Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2.Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI ICS SNI. Metode Estimasi Potensi Energi Panas Bumi BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

POTENSI PENGEMBANGAN PEMBANGKIT LISTRIK PANASBUMI SUHU RENDAH DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK PROVINSI PAPUA BARAT

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENYELIDIKAN EKSPLORASI BAHAN GALIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

Posisi geologi Indonesia yang berada di jalur vulkanik aktif dunia. membuat Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral dan energi yang cukup

2017, No sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 105 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2015

Klasifikasi Sumberdaya Mineral dan Cadangan

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

BAB III LANDASAN TEORI

SNI Standar Nasional Indonesia. Tata cara umum penyusunan laporan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

SNI Standar Nasional Indonesia. Angka parameter dalam estimasi potensi energi panas bumi BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

KESIAPAN DATA POTENSI PANAS BUMI INDONESIA DALAM MENDUKUNG PENYIAPAN WILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Potensi panas bumi di Indonesia merupakan yang terbesar di. Panas Bumi dan Teknologi BAB IV. Reservoir. 4.1 Reservoir Panas Bumi

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Triantara Nugraha, 2015

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PANAS BUMI TAHUN 2008

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia memiliki daerah vulkanik yang berlimpah. Sebagian besar

PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI SUMBER DAYA MINERAL DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vulkanik aktif yang berasal dari aktivitas tektonik di dalam bumi.indonesia

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

BAB IV PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

BSN. Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Dahlan, Eddy M., Anna Y.

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu kawasan yang terbentuk akibat pertemuan tiga

KERANGKA ACUAN KERJA ( TERM OF REFERENCE TOR )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

SURVEI MAGNETOTELURIK DAERAH PANAS BUMI MARANA KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH. Oleh: Asep Sugianto 1) dan Suwahyadi 2)

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

M MODEL KECEPATAN BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE TOMOGRAFI DATA MICROEARTHQUAKE DI LAPANGAN PANAS BUMI ALPHA

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BAB I PENDAHULUAN. barat dan kelompok timur. Kawah bagian barat meliputi Kawah Timbang, Kawah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi saat ini semakin meningkat khususnya di wilayah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat. Tantangan masa depan

BAB II TINJAUAN GEOLOGI. yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Indo - Australia, dan. dilihat pada Gambar 1.

BAB I PENDAHULUAN. modern ini, baik untuk kebutuhan sehari-hari yang bersifat individu maupun

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Ahli Hidrogeologi Muda. Ahli Hidrogeologi Tingkat Muda. Tenaga ahli yang mempunyai keahlian dalam Hidrogeologi Tingkat Muda

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

PENYUSUNAN PEDOMAN TEKNIS EKSPLORASI BIJIH BESI PRIMER. Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

POTENSI DAN WILAYAH KERJA PERTAMBANGAN PANAS BUMI DI INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

Jurnal Einstein 2 (2) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG KEGIATAN USAHA PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NoMoR : 1790 K/33/MEM/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang

www UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA SKEMA BISNIS PENGEMBANGAN DAN PENENTUAN HARGA LISTRIK PANAS BUMI DI INDONESIA TESIS ARIONO IFANDRY

Penyelidikan potensi air tanah skala 1: atau lebih besar

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

MENTERI ENERG! BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

Transkripsi:

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI 13-5012-1998 ICS 73.020 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia BADAN STANDARDISASI NASIONAL-BSN

LATAR BELAKANG Indonesia secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama yaitu : Lempeng Eropa-Asia, India-Australia dan Pasifik yang berperan dalam proses pembentukan gunung api di Indonesia. Kondisi geologi ini memberikan kontribusi nyata akan ketersediaan energi panas bumi di Indonesia. Manifestasi panas bumi yang berjumlah tidak kurang dari 244 lokasi tersebar di P. Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan, Kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, P. Sulawesi, Halmahera dan Irian Jaya, menunjukkan betapa besarnya kekayaan energi panas bumi yang tersimpan di dalamnya. Penyelidikan energi panas bumi di Indonesia dimulai sekitar tahun 1920 dan pengusahaannya berkembang dari tahun ke tahun. Untuk mengantisipasi perkembangan pengusahaan energi ini maka Pemerintah Indonesia dalam hal ini Departemen Pertambangan dan Energi memandang perlu untuk melakukan Standardisasi Nasional di bidang kepanas-bumian. Langkah pertama telah ditempuh dengan membentuk Tim Kecil Kelompok Kerja Panitia Teknis Panas Bumi Departemen Pertambangan dan Energi pada tahun 1991. Untuk menindak-lanjuti langkah tersebut maka pada tahun 1997, Departemen Pertambangan dan Energi melalui Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral membentuk Panitia Penyusunan Standardisasi dengan mengambil judul Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia. Standardisasi ini adalah dasar untuk membuat klasifikasi potensi energi panas bumi secara nasional demi tercapainya keseragaman dalam penentuan ketersediaan energi panas bumi di Indonesia.

