menyampaikan maksud atau kehendak antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi dapat berlangsung dengan baik jika pelaku komunikasi terampil berbahasa.

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Rezki Agus Pandai Yani Tanjung

SAMROH ANNISYA MALAU. Key word: Cooperative Integreted Reading and Composition, hasil belajar, membaca cerpen

Kata Kunci: Struktur, Ciri Kebahasaan, Menulis, Teks Prosedur Kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

Kata Kunci: Pengaruh STAD Wacana-Menulis Karangan Argumentasi PENDAHULUAN

PENGARUH KEEFEKTIFAN MEMBACA CEPAT TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN IDE POKOK PARAGRAF

OLEH: Nia Elceria Saragih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi siswa Kelas X SMA Negeri 2. Tanah Sepenggal Kabupate Bungo Tahun Ajaran 2013/2014

PENGARUH PENGUASAAN KONTEKS TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN OLEH SISWA KELAS VII SMP SWASTA JOSUA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

Kata menduduki posisi yang sangat penting, dalam keterampilan berbahasa. Hal ini didukung oleh pendapat Keraf (2003:10) yang menyatakan bahwa,

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PANCINGAN KATA KUNCI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SIGUMPAR TAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

Oleh Try Annisa Lestari ABSTRAK

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

EFEKTIVITAS METODE DISKURSUS MULTY REPRECENTACY

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF DESKRIPSI SISWA BERDASARKAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BABALAN TAHUN AJARAN 2012/2013

Kemampuan Mengubah Wacana Narasi Menjadi Puisi Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Girsang

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

PERBEDAAN GAYA MENULIS CERITA PENDEK SISWA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI SMA ISLAM TERPADU (IT) BINAUL UMMAH KELAS XI TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh Sri Lestari Siregar Prof. Dr. Tiur Asi Siburian, M. Pd.

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 PURWOREJO

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

ARTIKEL ILMIAH. Kemampuan Menulis Laporan Pengamatan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 16 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh: Pebrina Pakpahan

KORELASI PENGUASAAN STRUKTUR KALIMAT DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG NARASI SISWA KELAS X SMA BUDI MULIA CILEDUG. Evawani Elisa

Kata kunci: paragraf deskripsi, metode pembelajaran di luar ruang kelas

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

keterampilan berbahasa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Keterampilan menulis

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

Oleh Beatriz Lasmaria Harianja Mara Untung Ritonga, S.S., M.Hum.,Ph.D. ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

Kemampuan Menulis Paragraf Deskriptif Siswa Kelas VII C SMP Negeri 17 Batanghari. Oleh: Erwansyah RRA1B Abstrak

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF SISWA KELAS X A SMA NEGERI 8 MUARO JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh : Alamsyah ABSTRAK

Iin Pratiwi Ningsih Manurung Drs. Azhar Umar, M.Pd. ABSTRAK

Rama Wadi. NIM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rahayu Yulistia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MEDIA TAJUK RENCANA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SAPURANTAHUN PEMBELAJARAN 2012/2013

PENGARUH STRATEGI IMAJINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENEMUKAN NILAI KEHIDUPAN DALAM CERPEN OLEH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS ESKPLANASI SISWA KELAS XI SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

Oleh: Nurul Habibah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

Oleh Nirmala Sari Siregar Fitriani Lubis, S.Pd., M.Pd.

Pengaruh Penggunaan Media Tanam Hidroponik Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Terong (Solanum melongena) Fahruddin

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

KEMAMPUAN SISWA KELAS X SMA 3 MUARO JAMBI DALAM MENULIS TEKS PIDATO OLEH SULIS TRIYA NINGSIH ABSTRAK

Kata Kunci: menulis, cerpen, metode kuantum

Istarani (2012 : 87), memaparkan pendapatnya mengenai keunggulan model pembelajaran Group Investigation, yaitu:

PENGARUH MODEL GAMBAR DAN GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS EKSPOSISI OLEH SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 GEBANG TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE KOLABORASI PADA SISWA KELAS X SEMESTER II SMA N 9 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

ARTIKEL PENGARUH METODE COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS X SMA NUSANTARA LUBUKPAKAM T.

