan perkembangan zaman pada sekarang ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa Kerawang Gayo merupakan produk budaya masyarakat Gayo yang melambangkan identitas suku Gayo. Motif kerawang Gayo ada sejak masyarakat Gayo ada, motif kerawang Gayo pertama kalinya dikembangkan pada kayu, selanjutnya setelah masyarakat Gayo mengenal kain motif kerawang Gayo dikembangkan pada kain. Pada sekarang ini motif kerawang Gayo mengalami pengembangan motif, motif kerawang Gayo tidak hanya diterapkan pada busana pengantin saja tetapi pada sekarang ini motif kerawang Gayo sudah banyak diterapkan pada busana pesta. Pengembangan motif kerawang Gayo merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kebudayaan masyarakat Gayo, motif-motif yang dikembangkan tetap mempertahankan ciri khas dari motif dasarnya. Dengan adanya pengembangan motif kerawang Gayo ini membuat kerawang Gayo lebih dikenal di dunia atau mancanegara. Pada sekarang ini pengembangan motif kerawang Gayo yang banyak diterapkan pada busana pesta membuat masyarakat sangat tertarik untuk menggunakan busana pesta dengan motif kerawang Gayo sehingga motif kerawang Gayo ini bisa lebih dilestarikan, yang dahulunya kerawang Gayo ini hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja seperti acara adat perkawinan. Saran Kepada instansi-instansi terkait seperti Dinas Kebudayaan Pariwisata, Majelis Adat Gayo dan lain-lain, untuk membuat berbagai media informasi dapat berupa buku tentang motif kerawang Gayo agar siapapun yang ingin meneliti tentang 72

motif kerawang Gayo ini tidak sulit utuk mencari referensi tentang motif kerawang Gayo. Diharapkan kepada masyarakat Gayo agar selalu menjaga dan melestarikan salah satu budaya yaitu kerawang Gayo sebagai simbol dan kebanggaan masyarakat Gayo. DAFTAR KEPUSTAKAAN Fariani, 2013, Motif dan Makna Kain Adat Kerawang Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Sejarah dan Nilai Tradisional, (17): 185-191 Ibrahim, H. Mahmud, Hakim, A. R. Aman Pinan. 2002. Syari`at dan Adat Istiadat. Yayasan Maqamam Mahmuda: Takengon. Nasution,S. 2003. Metodelogi Penelitian Pendidikan Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Taristo. Nazir, Moh. 2012. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Pinan, A.R. Hakim Aman. 2003. Syari at dan Adat istiadat. Takengon: Yayasan Magamam Mahmuda. Rahmawati. 2012. Pengembangan Hiasan Bordiran Kerawang Gayo di Desa Bebesen, Kecamatan Bebesen, Kabupaten Aceh Tengah. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala. Santifa,Oriza. 2015. Statistik Daerah Kabupaten Aceh Tengah. Aceh Tengah: Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Tengah. 73