DAFTAR ISI LATAR BELAKANG DAFTAR ISI i ii 1. Ruang lingkup 2. Acuan 3. Definisi 4. Peristilahan 5. Klasifikasi Potensi 5.1 Dasar-Dasar Estimasi Potensi Energi Panas Bumi 5.2 Metoda Estimasi Potensi Energi Panas Bumi 5.3 Tahapan Penyelidikan Dan Pengembangan Panas Bumi 5.4 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi 6. Pelaporan LAMPIRAN

KLASIFIKASI POTENSI ENERGI PANAS BUMI DI INDONESIA 1. RUANG LINGKUP Standardisasi ini merupakan pedoman untuk mengklasifikasikan potensi energi panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik reservoar serta estimasi kesetaraan listrik. 2. ACUAN Acuan utama yang digunakan dalam penyusunan Standar Nasional Klasifikasi Potensi Panas Bumi di Indonesia adalah hasil Kerja Tim Kecil Kelompok Kerja Panitia Teknis Panas Bumi Departemen Pertambangan dan Energi, tahun 1994. Beberapa acuan lain yang digunakan yaitu : McKelvey, V.E. 1972. Mineral Resources Estimates And Public Policy. American Sci., Vol. 60. Issue 1, pp.32-40. Principles of Resources/Reserve Classification for Mineral, US Bureau of Mines and US Geological Survey Circular 831, 1980. United Nations International Framework Classification for Reserves/Resources-solid Fuels and and Mineral Commodities 1996. 3. DEFINISI Klasifikasi potensi energi panas bumi adalah pengklasifikasian potensi energi panas bumi berdasarkan hasil penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, teknik reservoar, serta estimasi kesetaraan listrik. 4. PERISTILAHAN Cadangan panas bumi : Jumlah kandungan panas yang tersimpan di bawah permukaan dan diestimasikan dengan ilmu-ilmu

kebumian, kelistrikan yang dapat dimanfaatkan dalam waktu tertentu. Daerah panas bumi : Fumarol : Kubangan lumpur panas : Klasifikasi sumber daya : panas bumi Klasifikasi cadangan panas: bumi Lapangan panas bumi : Daerah yang mempunyai indikasi adanya potensi panas bumi. Hembusan uap air (H 2 O) melalui lubang atau celah, umumnya di daerah vulkanik. Jenis manifestasi panas bumi yang berupa kubangan lumpur dengan suhu lebih besar dari suhu air setempat di permukaan Pengklasifikasian potensi panas bumi hasil pengumpulan, penyaringan, pengolahan serta interpretasi data dan informasi dari suatu daerah panas bumi baik di permukaan maupun bawah permukaan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kemungkinan ketersediaan energi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai energi, didasarkan pada hasil penyelidikan pendahuluan dan pendahuluan lanjutan. Pengklasifikasian potensi panas bumi hasil pengumpulan, penyaringan, pengolahan serta interpretasi data dan informasi panas bumi baik di permukaan maupun bawah permukaan dari suatu daerah, untuk mendapatkan gambaran mengenai besarnya potensi panas bumi bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai energi berdasarkan hasil prastudi kelayakan dan diidentifikasi dengan sumur eksplorasi serta dibuktikan dengan sumur uji delineasi. Daerah yang berpotensi panas bumi dan memungkinkan untuk diusahakan secara komersial.

Mata air panas : Manifestasi panas bumi : Natural heat loss : Penyelidikan terpadu : Peta geologi pendahuluan : Peta geologi rinci : Peta geologi tinjau : Potensi energi panas bum : Reservoar panas bumi : Sistem panas bumi : Solfatar : Tempat keluarnya air tanah yang bersuhu lebih tinggi dari pada suhu udara sekitarnya, yang keluar secara alami di permukaan. Gejala di permukaan yang merupakan ciri terdapatnya potensi energi panas bumi, Nilai kehilangan panas dari sumber panas bumi di permukaan. Penyelidikan yang dilakukan dengan berbagai metoda sehingga dapat menyajikan informasi secara terpadu. Peta geologi yang dibuat pada tahap penyelidikan pendahuluan lanjutan dengan skala 1 : 25.000 sampai dengan 1 : 50.000. Peta geologi yang dibuat pada tahap penyelidikan rinci dengan skala 1 : 5.000 sampai dengan 1 : 10.000. Peta geologi yang dibuat berdasarkan hasil peninjauan lapangan. Besarnya energi yang tersimpan pada suatu daerah/lapangan panas bumi setelah diestimasi dengan ilmu-ilmu kebumian dan atau pengujian sumur. Wadah di bawah permukaan yang bersifat sarang dan berdaya lulus terhadap fluida, dapat menyimpan fluida panas serta mempunyai temperatur dan tekanan dari sistem panas bumi. Adalah sistem energi panas bumi yang memenuhi kriteria geologi, hidrogeologi dan heat transfer yang cukup, terkonsentrasi untuk membentuk sumber daya energi. Hembusan gas gunung api terutama mengandung gas H 2 S dan endapan belerang.

Steaming ground : Sumber daya panas bumi : Uji sumur : Suatu jenis manifestasi panas bumi yang berupa tanah panas beruap. Besarnya potensi panas bumi yang ditentukan dengan dasar estimasi parameter terbatas, untuk dibuktikan menjadi potensi cadangan. Pengujian parameter fisik dan kimia fluida yang dilakukan pada sumur panas bumi yang dimulai dari saat sumur dinyatakan selesai pengeboran hingga sumur dibuka. 5. KLASIFIKASI POTENSI 5.1 Dasar-dasar Estimasi Potensi Energi Panas Bumi Estimasi potensi energi panas bumi ini didasarkan pada kajian ilmu geologi, geokimia, geofisika dan teknik reservoar. Kajian geologi lebih ditekankan pada sistem, vulkanis, struktur geologi, umur batuan, jenis dan tipe batuan ubahan dalam kaitannya dengan sistem panas bumi. Kajian geokimia ditekankan pada tipe dan tingkat maturasi air, asal mula air panas, model hidrologi dan sistem fluidanya. Kajian geofisika menghasilkan parameter fisis batuan dan struktur bawah permukaan dari sistem panas bumi. Kajian teknik reservoar menghasilkan fase teknik yang mendefinisikan klasifikasi cadangan termasuk sifat fisis batuan dan fluida serta permindahan fluida dari reservoar. Dari keempat kajian tersebut diatas diperoleh potensi energi dan model sistem panas bumi.

5.2 Metoda Estimasi Potensi Energi Panas Bumi Estimasi potensi energi panas bumi dapat dilakukan dengan cara : a) mengestimasi kehilangan panas (natural heat loss) yang dilakukan pada awal eksplorasi. b) Membandingkan dengan daerah panas bumi lain yang mempunyai kemiripan lapangan dan telah diketahui potensinya. c) Mengestimasi energi panas yang terkandung dalam batuan maupun fluida. d) Mengestimasi kandungan massa fluida dengan memperhitungkan energi panas yang terdapat dalam fluida (air panas maupun uap). 5.3 Tahapan Penyelidikan Dan Pengembangan Panas Bumi Tahapan penyelidikan dan pengembangan panas bumi yang berkaitan dengan klasifikasi potensi energi (lihat Alur kegiatan penyelidikan dan pengembangan panas bumi dan lampiran) adalah sebagai berikut : 5.3.1 Penyelidikan Pendahuluan/Rekonaisan Kegiatan ini meliputi studi literatur dan peninjauan lapangan (geologi, geokimia). Dari penyelidikan ini akan diperoleh peta geologi tinjau dan sebaran manifestasi (seperti : air panas, steaming ground, tanah panas, fumarol, solfatar), suhu fluida permukaan dan bawah permukaan serta parameter panas bumi lainnya yang berguna untuk panduan penyelidikan selanjutnya. 5.3.2 Penyelidikan Pendahuluan Lanjutan Dalam penyelidikan pendahuluan lanjutan ini dilakukan penyelidikan geologi, geokimia, dan geofisika. Penyelidikan geologi dilakukan dengan pendataan dari udara dan permukaan yang

