Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA

dokumen-dokumen yang mirip
Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wprdpress.com

1 ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

PERSETUJUAN ANTARA KANTOR DAGANG DAN EKONOMI INDONESIA, TAIPEI DAN KANTOR DAGANG DAN EKONOMI TAIPEI, JAKARTA TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Ukraina

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*48262 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 1 ORANG DAN BADAN YANG DICAKUP DALAM PERSETUJUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Persetujuan ini berlaku terhadap orang dan badan yang menjadi penduduk salah satu atau kedua Negara pihak pada Persetujuan.

PERSETUJUAN ANT ARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINT AH REPUBLIK DEMOKRATIK RAKYAT KOREA TENT ANG PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA DAN PENCEGAHAN

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Arab Mesir BAB I RUANG LINGKUP PERSETUJUAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK IDONESIA,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

*48128 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 150 TAHUN 1998 (150/1998)

Pembagian Hak Pemajakan Atas Suatu Jenis Penghasilan Tulisan Ilmiah Perpajakan Internasional Jurnal Perpajakan KUP

PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN P'EMERINTAH REPUBLIK SERBIA

Bab 3 PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA (P3B)

MAKALAH PAJAK INTERNASIONAL MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

Silabus. EKA 5341 Perpajakan Internasional. Program Studi: Strata 1 (S-1) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

CONTOH PEMANFAATAN TAX TREATY

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMAHAMI TAX TREATY. Taxes Covered

UN Model, OECD Model & Indonesian Model. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MODEL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA [TAX TREATY]

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BENTUK USAHA TETAP BUT. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

(WITHHOLDING) TAX DAN KREDIT PAJAK (TAX CREDIT)

Pasal 1 ORANG ATAU SADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN INI

HUKUM PAJAK ( TAX LAW ) MK-14 JULIUS HARDJONO

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGERTIAN PAJAK INTERNASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN BAGI ORANG PRIBADI YANG BERTOLAK KE LUAR NEGERI

Kelompok 3. Karina Elminingtias Ni Putu Ayu A.W M. Syaiful Mizan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transaksi Lintas Batas Negara dan Konsep Dasar Pemajakannya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pajak Penghasilan (PPh) Umum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

SILABUS MATA AJAR PERPAJAKAN 3 SKS

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125/PMK.010/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak Penghasilan (PPh) merupakan pajak yang dipungut kepada obyek

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PESUIIT ANDI. Pajak 8erganda? Pedoman Mudah. dan. Praktis Memahami Tax Treaty. Djoko Muljono

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1964 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN NEGARA BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MINGGU KE LIMA PPH PASAL 23, 26, DAN 25 PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA KEPELABUHANAN UNTUK ANGKUTAN LAUT JALUR PELAYARAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut masyarakat umum pajak adalah iuran yang secara paksa dipungut dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2000 TENTANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

BENEFICIAL OWNER DI DALAM TAX TREATY (STUDI KASUS TAX TREATY INDONESIA BELANDA)

Pajak Penghasilan Pasal 21

PENERAPAN PAJAK PENGHASILAN TERHADAP WAJIB PAJAK ORANG ASING SEBAGAI UPAYA PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN TEORITIS. merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pembangunan nasional dan

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penentuan status..., Benny Mangoting, FH UI, 2010

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI YANG AKAN BERTOLAK KE LUAR NEGERI.

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

Transkripsi:

Bab 4 PASAL-PASAL TAX TREATY DAN PENJELASANNYA RUANG LINGKUP P3B Untuk mempermudah pemahaman pembaca tentang P3B, maka ruang lingkup P3B dengan menggunakan United Nations (UN) Model dikelompokkan sebagai berikut. 1) Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk (Pasal 1, 2, 3 dan 4 Tax Treaty) 2) Jenis-jenis Penghasilan 1. Laba Bentuk Usaha Tetap (Pasal 5 Tax Treaty) 2. Laba Harta Tidak Bergerak (Pasal 6 Tax Treaty) 3. Laba Usaha (Pasal 7 Tax Treaty) 4. Laba usaha perkapalan dan penerbangan (Pasal 8 Tax Treaty) 5. Dividen (Pasal 10 Tax Treaty) 6. Bunga (Pasal 11 Tax Treaty) 7. Royalti (Pasal 12 Tax Treaty) 8. Harta Bergerak (Pasal 13 Tax Treaty) 9. Pendapatan lain-lain (Pasal 21 Tax Treaty) 10. Kekayaan (Pasal 22 Tax Treaty)

