NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rezki Puteri Syahrani Nurul Fatimah, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Miftahul Malik, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. istiadat dari suatu masyarakat etnik, seperti dalam istiadat masyarakat etnik Melayu. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian La Tike, 2013

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

REVITALISASI PANTUN SUATU UPAYA MEMPERKUAT IDENTITAS BUDAYA MELAYU JAMBI. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. menganalisis bentuk deskripsi tidak berupa angka atau koefisien tentang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kehidupan masyarakat atas alasan menjaga lingkungan bersama yang harmonis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kelurahan Watulea, Kecamatan Gu, Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sikap bahasa merupakan sebagian dari sosiolinguistik yang mengkaji tentang bahasa.

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Jepang dan Indonesia adalah dua negara yang berbeda. Namun, kedua

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra, sebagai bagian dari proses zaman, dapat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

PROSES PEWARISAN TALE HAJI DALAM MASYARAKAT DESA KOTO MAJIDIN KECAMATAN AIR HANGAT KABUPATEN KERINCI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi negara Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan.

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB II LANDASAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. menulis. Menurut Tarigan (2008:21) Proses menulis sebagai suatu cara. menerjemahkannya ke dalam sandi-sandi tulis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB II KAJIAN TEORI. Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti kawan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karya sastra Bali khususnya kidung masih mendapat tempat di hati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendengarkan, berbicara/ bercerita, membaca, dan menulis/mengarang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kelurahan Sindangkasih adalah kearifan lokal budaya yang masih tersisa di

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. Suatu daerah pasti memiliki suatu keunikan masing-masing. Keunikankeunikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. suku bangsa yang ada di Indonesia memiliki ciri khas budaya tersendiri. Selain

BAB V MODEL PELESTARIAN NYANYIAN MBUE-BUE PADA MASYARAKAT MUNA SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

NILAI-NILAI BUDAYA DALAM SASTRA LISAN TALE KERINCI: KAJIAN STRUKTURAL DAN SEMIOTIK NAZURTY RINGKASAN Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian sastra lisan merupakan bagian dari sistem kebudayaan, maka dalam sastra lisan akan terekam pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Berbagai cara digunakan untuk menyebarluaskan informasi budaya suatu masyarakat, misalnya pendidikan formal dan informal. Khususnya bagi mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi lama terdapat cara tersendiri untuk menyampaikan nilai dan norma-norma yang berlaku, seperti tradisi lisan yakni sastra lisan. Penyampaian nilai-nilai dan norma norma merupakan proses pendidikan nonformal kepada masyarakat penikmat sastra. Untuk itu sastra lisan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi budaya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khususnya untuk pendidikan formal sastra lisan dapat memperkaya bahan atau materi ajar pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih jelasnya, sastra lisan dapat dijadikan bahan ajar untuk memperkaya bahan dan sumber materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah dan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, sastra lisan banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat pendukungnya karena sastra lisan dapat mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu yang sangat bermanfaat untuk masa sekarang. Terlebih lagi pada sastra lisan penggambaran tentang norma-norma dan ii

iii adat-istiadat sangat kental mempengaruhi lahirnya sebuah karya sastra. Hal ini merupakan nilai-nilai budaya yang sebagian besarnya dapat diaplikasikan kepada yang masih berlaku dalam tatanan masyarakat sekarang. Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian mengenai sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin. Apa lagi mengingat terjadinya pergeseran tatanilai budaya dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan hilangnya sastra lisan. Dengan demikian usaha pewarisan nilai budaya suatu bangsa kepada anak-cucu kelak akan terabaikan, karena dalam karya sastra lisan dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi dan nilai budaya suatu suku bangsa yang bisa menjadi teladan untuk generasi berikutnya. Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci merupakan bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci. Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami. Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale. Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi. Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional.

iv Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Tale ini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci. Tale pelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Di samping dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengkaji nilainilai budaya dalam sastra lisan Tale Kerinci dengan menggunakan kajian struktural dan semiotik. Objek penelitian ini adalah Tale pelepasan jemaah haji. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berhubung dengan penelitian ini termasuk jenis penelitian sastra, yaitu pengungkapan nilai-nilai budaya sastra lisan Tale, maka penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan struktural dan semiotik. Metode analisis isi digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale berkaitan dengan struktur, simbol, makna, pesan yang terkandung di dalamnya serta fungsi dan pengaruh terhadap masyarakat pendukungnya. Sebagai penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) data-data formalnya diambil dari teks naskah Tale dalam bentuk nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ungkapan satra lisan Tale Hasil penelitian yang ditemukan adalah Tale tergolong ke dalam karya puisi konvensional yang strukturnya mengacu kepada konvensi yang sudah ada, yaitu tifografi, rima, ritma dan metrum, diksi, pencitraan, dan

v majas sama pada setiap kelompok atau identitas Tale, kecuali tema. Tema yang ditemukan di dalam Tale adalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan, kehendak, harapan, atau cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional. Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat. Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. Selain itu, untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya di dalam Tale pendistribusian prosedur analisis semiotik secara simbol, indeks, ikon ternyata representamen semiotik lebih banyak dapat dianalisis secara indeksasi. Hal ini disebabkan oleh repsentamen semiotik yang muncul di dalam Tale lebih merupakan sebab-akibat dengan objek yang ingin disampaikan oleh si Petale. Sehingga interpretasi terhadap makna lebih mudah dianalisis berdasarkan sebab-akibat antara tanda dan penanda. Selain itu, secara kedalaman interpretasi nilai-nilai budaya di dalam Tale juga prosedur analisis secara indeksasi lebih banyak bisa dilakukan karena interpretan-interpretan yang dihasilkan dapat memunculkan representamen

vi baru yang dapat diinterpretasikan yang mengacu kepada objek yang baru pula. Meskipun analisi semitik secara indeksasi lebih banyak dapat digunakan namun analisis semiotik dalam bentuk simbol dan ikon jumlah tidak terlalu jauh bedanya dengan analisis semiotik dalam bentuk indeks.

vii 1. Pendahuluan Sastra adalah bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian sastra lisan merupakan bagian dari sistem kebudayaan, maka dalam sastra lisan akan terekam pengalaman hidup masyarakat pemiliknya. Berbagai cara digunakan untuk menyebarluaskan informasi budaya suatu masyarakat, misalnya pendidikan formal dan informal. Khususnya bagi mereka yang masih berpegang teguh pada tradisi lama terdapat cara tersendiri untuk menyampaikan nilai dan norma-norma yang berlaku, seperti tradisi lisan yakni sastra lisan. Penyampaian nilai-nilai dan norma norma merupakan proses pendidikan nonformal kepada masyarakat penikmat sastra. Untuk itu sastra lisan dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarluaskan informasi budaya baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan informal. Khususnya untuk pendidikan formal sastra lisan dapat memperkaya bahan atau materi ajar pendidikan bahasa dan sastra Indonesia. Lebih jelasnya, sastra lisan dapat dijadikan bahan ajar untuk memperkaya bahan dan sumber materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah dan di Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, sastra lisan banyak memberikan manfaat terhadap masyarakat pendukungnya karena sastra lisan dapat mewariskan nilai-nilai budaya masa lalu yang sangat bermanfaat untuk masa sekarang. Terlebih lagi pada sastra lisan penggambaran tentang norma-norma dan adat-istiadat sangat kental mempengaruhi lahirnya sebuah karya sastra. Hal ini merupakan nilai-nilai budaya yang sebagian besarnya dapat diaplikasikan kepada yang masih berlaku dalam tatanan masyarakat sekarang. Mengingat kedudukan dan peranan sastra lisan yang cukup penting, maka penelitian mengenai sastra lisan perlu dilakukan sesegera mungkin.

viii Apa lagi mengingat terjadinya pergeseran tatanilai budaya dalam masyarakat, seperti adanya kemajuan-kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan hilangnya sastra lisan. Dengan demikian usaha pewarisan nilai budaya suatu bangsa kepada anak-cucu kelak akan terabaikan, karena dalam karya sastra lisan dapat ditemukan nilai moral, falsafah, ideologi dan nilai budaya suatu suku bangsa yang bisa menjadi teladan untuk generasi berikutnya. Salah satu bentuk sastra tradisional yang perlu diteliti adalah sastra lisan Kerinci. Sastra lisan Kerinci merupakan bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat Kerinci. Sebagai produk budaya, sastra lisan Kerinci pada prinsipnya memiliki karakteristik yang sama dengan sastra lisan daerah lain di Nusantara. Sastra lisan Kerinci berkembang di tengah masyarakat Kerinci sebagai kristalisasi budaya masyarakat yang berproses secara alami. Sastra lisan Kerinci sarat dengan nilai-nilai budaya masyarakat Kerinci. Salah satu bentuk sastra lisan Kerinci adalah Tale. Tale adalah sejenis pantun yang dinyanyikan. Setiap jenis Tale berbeda isi dan iramanya sesuai dengan kegunaan dan tujuan pemakaiannya. Tale sangat dikenal dan frekuensi pemakaiannya cukup tinggi. Tale digunakan dalam berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat Kerinci, seperti saat gotong royong, menuai padi di sawah, muda-mudi yang sedang bercinta (bertandang), penampilan hiburan rakyat, acara pelepasan jemaah calon haji, dan berbagai upacara tradisional. Tale yang masih tetap digunakan secara tradisi sampai sekarang adalah Tale yang digunakan dalam tradisi untuk melepaskan jemaah haji ke Tanah Suci Mekkah. Tale ini sangat akrab dengan tatakrama kehidupan masyarakat Kerinci. Tale pelepasan jemaah haji ini sampai sekarang tetap dilaksanakan secara tradisi dan rutin setiap tahun jika ada anggota masyarakat Kerinci yang akan pergi menunaikan ibadah haji. Di samping

ix dilaksanakan secara tradisi di tengah keluarga Tale pelepasan jemaah haji ini juga harus dilaksanakan secara adat di tengah pemimpin negeri, pemimpin adat, dan masyarakat kampung dengan segala persyaratan tradisi yang berlaku. Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini akan mengkaji nilainilai budaya dalam sastra lisan Tale Kerinci dengan menggunakan kajian struktural dan semiotik. Objek penelitian ini adalah Tale pelepasan jemaah haji. 2. Masalah Penelitian Berdasarkan fokus dan subfokus penelitian masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut; Pertama, bagaimana struktur Tale Kerinci? Yang terdiri dari unsur 1) tema, 2) Tipografi, 3) rima 4) metrum dan ritma, 5) diksi, 6) pencitraan, dan 7) majas. Kedua, bagaimana nilai-nilai budaya yang terdapat dalam sastra lisan Tale Kerinci? Yang mencakup; 1) hubungan manusia dengan Tuhan, 2) hubungan manusia dengan alam, 3) hubungan manusia dengan masyarakat, 4) hubungan manusia dengan manusia lain, dan 5) hubungan manusia dengan dirinya sendiri. 3. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Berhubung dengan penelitian ini termasuk jenis penelitian sastra, yaitu pengungkapan nilai-nilai budaya sastra lisan Tale, maka penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) dengan pendekatan struktural dan semiotik. Metode analisis isi digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya dalam sastra lisan Tale berkaitan dengan struktur, simbol, makna, pesan yang

x terkandung di dalamnya serta fungsi dan pengaruh terhadap masyarakat pendukungnya. Sebagai penelitian kualitatif dengan metode analisis isi (content analysis) data-data formalnya diambil dari teks naskah Tale dalam bentuk nilai-nilai budaya yang terdapat dalam ungkapan satra lisan Tale 4. Temuan Hasil Penelitian Hasil penelitian yang ditemukan adalah Tale tergolong ke dalam karya puisi konvensional yang strukturnya mengacu kepada konvensi yang sudah ada, yaitu tifografi, rima, ritma dan metrum, diksi, pencitraan, dan majas sama pada setiap kelompok atau identitas Tale, kecuali tema. Tema yang ditemukan di dalam Tale adalah perpisahan, kesedihan dan keharuan, nasehat, petunjuk, dan kasih sayang keinginan, kehendak, harapan, atau cita-cita. Tema-tema tersebut diungkapkan sesuai dengan situasi, kondisi, dan hubungan antara si Petale dengan para jemaah baik hubungan secara kontak dan lingkungan sosial maupun maupu kontak emosional. Nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam hubungan manusia dengan Tuhan, yaitu taat, tawakkal, takdir Allah, kekuasaan Allah, bersyukur, kekuatan iman. Hubungan manusia dengan alam, yaitu manusia meguasai alam, perilaku manusia dan alam, manusia dan alam sekitarnya, pemanfaatan alam. Hubungan manusia dengan masyarakat, manusia sebagai anggota masyarakat. Hubungan manusia dengan manusia lain, manusia dan pemimpin, manusia dan keluarga, manusia dan kerabat. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu menjaga keseimbangan antara kehendak atau harapan dengan kenyataan dengan cara meningkatkan keimanan kepada Allah Swt. Selain itu, untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya di dalam Tale pendistribusian prosedur analisis semiotik secara simbol, indeks, ikon

xi ternyata representamen semiotik lebih banyak dapat dianalisis secara indeksasi. Hal ini disebabkan oleh repsentamen semiotik yang muncul di dalam Tale lebih merupakan sebab-akibat dengan objek yang ingin disampaikan oleh si Petale. Sehingga interpretasi terhadap makna lebih mudah dianalisis berdasarkan sebab-akibat antara tanda dan penanda. Selain itu, secara kedalaman interpretasi nilai-nilai budaya di dalam Tale juga prosedur analisis secara indeksasi lebih banyak bisa dilakukan karena interpretan-interpretan yang dihasilkan dapat memunculkan representamen baru yang dapat diinterpretasikan yang mengacu kepada objek yang baru pula. Meskipun analisi semiotik secara indeksasi lebih banyak dapat digunakan namun analisis semiotik dalam bentuk simbol dan ikon jumlah tidak terlalu jauh bedanya dengan analisis semiotik dalam bentuk indeks.