menghasilkan peta geologi pendahuluan lanjutan, dilengkapi dengan penyelidikan geohidrologi dan hidrologi yang menghasilkan peta hidrogeologi. Penyelidikan geokimia meliputi pengamatan visual, pengambilan contoh analisis kimia air, gas serta tanah. Hasilnya berupa peta anomali unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam air, gas dan tanah, jenis fluida bawah permukaan, asal-usul fluida serta sistem panas bumi. Penyelidikan geofisika yang digunakan adalah pemetaan geofisika dan menghasilkan peta geofisika dengan interval yang memungkinkan untuk dibuat kontur. 5.3.3 Penyelidikan Rinci penyelidikan rinci dilakukan berdasarkan rekomendasi dari penyelidikan sebelumnya, yang lebih dititik beratkan pada penyelidikan ilmu kebumian terpadu (geologi, geokimia, geofisika), dan dilengkapi pemboran landaian suhu. Pada penyelidikan geologi dilakukan pemetaan geologi rinci dengan skala yang lebih besar daripada peta pendahuluan lanjutan, termasuk di dalamnya pemetaan batuan ubahan. Penyelidikan geokimia dilakukan dengan interval titik yang lebih rapat dan lokasi penyelidikannya lebih terarah berdasarkan hasil penyelidikan sebelumnya. Hasilnya berupa peta anomali unsur kimia dan model hidrologi. Penyelidikan geofisika dilakukan dengan cara pemetaan dan pedugaan yang menghasilkan peta anomali dan penampang tegak pendugaan sifat fisis batuan. Pada sumur landaian suhu dilakukan juga penyelidikan geologi, geokimia dan geofisika, yang menghasilkan penampang batuan, sifat fisis serta kimia batuan dan fluida sumur. Analisis data terpadu dalam tahap penyelidikan ini menghasilkan model panas bumi tentatif dan saran lokasi titik bor eksplorasi. 5.3.4 Pengeboran Eksplorasi (wildcat) Pengeboran eksplorasi (wildcat) adalah kegiatan pengeboran yang dibuat sebagai upaya

untuk mengindentifikasi hasil penyelidikan rinci sehingga diperoleh gambaran geologi, data fisis dan kimia bawah permukaan serta kualitas dan kuantitas fluida. 5.3.5 Prastudi Kelayan Kajian mengenai potensi panas bumi berdasarkan ilmu kebumian dan kelistrikan yang merupakan dasar untuk pengembangan selanjutnya. 5.3.6 Pengeboran Delineasi Kegiatan pada tahap ini adalah pengeboran eksplorasi tambahan yang dilakukan untuk mendapatkan data geologi, fisik dan kimia reservoar serta potensi sumur dari suatu lapangan panas bumi. 5.3.7 Studi Kelayakan Kajian mengenai kelistrikan dan evaluasi reservoar untuk menilai kelayakan pengembangan lapangan panas bumi dilengkapi dengan rancangan teknis sumur produksi dan perancangan sistem pembangkit tenaga listrik. 5.3.8 Pengeboran Pengembangan Jenis kegiatan yang dilakukan adalah pengeboran sumur produksi dan sumur injeksi untuk mencapai target kapasitas produksi. Pada tahap pengeboran pengembangan ini dilakukan pengujian seluruh sumur yang ada sehingga menghasilkan kapasitas produksi. 5.3.9 Pemanfaatan Panasbumi Panasbumi dapat dimanfaatkan dengan dua cara yaitu dengan cara pemanfaatan langsung dan tidak langsung.

ALUR KEGIATAN PENYELIDIKAN DAN PENGEMBANGAN PANASBUMI PENYELIDIKAN PENDAHULUA SUMBER DAYA SPEKULATIF PENYELIDIKAN PENDAHULUAN LANJUTAN SUMBER DAYA HIPOTETIS PENYELIDIKAN RINCI CADANGAN TERDUGA PENGEBORAN EKSPLORASI (WILDCAT) CADANGAN MUNGKIN PRASTUDI KELAYAKAN PENGEBORAN DELINEASI STUDY KELAYAKAN CADANGAN TERBUKTI (SIAP DIKEMBANGKAN) PENGEBORAN PENGEMBANGAN PEMANFAATAN PANAS BUMI

5.3.9.1 Pemanfaatan langsung Pemanfaatan langsung adalah pemanfaatan fluida panas bumi untuk keperluan nonlistrik. 5.3.9.2 Pemanfaatan Tidak Langsung Pemanfaatan tidak langsung adalah pemanfaatan energi panas bumi sebagai pembangkit tenaga listrik. 5.4 Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi Klafikasi ini dibuat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan pada suatu daerah atau lapangan panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan menghasilkan klasifikasi sumber daya, sedangkan tahapan penyelidikan rinci menghasilkan klasifikasi cadangan. 5.4.1 Klasifikasi Sumber Daya Sumber daya panas bumi dibagi dalam dua kelas yaitu : kelas spekulatif dan hipotetis. 5.4.1.1 Kelas Sumber Daya Spekulatif Kelas sumber daya spekulatif adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada studi literatur serta penyelidikan pendahuluan. 5.4.1.2 Kelas Sumber Daya Hipotetis Kelas sumber daya hipotetis adalah kelas sumber daya yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan pendahuluan lanjutan.