70 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya 3) Hal-hal yang terkait dengan pekerjaan 1. Pekerjaan Bebas (Pasal 14 Tax Treaty) 2. Pegawai Swasta (Pasal 15 Tax Treaty) 3. Direktur (Pasal 16 Tax Treaty) 4. Artis dan Atlet (Pasal 17 Tax Treaty) 5. Pensiun (Pasal 18 Tax Treaty) 6. Pegawai Negeri (Pasal 19 Tax Treaty) 4) Hubungan Istimewa (Pasal 9 Tax Treaty) 5) Metode Penghindaran Pajak 1. Penghapusan Pajak (Pasal 23 A dan Pasal 27 Tax Treaty) 2. Pengkreditan Pajak (Pasal 23 B Tax Treaty) 6) Pendidikan dan Pelatihan 1. Guru / Peneliti (tidak diatur) 2. Mahasiswa atau Pelatihan Karyawan (Pasal 20 Tax Treaty) 7) Ketentuan lain-lain 1. Non Diskriminasi (Pasal 24 Tax Treaty) 2. Tatacara Persetujuan Bersama (Pasal 25 Tax Treaty) 3. Pertukaran Informasi (Pasal 26 Tax Treaty) 4. Berlakunya Perjanjian (Pasal 28 Tax Treaty) 5. Berakhirnya Perjanjian (Pasal 29 Tax Treaty) Sedangkan untuk ruang lingkup P3B dengan menggunakan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) Model dikelompokkan sebagai berikut. 1). Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk (Pasal 1, 2, 3 dan 4 Tax Treaty) 2). Jenis-jenis Penghasilan a. Laba Bentuk Usaha Tetap (Pasal 5 Tax Treaty) b. Laba Harta Tidak Bergerak (Pasal 6 Tax Treaty) c. Laba Usaha (Pasal 7 Tax Treaty) d. Laba Usaha Perkapalan dan Penerbangan (Pasal 8 Tax Treaty) e. Dividen (Pasal 10 Tax Treaty) f. Bunga (Pasal 11 Tax Treaty) g. Royalti (Pasal 12 Tax Treaty) h. Harta Bergerak (Pasal 13 Tax Treaty)

Perpajakan Internasional di Indonesia 71 i. Pendapatan Lain-lain (Pasal 21 Tax Treaty) j. Kekayaan (Pasal 22 Tax Treaty) 3). Hal-hal yang terkait dengan pekerjaan a. Pekerjaan Bebas (Pasal 14 Tax Treaty) b. Pegawai Swasta (Pasal 15 Tax Treaty) c. Direktur (Pasal 16 Tax Treaty) d. Artis dan Atlet (Pasal 17 Tax Treaty) e. Pensiun (Pasal 18 Tax Treaty) f. Pegawai Negeri (Pasal 19 Tax Treaty) 4). Hubungan Istimewa (Pasal 9 Tax Treaty) 5). Metode Penghindaran Pajak a. Penghapusan Pajak (Pasal 23 A dan Pasal 27 Tax Treaty) b. Pengkreditan Pajak (Pasal 23 B Tax Treaty) 6). Pendidikan dan Pelatihan a. Guru / Peneliti (tidak diatur) b. Mahasiswa atau Pelatihan Karyawan (Pasal 20 Tax Treaty) 7). Ketentuan Lain-lain a. Non Diskriminasi (Pasal 24 Tax Treaty) b. Tatacara Persetujuan Bersama (Pasal 25 Tax Treaty) c. Pertukaran Informasi (Pasal 26 Tax Treaty) d. Perluasan Wilayah Ketentuan (Pasal 28 Tax Treaty) e. Berlakunya Perjanjian (Pasal 29 Tax Treaty) f. Berakhirnya Perjanjian (Pasal 30 Tax Treaty) Sedangkan untuk ruang lingkup P3B dengan menggunakan Model Indonesia dikelompokkan sebagai berikut. 1). Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk (Pasal 1, 2, 3 dan 4 Tax Treaty) 2). Jenis-jenis Penghasilan a. Laba Bentuk Usaha Tetap (Pasal 5 Tax Treaty) b. Laba Harta Tidak Bergerak (Pasal 6 Tax Treaty) c. Laba Usaha (Pasal 7 Tax Treaty) d. Laba Usaha Perkapalan dan Penerbangan (Pasal 8 Tax Treaty) e. Dividen (Pasal 10 Tax Treaty)

72 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya f. Bunga (Pasal 11 Tax Treaty) g. Royalti (Pasal 12 Tax Treaty) h. Harta Bergerak (Pasal 13 Tax Treaty) i. Pendapatan Lain-lain (Pasal 22 Tax Treaty) 3). Hal-hal yang terkait dengan pekerjaan a. Pekerjaan Bebas (Pasal 14 Tax Treaty) b. Pegawai Swasta (Pasal 15 Tax Treaty) c. Direktur (Pasal 16 Tax Treaty) d. Artis dan Atlet (Pasal 17 Tax Treaty) e. Pensiun (Pasal 18 Tax Treaty) f. Pegawai Negeri (Pasal 19 Tax Treaty) 4). Hubungan Istimewa (Pasal 9 Tax Treaty) 5). Metode Penghindaran Pajak a. Penghapusan Pajak (Pasal 23 dan Pasal 27 Tax Treaty) b. Pengkreditan Pajak (Pasal 23 Tax Treaty) 6). Pendidikan dan Pelatihan a. Guru / Peneliti (Pasal 20 Tax Treaty) b. Mahasiswa atau Pelatihan Karyawan (Pasal 21 Tax Treaty) 7). Ketentuan Lain-lain a. Non Diskriminasi (Pasal 24 Tax Treaty) b. Tatacara Persetujuan Bersama (Pasal 25 Tax Treaty) c. Pertukaran Informasi (Pasal 26 Tax Treaty) d. Berlakunya Perjanjian (Pasal 28 Tax Treaty e. Berakhirnya Perjanjian (Pasal 29 Tax Treaty)

Perpajakan Internasional di Indonesia 73 KETENTUAN UMUM DALAM PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Di negara mana pun berada, apabila penduduknya memperoleh penghasilan yang berasal dari negara tersebut, maka dapat dikenakan pajak. Demikian juga jika penduduk asing atau badan yang didirikan di Indonesia dan memperoleh penghasilan dari negara Indonesia, mereka juga akan dikenakan pajak. Sebagai negara tempat domisili, penduduk Indonesia juga harus menghitung kembali penghasilannya diseluruh dunia, kemudian dikenakan pajak di negara Indonesia. Pajak yang dibayar di luar negeri tersebut dapat dijadikan sebagai pengurang PPh terutang di negara Indonesia. Penerapan ini jika tidak diatur sedemikian rupa, maka akan menimbulkan pemajakan ganda dan sangat memberatkan subjek pajak penerima penghasilan. Untuk mengantisipasi penerapan pajak berganda, maka timbullah perjanjian antar negara yang mencakup secara bilateral. Perjanjian ini pada umumnya terkait dengan pajak penghasilan (income tax). Tiap negara memiliki hak pemajakan (right to tax) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak nasional. Namun bila menyangkut pembagian hak pemajakan negara lain, maka pemerintah Indonesia harus melakukan ratifikasi P3B. STRUKTUR UMUM PERSETUJUAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA Struktur persetujuan penghindaran pajak berganda menjelaskan tentang: 1. permufakatan kedua negara; pada umumnya 2. orang/badan yang merupakan penduduk salah satu atau kedua negara terikat dan berlaku P3B; 3. pajak-pajak apa saja yang tunduk pada P3B, pada umumnya pajak pendapatan dan pajak perseroan; 4. istilah yang mengandung perihal hukum;

74 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya 5. bentuk usaha tetap; 6. harta tak bergerak; 7. laba perusahaan di suatu negara; 8. hubungan istimewa; 9. keuntungan dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara; 10. pajak atas dividen; 11. pajak atas bunga; 12. pajak atas royalti; 13. keuntungan karena pengalihan harta tak gerak; 14. pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu negara sehubungan dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang sifatnya sama; 15. pajak atas gaji, upah dan balas jasa lainnya yang berkenaan dengan pekerjaan; 16. pendapatan para pengurus; 17. pendapatan seorang seniman penghibur; 18. pendapatan atas pensiunan; 19. kunjungan penduduk atau mahasiswa yang menerima bantuan negara lainnya; 20. pengajar atau peneliti negara lain; 21. pendapatan lain-lain; 22. metode penghindaran pajak ganda; 23. bagian bagian yang tidak diatur dalam pasa-pasal P3B; 24. tindakan-tindakan suatu negara yang tidak sesuai dengan ketentuan; 25. pertukaran bahan keterangan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan persetujuan; 26. perjanjian yang menyatakan bahwa tidak ada pengaturan khusus di bidang perpajakan yang menghalangi pemerintah kedua negara membuat kebijakan;

