Jurnal Cendekia Vol 12 No 3 Sept 2014 ISSN TANAH BEKAS HAK ERFPACHT PERKEBUNAN MILIK WARGA ASING BELANDA YANG DITEMPATI RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
TANAH BEKAS HAK ERFPACHT PERKEBUNAN MILIK WARGA ASING BELANDA YANG DITEMPATI RAKYAT. Oleh: Achmad Bahroni, SH, MH. *) Abstrak

STATUS KEPEMILIKAN TANAH HASIL KONVERSI HAK BARAT BERDASARKAN UU NO. 5 TAHUN 1960

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

Kata Kunci : Konversi, hak tanah

BAB III PELAKSANAAN KONVERSI TANAH ATAS HAK BARAT OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

SKRIPSI PENYELESAIAN TERHADAP SERTIFIKAT HAK MILIK (OVERLAPPING) OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DI KOTA PADANG

HAK MILIK DAN HAK GUNA USAHA (Menurut UUPA)

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.2 No.2 (2013)

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

JURNAL ILMIAH PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK ATAS SERTIFIKAT YANG HILANG (STUDI DI BPN KOTA MATARAM)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PEMBERIAN HAK GUNA USAHA DAN HAK GUNA BANGUNAN : PROSES, SYARAT-SYARAT, HAK DAN KEWAJIBAN

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN (UUPA) adalah hukum agraria penjajahan yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu tanah sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia sehari hari

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN

PENDAFTARAN HAK PAKAI ATAS TANAH

PENDAFTARAN TANAH RH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

BAB I A. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1996 TENTANG HAK GUNA USAHA, HAK GUNA BANGUNAN DAN HAK PAKAI ATAS TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai


MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Menimbang: Mengingat:

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

SKRIPSI PENYELESAIAN TERHADAP SERTIFIKAT HAK MILIK (OVERLAPPING) OLEH BADAN PERTANAHAN NASIONAL DI KOTA PADANG

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGUASAAN ATAS TANAH

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

JURNAL PELAKSANAAN PEMBERIAN HAK MILIK DARI TANAH NEGARA DAN PERLINDUNGAN HUKUMNYA DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR.

PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 1956 tanggal 31 Desember 1956

Pertemuan ke-2 GARIS-GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA. Dosen : Dr. Suryanti T. Arief SH.,MBA.,MKn

PERSOALAN AREAL PERKEBUNAN PADA KAWASAN KEHUTANAN. - Supardy Marbun - ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berhadapan dengan keterbatasan ketersediaan lahan pertanahan.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan modal dasar pembangunan, serta faktor penting. dalam kehidupan masyarakat yang umumnya menggantungkan

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR: 3 TAHUN 1979 TENTANG

KEPEMILIKAN HAK PAKAI ATAS TANAH BAGI WARGA NEGARA ASING DI KABUPATEN BADUNG PROVINSI BALI

BAB II PERJANJIAN JAMINAN DALAM HUKUM POSITIF. Istilah jaminan dalam peraturan perundang-undangan dapat dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB II KEWENANGAN PEMERINTAH DALAM PENGUASAAN TANAH MENURUT UNDANG-UNDANG POKOK AGRARIA

BAB I PENDAHULUAN. sebut tanah, selain memberikan manfaat namun juga melahirkan masalah lintas sektoral

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1960 TENTANG PENGUASAAN BENDA-BENDA TETAP MILIK PERSEORANGAN WARGA NEGARA BELANDA

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

Upik Hamidah. Abstrak

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB II PROSES PELAKSANAAN PENINGKATAN STATUS TANAH DARI HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK DI PERUMNAS MARTUBUNG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

Lex et Societatis, Vol. V/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

PEROLEHAN HAK ATAS TANAH YANG BERASAL DARI REKLAMASI PANTAI

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1995 TENTANG

Apa akibat hukum tidak adanya perpanjangan HGB, berkaitan dengan status tanahnya?