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI STRATEGI MEMBACA EKSPRESIF

HUBUNGAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MERESENSI NOVEL REMBULAN MERAH OLEH SISWA KELAS XI SMA DHARMA BAKTI MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

Hubungan Intensitas Membaca dengan Keterampilan Menulis Narasi Siswa Kelas IV SD Gugus II Pengasih Kulon Progo

BAB I PENDAHULUAN. Keempat aspek tersebut memiliki hubungan yang erat satu sama lain.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS IV MELALUI MODEL DIRECT WRITING ACTIVITIES DI SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA WIDYA KUTOARJO

BAB I PENDAHULUAN. mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran Bahasa Indonesia haruslah berisi usaha-usaha yang dapat

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK AKROSTIK PADA SISWA KELAS X MA AL-ASY ARI KERAS DIWEK JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

HUBUNGAN PENGUASAAN DIKSI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 4 BALIGE TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEMBACA DAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4 BINTAN TAHUN AJARAN

PENGARUH METODE DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGIDENTIFIKASI UNSUR-UNSUR INTRINSIK CERITA PENDEK

KEMAHIRAN MENULIS KARANGAN NARASI BERDASARKAN LIRIK LAGU SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013.

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INSTRINSIK CERPEN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 SEMPARUK

Oleh Warniatul Ulfah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL SISWA KELAS IX.1 SMP NEGERI 3 BATIPUH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

Oleh Rahmayanti Harahap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata merupakan bentuk atau unit yang paling kecil dalam bahasa yang

ARTIKEL. Disusun dan diajukan oleh: FERNANDO M N NIM Telah Diverifikasi dan Dinyatakan Memenuhi Syarat. untuk Diunggah pada Jurnal Online

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN FISHBOWL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIOVISUAL TAYANGAN TELEVISI CERMIN KEHIDUPAN TRANS 7

Transkripsi:

HUBUNGAN MINAT BACA CERPEN ANAK DENGAN KEMAMPUAN MENGARANG CERITA PENDEK OLEH SISWA KELAS V SD SWASTA SETIA BUDI KECAMATAN PERBAUNGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010/2011 Abstrak Tampubolon ( 1993 ) menjelaskan bahwa pada hakekatnya membaca adalah kegiatan fisik dan mental untuk menemukan makna dari tulisan, walaupun dalam kegiatan itu terjadi proses pengenalan huruf-huruf. Dikatakan kegiatan fisik, karena bagian-bagian tubuh khususnya mata, yang melakukannya. Dikatakan kegiatan mental, karena bagian-bagian pikiran khususnya persepsi dan ingatan, terlibat didalamnya. Diperjelas oleh pendapat Smith (ginting 2005) bahwa membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis Minat baca cerpen anak oleh siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011 adalah cukup dengan skor rata-rata 54,73 dengan tingkat membaca cukup. Kemampuan mengarang cerita pendek (cerpen) siswa cukup dengan skor rata-rata 60,67, dan tingkat kemampuan 60,67%. Selanjutnya ada hubungan minat baca cerpen anak dengan kemampuan mengarang cerita pendek oleh siswa SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011. Hal ini diperkuat dari hasil perhitungan statistik uji korelasi r product moment diperoleh nilai r xy = 0,604 dan nilai korelasi tersebut signifikan setelah diuji dengan membandingkan nilai kritisnya yaitu 0,604 > 0,361 (0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kemampuan siswa mengarang cerpen diperlukan pemahaman guru tentang pentingnya minat baca cerpen. Upaya-upaya tersebut perlu dilakukan guru maupun pihak sekolah setempat dengan menyediakan cerpen anak di sekolah. Pendahuluan Manusia adalah makhluk sosial, yakni makhluk yang saling memiliki sifat ketergantungan antara satu dengan lainnya. Ini lazim disebut dengan interaksi sosial. Agar interasi sosial dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan alat yang berfungsi

menyampaikan maksud atau kehendak antara satu dengan yang lainnya. Komunikasi dapat berlangsung dengan baik jika pelaku komunikasi terampil berbahasa. Pada dasarnya keterampilan berbahasa dikelompokkan ke dalam empat bagian yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Menulis sebagai bentuk keterampilan berbahasa merupakan bentuk pengekspresian jiwa apa yang ada dalam hati penulis yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis dapat dikatakan sebagai bentuk komunikasi antara penulis dengan pembaca, sehingga dengan membaca tulisan tersebut pembaca dapat memahami apa yang ada dalam pikiran penulis. Agar dapat berkomunikasi secara tertulis, maka diperlukan kemampuan menulis dengan baik. Karena itu wajar dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat ditekankan. Bahkan sejak awal memasuki sekolah dasar, siswa sudah diajarkan bagaimana menulis yang baik. Namun pada tingkat permulaan siswa masih diajarkan menulis pada aspek kebahasaan, sedangkan menulis sastra dimulai pada kelas III. Ini sangat jelas terlihat dari materi pelajaran kelas III kurikulum 2006, siswa sudah diajarkan materi membaca puisi dan mengarang cerita pendek, misalnya mengarang cerita tentang pengalaman pribadi. Meskipun pembelajaran menulis sudah diajarkan kepada siswa, namun masih saja sering ditemukan kurangnya kemampuan siswa dalam menulis, khususnya dalam menulis sastra. Masih sering ditemukan kurangnya kemampuan k siswa menulis sastra dengan baik. Hal terlihat ketika siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan disuruh mengarang cerita pendek, tidak satu pun siswa yang mampu melakukannya dengan baik. Cerita yang ditulis siswa tidak jelas alur ceritanya, isi cerita tidak menarik, pilihan kata dan susunan kalimatnya tidak tepat. Kuat dugaan faktor penyebab kurangnya kemampuan siswa menulis cerita pendek adalah karena minimnya wawasan siswa tentang materi tulisan dan bagaimana cara menuangkannya secara tepat dalam bentuk tulisan. Ini terjadi karena siswa jarang membaca buku-buku yang relevan seperti cerpen anak. Sebab dalam dengan membaca cerpen anak siswa memperoleh pelajaran tentang bagaimana teknik menulis cerpen yang baik. Namun hal di atas masih bersifat dugaan, untuk itu perlu dilakukan penelitian apakah ada keterkaitan antara minat membaca cerpen anak anak dengan kemampuan menulis cerpen anak. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan penelitian yang berjudul : Hubungan Minat Baca Cerpen Anak dengan Kemampuan Mengarang Cerita Pendek oleh Siswa kelas V SD

Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011. Dan ditemukan beberapa masalah yang timbul yaitu: Minat siswa dalam membaca cerpen anak masih kurang, siswa jarang membaca cerpen anak, minimnya cerpen anak yang dimiliki siswa, kemampuan siswa mengarang cerpen masih kurang, fasilitas pendukung kemampuan pembelajaran sastra khususnya mengarang cerpen masih minim, guru kurang melatih siswa untuk mengarang cerpen anak, dan alokasi waktu pembelajaran yang tersedia sangat terbatas sehingga pembelajaran menulis cerpen hanya dilakukan guru secara sepintas saja. Pembahasan Cerita pendek yang hanya memuat beberapa halaman saja dan dapat diselesaikan dalam sekali Cerpen adalah singkatan dari cerita pendek. Laelasari dan Nurlaila (2006:62), berpendapat Cerpen adalah suatu karangan pendek yang berbentuk naratif atau cerita prosa

yang mengusahkan kehidupan manusia yang penuh perselisihan, mengharukan, menggembirakan. Kisahnya pendek kurang dari 10.000 kata. Menurut Parera (1996:43) Cerpen adalah cerita tertulis yang isinya hanya terdiri dari beberapa halaman saja, sehingga pembaca dapat membacanya hanya dalam beberapa waktu. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen adalah baca. Cerpen anak berati cerpen yang ditujukan khusus buat anak-anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2001: 234), disebutkan bahwa Minat ialah kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu. Selanjutnya Winkel (1994:197) mengatakan, Minat adalah kecenderungan subjek yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu sehingga subjek merasa senang mempelajarinya. Sementara itu Semiawan (1992:76) mengatakan, Minat adalah suatu keadaan yang menghasilkan respon terarah kepada situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya. Minat menimbulkan sikap positif sebagai suatu kesiapan untuk berbuat bila stimulus yang sesuai dengan keadaan tersebut. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan hati pada suatu objek karena adanya respon, sehingga seseorang itu terangsang dan senang untuk berperilaku seperti yang dilihat atau dirasakannya. Jika objek minat adalah membaca maka Rahim (2008:28) berpendapat, Minat baca ialah keinginan yang kuat disertai usaha - usaha seseorang untuk membaca. Minat baca pada seseorang tidak dapat terbentuk secara spontan atau tiba-tiba. Minat baca tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan begitu saja, tetapi minat muncul dari keadaan hati seseorang setelah adanya stimulus atau rangsangan, sehingga dari stimulus tersebut memberikan respon atau reaksi terhadap keadaan hati seseorang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2001:34), b ahwa Minat tidak dapat timbul secara tibatiba/spontan, melainkan timbul sebagai akibat partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Sehubungan dengan hal itu Effendi (1989:57) mengatakan, Minat timbul apabila individu tertarik kepada sesuatu sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu yang akan dipelajari dirasakan bermakna bagi dirinya. Membaca memiliki pengertian yang luas. Secara leksikal membaca berarti memperoleh informasi dari teks atau bacaan yang dibaca. Namun dalam perkembangan selanjutnya, orang sering menggunakan pengertian membaca dalam konteks lain, misalnya membaca pikiran

orang dan lain-lain. Dalam kajian teori yang dimaksud dengan membaca adalah membaca teks atau bacaan. Tarigan (2005:7) mengemukakan, M embaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Hutabarat (1995 : 41) berpendapat, membaca adalah proses di mana pikiran kita menterjemahkan lambang-lambang yang tertulis atau tercetak menjadi gagasan yang ingin disampaikan penulis, dan upaya memahami gagasan itu. Menurut Team (2006:123), Membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, baik dengan melisankan (menguc apkan) maupun hanya dalam hati. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah menterjemahkan lambanglambang bahasa yang tertulis, baik hanya berupa huruf, kata maupun kalimat. Unsur-unsur Cerpen Anak Cerpen anak terdiri dari beberapa unsur pembentuknya. Unsur-unsur cerita cerpen menurut Kasim (1997:21) yaitu alur (plot), penokohan, tema, latar cerita (setting), dan pusat pengisahan. Alur (plot), yaitu rangkaian peristiwa yang menjelaskan apa yang terjadi dan mengapa hal itu terjadi; penokohan adalah sesuatu yang menyediakan alasan bagi tindakan dan menjelaskan bagaimana watak tokoh; tema cerita adalah persoalan pokok yang diungkapkan; latar cerita (setting); dan pusat pengisahan. 1) Alur Alur cerita merupakan rangkaian berbagai peristiwa yang terjadi secara sambung menyambung dan akhirnya menjadi sebuah cerita yang menarik. Cerita yang disajikan pada sebuah cerpen umumnya terjadi atas beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut ialah: (a) Pengantar (b) Penampilan masalah (c) Puncak ketegangan (d) Ketegangan menurun (e) Penyelesaian 2) Penokohan

Penokohan adalah bagian dari isi cerpen yang menjelaskan watak dan karateristik tokoh cerita. Penokohan terbagi ke dalam dua bagian, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu. 3) Latar cerita (setting) Latar cerita adalah semua keterangan mengenai ruang, waktu, dan suasana yang melukiskan dalam karya sastra. Pada cerita berbentuk cerpen, setting dapat diwujudkan dalam bentuk keadaan lokasi penceritaan seperti lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lain-lain. Melalui setting yang ada dalam cerita cerpen seorang pembaca dapat mengetahui ciri khas kehidupan keluarga atau masyarakat tersebut. Teknik Mengarang Cerpen Anak Kesanggupan seseorang dalam menulis cerpen anak dipengaruhi oleh banyak faktor salah satu di antaranya adalah pengetahuan tentang teknik-teknik menulis cerpen. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menghasilkan tulisan cerpen anak yang baik yaitu: a. Menentukan Topik b. Menetapkan tujuan cerpen c. Membuat Kerangka Cerpen Kasim (1997:140) berpendapat: Sebelum menulis karangan, kita perlu menyusun kerangka karangan agar karangan tersusun dengan baik dan tidak acak-acakan (alur teratur). Kerangka karangan itu berupa susunan pokok-pokok pikiran akan dibahas. Menurut Keraf (1991:33) ada beberapa manfaat menulis karangan dengan menggunakan kerangka karangan yaitu: 1) Menyusun Karangan Secara Teratur Karena kerangka karangan adalah garis besar dari karangan yang akan ditulis, maka manfaat yang diperoleh dari kerangka karangan adalah memberikan arah kepada penulis tentang susunan karangan yang akan ditulis, sehingga hasil tulisan lebih terarah dan teratur. Dengan menggunakan kerangka karangan penulis dapat lebih mengkonsentrasikan diri pada aspek-aspek yang akan diceritakan pada karangan tersebut, sehingga isi cerita yang disajikan berurutan dari awal hingga akhir.

2) Menghindari Terjadinya Pengulangan Topik Cerita Dua Kali atau Lebih Pengulangan topik karangan pada sebuah karangan hendaknya dihindari. Pengulangan topik hanya akan membosankan pembaca karena isi cerita yang disajikan itu-itu saja. Pengulangan topik karangan dapat dihindari apabila penulis menggunakan kerangka karangan. Hal ini disebabkan dengan menggunakan kerangka karangan berarti penulis telah membuat rumusan topik yang jelas. 3) Memudahkan Penulis Untuk Mencari Materi Pembantu Isi karangan tidak berupa materi-materi pokok saja, melainkan materi pembantu sangat berperan untuk menghasilkan karangan yang baik. Materi pembantu perlu diperinci meskipun tidak secara mendetail. Namun dalam kerangka karangan penulis telah membuat ancang-ancang yang jelas mengenai permasalahan yang akan diceritakan. Di sinilah penulis dapat mencari materi-materi pendukung yang diperlukan dalam penulisan karangan nantinya. Materi-materi pendukung biasanya digunakan untuk memberikan nilai tambah terhadap isi cerita yang disajikan dalam tulisan. d. Mengembangkan Kerangka cerpen Setelah kerangka cerpen disusun, maka tahap selanjutnya adalah mengembangkannya menjadi sebuah cerpen yang utuh. Pengembangan kerangka karangan dilakukan satu persatu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan ada beberapa unsur yang harus diperhatikan isi gagasan (cerita) yang dikemukakan, organisasi isi (alur cerita, penokohan, kohesi dan koheresi), diksi dan gaya bahasa. Di dalam penuangan isi gagasan yang dikemukakan pada sebuah karangan, penulis sangat dituntut untuk memiliki wawasan yang luas tentang apa yang ditulisnya, sehingga isi karangan benar-benar hidup. Namun demikian dalam penceritaannya, penulis harus mampu mengorganisasi isi sedemikian rupa sehingga isi cerita tidak tumpang tindih atau tidak ceritakan berulang-ulang. Agar isi karangan mudah dipahami pembaca, maka digunakan diksi yang baik dan mudah dipahami pembaca. Berdasarkan hasil pengumpulan angket tentang minat baca cerpen anak siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Abadi Tahun Pembelajaran 2010/2011 diperoleh tabel sebagai berikut: TABEL III SKOR MINAT BACA CERPEN ANAK (X)

Subjek X X 2 Subjek X X 2 1 43 1849 16 53 2809 2 44 1936 17 55 3025 3 44 1936 18 55 3025 4 46 2116 19 55 3025 5 47 2209 20 55 3025 6 47 2209 21 59 3481 7 49 2401 22 59 3481 8 49 2401 23 63 3969 9 49 2401 24 63 3969 10 49 2401 25 63 3969 11 50 2500 26 65 4225 12 50 2500 27 65 4225 13 50 2500 28 68 4624 14 50 2500 29 70 4900 15 53 2809 30 74 5476 Jumlah 1642 91896 Berdasarkan tabel di atas tampak bahwa skor tertinggi minat siswa membaca cerpen anak adalah 74 dan skor terendah adalah 43. Selanjutnya diketahui skor rata-rata (mean) dan a. Mean : X Mean N standar deviasi (SD) sebagai berikut: 1642 Mean 30 Mean = 54,73 b. Standar Deviasi (SD) SD 2 1/ N N X ( X SD 1/ 30 30x91896 (1642) SD = 8,21 ) 2 2 Selanjutnya perlu diketahui kategori atau tingkatan minat baca cerpen anak dengan menggunakan ketentuan yaitu : Skor 85 100 = sangat baik

Skor 70 84 = baik Skor 60 69 = cukup Skor 50-59 = kurang Skor 0 49 = sangat kurang Mengingat skor maksimal angket adalah 80 maka untuk melakukan uji kategori terlebih dahulu skor angket dimodifikasi ke dalam skala skor sebagai berikut: TABEL IV UJI KATEGORI MINAT BACA CERPEN ANAK No Skor Rujukan Skor Maksimal Skor Hasil Kategori 1 85 100 80 68,00 80,00 Sangat baik 2 70 84 80 56,00 67,99 Baik 3 60 69 80 48,00 55,99 Cukup 4 50 59 80 40,00 47,99 Kurang 5 <50 80 < 40,00 Sangat kurang Berdasarkan ketentuan di atas ternyata skor rata-rata minat baca cerpen anak = 54,73 berada pada kategori cukup. Sedangkan untuk menentukan kategori kemampuan mengarang cerpen didasarkan pada aturan baku (skala 0 100). Berdasarkan ketentuan tersebut ternyata skor rata-rata kemampuan mengarang cerpen (60,67) dalam kategori cukup. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kategori minat baca cerpen anak TABEL V KATEGORI MINAT BACA CERPEN ANAK (X) No Skor Kategori Frekuensi Persentase

1 68,00 80,00 Sangat baik 3 10,00 2 56,00 67,99 Baik 7 23,33 3 48,00 55,99 Cukup 14 46,67 4 40,00 47,99 Kurang 6 20,00 5 < 40,00 Sangat kurang 0 0,00 Jumlah 30 100,00 Berdasarkan tabel VI di atas diketahui bahwa minat baca cerpen anak didominasi oleh siswa yang memiliki skor dalam kategori cukup, yakni mencapai 14 (46,67%), 3 (10%) siswa sangat baik, 7 (23,33) siswa cukup, dan 6 (20%) siswa dalam kategori kurang. Tidak ada satu pun siswa yang memiliki tingkat minat baca cerpen anak dalam kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil penilaian tentang kemampuan mengarang cerpen yang dilakukan terhadap 40 siswa klas V SD Setia Budi Abadi Kecamatan Perbaungan diperoleh data sebagai berikut: TABEL VI SKOR KEMAMPUAN MENGARANG CERPEN (Y) Subjek Y Y 2 Subjek Y Y 2 1 60 3600 16 65 4225 2 45 2025 17 60 3600 3 50 2500 18 70 4900 4 50 2500 19 55 3025 5 50 2500 20 65 4225 6 55 3025 21 60 3600 7 65 4225 22 60 3600 8 60 3600 23 65 4225 9 65 4225 24 65 4225 10 60 3600 25 60 3600 11 60 3600 26 70 4900 12 60 3600 27 65 4225 13 55 3025 28 65 4225 14 60 3600 29 75 5625 15 65 4225 30 60 3600 Jumlah 1820 111650 Berdasarkan tabel VI di atas menunjukkan bahwa skor tertinggi kemampuan siswa mengarang cerpen adalah 75 dan skor terendah adalah 45. Sedangkan skor rata-rata dan standar deviasinya adalah:

a. Mean: Y Mean N 1820 Mean 30 Mean 60,67 Sandar Deviasi (SD) SD 2 1/ N N X ( X SD 1/ 30 30x111650 (1820) SD = 6,42 ) 2 2 Selanjutnya dapat ditentukan kategori kemampuan siswa mengarang cerpen sebagai berikut: TABEL VII KATEGORI KEMAMPUAN MENGARANG CERPEN (Y) No Skor Kategori Frekuensi Persensentase 1 85 100 Sangat baik 0 0,00 2 70 84 Baik 3 10,00 3 60 69 Cukup 20 66,67 4 50 59 Kurang 6 20,00 5 <50 Sangat kurang 1 3,33 Jumlah 30 100,00 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kemampuan mengarang cerpen didominasi oleh siswa yang memiliki kemampuan dalam kategori cukup, yakni mencapai 20 (66,67 %). Tidak ada satu pun siswa yang memiliki skor dalam kategori sangat baik, sedangkan yang memperoleh nilai baik hanya 3 (10%). Sementara itu masih ditemukan siswa yang memiliki kemampuan mengarang cerpen di bawah cukup, yakni 6 (20%) kurang dan 1 (3,33%) sangat kurang.