Perpajakan Internasional di Indonesia 75 27. pernyataan tentang hak-hak khusus anggota misi diplomatik atau pegawai konsuler berdasarkan ketentuan hukum internasional; 28. dimulainya P3B dan ratifikasi; 29. berakhirnya P3B. URAIAN SINGKAT ISI PASAL-PASAL PERJANJIAN PENGHINDARAN PAJAK BERGANDA 1. Permufakatan kedua negara Perjanjian P3B akan berlaku apabila ada kesepakatan bersama, namun jika P3B tidak diinginkan salah satu negara, maka P3B dinyatakan tidak berlaku. 2. Orang/Badan yang merupakan penduduk salah satu atau kedua negara terikat dan berlaku P3B. Dengan berlakunya P3B maka dipastikan mau tidak mau penduduk yang memperoleh penghasilan dari negara lainnya yang mengadakan P3B harus terikat dan tunduk kepada keputusan adanya P3B. 3. Pajak-pajak apa saja yang tunduk pada P3B, pada umumnya pajak pendapatan dan pajak perseroan. P3B tidak mengatur terhadap PPN, PBB, BPHTB dan lain-lain, P3B hanya mengatur tentang pajak badan seperti Pajak Penghasilan. Penghasilan tersebut bisa berasal dari jasa, pekerjaan, kegiatan, dan usaha. 4. Istilah yang mengandung perihal hukum Menurut Adriani, hukum nasional itu termasuk di dalam hukum internasional, hukum pajak internasional merupakan suatu pengertian yang lebih luas dari pada pengertian pajak ganda. Hukum pajak internasional merupakan suatu kesatuan hukum yang mengupas suatu persoalan yang diatur dalam undang-undang nasional mengenai: a. pemajakan terhadap orang-orang luar negeri b. peraturan-peraturan nasional untuk menghindarkan pajak ganda

76 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya c. traktat-traktat. 5. Bentuk Usaha Tetap (BUT) Dalam perpajakan internasional, untuk menentukan hak pemajakan suatu negara, atas sumber penghasilan dari usaha yang dijalankan wajib pajak luar negeri dapat dikenakan di negara Indonesia atau di negara domisili, untuk itu harus ditentukan apakah BUT atau tidak? Jika dianggap sebagai BUT, maka harus mengacu kepada undang-undang negara dimana BUT berkedudukan atau tergantung P3B antar kedua negara. 6. Pendirian atas harta tak gerak. Pendekatan produksi dimanfaatkan untuk menentukan letak sumber penghasilan dari harta tak bergerak, sewa atas harta tak bergerak yang terletak di Indonesia dianggap bersumber di negara tersebut. Sebaliknya sewa atas harta tak bergerak yang terletak di luar Indonesia dapat dianggap bersumber selain di negara tersebut dan oleh karenanya berhak atas kredit pajak luar negeri. 1 7. Laba perusahaan di suatu negara. Laba perusahaan suatu negara dikenakan pajak di negara domisili, kecuali jika negara tersebut memiliki BUT di negara lainnya. 8. Hubungan istimewa. Untuk menghindari terjadinya transfer pricing yang tidak sesuai dengan prinsip arm lenght, maka pejabat yang berwenang di negara Indonesia, dapat melakukan penghitungan kembali atas jumlah pendapatan atau biaya serta hutang atau modal yang tidak wajar. 1 Gunadi, Pajak Penghasilan, FE UI 1997, hal. 65