5.4.2 Klasifikasi Cadangan Cadangan panas bumi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu : kelas terduga, mungking dan terbukti. 5.4.2.1 Kelas Cadangan Terduga Kelas cadangan terduga adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci. 5.4.2.2 Kelas Cadangan Mungkin Kelas cadangan mungkin adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci dan telah diindentifikasi dengan bor eksplorasi (wildcat) serta hasil prastudi kelayakan. 5.4.2.3 Kelas Cadangan Terbukti Kelas Cadangan Terbukti adalah kelas cadangan yang estimasi potensi energinya didasarkan pada hasil penyelidikan rinci, diuji dengan sumur eksplorasi, delineasi dan pengembangan serta dilakukan studi kelayakan. 6. PELAPORAN Dokumen klasifikasi potensi energi panas bumi di wilayah Indonesia ini disimpan di instansi yang ditunjuk.

LAMPIRAN MATRIKS KLASIFIKASI POTENSI ENERGI PANAS BUMI Klasifikasi Tingkat Penyelidikan Metoda/Kegiatan Keluaran Sumber Daya I. Penyelidikan Pendahuluan Studi literatur dan tinjauan lapangan 1. Peta geologi tinjau dan sebaran manifestasi Spekulatif 2. Suhu fluida di permukaan 3. Suhu bawah permukaan (estimasi) 4. Potensi sumber daya spekulatif 1. Peta geologi pendahuluan 1. Geologi 2. a) peta anomali unsur kimia Sumber Daya II. Penyelidikan Pendahuluan 2. Geokimia b) Tipe fluida dan Hipotetis Lanjutan 3. Geofisika (Pemetaan) c) Sistem panas bumi 4. Geohidrologi & hidrologi 3. Peta geofisika 4. Peta hidrogeologi 5. Potensi sumber daya hipotetis

lanjutan Klasifikasi Tingkat Penyelidikan Metoda/Kegiatan Keluaran 1. Geologi 1. a) Peta geologi rinci a. permukaan b) Peta zona ubahan b. bawah permukaan c) Peta struktur geologi 2. Geokimia d) Peta identifikasi bahaya geologi a. permukaan 2. a) peta anomali kimia b. bawah permukaan b) Model hidrologi Cadangan 3. Geofisika (Pemetaan) 3. a) peta anomali dan penampang Terduga III. Penyelidikan Rinci a. pemetaan tegak pendugaan sifat fisis batuan b. pendugaan b) sifat fisis batuan dan fluida sumur c. logging (landaian suhu) landaian suhu 4. Pengeboran Landaian Suhu 4. Sumur Landaian suhu 5. Model panas bumi tentatif 6. Saran lokasi titik bor eksplorasi 7. Potensi Cadangan Terduga

Klasifikasi Tingkat Penyelidikan Metoda/Kegiatan Keluaran lanjutan Cadangan Mungkin 1. Sumur eksplorasi 1. Pengeboran eksplorasi 2. a) Model geologi bawah permukaan IV. Pengeboran Eksplorasi 2. Geologi b) Zona ubahan 3. Pengujian sumur 3. Sifat fisis dan kimia sumur (geokimia, geofisika) 4. Model panas bumi tentatif 5. Potensi sumur eksplorasi 1. a) Potensi cadangan mungkin V. Prastudi Kelayakan Evaluasi potensi b) Pemanfaatan langsung atau tidak langsung 2. Rencana Pengembangan

Klasifikasi Tingkat Penyelidikan Metoda/Kegiatan Keluaran lanjutan 1. Sumur delineasi VI. Pengeboran Delineasi 1. Pengeboran eksplorasi 2. Model panas bumi tambahan 3. Potensi sumur 2. Pengujian sumur 4. Karakteristik reservoir 1. Potensi cadangan terbukti Cadangan 1. Evaluasi cadangan (simulasi) 2. a) Rancangan sumur produksi dan injeksi Terbukti VII. Studi Kelayakan 2. Perancangan Teknis b) Rancangan pemipaan sumur produksi c) Rancangan sistem pembangkit listrik 3. Layak atau tidak layak untuk dikembangkan 1. Pengemboran sumur 1. Sumur pengembangan VIII. Pengeboran Pengembangan pengembangan 2. Kapasitas produksi lapangan panas bumi 2. Pengujian sumur (ton/jam)