BAB I PENDAHULUAN. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang menjalankan sebagian besar sistem operasional perbankan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU nomor 25 tahun 1992, koperasi adalah suatu bentuk. badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan. menyalurkannya kedalam masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organisasi perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini setiap Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM) serta

BAB I PENDAHULUAN. 1 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari ah, Depok : Rajagrafindo Persada, 2014, h. 24

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang berbasis syari ah sumber-sumber ekonomi. yang tersedia secara terarah dan terpadu serta dimanfaatkan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bank pembiayaan rakyat syari ah atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sesama dalam persaingannya didunia ekonomi. Hal tersebut sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. perubahan. Perusahaan yang berada dalam lingkungan bisnis tertentu harus

BAB I PENDAHULUAN. mikro ini tampil dalam bentuk Baitul Maal Wa Tamwil (BMT). Lembaga ini secara

BAB I PENDAHULUAN. dengan aktifitas lembaga keuangan secara halal. kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syari ah 1. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 2004, hlm Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil (BMT), UII Pres Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2004, h Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonosia, 2003, h 96.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan syariah pada tahun Salah satu uji coba yang cukup

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berbuat baik sedangkan menurut istilah adalah suatu pekerjaan atau

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Pengertian dan Landasan Hukum Asuransi Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Islam, Yogyakarta, Darma Bakti Wakaf, 1992, h Karnaen Perwata Atmaja dan Muhamad Syafii Antonio, Apa Dan Bagaimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. dan Menengah Republik Indonesia Nomor 91/Kep/IV/KUKM/IX/2004. tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perbankan syari ah mapun lembaga keuangan syari ah pada akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm.3

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan perdagangan. Bila ditelusuri asal mula timbulnya

BAB I PENDAHULUAN. bank syariah dan Unit Usaha Syariah belum banyak seperti sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. 1 M. Aziz A, Pedoman Pendirian BMT. Jakarta: Pinbuk Press, 2004, h. 6.

BAB I ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN MULTI JASA DENGAN AKAD IJARAH DI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARI'AH (BPRS) MITRA HARMONI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setelah berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) timbul peluang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, UII Press, Yogyakarta, 2002, hlm.91. 2

University Press, 2009), hlm Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, dan Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan

PENGELOLAAN DANA ASURANSI TA AWUN DI KJKS BAITUTTAMWIL TAMZIS WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh ke Indonesia. Pada awal periode 1980-an, diskusi mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu urat nadi perekonomian sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Operasionalisasi BMI kurang menjangkau usaha masyarakat kecil. untuk mengatasi hambatan operasionalisasi BMI tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keimanan dan ketakwaan melahirkan krisis politik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Pustaka Setia Bandung, Bandung, 2013, hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN. yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem bank mana yang dimaksud adalah perbankan yang terbebas dari praktik

BAB I PENDAHULUAN. instrumen penting dalam sistem ekonomi telah berkembang pesat dalam dua

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kualitatif.

umat Islam terhadap praktek keuangan yang tidak sesuai dengan syari ah perbankan konvensional yang diidentikkan dengan riba. 1 Dengan demikian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan koperasi atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Baitul mal wa

BAB I PENDAHULUAN. Pres, cet-ke 1, 2004, h Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Watamwil, Yogyakarta: UII

BAB I. berkembang adalah pendirian dan operasionalisasi BMT (Baitul maal wa. tamwil). Belakangan, perkembangan BMT (Baitul maal wa tamwil) tidak

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang berarti di Indonesia maupun dunia. Ekonomi Islam juga

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 5

BAB I PENDAHULUAN. mendefinisikan koperasi sebagai kumpulan orang-orang atau badan hukum,

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya bank konvensional juga berfungsi sebagai suatu lembaga

BAB I PENDAHULUAN 66. Aksara, 2001, h.1. 1 Mansur, Ekonomi Islam, Salatiga :STAIN Salatiga Press, 2009, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Pelajar, 2009, h Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

PENDAHULUAN. 7% dari total UMKM berhasil meningkatkan statusnya, baik dari mikro menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2015, h Gita Danupranata, Buku Ajar Manajemen Perbankan Syariah, Jakarta: Salemba. Empat, 2013, h. 103.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Pemahaman Nasabah Terhadap Jasa Simpanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang Islami dalam aspek sumber. (wawancara dengan dr. Ismanto tenaga medis di RSI Pati, 17 Maret 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. hlm.15. Press, 2008,hlm. 61

BAB I PENDAHULUAN. 1 Nur S. Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, Jakarta: Aufa Media, 2012, h. 4

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang telah berkembang pesat dalam perekonomian dunia maupun di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, baik penelitian dengan paradigma kuantitatif maupun kualitatif.