Perpajakan Internasional di Indonesia 77 9. Keuntungan dari pengoperasian kapal laut atau pesawat udara. Laba yang berasal dari pengoperasian pesawat udara dalam jalur lalu lintas internasional dapat dikenakan pajak di negara domisili di mana tempat pimpinan perusahaan yang sebenarnya berkedudukan, kecuali jika kegiatan tersebut sifatnya teratur, labanya dikenai pajak di negara Indonesia dalam bentuk BUT. Laba yang dapat dikenai pajak di negara Indonesia ditentukan berdasarkan alokasi laba yang pantas dari laba bersih secara keseluruhan yang diperoleh dari pengoperasian kapal tersebut. Jika tempat pimpinan perusahaan yang sebenarnya dari perusahaan pelayaran laut atau pelayaran sungai berada di atas kapal atau perahu, maka hal itu dianggap berada di negara di mana pelabuhan pangkalan dari kapal laut atau perahu tersebut berada, atau bila tidak mempunyai pelabuhan pangkalan, ia dianggap berada di negara di mana perusahaan yang mengoperasikan kapal laut atau perahu tersebut berkedudukan. Ketentuan-ketentuan tersebut di atas juga berlaku bagi laba yang diperoleh dari keikutsertaan suatu gabungan perusahaan, suatu usaha kerjasama atau suatu keagenan usaha internasional. Apabila tidak ada P3B, maka menurut Undang-Undang PPh, dikenakan PPh Pasal 15, dengan tarif efektif sebesar 2,64% x penghasilan bruto. 10. Pajak atas dividen, bunga dan royalti. Dividen, bunga dan royalti yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri dapat dikenakan pajak di negara sumber penghasilan, misal dividen, bunga, dan royalti yang diperoleh di Indonesia, maka Indonesia dapat mengenakan pajak sesuai tarif Tax Treaty atau jika tidak ada Tax Treaty maka dikenakan PPh Pasal 26 dengan tarif efektif sebesar 20% x Penghasilan bruto. 11. Keuntungan karena pengalihan harta tak gerak. Keuntungan dari harta tidak bergerak dapat dikenakan pajak di negara sumber penghasilan, termasuk keuntungan atau pemindahtanganan yang diperoleh suatu bentuk usaha tetap atau suatu tempat usaha tetap. Sedangkan keuntungan dari pemindahtanganan kapal-kapal dan pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional atau harta bergerak yang ada hubungannya dengan pengoperasian kapal-kapal dan pesawat udara, hanya akan dikenakan pajak di negara tempat manajemen dari perusahaan yang mengoperasikannya berada.

78 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya 12. Pendapatan yang diterima seorang penduduk suatu negara sehubungan dengan pekerjaan bebas atau pekerjaan lain yang sifatnya sama. Penghasilan yang diperoleh penduduk asing sehubungan dengan jasa-jasa profesional atau pekerjaan bebas lainnya hanya akan dikenakan pajak di Negara domisili kecuali dalam hal dibawah ini, dimana penghasilan itu dapat juga dikenai pajak di Negara Indonesia: i. jika ia mempunyai suatu tempat tertentu yang tersedia secara teratur dipergunakan untuk menjalankan pekerjaan di Negara Indonesia, penghasilan tersebut dapat dikenakan pajak di Negara Indonesia tetapi hanya bagian penghasilan yang dianggap berasal dari tempat tertentu itu; atau ii. jika ia tinggal di Negara Indonesia selama suatu masa atau masa-masa yang melebihi 183 hari dalam masa 12 bulan yang mulai atau berakhir pada satu tahun pajak. 13. Pajak atas gaji, upah dan balas jasa lainnya yang berkenaan dengan pekerjaan. Gaji, upah, dan imbalan sejenis lainnya yang diperoleh penduduk asing karena suatu hubungan kerja hanya dikenakan pajak di negara domisilinya. Jika pekerjaan tersebut dilakukan di Negara Indonesia maka imbalan yang diterima dari pekerjaan dimaksud dapat dikenakan pajak di Negara Indonesia. Imbalan yang diperoleh seorang penduduk asing karena pekerjaan yang dilakukan di Negara Indonesia, hanya akan dikenakan pajak di negara domisili, apabila: a. penerima imbalan berada di Negara Indonesia dalam suatu masa atau masa-masa yang jumlahnya tidak melebihi 183 hari dalam tahun takwim bersangkutan; dan b. imbalan dibayarkan oleh, atau atas nama pemberi kerja bukan merupakan penduduk Indonesia; dan c. imbalan tidak menjadi beban bentuk usaha tetap atau tempat tetap yang dimiliki oleh pemberi kerja di Negara Indonesia. Imbalan diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan di atas kapal laut atau pesawat udara yang dioperasikan dalam jalur lalu lintas internasional, atau di atas perahu dalam pengangkutan sungai, dapat dikenakan pajak di negara di mana pimpinan perusahaan berada.