HUKUM AGRARIA NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk dikelola, digunakan, dan dipelihara sebaik-baiknya sebagai sumber

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

PELAKSANAAN PENINGKATAN HAK GUNA BANGUNAN MENJADI HAK MILIK UNTUK RUMAH TINGGAL DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN SUKOHARJO

TANGGUNG JAWAB BPN TERHADAP SERTIPIKAT YANG DIBATALKAN PTUN 1 Oleh : Martinus Hadi 2

HAK ATAS TANAH BAGI PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan yaitu mewujudkan pembangunan adil dan makmur, berdasarkan. Pancasila dan Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu harta yang mempunyai sifat permanent dan dapat. dicadangkan untuk kehidupan pada masa datang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam arti hukum, tanah memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


BAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional

PEMANDANGAN UMUM. UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September Undang-undang ini

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1956 TENTANG PENGAWASAN TERHADAP PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH-TANAH PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1956 TENTANG PERATURAN-PERATURAN DAN TINDAKAN-TINDAKAN MENGENAI TANAH-TANAH PERKEBUNAN KONSESI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Gorontalo. Dalam penelitian ini yang dikaji adalah pertama, melakukan observasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

PENERTIBAN ATAS TANAH DAN BANGUNAN TNI DENGAN STATUS OKUPASI

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

Transkripsi:

TANAH BEKAS HAK ERFPACHT PERKEBUNAN MILIK WARGA ASING BELANDA YANG DITEMPATI RAKYAT Oleh: Achmad Bahroni Dosen Fakultas Hukum Universitas Kadiri ABSTRAK Tanah Bekas Hak Erfpacht Perkebunan Milik Warga Asing Belanda yang ditempati rakyat merupakan tanah Negara atau disebut tanah bekas hak-hak Barat, yang dulu pernah diberi hak oleh warga asing Belanda, sejak dikeluarkan UUPA No. 5 Tahun 1960 tanggal 24 September 1960 sampai dengan tahun sekarang, tanah semacam ini sering menimbulkan sengketa antara bekas pemegang hak dengan rakyat yang setempat. Persoalan yang mendasar adalah, banyak dikeluarkan Peraturan Hukum Tanah Nasional yang tumpang tindih, sedangkan UUPA No 5 tahun 1960 kurang tegas dalam menjelaskan, menjabarkan makna dan substansi tanah bekas hak-hak barat, sehingga timbul pendudukan tanah oleh rakyat tanpa mendapat izin atau persetujuan dari pemiliknya/kuasanya. Kata Kunci: UUPA No. 5 Tahun 1960 dan hukum tanah nasional bekas tanah hak-hak barat. ABSTRACT The former plantation land Erfpacht Rights Reserved Foreigners Dutch occupied state land or people is called the land of the former Western rights, once granted the right by foreigners Dutch, since excluded UUPA No. 5 of 1960 dated September 24, 1960 to the current year, the soil of this kind often lead to disputes between the former holder of the rights to the local people. The basic problem is, many of the National Land Law Regulation issued overlapping, while UUPA No. 5 of 1960 are less assertive in describing, describes the meaning and substance of the rights of the former land of the west, which raised the occupation of land by the people without the permission or consent of the owner/proxy. Keywords: UUPA No. 5 Land Law of 1960 and the former national land rights west. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Tanah memiliki nilai ekonomis yang sangat pentimg bagi kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat, bahkan di dalam masyarakat tertentu, seperti di Bali, Minangkabau, Jawa dan Iain-lain, tanah juga memiliki nilai religius magis yang sangat kuat dan tanah selalu diperjuangkan sampai titik darah penghabisan, dalam pepatah Jawa dikatakan "sadumuk batuk sanyari bumi, den tohipetti", Pepatah ini menggambarkan tentang bagaimana berharganya tanah bagi masayarakat jawa, baik secara individual maupun dalam kedudukanya sebagai anggota masyarakat. Sehubungan dengan pentingnya tanah, sering menimbulkan permasalahan. Hal ini disebabkan karena belum adanya landasan hukum pertanahan yang jelas, untuk mendasari hak penguasaan, pendudukan dan pengelolaan hak atas tanah yang berasal dari, bekas hak erfpacht milik warga asing Belanda. Sejak terbitnya UUPA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok 17

Agraria, Pemerintah berusaha untuk melakukan unifikasi dan kodivikasi hukum pertanahan, dengan harapan dapat mewujudkan keadilan dan kepastian hukum, atau setidak-setidaknya dapat mengurangi permasalahan tanah, karena sampai saat ini permasalahan tanah juga belum kunjung selesai, bahkan seiring dengan era reformasi memberikan kesempatan kepada settap orang untuk mempertanyakan hakhaknya kepada negara untuk mendapatkan tanah. UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) menentukan bahwa, Bumi, air, dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara, kalimat dikuasai negara, hendaknya tidak diartikan negara sebagai pemilik sumber daya agraria atas tanah, melainkan hanya memberikan wewenang kepada negara untuk mengatur 3 (tiga) hal sebagaimana disebutkan di dalam ketentuan UUPA Pasal 2 ayat (2) mengenai: a. hubungan hukum antara negara dengan tanah b. masyarakat hukum adat dengan tanah ulayatnya c. hubungan hukum perorangan dengan tanah Tiga hal Negara untuk mengatur tersebut, merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan hubungan yang bersifat "tritunggal" 1. Tanah Hak Erfpacht Bekas Perkebunan warga asing Belanda saat ini, disamping ada yang ditempati rakyat, juga ada yang sudah menjadi perkampungan penduduk, dan bahkan ada yang menjadi kekuasaan pemerintah daerah. 2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan sebagaimana dipaparkan di 1 Harsono Boedi, Undang-undang Pokok Agraria Sejarah Pennyusunan fsi dan Pelaksanaannya Hukum Agraria Indonesia, Djambaran Jakarta 1968. 2 Penguasaan berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No. 86 Tahun 1958 LN. 1958 No. 162 tentang Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda 18 atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah: a. Bagaimana nasib rakyat yang menempati tanah bekas hak erfpacht milik Warga Asing Belanda? b. Bagaimana statusnya terhadap bekas pemegang hak? Tujuan Penelitian Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan sumbangan pemikiran pada pengembangan ilmu hukum, khususnya di bidang hukum tanah nasional yang terkait dengan, tanah erfpacht bekas hak barat milik warga asing Belanda yang ditempati rakyat, untuk dapat diajukan sertifikat hak milik atas nama rakyat, dan yang dapat diajukan sertifikat hak guna usaha atas nama bekas pemegang hak. METODE PENELITIAN Penelitian karya ilmiah ini menggunakan fakta empiris sebagai sample dan hukum normatif, yang dalam wujudnya sebagai norma yang harus ditaati dalam masyarakat, seperti tertuang dalam peraturan perundangundangan mulai dari Undang-Undang Dasar 1945, Undang-undang, Peraturan Pengganti Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri sampai Peraturan Daerah. HASIL DAN PEMBAHASAN Hak erfpacht atau disebut dengan istilah hak guna usaha merapakan hak atas tanah yang berasal dari hak barat, dalam hal ini kata hak erfpacht dibawa oleh bangsa Belanda ketika menjajah Indonesia. Oleh karena itu pengaturanya juga ditempatkan di dalam hukum barat, jenis hak ini tidak dijelaskan secara rinci dalam hukum tanah di Indonesia yang bersumber pada hukum adat, setelah Indoensia merdeka bangsa Belanda sebagai penjajah kembali lagi ke negaranya, maka banyak harta benda yang ditinggalkan. Hak erfpacht adalah "hak usaha suatu hak kebendaan untuk menikmati sepenuhnya akan kegunaan suatu barang tak bergerak milik orang lain, dengan kewajiban akan

membayar upeti tahunan kepada si pemilik sebagai pengakuan akan kepemilikannya, baik berupa uang, baik berupa hasil atau pendapatan". 3 Bendasarkan pada rumusan ketentuan dalam pasal tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa hak erfpacht merupakan hak untuk mengusahakan barang milik orang lain dengan membayar sejumlah uang kepada pemiliknya. Tanah hak erfpacht bekas perkebunan bangsa Belanda ini, diatur dalam undangundang dan peraturan sebagai berikut: 1. Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 1956 tentang Pengawasan Terhadap Pemindahan Hak Atas Tanah-tanah Perkebunan : a. Pasal 1 ayat (1), dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Undangundang Nomor 24 tahun 1954 dan peraturan- peraturan lainnya, maka setiap perbuatan yang berwujut pemindahan hak dan setiap serah pakai buat lebih dari satu tahun mengenai tanah-tanah a) Erfpacth; b) Eigendom dan hak-hak kebendaan lainnya atas tanah untuk perkebunan dari bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya serta dari badan-badan hukum, hanya dapat dilakukan dengan izin Menteri Kehakiman dengan persetujuan Menteri Pertanian. b. Pasal 3 yang dimaksud dengan "serah pakai" ialah semua perbuatan yang berwujud pemindahan resiko untung rugi pemakaian tanah perkebunan kepada orang lain, kecuali yang berwujud pemindahan hak. c. Pasal 4 ayat (4) Tanah perkebunan yang haknya dibatalkan menurut ketentuan pasal ini sejak tanggal surat keputusan pembatalannya menjadi tanah negara bebas dari semua hak-hak pihak ketiga yang membebaninya. 3 Lihat Pasal 720 W/KitabUndang-Undang Hukum Perdata 19 2. Undang-undang RI Nomor 29 Tahun 1956 tentang Peraturan-peraturan dan Tindakantindakan Mengenai Tanah-tanah Perkebunan : a. Pasal 1 menentukan bahwa, hak hak erfpacht guna perusahaan kebun (selanjutnya dalam Undang-undang ini disebut hak-hak erfpacht) yang pada mulainya berlakunya Undang-undang ini sudah habis waktunya atau didalam satu tahun akan habis waktunya, sedang keadaan perusahaannya adalah sedemikian rupa hingga, menurut pertimbangan Menteri Pertanian tidak mungkin diusahakan kembali secara layak, tidak akan diperpanjang atau diperbaharui. b. Pasal 2 dengan tidak mengurangi ketentuan dalam pasal 1 diatas hak erfpacht yang pada mulainya berlakunya Undang-undang ini keadaan perusahaannya adalah sedemikian rupa, hingga menurut pertimbangan Menteri Pertanian tidak diusahakan secara layak, atau karena alasan alasan yang tidak dapat dibenarkan oleh Menteri Pertanian belum diusahakan kembali, dibatalkan oleh Menteri Agraria. 3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 35 tahun 1956 tentang Pengawasan terhadap pemindahan hak atas tanah-tanah perkebunan konsesi: a. Pasal 1 menentukan, dengan tidak mengurangi ketentuan-ketentuan dalam peraturan-peraturan dan akte konsesi yang bersangkutan maka setiap perbuatan yang berwujud pemindahan hak dan setiap serah pakai mengenai tanah-tanah konsensi untuk perkebunan dari bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya serta dari badan-badan hukum hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Menteri Pertanian. b. Pasal 4 Semua perbuatan yang dimaksud dalam pasal 1 yang dilakukan tanpa persetujuan pejabat tersebut dalam pasal itu dengan

sendirinya batal menurut hukum, dan dapat dijadikan alasan untuk membatalkan hak atas tanah yang bersangkutan. 4. Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 LN. 1958 No. 162 tentang Nasionalisasi Perusahaan Milik Belanda: a. Pasal 1 menentukan, Perusahaan Perusahaan milik Belanda yang berada diwilayah RI yang ditetapkan dengan peraturan Pemerintah dikenakan Nasionalisasi dan dinyatakan menjadi milik penuh dan bebas negara RI. b. Pasal 2 ayat 1 menentukan, Kepada pemilik pemilik perusahaanperusahaan tersebut dalam pasal 1 diatas diberi ganti kerugian yang besarnya ditetapkan oleh sebuah panitia yang anggota anggotanya ditunjuk oleh pemerintah. Tanah Hak erfpacht ini biasa dipergunakan oleh pemegang hak untuk keperluan penguasaan tanah-tanah hutan. Untuk itu pemegang hak guna usaha diberi jangka waktu dengan batas yang seimbang dengan hak pemiliknya, biasanya selama 75 tahun hingga 99 tahun. Hak erfpacht dapat berakhir haknya dengan matinya jangka waktu pemegang hak, karena jangka waktunya lama hak erfpacht digunakan untuk perusahaan perkebunan besar atau pembukaan tanah yang masih belukar. Terjadinya tanah perkebunan hak erfpacht atau disebut Hak guna usaha karena penetapan dari Pemerintah. 4 Berakhimya perkebunan hak erfpacht/hak guna usaha karena: a. jangka waktunya berakhir, b. dihentikan sebelum jangka waktunya berakhir karena sesuatu syarat tidak dipenuhi, c. dilepas oleh pemegang haknya sebelum jangka waktunya berakhir, d. dicabut untuk kepentingan umum, e. ditelantarkan, 4 Pasal 31 UUPA No. 5 Tahun 1960 20 f. tanahnya musnah, dan g. ketentuan dalam pasal 30 ayat 2. 5 Berdasarkan penjelasan tersebut diatas bagi rakyat yang metvempati tanah bekas hak erfpacht milik bangsa asing Belanda yang sudah berakir haknya dapat mengajukan permohonan hak, ditujukan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional setempat. 6 Pemohon sebelum mengajukan permohonan hak harus menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik, apabila tidak ada bukti tertulis cukup dibuktikan dengan penguasaan fisik selama 20 tahun secara terus menerus dan diperoleh dengan itikad baik. 7 Permohonan hak dilakukan dengan cara, pemohon datang di Kantor BPN setempat untuk membeli blangko permohonan pengukuran dan blangko permohonan Sertifikat hak milik untuk yang pertama kali, berikutnya petugas BPN datang ke lokasi fisik bidang tanah untuk melakukan pengukuran, setelah pengukuran selesai dilakukan oleh petugas ukur dari BPN, diadakan pembentukan Tim Peneliti tanah/panitia A, setelah Tim peneliti tanah Panitia A selesai dilaksanakan dengan catatan tidak ada masalah dalam sidang Panitia A, berikutnya Kepala BPN menerbitkan Surat Keputusan pemberian hak milik atas nama pemohon, lebih lanjut pemohon mengajukan ke loket pendaftaran tanah untuk mendaftarkan Sertifikat hak milik yang dilampiri Surat keputusan pemberian hak tersebut, dalam waktu tidak terlalu lama Kepala BPN setempat, menerbitkan Sertifikat hak milik atas nama pemohon selaku pemegang hak atas tanah. 5 6 7 Pasal 34 UUPA No. 5 Tahun I960 Pasal 4 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional (PMNA/KBPN) Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Pasal 24 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,sebagai hasil penyempurnaan reformasi dari Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961

Bagi Bekas pemegang hak yang masih mempunyai saham-saham Perusahaan Perkebunan bekas hak Erpfacht, dapat mengajukan pembaharuan hak kepada Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional setempat, selama masih ada milik bekas pemegang berupa, tanaman dan bangunan yang melekat diatas tanah, karena menikmati hak perdata tidaklah tergantung pada hak kenegaraan. 8 Hak, terlebih dahulu harus diumumkan ke media masa, untuk menghindari gugatan dari bekas pemegang hak. 2. Kepada Kepala Kantor BPN dan Kepala Kelurahan/Kepala Desa yang wilayahnya terdapat tanah bekas hak erfpacht hak-hak barat, dapat diadakan program Prona Ajudikasi penerbitan Sertifikat massal, apabila tanahnya sudah menjadi perkampungan penduduk. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tanah Bekas hak erfpacht perkebunan Milik Warga Asing Belanda yang ditempati rakyat, merupakan tanah Negara, dapat diterbitkan Sertifikat Hak Milik atas nama rakyat yang menempati tanah secara terus menerus dan dengan itikad baik. 9 Apabila bekas pemegang hak mengajukan pembaharuan Sertifikat Hak Guna Usaha, bekas pemegang hak harus memberikan ganti rugi yang layak kepada rakyat yang menempati tanah, dan rakyat tidak dibenarkan untuk dituntut uang sewa, karena rakyat menempati tanah Negara, karena penggunaan tanah Negara harus berpihak kepada kesejahteraan rakyat secara adil. 2. Tanah Bekas hak erfpacht perkebunan Milik Warga Asing Belanda, apabila tidak ditempati rakyat dan tidak menjadi perkampungan penduduk dapat menjadi aset kekayaan Negara dalam pengelolaan dan tanggung jawab Pemerintah Daerah setempat. Saran 1. Kepada Kepala BPN setempat, apabila menerima pengajuan permohonan hak atas tanah bekas hak erfpacht dari rakyat yang menempati tanah, mohon untuk tetap diproses permohoan haknya dengan kehati-hatian, dan sebelum menerbitkan Surat Keputusan Pemberian 8 9 Pasal 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata/BW Lihat Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendqftaran tanah 21

DAFTAR PUSTAKA Harsono Boedi, Hukum Agraria Indonesia bagian Pertama Jilid I Cetakan ke 4 Djambaran Jakarta. 1975. CST, Kansil, Modul hukum Perdata, Get, III PT. Praditnya Paramita Jakarta. Efenndy Parangin, Praktek Pengurusan Sertifikat hak atas tanah CV, Raja Wali Jakarta. Harsono Boedi, Hukum Agraria Indonesia Himpunan Peraturan-Peraturan Hukum Tanah, Djambtan, Jakarta 1981 Himpunan Peraturan perundang-undangan Bidang Hak Atas Tanah Badan Pertanahan Nasional Proyek Pengembangan Hukum Pertanahan 2003. Hans Kelsen, Teori Hukum Murni, Dasardasar Ilmu Hukum Normatif, sebagai Ilmu Hukum Impirik -Diskreptip, Sumardi (alih bahasa) Rimdi Pres Jakarta. H. Ali Achmad Chomsah, Hukum Agraria Pertanahan di Indonesia Cet I 2004 Tiem Prestasi Pusta Karya Jakarta. Moh. Mahfud, MD, Politik Hukum di Indonesia PT. Taka LP3ES Indonesia, Jakarta 1998 R. Soehadi, Penyelesaian Sengketa tentang Tanah Sesudah Berlakunya UUPA, Karya Anda Surabaya. Soebekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cet, 29 PT, Intermasa Jakarta. 22