BAB I PENDAHULUAN Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta: UII. Press, 2005, h. 1.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang bergerak dalam dunia bisnis terdiri dari beragam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan dorongan fitrah yang mutlak dan tidak bisa dihilangkan dari

BAB I PENDAHULUAN. ini, telah mendorong munculnya berbagai jenis produk dan system usaha

1 Khotibul Umam, Dasar-dasar dan Dinamika Perkembangannnya di Indonesia, Jakarta: Rajawali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pesat, dimana Perbankan Syari ah mendapatkan respon yang positif oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. h Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Jakarta: Pustaka Alfabet, cet. 4, 2006, h. 2

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti halnya bank konvensional, juga berfungsi sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. atau angket serta dari data yang dimiliki oleh pihak perusahaan. 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar

BAB I PENDAHULUAN. yaitu lembaga yang memiliki kemampuan gabungan dari kemampuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diterbitkannya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tahunn 2003 yang

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian studi lapangan yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. misal; asuransi syari ah, pegadaian syariah, reksadana syari ah, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia), Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1999, hlm. 1. Pustaka Utama, hlm. 10

BAB I PENDAHULUAN. Bekasi Gramata Publising, 2014.hml 9. 1 Rahma Hidayat, Efesiensi Perbankan Syariah: Teori dan Prakteik,

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fondasi perekonomian suatu negara berada didalam dunia lembaga keuangannya. Lembaga Keuangan yang sehat akan menunjang perekonomian negara secara keseluruhan. Lembaga Keuangan yang mempunyai peran penting dalam peningkatan perekonomian nasional baik makro maupun mikro. Lembaga keuangan yang paling erat menggerakkan perekonomian baik makro maupun mikro yaitu Perbankan dan Koperasi. Sejak Indonesia mengalami krisis ekonomi dan monenter pada akhir tahun 1997, peranan baitul maal wattamwil (BMT) cukup besar balam membantu kalangan usaha kecil dan menengah. Peranan BMT tersebut sangat penting dalam membangun kembali iklim usaha yang sehat di Indonesia. BMT juga memerlukan strategi yang tepat bagi pemberdayaan usaha kecil dan menengah. Strategi itu diharapkan menjadi salah satu alat untuk membangun kembali kekuatan ekonomi rakyat yang berakar pada masyarakat dan mampu memperkokoh system perekonomian nasional. Sehingga problem kemiskinan dan tuntutan ekonomi dimasyarakat secara berangsur-angsur dapat teratasi. 1 Dan volume pendapatan ekonomi di Indonesia akan semakin meningkat. Baitul maal wattamwil (BMT) sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandasakan syariah. Keberadaa baitul 27 1 Ahmad Hasan Ridwan, BMT Bank Islam, Bandung: Pustaka Bany Quraisy, 2004, hlm. 1

2 maal wattamwil (BMT) merupakan representasi dari kehidupan masyarakat dimana baitul maal wattamwil (BMT) mampu mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat. 2 Dengan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta menawarkan produk-produk perbankan dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah yang bertujuan mencari keuntungan tanpa meninggalkan jiwa social didalamnya dan menghapus rentenir yang begitu menjamur dilapisan masyarakat kecil. Dalam khazanah Islam, lembaga keuangan mikro syari ah (BMT) merupakan rumah besar setidaknya terdiri dari tiga ruang yaitu Baituttamwil yang mengurusi masalah bisnis, Baitutta awun yang mengurusi masalah tolong menolong dan penjaminan, serta Baitut maal yang berhubungan dengan penyaluran dana-dana sosial. 3 Dalam asuransi syar ah, risiko individu atau organisasi disebarkan atau dibagi dengan orang atau organisasi lain yang memiliki sifat risiko yang relatif sama. Berdasarkan model yang diterapkan oleh asuransi syari ah, individu atau organisasi membayar kontribusi dalam bentuk sumbangan dengan ketentuan bahwa bila terjadi risiko pada salah satu anggota, anggota tersebut akan menerima bantuan dana tabarru untuk menutupi kerugian yang dihadapinya. 4 2 M Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah M Sholahuddin, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2006, hlm. 75. 2005, hlm. 23. 3 Majalah Tamaddun Edisi XIX/th. IV/April 2009, hlm. 5. 4 Iqbal muhaimin, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik, Jakarta: Gema Insani Press,

3 Oleh sebab itu TAMZIS merintis Divisi Penjaminan pada bulan Oktober 2007. Baituttamwil TAMZIS mengembangkan penjaminan mikro syari ah, yaitu pengelolaan dana bersama untuk tolong-menolong (ta awun) ketika anggota mendapat musibah. Baituttamwil TAMZIS yang merupakan salah satu koperasi jasa keuangan syari ah yang memberikan penekanan pada Baituttamwil sehingga menjadikannya sebagai leader dan meletakkan dua fungsi lainnya didalam kerangka tamwil. Akan tetapi baitutta awun atau dalam Baituttamwil TAMZIS dikenal sebagai Divisi Penjaminan bertugas untuk mengatasi resiko yang mungkin terjadi pada anggotanya. Melalui Divisi Penjaminan anggota akan mendapat pembebasan sisa pembiayaan bagi anggota pembiayaan. Dalam hal ini penentuan Divisi Penjaminan Baituttamwil TAMZIS dalam pengajuan pembiayaan, anggotanya akan dikenai iuran dana ta awun. Apabila ada anggota yang sedang mengalami musibah, berupa kecelakaan yang mengakibatkan cacat tetap/sakit parah, kebakaran tempat usaha, dan anggota pembiayaan yang meninggal dunia. Maka Divisi Penjaminan memberi dana tabarru kepada anggotanya. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis ingin meneliti dan mengangkat tema tentang penentuan tarif premi pada baitutta awun yang merupakan suatu divisi baru di Baituttamwil TAMZIS di dalam penulisan Tugas Akhir yang berjudul PENERAPAN IURAN DANA TABARRU PADA DIVISI PENJAMINAN DI BAITUTTAMWIL TAMZIS.

4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan divisi penjaminan dalam lembaga keuangan syariah, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada kajian penerapan iuran ta awun pada divisi penjaminan. Berdasrkan batasan masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Siapa saja yang dikenai premi dana tabarru dalam divisi penjaminan? 2. Bagaimana menentukan tarif iuran dana ta awun di divisi penjaminan? 3. Variable apa yang digunakan divisi penjaminan untuk menentukan besaran iuran dana tabarru? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan umum penelitian ini ialah: untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam rangka evaluasi terhadap penerapan iuran dana ta awun pada divisi penjaminan. Adapun tujuan khusus penulisan ini adalah: 1. Untuk mengetahui tarif dana tabarru yang dikenakan pada anggota pembiayaan. 2. Untuk mengetahui batasan atau perbedaan pengajuan pembiayaan. 3. Untuk mengetahui variabel yang digunakan divisi penjaminan dalam menentukan sumbangan dana tabarru.

5 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang bisa diambil antara lain: 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam kajian penentuan dana ta awun dalam divisi penjaminan. 2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan wacana dan motivasi KJKS TAMZIS agar dapat selalu berkembang. E. Telaah Pustaka Untuk mendukung penelaahan yang lebih mendetail seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah, maka penulis berusaha untuk melakukan kajian awal terhadap pustaka ataupun karya-karya yang mempunyai relevansi terhadap topik yang ingin diteliti. Pustaka-pustaka yang menjadi telaahan dalam penulisan ini antara lain : Tugas Akhir dengan judul Pembebasan Pembiayaan Mudharabah pada Divisi Penjaminan di Baituttamwil TAMZIS. Karya Zahrotun Niswah Mahasiswi Program Ahli Madya dalam Ilmu Perbankan Syari ah IAIN Walisongo Semarang tahun 2009. Dalam tugas akhir ini membahas tentang pembebasan pembiayaan mudharabah pada Divisi Penjaminan, prosedur pengajuan pembebasan pembiayaan dilakukan di kantor cabang Baituttamwil TAMZIS. Kemudian kantor cabang akan mengirim data tersebut ke kantor pusat Baituttamwil TAMZIS. Adapun data yang dikirim berupa bukti setoran penjaminan, surat keterangan seperti meninggal dunia, kebakaran tempat usaha dari Pemerintah Daerah setempat, maupun surat keterangan sakit

6 parah/cacat tetap dari rumah sakit/dokter, foto copy akad pembiayaan serta rincian saldo pembiayaan mudharabah. Selanjutnya, Divisi Penjaminan akan melakukan verifikasi data. Setelah verifikasi data selesai, maka realisasi akan dilakukan dengan cara pelunasan sisa pembiayaan yang telah diajukan oleh anggota pembiayaan mudharabah di Baituttamwil TAMZIS. Tapi disini peneliti ingin membahas tentang menentukan tarif premi dana ta awun serta variabel yang digunakan dalam menentukan premi tersebut. F. Metode Penelitian Dalam menyusun Tugas Akhir ini, daa merupakan bagian yang sangat penting. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan harus akurat, komprehensif, dan relevan bagi permasalahan yang sedang diteliti. Adapun metode penelitian yang digunakan penulis antara lain: 1. Jenis Penelitian Dalam menyusun Tugas Akhir ini, penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dengan analisis kualitatif yang dalam hal ini tidak menggunakan perhitungan angka-angka statistic, melainkan dalam bentuk artistic. 2. Sumber Data a. Data Primer Merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara baik dengan pihak Baituttamwil TAMZIS.

7 b. Data Sekunder Merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dengan mendapatkan data lampiran tentang anggota yang mengajukan pembiayaan dengan sumbangan dana ta awun dari Divisi Penjaminan. 3. Metode Pengumpulan Data Bertujuan untuk mendapatkan data-data yang relevan dengan topic penelitian yang akan diangkat, melalui cara: a. Observasi Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang terusun dari berbagai proses biologis dan psikhologis manusia, proses kerja, gejalagejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. 5 Dalam hal ini penulis mengamati secara tidak langsung terhadap obyek tertentu yang menjadi focus penelitian dan mengetahui suasana kerja di Baituttamwil TAMZIS serta mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan sumbangan dana ta awun dalam pembiayaan Baituttamwil TAMZIS. b. Dokumentasi Yaitu dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009, hlm. 145.

8 rapat, agenda dan sebagainya. 6 Dengan metode ini penulis mendapatkan data mengenai anggota pembiayaan yang sudah menyumbang dana tabarru di Baituttamwil TAMZIS. c. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. 7 Dalam metode ini, penulis mewawancarai Manager Divisi Penjaminan serta narasumber lain. Wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab kepada bagian-bagian yang terkait dengan tema yang diangkat di Baituttamwil TAMZIS, ha ini dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atau salah pengertian mengenai permasalahan yang diangkat. 4. Analisis Data Dalam penulisan ini semua data penelitian yang sudah terkumpul, selanjutnya dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan menggunakan model pendekatan hokum normative, interpretatitif data dengan menerapkan metode konstruksi realitas verstehen. Adapun langkah-langkah analisisnya sebagai berikut: 6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta: Rineka Cipta, Cet. ke-13, 2006, hlm. 231. 7 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Roda Karya, 2009, hlm. 4.

9 a. Mengidentifikasi dokumentasi-dokumen dan referensi yang terkait dengan penentuan besaran sumbangan dana ta awun dalam Divisi Penjaminan. b. Menggambarkan model penentuan besaran sumbangan dana ta awun dalam Divisi Penjaminan kemudian mengaitkan antara pelaksanaan program penjaminan dengan teori dan konsep yang ada. G. Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan penelitian dalam tugas akhir ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. BAB II : GAMBARAN UMUM BAITUTTAMWIL TAMZIS Berisi tentang sejarah berdirinya Baituttamwil TAMZIS, visi dan misi Baituttamwil TAMZIS, struktur organisasi, kebijakan serta strategi usaha, dan produk-produk Baituttamwil TAMZIS. BAB III : PEMBAHASAN Berisi tentang pengertian dan landasan hukum asuransi syari ah, latar belakang ta awun Baituttamwil TAMZIS, konsep dan filosofi ta awun Baituttamwil TAMZIS, pengertian premi asuransi syari ah, penentuan tarif premi

10 dana tabarru, variabel yang digunakan divisi penjaminan dalam menentukan sumbangan dana tabarru dan analisis. BAB IV : PENUTUP Berisi tentang kesimpulan, saran-saran, dan penutup. Kemudian setelah itu dilanjutkan dengan Daftar Pustaka, Lampiran-Lampiran.