Perpajakan Internasional di Indonesia 79 14. Pendapatan para pengurus. Gaji, upah, imbalan dan pembayaran-pembayaran serupa para direktur dan manajer yang diperoleh penduduk Asing dalam kedudukannya sebagai anggota dewan direksi suatu perseroan yang berkedudukan di Negara Indonesia dikenai pajak di Negara Indonesia. 15. Pendapatan seorang seniman penghibur. Penghasilan yang diperoleh penduduk asing sebagai artis seperti artis teater, film, radio atau televisi dan pemain musik atau sebagai olahragawan, dari kegiatan-kegiatan perseorangan mereka yang dilakukan di Negara Indonesia dapat dikenakan pajak di Negara Indonesia Apabila penghasilan tersebut diterima bukan oleh artis atau atlet itu sendiri tetapi oleh orang atau badan lain, maka penghasilan tersebut dapat dikenakan pajak di negara dimana kegiatan-kegiatan seniman atau olahragawan itu dilakukan. 16. Pendapatan atas pensiunan. Pensiun dan imbalan sejenis lainnya yang dibayarkan kepada penduduk asing akibat suatu hubungan kerja masa lalu, hanya akan dikenakan pajak di negara domisili. Pensiun yang dibayar atau pembayaran-pembayaran lainnya dalam rangka program umum yang menjadi bagian dari tunjangan sosial dari salah satu negara atau bagian ketatanegaraannya hanya dikenai pajak di negara domisili. 17. Kunjungan penduduk atau mahasiswa yang menerima bantuan negara lainnya. Untuk peningkatan sumber daya manusia berupa pendidikan dan pelatihan kerja, maka penghasilan yang diperoleh penduduk yang belajar atau dalam pelatihan kerja yang memperoleh penghasilan berasal dari negara domisili, tidak dikenakan pajak di Indonesia sepanjang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B. 18. Pengajar atau peneliti negara lain. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan hubungan kerjasama terutama di bidang pendidikan dan kebudayaan antar kedua negara, dimana penghasilan yang diperolehnya semata-mata dari

80 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya mengajar atau penelitian berasal dari negara lain, dibebaskan pemajakannya sepanjang sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam P3B. 19. Pendapatan lain-lain. Jenis-jenis penghasilan lainnya dari salah satu negara, dari mana pun asalnya, dan tidak tunduk kepada pasal-pasal terdahulu dalam persetujuan ini hanya akan dikenakan pajak di negara domisili, kecuali terhadap pendapatan yang berasal dari harta tak gerak, jika penerima pendapatan itu merupakan penduduk dari negara, menjalankan perusahaan dengan suatu BUT di negara lain, atau melakukan pekerjaan bebas dengan suatu tempat tertentu di negara lain, dan hak atau kekayaan sehubungan dengan mana pendapatan itu dibayar mempunyai hubungan efektif dengan pendirian tetap atau tempat tertentu itu. Jenis-jenis penghasilan dari penduduk salah satu negara yang tidak dicakup dalam pasal-pasal terdahulu dari persetujuan ini, dan berasal dari negara lainnya dapat juga dikenai pajak di negara Indonesia, tergantung negosiasi. 20. Metode Penghindaran Pajak Berganda Penghindaran pajak berganda metodenya berdasarkan subjek, objek penghasilan serta pajaknya, atas dasar tersebut P3B dapat membebaskan pajak, mengkreditkan pajak, atau cara lain. Namun yang digunakan pada umumnya hanya pembebasan pajak untuk diplomat atau konsuler dan pengkreditan pajak untuk pajak yang dibayar diluar negeri. 21. Non Diskriminasi Warga negara dari suatu negara lain tidak akan dikenakan pajak atau kewajiban perpajakan di Negara Indonesia dengan perlakuan berlainan atau lebih memberatkan daripada pengenaan pajak dan kewajibankewajiban wajib pajak Negara Indonesia. 22. Pertukaran bahan keterangan yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan persetujuan. Pejabat-pejabat yang berwenang dari kedua negara pada persetujuan akan melakukan tukar-menukar informasi yang diperlukan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Persetujuan ini atau untuk melaksanakan undang-undang nasional masing-masing negara pada persetujuan mengenai pajak-pajak yang dicakup dalam persetujuan, sepanjang pengenaan pajak menurut undang-undang negara yang

Perpajakan Internasional di Indonesia 81 bersangkutan tidak bertentangan dengan persetujuan ini, khususnya untuk mencegah terjadinya penggelapan atau penyelundupan pajak. 23. Bagian bagian yang tidak diatur dalam pasal-pasal P3B. Apabila tidak diatur dalam P3B, namun sepanjang disepakati oleh kedua negara dan disepakati dengan keputusan terpisah, tetap merupakan bagian dari P3B dan berlaku secara keseluruhan. 24. Tindakan-tindakan suatu negara yang tidak sesuai dengan ketentuan. Apabila terdapat tindakan negara yang tidak sesuai P3B maka dapat mengajukan keberatan kepada negara domisili untuk dibahas lebih lanjut dengan negara yang terkait. 25. Pernyataan tentang hak-hak khusus anggota misi diplomatik atau pegawai konsuler berdasarkan ketentuan hukum internasional. Brdasarkan ketentuan-ketentuan umum hukum internasional, para anggota misi diplomatik atau pegawai-pegawai konsuler memperoleh hakhak khusus di bidang fiskal berdasarkan ketentuan-ketentuan persetujuan yang khusus. 26. Dimulainya P3B dan ratifikasi. Berdasarkan Pasal 23 A Undang-undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa Segala Pajak untuk keperluan negara berdasarkan undang-undang Setelah diratifikasi, maka P3B mulai di berlakukan. Dengan demikian perjanjian P3B dapat disetarakan dengan Undangundang. Untuk itu diperlukan adanya pengesahan atau ratifikasi oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Hal ini juga sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 11, yang menyatakan bahwa: Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian, dan perjanjian dengan negara lain. 27. Berakhirnya P3B Persetujuan P3B akan tetap berlaku sampai diakhiri oleh salah satu pihak pada persetujuan. Masing-masing pihak pada persetujuan dapat mengakhiri berlakunya persetujuan ini, melalui perwakilan diplomatik, dengan menyampaikan pemberitahuan tertulis tentang berakhirnya persetujuan sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum berakhirnya tahun

82 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya takwim berikutnya setelah jangka waktu sekian tahun sejak berlakunya persetujuan.

Perpajakan Internasional di Indonesia 83 RANGKUMAN Untuk mempermudah pemahaman pembaca tentang P3B, maka ruang lingkup P3B dikelompokkan sebagai berikut. 1). Subjek Pajak, Jenis Pajak, Istilah Umum, Penduduk 2). Jenis-jenis Penghasilan a. Laba Bentuk Usaha Tetap b. Laba Harta Tidak Bergerak c. Laba Usaha d. Laba Usaha Perkapalan dan Penerbangan e. Dividen f. Bunga g. Royalti h. Harta Bergerak i. Pendapatan Lain-lain j. Kekayaan 3). Hal-hal yang terkait dengan pekerjaan a. Pekerjaan Bebas b. Pegawai Swasta c. Direktur d. Artis dan Atlet e. Pensiun f. Pegawai Negeri 4). Hubungan Istimewa 5). Metode Penghindaran Pajak a. Penghapusan Pajak b. Pengkreditan Pajak 6). Pendidikan dan Pelatihan a. Guru/Peneliti b. Mahasiswa atau Pelatihan Karyawan 7). Ketentuan Lain-lain

84 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya a. Non Diskriminasi b. Tatacara Persetujuan Bersama c. Pertukaran Informasi d. Berlakunya Perjanjian e. Berakhirnya Perjanjian

Perpajakan Internasional di Indonesia 85 LATIHAN SOAL 1. Jelaskan perbedaan ruang lingkup, Model UN, OECD dan Indonesia? 2. Jelaskan tentang berlaku dan berakhirnya perjanjian! 3. Apakah Indonesia lebih menerapkan Model UN atau OECD? 4. Apakah yang dimaksud dengan ratifikasi? 5. Apakah perbedaan laba usaha dan bentuk usaha tetap terkait aspek pemajakannya?

86 BAB 4 : Pasal-Pasal Tax Treaty dan Penjelasannya