Ini memberikan gambaran bahwa ada keterakiatan yang cukup erat antara minat siswa membaca cerpen dengan kemampuan mengarang cerpen, yakni cukupnya kemampuan mengarang cerpen dipengaruhi oleh cukupnya minat baca cerpen siswa. Dengan nilai korelasi = 0,604 menunjukkan bahwa hubungan antara minat baca cerpen anak dengan kemampuan mengarang cerpen adalah kuat. Dengan demikian dapat diprediksikan bahwa kurang optimalnya kemamuan siswa mengarang cerpen adalah karena siswa jarang membaca cerpen. Rendahnya frekuensi siswa membaca cerpen tersebut tentunya karena siswa kurang berminat membaca cerpen anak. Padahal dengan sering membaca cerpen siswa akan memperoleh banyak pengetahuan tentang seluk beluk cerpen dari cerpen yang dibacanya. Ini cukup beralasan karena dengan banyak membaca cerpen siswa memperoleh banyak pengetahuan bagiamana teknik menulis cerpen yang baik, bagaimana cara mengisahkan sisi cerita dan bagaimana menyusun diksi dan gaya bahasa yang baik sehingga cerpen tersebut menarik untuk dibaca. Untuk itu dalam meningatkan kemampuan mengarang cerpen khususnya cerpen anak diperlukan dalam diri siswa minat membaca cerpen. Untuk menumbuhkan minat tidak hanya dengan memberikan saran atau nasehat kepada siswa, melainkan juga perlu dibarengi dengan penyediaan fasilitas belajar yang mendorong siswa berminat membaca cerpen, seperti menyediakan perpustakaan sekolah atau hal-hal lain yang relevan.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah membahas permasalahan-permasalahan yang diteliti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Minat baca cerpen anak oleh siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011 adalah cukup dengan skor rata-rata 54,73 dengan tingkat membaca cukup. 2. Kemampuan mengarang cerita pendek (c erpen) siswa kelas V SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011 adalah cukup dengan skor ratarata 60,67, dan tingkat kemampuan 60,67%. 3. Ada hubungan minat baca cerpen anak dengan kemampuan mengarang cerita pendek oleh siswa SD Swasta Setia Budi Kecamatan Perbaungan Tahun Pembelajaran 2010/2011. Hal ini diperkuat dari hasil perhitungan statistik uji korelasi r product moment diperoleh nilai r xy = 0,604 dan nilai korelasi tersebut signifikan setelah diuji dengan membandingkan nilai kritisnya yaitu 0,604 > 0,361 (0,05). B. Saran 1. Perlunya guru menanamkan minat membaca cerpen kepada siswa, karena hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang erat antara minat membaca cerpen dengan kemampuan siswa mengarang cerpen, 2. perlunya pihak sekolah setempat menyediakan buku-buku bacaan untuk meningkatkan minat dan kemampuan siswa mengarang cerpen, dan 3. perlunya dilakukan penelitian lanjutan guna dijadikan masukan dan saran konstruktif terhadap hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Kurikulum 2004. Djiwandono, Soenardi. 2008. Tes Bahasa. Jakarta: PT. Indeks. Hutabarat, E.P. 1995. Cara Belajar. Jakarta: BPK. Gunung Mulia Kamisa. 2007. Kamus Lengkap Bahas Indonesiai. Surabaya: Kartika. Kartono, Kartini. 2001, Bimbingan Belajar di SMA an Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Raka Grafindo Persada. Kasim, Ahmad. 1997. Pelajaran Bahasa Indonesia. Surabaya. SIC. Keraf, Gorys. 1991. Komposisi. Flores: Nusa Indah. Laelasari dan Nurlaila. 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia. Musini. 2010. Bimbingan Apresiasi Sastra Anak. Medan: USU Press. Nazir, M. 1993. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Rahim, Faridah. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Samad, Danniel. 1998. Kiat Sukses Studi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sardiman, AM. 2001. Interkasi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia. Sudjana. 1994. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Simanjuntak P. 1990. Pembaharuan dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana. 1994. Metoda Statistika. Bandung: 67Tarsito. Sudjiman, Panuti. 1987. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sukasworo, I dkk. 2004. Untaian Gramatika dan Sastra Indonesia. Jakarta: Piranti. Usman, Moh. Uzer. 1996. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakaya.