Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN MANAJEMEN KINERJA DAN IMBALAN/KOMPENSASI DALAM RANGKA MENINGKATKAN DAN MENUMBUHKAN PERFORMANCE SUMBER DAYA MANUSIA

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kementerian Keuangan adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

Manajemen Kinerja dan Kompensasi

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. ditempatkan di bagian Manajemen Kualitas Divisi MSDM dimana kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. maju. Mereka lebih tertarik pada negara-negara berkembang seperti

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI. dicapainya. Tujuan tersebut diraih dengan mendayagunakan sumber-sumber

Manajemen Sumber Daya Manusia: Manajemen Kinerja

I. PENDAHULUAN. UUD 1945 memberikan posisi yang sangat tinggi pada Badan Pemeriksa

MEMBUDAYAKAN COACHING DI TEMPAT KERJA OLEH: SEGER, Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PSDM

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan organisasi dalam berbagai tuntutan masyarakat dan zaman.

pekerja yang puas akan membuat kontribusi yang positif terhadap organisasi. Para pimpinan merasakan usaha dan kinerja mereka berhasil apabila

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu organisasi.arti kinerja sebenarnya berasal dari kata-kata job performance

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk karyawan untuk berfikir, bersikap dan berperilaku. Budaya organisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagan,

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. POS INDONESIA (PERSERO) UNGARAN

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA KENCANA KOTA SAMARINDA

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II MANAJEMEN KINERJA DAN MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH. 1. Definisi Kinerja dan Manajemen Kinerja

Pengertian manajemen kinerja dan prinsip manajemen kinerja

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance) yang mengarah pada

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan sebelum atau bahkan dapat melebihi standar yang ditentukan oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

Manusia di dalam kehidupannya sehari-hari tidak lepas dari kehidupan. berorganisasi, manusia akan selalu untuk hidup bermasyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan. PMPRB Secara Online pada SEKRETARIAT JENDERAL DAN BADAN KEAHLIAN DPR RI 2016

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Sutarto dalam buku Usman (2009:146) dalam buku Manajemen : Teori,

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bermacam-macam. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

I. PENDAHULUAN. Reformasi keuangan di Indonesia ditandai dengan lahirnya tiga paket undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. perannya sebagai subyek pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional

PENGAWASAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. dianggap mampu dalam suatu perusahaan maka dapat di pastikan akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karyawan untuk mendapatkan kinerja terbaik. memikirkan bagaimana cara perusahaan beradaptasi dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

Subsistem Manajemen Tenaga Kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era reformasi, pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja

BAB I PENDAHULUAN. internal auditing, dimana disebutkan bahwa internal auditing adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. mencoba mengatasi masalah ini dengan melakukan reformasi di segala bidang.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang diinginkan, yaitu menuju arah kinerja yang lebih baik. pembenahan sistem penyelenggaraan negara, agar kinerja Pegawai

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

14FEB. Template Standar Business Ethics and Good Governance

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Total Quality Management (TQM) sistematis terhadap perencanaan dan manajemen aktivitas. TQM dapat diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN Tujuan Instruksional Materi Pembahasan

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah dalam menyelenggarakan sistem pemerintahannya telah bergeser

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal

BAB I PENDAHULUAN. perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja. Tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan secara berturut-turut dibahas tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Keuangan yang merupakan salah satu Kementerian yang. perekonomian di negara ini berhubungan dengan Kementerian Keuangan

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. sekarang, banyak ditemukan permasalahan yang menyebabkan perusahaan. sebagai sumber dayanya, tujuan perusahaan akan sulit tercapai.

Transkripsi:

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP Abstrak Setiap organisasi memiliki arah dan tujuan yang tercermin dalam visi dan misi organisasi. Harus ada mekanisme dalam organisasi untuk mengomunikasikan visi dan misi organisasi kepada seluruh anggota organisasi. Setelah proses pengomunikasian visi dan misi, perlu adanya penetapan beban kerja dan tanggung jawab masing-masing pegawai atau disebut target kinerja. Target kinerja ditetapkan secara jelas dan dapat memotivasi pegawai untuk bekerja dengan sepenuh hati. Karya tulis ilmiah ini dengan judul Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi bertujuan mendeskripsikan unsur-unsur sistem manajemen kinerja untuk pencapaian tujuan organisasi dalam konteks reformasi birokrasi. Penerapan sistem manajemen kinerja haruslah seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi. Salah satu konsep dalam sistem manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif atau dikenal dengan managing people for result. Secara garis besar, konsep managing people for result meliputi tiga topik bahasan, yaitu performance system, communication styles, dan performance system coaching. Sistem kinerja memiliki lima unsur, yaitu situation, performer, response, consequences, dan feedback. Dalam era reformasi birokrasi, harus diciptakan suatu sistem manajemen kinerja untuk menilai capaian kinerja secara individual dan kontribusinya terhadap pencapaian tujuan organisasi. Komitmen dan kompetensi yang diikuti penerapan reward dan punishment yang adil menjadi sarana yang efektif dalam penerapan sistem manajemen kinerja dalam organisasi. Berkaitan dengan peran dan fungsi auditor intern pemerintah, pemahaman dan penerapan sistem manajemen kinerja sangat bermanfaat dalam pelaksanaan fungsi audit, quality assurance, dan konsultatif. Kata kunci: sistem manajemen kinerja, reformasi birokrasi, tujuan, komunikasi, target kinerja individual, performance system, reward, dan punishment. 1

1. Pendahuluan Dalam suatu rapat kerja pada sebuah instansi pemerintah tercetus usulan seperti ini: Kami telah berhasil mencapai kinerja yang ditetapkan oleh manajemen, sekarang kami menuntut perbaikan gaji. Mencermati usulan yang sangat rasional tersebut, tentunya kita dituntut untuk memahami bagaimana ukuran-ukuran yang harus digunakan dalam pengukuran kinerja. Di samping itu, manajemen juga sangat berkepentingan dengan peningkatan kemampuan dan motivasi pegawai. Untuk itu diperlukan sistem manajemen kinerja yang berorientasi pada pegawai untuk menjamin peningkatan kinerja organisasi. Peningkatan kinerja merupakan hal yang mutlak harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah. Hal ini sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pemerintah dalam rangka mewujudkan pelayanan publik yang lebih berkualitas. Untuk itu, pemerintah telah mencanangkan perbaikan/reformasi, khususnya reformasi bagi para penyelenggara/aparatur pemerintah atau yang dikenal dengan reformasi birokrasi. Pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah tidak akan pernah berhenti, karena hakikat reformasi (reform) adalah perubahan secara terusmenerus ke arah yang lebih baik dan bagi instansi publik ukurannya adalah semakin baiknya mutu pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat. Makalah ini dimaksudkan untuk mengenali unsur-unsur penting dalam sistem manajemen kinerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. 2. Pengertian Manajemen Kinerja Menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi (2005), mengutip pendapat beberapa ahli, kinerja memiliki pengertian sebagai berikut: a. Stolovitch and Keeps (1992) menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. b. Griffin (1987) menyatakan bahwa kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. c. Donelly, Gibson, and Ivancevich (1994) menyatakan bahwa kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan 2

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Berdasarkan sudut pandang lain, Moeheriono (2009:60) menyatakan bahwa kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program, kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolok ukur yang ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolok ukur keberhasilannya. Selanjutnya, berkaitan dengan individu pegawai, Moeheriono (2009:61) menyatakan bahwa dalam implementasinya, kinerja tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dengan kepuasan kerja karyawan dan tingkat besaran imbalan yang diberikan, serta dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan, dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, kinerja individu pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh faktor: (1) harapan mengenai imbalan, (2) dorongan, (3) kemampuan, (4) kebutuhan dan sifat, (5) persepsi terhadap tugas, (6) imbalan internal dan eksternal, serta (7) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh pegawai atau sekelompok pegawai dalam suatu organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, yang disebabkan oleh motivasi dan kemampuannya serta adanya kesempatan yang diberikan pihak manajemen kepada karyawannya untuk dapat bekerja secara optimal. Berkaitan dengan pengukuran kinerja, Moeheriono (2009: 61) menyatakan bahwa ada beberapa aspek yang mendasar dan paling pokok dari pengukuran kinerja, yaitu sebagai berikut: a. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi, dengan menetapkan secara umum apa yang diinginkan oleh organisasi sesuai dengan tujuan, visi, dan misinya. 3

b. Merumuskan indikator kinerja dan ukuran kinerja yang mengacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung, sedangkan indikator kinerja mengacu pada pengukuran kinerja secara langsung yang berbentuk keberhasilan utama (critical success factors) dan indikator kinerja kunci (key performance indicator). c. Mengukur tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi, menganalisis hasil pengukuran kinerja yang dapat diimplementasikan dengan membandingkan tingkat capaian tujuan dan sasaran organisasi. d. Mengevaluasi kinerja dengan menilai kemajuan organisasi dan pengambilan keputusan yang berkualitas, memberikan gambaran atau hasil kepada organisasi mengenai seberapa besar tingkat keberhasilan tersebut dan mengevaluasi langkah apa yang harus diambil oleh organisasi selanjutnya. Manajemen kinerja merupakan penggabungan dari dua kata yaitu manajemen dan kinerja. Menurut Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi (2005), mengutip pendapat para ahli, manajemen kinerja didefinisikan sebagai berikut: a. Bacal (1994) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan proses komunikasi yang dilakukan secara terus-menerus dalam kemitraan antara karyawan dengan atasan langsungnya. Proses komunikasi ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. b. Armstrong (2004) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati. c. Schwartz (1999) menyatakan bahwa manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang dasarnya adalah komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut pencapaian tujuan, memberikan umpan balik dari manajer kepada karyawan maupun sebaliknya. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumber daya yang berorientasi pada kinerja. Manajemen melakukan proses 4

komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. 3. Pendekatan dalam Managing People for Result Setiap langkah reformasi birokrasi akan mengakibatkan terjadinya perubahan dan setiap perubahan akan berpotensi menimbulkan permasalahan dalam organisasi dan akan berdampak pada kinerja pelayanan publik pemerintah secara umum. Untuk itu, perubahan dalam organisasi instansi pemerintah harus ditetapkan secara jelas. Di samping itu, target kinerja juga harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan baik kepada seluruh pegawai. Penetapan target kinerja juga harus memperhatikan standar pelayanan minimal sehingga dapat memberikan kepastian bagi masyarakat pengguna jasa. Untuk itu, penerapan sistem manajemen kinerja haruslah dilaksanakan seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi. Salah satu konsep dalam sistem manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia (SDM) secara efektif atau dikenal dengan managing people for result. Secara garis besar, konsep managing people for result meliputi tiga topik bahasan, yaitu performance system, communication styles, dan performance system coaching. Masing-masing topik diuraikan sebagai berikut: a. Performance System (Sistem Kinerja) Model Sistem Kinerja telah mengalami perkembangan berdasarkan hasil riset selama bertahun-tahun. Model sistem kinerja telah terbukti sebagai sebuah model untuk membantu menjelaskan mengapa pegawai melaksanakan pekerjaannya berdasarkan cara/gaya mereka. Secara alamiah, pegawai akan menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan dan tuntutan kerjanya dan hal ini akan memudahkan organisasi dalam mencapai tujuannya. Sistem kinerja terdiri atas lima unsur yang saling berkaitan, yaitu : Situation: kondisi lingkungan tempat seorang Performer melaksanakan pekerjaannya. Performer: individu atau kelompok yang diharapkan untuk melaksanakan tugas tertentu. Response: sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Performer. 5

Consequences: kejadian yang mengikuti tindakan Performer dan menambah atau mengurangi kemungkinan berulangnya tindakan Performer pada situasi yang sama. Feedback: Informasi kinerja yang diterima oleh Performers tentang kemajuan prestasi pekerjaan yang memberikan petunjuk kepada mereka untuk mempertahankan atau memperbaiki sikap dalam bekerja. Sistem kinerja dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 3.1. Sistem Kinerja Dalam suatu sistem kinerja yang efektif, pegawai akan mengetahui apa yang diharapkan oleh organisasi terhadap dirinya. Ekspektasi kinerja ditetapkan secara jelas dan dikomunikasikan dengan baik kepada pegawai sehingga pegawai memahami mengenai target kinerja yang dibebankan kepadanya. Tindakan pegawai dalam melaksanakan tanggung jawabnya akan memberikan hasil, baik yang positif atau negatif beserta segala konsekuensinya. Pencapaian kinerja pegawai yang positif patut diberikan imbalan yang layak. Sebaliknya, pencapaian kinerja yang negatif 6

memungkinkan pegawai yang bersangkutan mendapatkan sanksi atau hukuman terhadap kesalahan yang telah dilakukannya. Selanjutnya, berdasarkan hasil evaluasi kinerja, pegawai akan mendapatkan umpan balik yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja atau memperbaiki metode kerja yang selama ini digunakan. Adanya kerja sama yang baik antara pimpinan dan bawahan dalam suatu organisasi akan memperkuat pelaksanaan sistem kinerja dan akan memudahkan pencapaian target kinerja organisasi secara keseluruhan. b. Communication Styles (Teknik Komunikasi) Menurut Carl G. Jung (1921), terdapat empat hal yang mendasari proses komunikasi antar manusia, yaitu sensing, intuiting, thinking, dan feeling. Sensing memfokuskan diri pada pengalaman, data, praktik, realitas, fakta, detail, keahlian, dan kondisi saat ini. Intuiting memusatkan perhatian pada kemungkinan, inspirasi, kreativitas, imajinasi, visi, pengembangan keahlian baru, gambaran besar, dan masa yang akan datang. Thinking memusatkan diri pada logika, kebenaran, prinsip, pertanyaan, pemecahan masalah, tugas, dan memperlakukan orang lain dengan baik. Feeling memusatkan diri pada sistem nilai, orang, harmoni, penerimaan, mendukung orang lain, hubungan antar manusia, dan memperlakukan orang lain secara khusus. Jung menyimpulkan bahwa dalam proses komunikasi, empat unsur tersebut seluruhnya digunakan secara bersamaan. Akan tetapi, dalam praktiknya, masing-masing orang akan menggunakan setiap unsur tersebut sesuai dengan skala prioritas, situasi, dan kondisi yang dihadapinya. Pemahaman mengenai berbagai teknik komunikasi dapat meningkatkan kemampuan pegawai dalam berinteraksi dengan pegawai yang lain. Keterampilan berkomunikasi ini merupakan hal penting dalam implementasi sistem kinerja. Pemahaman mengenai hal tersebut menjadi dasar yang penting dalam proses pelatihan sistem kinerja secara efektif dan dapat mendorong pegawai untuk meningkatkan kinerjanya. c. Performance System Coaching Salah satu hal penting dalam pencapaian visi dan misi suatu organisasi adalah adanya kejelasan tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang jelas dan 7

dikomunikasikan kepada anggota organisasi akan memotivasi pegawai dalam bekerja dan meningkatkan kinerjanya. Terlepas dari fokus organisasi pada individu atau pada kerja sama tim, dua-duanya memerlukan unsur kepemimpinan yang tangguh. Pemimpin yang baik harus dapat memberikan arahan yang jelas dan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Untuk dapat mengarahkan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi dengan baik, seorang pemimpin harus dapat mencegah dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh para pegawai. Hal ini dapat dilakukan melalui coaching (pelatihan). Jadi, coaching merupakan keahlian yang sangat perlu dimiliki oleh pemimpin unit organisasi, pejabat pembuat komitmen, ketua tim, dan anggota tim (pegawai) dalam suatu organisasi. Tujuan dari coaching adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang akan membantu Performers dalam memonitor dan memperbaiki kinerjanya secara terus-menerus (berkelanjutan). Tanggung jawab dari kegiatan coaching ini berada pada coach (pelatih) dan Performers. Pelatih harus dapat mengidentifikasi berbagai kemungkinan dan peluang untuk memperbaiki kinerja organisasi, dan menentukan saat yang tepat untuk melaksanakan coaching atau tidak terhadap performers. Selanjutnya, coach dan performers bersama-sama mendiskusikan berbagai kendala yang ditemukan dalam sistem kinerja dan mencari solusi untuk memperbaiki kinerja organisasi. Dengan demikian, coaching akan dapat memberikan jaminan perbaikan mengenai pencapaian kinerja pegawai secara individual, efektivitas kerja sama tim, dan kepuasan pegawai yang melaksanakan pekerjaan terkait. 4. Simpulan Sebagai sebuah konsep manajemen kinerja, Managing People for Result memberikan pemahaman yang jelas mengenai pentingnya tujuan (target) organisasi, langkah-langkah dalam pencapaian tujuan, dan evaluasi perbaikan yang didasarkan pada proses komunikasi yang jelas antara pimpinan dan bawahan. Kompetensi ini sangatlah dibutuhkan bagi seorang auditor internal (BPKP, Inspektorat Jenderal Kementerian dan Non Kementerian, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota) dalam pelaksanaan tugasnya membantu manajemen (Menteri, Kepala Lembaga, Gubernur, Bupati dan Walikota) dalam meningkatkan kinerja organisasinya secara ekonomis, efisien, dan efektif. Oleh karena itu, auditor intern pemerintah dituntut untuk memahami 8

dan mampu menerapkan konsep sistem manajemen kinerja untuk kalangan mereka sendiri maupun dalam pelaksanaan fungsi konsultansi kepada pihak manajemen auditan. 9

DAFTAR PUSTAKA Blancard, Hersey. 1995. Manajemen Perilaku Sumber Daya Manusia. Darsono. 2010. Budaya Organisasi (Kajian tentang Organisasi, Budaya, Ekonomi, Sosial, dan Politik), Erlangga, Nusantara Consulting http://herususilofia.lecture.ub.ac.id/2013/02/pokok-bahasan-i-manajemen-kinerjadan-kompensasi-konsep-dasar-manajemen-kinerja/ Jung, Carl G. 1921. Psychological Types, Princenton, dalam www.en.wikipedia.org, diakses tanggal 10 Juli 2013 Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Ghalia Indonesia. Rock, David. 2007. Enam Langkah Mengubah Kinerja Demi Kesuksesan Perusahaan Anda, P.T. Gramedia, Jakarta Romuna. 2005. Mengenal Potensi Manusia, untuk kalangan sendiri. Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi Mohd Basri. 2005. Performance Appraisal : Sistem yang Tepat untuk Menilai Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sabardi, Agus. 2001. Manajemen Pengantar. UPP AMP YKPN. Snijders, Adelbert. 2004. Antropologi Filsafat, Kanisius, Yogyakarta. Sugian, Syahu. 2006. Kamus Manajemen (Mutu). Gramedia Pustaka Utama 10