UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

MASALAH PUTUSAN SERTA MERTA DALAM PRAKTEK DI PENGADILAN NEGERI (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB II SUMBER HUKUM EKSEKUSI. mempunyai kekuatan hukum tetap (in kracht van gewijsde) yang dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekan-gesekan yang timbul diantara. antara mereka dalam kehidupan bermasyarakat.

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

Perlawanan terhadap sita eksekutorial (executorial beslag) oleh pihak ketiga di pengadilan negeri (studi kasus di pengadilan negeri Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

III. PUTUSAN DAN PELAKSANAAN PUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga munculah sengketa antar para pihak yang sering disebut dengan

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

ELIZA FITRIA

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PEMBATALAN SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH DALAM PERKARA JUAL BELI TANAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

: EMMA MARDIASTA PUTRI NIM : C.

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan diantara mereka. Gesekan-gesekan kepentingan tersebut biasanya menjadi sengketa hukum

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

ABSTRAK Latar belakang

JAMINAN. Oleh : C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

A. Pelaksaan Sita Jaminan Terhadap Benda Milik Debitur. yang berada ditangan tergugat meliputi :

oleh: Dr.H.M. Arsyad Mawardi, S.H.,M.Hum (Hakim Tinggi PTA Makassar) {mosimage}a. PENDAHULUAN

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Kebutuhan manusia dari tingkat

E K S E K U S I (P E R D A T A)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup yang beraneka ragam. Dalam menjalani kehidupan, manusia

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan. berkembang dan berkehidupan yang adil dan berdaulat.

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

EKSEKUSI TANAH TERHADAP PUTUSAN SERTA MERTA Muhammad Ilyas,SH,MH Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

BAB I PENDAHULUAN. Hakim merupakan pelaku inti yang secara fungsional melaksanakan. kekuasaan kehakiman. Hakim harus memahami ruang lingkup tugas dan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN PUTUSAN TERHADAP PERKARA WARISAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

EKSEKUSI PUTUSAN YANG BERKEKUATAN HUKUM TETAP

BAB III. Upaya Hukum dan Pelaksanaan Putusan Pengadilan Tata Usaha Negara. oleh Pejabat Tata Usaha Negara

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB VI ANALISIS DATA. PELAKSANAAN EKSEKUSI HARTA BERSAMA DALAM PERKARA PERDATA NO 0444/Pdt.G/2012/PA.Tnk

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dilihat atau diketahui saja, melainkan hukum dilaksanakan atau ditaati. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah bahkan bukan hanya dalam. merupakan salah satu modal pembangunan yang mempunyai nilai strategis

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

Transkripsi:

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum Dalam Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : LILIS SETYO RINI C 100 040 200 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga peradilan (Pengadilan) adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk menyelesaikan perkara, baik perkara pidana maupun perkara perdata. Sebagaimana ditegaskan oleh Undang-Undang 8 Tahun 2004 tentang Peradilan Umum, Pasal 50 menegaskan bahwa : Pengadilan Negeri bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara pidana dan perkara perdata pada tingkat pertama. Khususnya dalam perkara perdata, lembaga peradilan sebagai tempat pelarian terakhir pencari keadilan, maka jika diantara mereka timbul persengketaan dan tidak dapat menyelesaikan sendiri, sehingga para pihak dapat mengajukan perkara ke pengadilan, maka sudah menjadi tugas dan wewenang Lembaga Peradilan (Pengadilan Negeri) untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan setiap sengketa perdata yang diajukan oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Sehubungan dengan itu, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 memberi tugas Ketua Pengadilan Negeri untuk pembagian tugas para hakim (pasal 55) Ketua Pengadilan membagi berkas perkara yang diajukan ke Pengadilan Negeri kepada Majelis Hakim untuk diselesaikan ( pasal 56 ). 1

2 Proses pemeriksaan perkara perdata di sidang pengadilan pada hakekatnya bertujuan untuk menyelesaikan perkara yang dimanifestasikan dalam bentuk putusan pengadilan. Putusan pengadilan ini dimaksudkan untuk mengakhiri persoalan yang menjadi sengketa dan menetapkan bagaimana hukumnya dari sengketa itu. Pemeriksaan perkara memang diakhiri dengan putusan, akan tetapi dengan dijatuhkan putusan saja belumlah selesai persoalannya. Putusan ini harus dilaksanakan atau dijalankan. Maka putusan hakim mempunyai kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan dalam putusan itu secara paksa oleh alat-alat negara. Adapun yang memberi kekuatan eksekutorial pada putusan hakim adalah kepala putusan yang berbunyi : Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 Putusan pengadilan yang perlu dieksekusi atau dilaksanakan hanyalah putusan-putusan yang amar atau diktumnya adalah condemnatoir saja, artinya mengandung suatu penghukuman. Putusan-putusan yang amar atau diktumnya adalah deklaratoir atau konstitutif tidak perlu dieksekusi atai dilaksanakan, karena begitu putusan dekalratoir atau konstitutif diucapkan, maka keadaan yang dinyatkan sah oleh putusan deklaratoir mulai berlaku pada saat itu juga, atau dalam halnya putusan konstitutif, keadaan baru sudah tercipta pada detik itu pula. 1 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Penerbit Liberti, Yogyakarta, 1993. hal 183.

3 Dengan demikian, dalam hubungan denga n eksekusi, hanya putusanputusan yang condemnatoir saja. Putusan condemnatoir bisa berupa penghukuman untuk : a. menyerahkan suatu barang, b. mengosongkan sebidang tanah, c melakukan suatu perbutan tertentu, d. menghentikan suatu perbuatan tertentu, e. membayar sejumlah uang. 2 Putusan hakim Pengadilan Negeri dapat dijalankan apabila telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Artinya baik penggugat maupun tergugat telah menerima dengan baik putusan tersebut. Dan yang perlu dijalankan adalah putusan- putusan hakim yang mengandung perintah kepada suatu pihak untuk melakukan suatu perbuatan. Tidak semua putusan hakim dapat dilaksanakan dalam arti yang sebenarnya, yaitu secara paksa oleh pengadilan. Putusan ini adalah putusan yang bersifat menghukum kepada pihak yang terkalahkan untuk melaksanakan atau merealisasikan sesuai dengan apa yang tercantum di dalam amar atau diktum putusan pengadilan. 3 Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap yang bersifat menghukum haruslah diterima oleh para pihak, karena para pihak telah 2 Subekti,R., Hukum Acara Perdata, Penerbit Bina Cipta, 1997, hal. 130. 3 Sudikno Mertokusumo, Loc. Cit

4 diberi kesempatan untuk melakukan upaya hukum baik upaya perlawanan, banding, maupun kasasi dari para pihak. Dan dimungkinkan juga mereka tidak melakukan upaya hukum tersebut, yang berarti mereka telah menerimanya. Maka konsekuensinya, yang khususnya pihak yang terkalahkan harus malaksanakan atau merealisasikan putusan tersebut dengan secara sukarela. Namun apabila pihak yang terkalahkan tidak mau melaksanakan secara sukarela, maka dapat dilakukan secara paksa dengan cara eksekusi. Biasanya tindakan eksekusi baru merupakan masalah apabila pihak yang kalah ialah pihak tergugat. 4 Pada prinsipnya eksekusi sebagai tindakan paksa menjalankan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, baru merupakan pilihan hukum apabila pihak yang kalah tidak menjalankan atau memenuhi isi putusan secara sukarela. Jika pihak yang kalah itu bersedia mentaati dan memenuhi putusan secara sukarela, tindakan eksekusi harus disingkirkan. Oleh karena itu harus dibedakan antara menjalankan putusan secara sukarela dengan menjalankan putusan secara eksekusi. 5 Menjalankan putusan secara sukarela artinya pihak-pihak yang kalah benar-benar menerima dan memenuhi isi putusan tanpa harus dipaksa oleh pihak pengadilan. Sedangkan menjalankan putusan secara eksekusi artinya pihak yang kalah dipaksa oleh pengadilan untuk menjalankan putusan pengadilan karena ia tidak mau menjalankan putusan secara sukarela. 4 Yahya Harahap. M, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Penerbit PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1991, hal. 5. 5 Ibid, hal. 9.

5 Apabila amar ( isi ) putusan tersebut diterima dan dilaksanakan oleh pihak yang terkalahkan secara sukarela, dengan mengosongkan dan menyerahkan tanah sengketa kepada penggugat ( pihak yang dimenangkan ) maka tidak menjadi masalah. Berarti yang kalah telah menjalankan putusan dan memenuhi kepentingan pihak yang dimenangkan. Dan yang terpenting lagi persengketaan diantara para pihak tersebut telah selesai. Namun pada kenyataan tidak jarang kita menjumpai amar putusan pengadilan yang tidak dilaksanakan atau direalisasikan secara sukarela oleh pihak yang terkalahkan, maka pihak yang kalah tidak menerima putusan tersebut meskipun telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan pihak yang kalah masih tetap mempunyai kepentingan terhadap perkara yang telah diputus itu. Ini berarti pihak yang terkalahkan tidak mau menjalankan putusan dan tidak mau memenuhi kepentingan pihak yang dimenangkan. Agar supaya putusan dijalankan dan kepentingan pihak dimenangkan dipenuhi oleh pihak yang terkalahkan adalah dengan jalan secara paksa oleh pihak pengadilan atau secara eksekusi. Dengan adanya putusan hakim tersebut pihak yang kalah (tereksekusi) merasa dirugikan atau bahkan memang dirugikan sehingga yang kalah dapat melakukan upaya hukum yang berhak untuk menuntut haknya dengan upaya hukum luar biasa. Perlawanan hukum luar biasa dengan memperhatikan hal-hal tersebut tidak mungkin ditujukan terhadap putusan yang akan dieksekusi tetapi hanya sekedar terhadap bidang pelaksanaannya atau alasan-alasan yang terbawa dalam

6 bidang itu. Perlawanan terhadap putusan hakim yang diajukan pihak yang berperkara dalam hukum acara hanya dijumpai dalam prosedur verstek. Pengalihan penerjemahan atau penafsiran istilah verzet kedalam perbendaharaan Bahasa Indonesia belum ditemukan suatu keseragaman dan kesepakatan sampai ada dua istilah yang sangat popular dalam penerjemahan istilah verzet, yaitu : - Perlawanan - Bantahan Perlawanan mengandung makna menentang sesuatu sampai hasil akhir yang pasti dalam bentuk menang ataupun kalah. Sebaliknya perkataan bantahan kurang memenuhi tujuan yang dicapai. Seolah-olah putusan atau penetapan yang dikeluarkan pengadilan tidak disetujui akan tetapi tidak menginginkan suatu penyelesaian yang pasti. Perlawanan (verzet) pihak eksekusi merupakan upaya perlawanan langsung datang dari pihak yang tereksekusi atau dengan kata lain yang merasa dirugikan atas keputusan hakim yang telah dijatuhi oleh hakim baik itu sudah berkekuatan hukum tetap atau belum. Tujuan dari perlawanan terhadap eksekusi adalah sebagai berikut : 1. Untuk menunda. 2. Membatalkan eksekusi dengan jalan menyatakan putusan yang hendak dieksekusi tidak mengikat.

7 3. Mengurangi nilai jumlah yang hendak dieksekusi. 6 Pada umumnya, eksekusi pembayaran sejumlah uang bersumber dari perjanjian hutang atau penghukuman membayar ganti kerugian. Namun secara kuantitatif, eksekusi pembayaran sejumlah uang hampir bersumber dari penghukuman pembayaran hutang. Apabila tergugat sebagai debitur enggan melunasi pembayaran sejumlah uang yang dihukumkan kepadanya secara sukarela, terbukalah kewenangan pengadilan menjalankan putusan secara paksa melalui eksekusi, dengan jalan penjualan lelang harta kekayaan tergugat (pihak yang dikalahkan), sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan hakim dan ditambah semua biaya sehubungan dengan pelaksanaan tersebut. Dari hasil penjualan lelang, dibayarkanlah kepada penggugat (kreditur) sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam amar putusan. 7 Berdasarkan uraian diatas maka eksekusi pembayaran sejumlah uang adalah tindakan yang dilakukan secara paksa terhadap pihak yang kalah (tergugat) dalam perkara perdata untak membayar sejumlah uang dari harta benda kekayaan tergugat dengan jalan penjualan lelang harta kekayaan tergugat, sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan hakim dan ditambah semua biaya sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut. Dari hasil penjualan lelang, dibayarkanlah kepada pihak penggugat (kreditur) sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam amar putusan. 6 Yahya Harahap, M.OP. Cit, hal. 396. 7 Ibid, hal. 59.

8 Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perlawanan eksekusi pembayaran sejumlah uang adalah upaya hukum yang langsung datang dari pihak tereksekusi atau pihak yang kalah (tergugat) untuk membayar sejumlah uang dari harta benda kekayaan tergugat dengan jalan penjualan lelang harta kekayaan tergugat, sehingga mencukupi jumlah yang harus dibayar menurut putusan hakim dan ditambah semua biaya sehubungan dengan pelaksanaan putusan tersebut. Dari hasil penjualan lelang, dibayarkanlah kepada pihak penggugat (kreditur) sesuai dengan jumlah yang disebutkan dalam amar putusan. Atas dasar hal tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian skripsi dengan judul : UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA. B. Perumusan Masalah Dalam penyusunan skripsi ini agar gambaran yang dibahas tidak kabur, maka perlu kiranya penulis merumuskan tentang masalah yang akan diteliti, dibahas dan diuraikan dalam skripsi, yaitu : 1. Apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam menentukan permohonan perlawanan pelawan diterima atau ditolak? 2. Bagaimana akibat hukum perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata di Pengadialan Negeri Surakarta?

9 C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam menentukan permohonan perlawanan pelawan diterima atau ditolak yang terjadi di Pengadilan Negeri Surakarta. 2. Untuk mengetahui akibat hukum adanya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang yang terjadi di Pengadilan Negeri Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penulisan skripsi ini penulis mengharapkan dengan memberikan sumbangan dan masukan guna mengembangkan hukum khususnya, hukum acara perdata. 2. Bagi Masyarakat Dengan adanya penulisan skripsi ini penulis harapkan dapat membantu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau mungkin akan dihadapi tentang Upaya Perlawanan Hukum Terhadap Eksekusi Pembayaran Uang dalam Perkara Perdata. 3. Bagi Penulis Untuk menambah cakrawala ilmu hukum, khususnya mengenai hukum acara perdata tentang upaya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata di Pengadilan Negeri Surakarta.

10 E. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, dalam perspektif yuridis mempunyai maksud mengungkapkan legalitas berupa aturan-aturan asas hukum, aspek hukum yang digunakan oleh hakim dalam pemeriksaan perkara mengenai praktek upaya perlawanan terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif. 8 Dengan menggunakan jenis penelitian ini, penulis ingin memberi gambaran seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh tentang upaya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata. 3. Sumber Data a) Penelitian kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder yang dapat diperoleh dengan menggunakan bahan : 8 Penelitian deskriptif adalah dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hal 10.

11 Data sekunder dapat diperoleh dengan menggunakan bahan : 1. Bahan Hukum Primer a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) b) Herziene Indonesisch Reglement (HIR) c) Rechtsreglement Buitengewesten (RBG) d) Rechtsreglement op de Rechtsvordering (RV) e) Yurisprudensi 2. Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan yang diperoleh dari buku-buku bacaaan, laporan-laporan, hasil penelitian hukum yang ada hubungannya dengan upaya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata di Pengadilan Negeri Surakarta. 3) Bahan Hukum Tersier a) Kamus Hukum b) Kamus Bahasa Indonesia b. Penelitian Lapangan Untuk mendapatkan data primer dengan melalui : 1) Lokasi Penelitian Penulis memilih lokasi penelitian di Pengadilan Negeri Surakarta. 2) Subyek Penelitian

12 a) Hakim Ketua b) Panitera 4. Metode Pengumpulan Data a. Penelitian Kepustakaan Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencari, mengumpulkan dan mempelajari ketiga bahan hukum tersebut diatas untuk dipergunakan dalam penelitian untuk mendapatkan data sekunder. b. Penelitian Lapangan Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data primer dengan cara : 1) Observasi, yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan dan pengecekan berkas-berkas perkara yang ada kaitannya dengan penulisan skripsi di Pengadilan Negeri Surakarta. 2) Interview merupakan teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara peneliti dengan responden. 3) Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini menggunakan teknik non random sampling (purposive sampling) artinya tidak semua individu diwawancarai dalam hal ini hanyalah hakim yang pernah memeriksa, mengadili,

13 serta memutus perkara perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran sejumlah uang dalam perkara perdata di Pengadilan Negeri Surakarta. 5. Metode Analisa Data Yaitu data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan peraturan perundang-undangan dan bahan atau buku bacaan yang berkaitan dengan upaya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata, yang kemudian dipadukan dengan pendapat responden, kemudian dianalisa secara kualitatif tentang upaya perlawanan hukum terhadap eksekusi pembayaran uang dalam perkara perdata dan dicari pemecahannya, lalu ditarik suatu kesimpulan yang dipergunakan untuk menjawab permasalahan yang ada. F. Sistematika Skripsi Agar dapat memberi gambaran yang jelas tentang keseluruhan isi dari skripsi ini, maka penulis memberi sistematika kedalam 4 ( empat ) bab, sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

14 D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Perlawanan Hukum B. Pengertian Pelaksanaan Putusan atau Eksekusi C. Pengertian Eksekusi Pembayaran Uang D. Pengertian Perlawanan Eksekusi Pembayaran Uang dalam Perkara Perdata E. Macam-Macam Perlawanan Eksekusi Pembayaran Uang F. Objek Perlawanan Eksekusi Pembayaran Uang G. Jangka Waktu Mengajukan Perlawanan H. Pihak-Pihak yang Dapat Melawan Terhadap Eksekusi Pembayaran Uang BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan 1.Pertimbangan Hakim Dalam Menentukan Bahwa Permohonan Perlawanan Pelawan Diterima atau Ditolak di Pengadilan Negeri Surakarta. 2.Akibat Hukum adanya Perlawanan Hukum Terhadap Eksekusi Pembayaran Uang di Pengadilan Negeri Surakarta.

15 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN