Agnes Evira Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management


BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi Pemerintah yang menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 akan

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi di bidang akuntansi. Salah

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Khususnya reformasi pada pemerintahan yang mengarahkan pemerintah

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan daerah memiliki kewenangan yang luas untuk menyelenggarakan

PERKEMBANGAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN DI INDONESIA PERIODE SEBELUM REFORMASI SAMPAI DENGAN PASCA-REFORMASI

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkret mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bergulirnya era reformasi sejak tahun 1998 membawa pula angin

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. kepedulian dan kemajuan dalam mewujudkan peningkatan kualitas kinerjanya.

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

ANALISIS PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH DI INDONESIA

TANTANGAN PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL DI PEMERINTAHAN INDONESIA Oleh: Muhammad Ahyaruddin

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Menurut Goldberg (1965) dikutip oleh Wise (2010) teori kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Hal ini dilakukan untuk terwujudnya good governance dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah di inginkan untuk berbuat lebih banyak dalam perubahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembenahan kebijakan dan peraturan perndang-undangan, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum UU No.17 tahu 2003, pengelolaan keuangan negara dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

I. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. adalah perubahan di bidang akuntansi pemerintahan yang transparan dan

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap praktik akuntansi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pemerintah,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi pengelolaan keuangan Negara masih terus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PROSES PENYUSUNAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

Regulasi & Standar Akuntansi SEKTOR PUBLIK. Agus Widarsono, SE.,M.Si, Ak

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. laporan keuangan di lingkungan sektor publik semakin meningkat. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir reformasi keuangan di Indonesia terus

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. pula. Reformasi di bidang keuangan negara menjadi sarana peningkatan performa

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

PENGANTAR STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI DAN STANDAR DI SEKTOR PUBLIK

BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan keuangan. Seiring berjalannya waktu, akuntansi

SELAMAT DATANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Pengertian Standar Akuntansi Pemerintahan

Tulisan Hukum UJDIH BPK RI Perwakilan Riau 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara dapat

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk. menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan. pemberlakuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sekedar cita-cita hukum ketika tidak didukung oleh keuangan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. memahami garis besar lingkup pengelolaan keuangan unit-unit kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

Transkripsi:

TINJAUAN PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA PENYUSUN DAN PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN DI DAERAH DALAM RANGKA PERUBAHAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL (STUDI KASUS PADA PEMKAB GROBOGAN) Agnes Evira ag.evira@yahoo.co.id Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dibutuhkan pemahaman yang baik antara penyusun dan pengguna laporan keuangan daerah, sehingga pelaksanaannya dapat berjalan sesuai harapan. Terlebih diterbitkannya Permendagri No. 64 Tahun 2013 menjadi awal yang baik bagi penyusun dan pengguna untuk memahami secara bersama-sama bagaimanakah penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Kajian dalam penulsian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menggambarkan penerapan akuntansi berbasis akrual di sektor pemerintahan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan persepsi antara penyusun dan pengguna mengenai penerapan akuntansi berbasis akrual. Penyusun lebih memahami akrual basic dari sisi ketaatan terhadap peraturannya, sedangkan bagi para pengguna memahami akrual basic dari sisi kemanfaatan informasi dari laporan yang dihasilkannya. Kata kunci : Persepsi, Laporan Keuangan, Perubahan Sistem Akuntansi, Berbasis Akrual A. PENDAHULUAN Perubahan yang signifikan akan akuntansi pemerintahan di Indonesia adalah dari akuntansi berbasis kas menuju akuntansi berbasis akrual (cash toward accrual). Hal ini mengacu praktik akuntansi pemerintahan dari berbagai negara yang sudah mengarah pada akuntansi berbasis akrual. Perubahan dari basis kas menjadi basis akrual dalam akuntansi pemerintahan merupakan bagian dari bangunan yang ingin dibentuk dalam reformasi keuangan negara seperti yang diamanatkan dalam UU No. 17 tahun 2003. Demikian juga seperti dituangkan dalam PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Sektor Publik, dan yang terbaru Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 63

adalah dikeluarkannya Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar AKuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada pemerintah daerah. Secara sederhana akuntansi berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas serta tidak mencatat aset dan kewajiban. Sebaliknya, akuntansi berbasis akrual mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi (baik kas maupun non kas) serta mencatat aset dan kewajiban. Sedangkan akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash basis toward accrual) yang telah dikembangkan di Indonesia saat ini adalah menggunakan basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca. Akuntansi berbasis kas mempunyai kelebihan sederhana penerapannya dan mudah dipahami. Namun akuntansi berbasis kas mempunyai berbagai kekurangan antara lain kurang informatif hanya berisikan informasi tentang penerimaan, pengeluaran, dan saldo kas, serta tidak memberikan informasi tentang aset dan kewajiban. Dampak minimnya informasi tentang aset sudah dirasakan dengan tidak dipertanggungjawabkannya secara baik aset tetap milik pemerintah. Demikian pula minimnya informasi tentang utang pemerintah mempersulit manajemen utang pemerintah termasuk pembayaran cicilan dan bunga. Di samping itu, akuntansi berbasis kas juga tidak memisahkan secara tegas antara kas yang diperuntukkan untuk belanja operasional dan belanja modal sehingga bisa terjadi pinjaman jangka panjang diperuntukkan untuk belanja operasional. Kekurangan dari akuntansi berbasis kas dapat ditutupi oleh akuntansi berbasis akrual yang lebih informatif dan mendukung manajemen keuangan. Kajian dari Deloitte menyebutkan bahwa akuntansi berbasis akrual secara signifikan memberikan kontribusi untuk: Meningkatkan kualitas pengambilan keputusan untuk efisiensi dan efektivitas pengeluaran publik melalui informasi keuangan yang akurat dan transparan. Meningkatkan alokasi sumber daya dengan menginformasikan besarnya biaya yang ditimbulkan dari suatu kebijakan dan transparansi dari keberhasilan suatu program. Deloitte, 2004 menyatakan bahwa informasi keuangan yang Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 64

disusun dengan basis akrual akan mempermudah para pemakai untuk : Membandingkan secara berimbang antara alternatif dari pemakaian sumberdaya. Menilai kinerja, posisi keuangan, dan arus kas dari entitas pemerintah. Melakukan evaluasi atas kemampuan pemerintah untuk mendanai kegiatannya serta kemampuan pemerintah untuk memenuhi kewajiban dan komitmennya. Melakukan evaluasi atas biaya, efisiensi, dan pencapaian kinerja pemerintah. Memahami keberhasilan pemerintah dalam mengelola sumber daya. Namun akuntansi berbasis akrual mempunyai berbagai kendala antara lain adalah adanya pilihan atas berbagai penilaian, pengakuan, dan pelaporan atas aset, kewajiban, dan ekuitas. Berbagai pilihan ini akan dapat mengundang tekanan dari berbagai pihak, baik penyusun maupun para pengguna dari laporan keuangan untuk mendapatkan informasi keuangan sesuai dengan keinginan masing-masing. Kendala lain dari akuntansi berbasis akrual adalah kompleksitas dari sistem pencatatan yang memerlukan dukungan komitmen dari pimpinan dan ketersediaan SDM dan sarana teknologi informasi dalam penerapannya. Atas dasar pemikiran itulah penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi penyusun terhadap penerapan akrual basic pada akuntansi pemerintahan di daerah? 2. Bagaimana persepsi pengguna terhadap penerapan akrual basic pada akuntansi pemerintahan di daerah? 3. Apakah ada perbedaan persepsi antara penyusun dan pengguna laporan keuangan dari penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual? B. KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 1. Persepsi penyusun terhadap penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual Perubahan basis akuntansi pemerintahan di Indonesia dari basis kas menuju basis akrual dilakukan secara bertahap. Pada saat ini, akuntansi pemerintahan menggunakan akuntansi basis kas dengan modifikasi atau disebut juga akuntansi basis kas menuju akrual (cash basis toward accrual). Diharapkan penerapan Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 65

akuntansi berbasis kas secara penuh akan dilakukan untuk tahun anggaran 2008. Hal ini sejalan dengan amanat dalam UUNo. 17 tahun 2003 pasal 36 (1) yang memberikan masa transisi selama lima tahun untuk penerapan pengakuan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual. Kesuksesan perubahan akuntansi pemerintahan sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel memerlukan upaya dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu perlu diidentifikasi tantangan yang mungkin menghambat implementasi akuntansi pemerintahan dan membangun strategi untuk implementasi. Beberapa tantangan dalam implementasi akuntansi pemerintahan adalah: a. Komitmen dari pimpinan Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Di undangkannya tiga paket keuangan negara serta undang-undang pemerintahan daerah menunjukkan keinginan yang kuat dari pihak eksekutif dan pihak legislatif untuk memperbaiki sistem keuangan negara yang di dalamnya juga termasuk perbaikan atas akuntansi pemerintahan. Sistem akuntansi pemerintah pusat mengacu kepada pedoman yang disusun oleh Menteri Keuangan. Sistem akuntansi pemerintah daerah ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota dengan mengacu kepada peraturan daerah tentang pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintah pusat dan daerah disusun dengan mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan. Karena pengaturan yang jelas dalam perundang-undangan, sehingga penerapan akuntansi pemerintahan akan memperoleh dukungan yang kuat dari para pimpinan Departemen/Lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota didaerah. b. Tersedianya SDM yang kompeten. Laporan keuangan diwajibkan disusun secara tertib dan disampaikan Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 66

masing-masing oleh pemerintah pusat dan daerah kepada BPK selambatlambatnya 3(tiga) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Selanjutnya, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir, laporan keuangan yang telah diperiksa oleh BPK kemudian diserahkan oleh Presiden kepada DPR dan oleh Gubernur/Bupati/ Walikota kepada DPRD. Penyusunan dan penyajian laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akan akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, terlebih pada awal masa penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun suatu perencanaan bagaimana meningkatkan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik KKN oleh SDM yang terkait dengan penerapan akuntansi pemerintahan. Di samping itu, peran dari Perguruan Tinggi tidak kalah pentingnya dalam menyiapkan dan menghasilkan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan. c. Resistensi terhadap perubahan Layaknya pada tiap perubahan bisa jadi ada pihak internal yang sudah terbiasa dengan sistem yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan yang harus di sosialisasikan sehingga penerapan akuntansi pemerintahan dapat berjalan dengan baik. d. Lingkungan/masyarakat Apresiasi dari masyarakat sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan dari penerapan akuntansi pemerintahan. Untuk itu laporan keuangan yang dihasilkan dirancang sesederhana mungkin dengan tujuan agar masyarakat mampu memahami laporan keuangan pemerintah sehingga dapat mengetahui penggunaan atas penerimaan pajak yang yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan dukungan yang positif dari masyarakat Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 67

akan mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Pemerintah di daerah baik pada tingkat propinsi maupun kabupaten dan kota wajib melaksanakan peraturan tersebut. Oleh karena itu bagian utama dalam pemerintahan di daerah yang langsung bertugas melaksanakannya adalah bagian akuntansi pada DPPKAD (Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah). Para pelaksana dan penyusun laporan keuangan daerah pada bagian tersebut sudah tentu wajib mentaati segala peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karenanya mereka memiliki persepsi tersendiri tentang penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual tersebut. Hipotesis yang penulis ajukan adalah: H1: Penyusun laporan keuangan daerah mempersepsikan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan di daerah lebih ditekankan pada pelaksanaan peraturan dan perundangan yang berlaku. 2. Persepsi pengguna laporan terhadap penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual Pasca reformasi 1998, upaya untuk menggalakkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan dana publik terus dilakukan seiring dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dan PP No. 108 Tahun 2000 tentangpertanggungjawaban Kepala Daerah. Di tahun 2003 diterbitkan Undangundang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang sebagai acuan dalam pengembangan sistem pengelolaan keuangan Negara dan daerah. Berdasar pada UU tersebut, pemerintah lalu menerbitkan PP No. 24 Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 68

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang menggunakan basis kas menuju akrual, yakni penggunaan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan, dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana. Kusufi (2012) menjelaskan bahwa penerapan PP No. 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara, sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun, yakni selambatlambatnya di tahun anggaran 2008. Namun menurut Nasution (2008) karena tidak adanya program pemerintah yang menyeluruh sehingga target waktu pelaksanaan itu tidak dapat dicapai oleh UU No. 17 Tahun 2003 yang menetapkan tenggat waktu penggantian sistem pembukuan dari basis kas ke basis akrual harus selesai pada TahunAnggaran 2008. Karena target waktu itu tidak dapat dicapai, Pemerintah dan DPR menetapkan target waktu baru dan menyusun program yang terpadu untuk mewujudkannya. Target penyusunan pedoman pelaksanaan Standar Akuntansi Pemerintah yang berbasis akrual tersebut dapat dicapai di tahun 2010 dengan terbitnya PP No. 71 Tahun 2010 yang memuat SAP berbasis akrual sebagai pengganti PP No. 24 Tahun 2005. Selanjutnya para pemakai laporan atau pengguna laporan yang sebagian besar adalah pihak di luar pemerintahan akan merasakan dampak yang besar dari penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual tersebut. Oleh karenanya peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H2: Pengguna laporan mempersepsikan bahwa penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan di daerah Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 69

berdampak pada kualitas informasi yang dihasilkan dari pelaporan tersebut. 3. Persepsi penyusun dan pengguna laporan terhadap akrual basic Salah satu misi pemerintahan Indonesia saat ini adalah mewujudkan pemerintahan yang bersih. Upaya konkrit dalam mewujudkan transparansi dan akuntabilitas di lingkungan pemerintah (daerah) mengharuskan setiap pengelola keuangan daerah untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Tahun 2005 pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Peraturan tersebut mengatur akuntansi berbasis kas menuju akrual (Cash towards Accrual), dan merupakan PP transisi karena UU Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara mengamanatkan pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja basis akrual. Tahun 2010, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis akrual tuntas disusun Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) dan ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah dalam PP Nomor 71 Tahun 2010. Implementasi dari peraturan tersebut, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat maupun Daerah secara bertahap didorong untuk menerapkan akuntansi berbasis akrual. Paling lambat tahun 2015, seluruh laporan keuangan daerah sudah menerapkan SAP berbasis akrual. Secara konsepsional hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas dan basis akrual. Basis di antara keduanya hanya merupakan langkah transisi dari basis kas ke basis akrual. Apabila proses transisi dilakukan dari basis kas ke basis akrual maka akan semakin banyak tujuan laporan keuangan yang dapat dipenuhi. Dengan menggunakan basis akrual, informasi yang dapat diperoleh dari basis-basis yang lain juga dapat disediakan. Basis akuntansi yang sekarang ini diterapkan oleh pemerintah dalam pembuatan laporan keuangan Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 70

pemerintah sesuai dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam Standar Akuntansi Pemerintahan adalah dual basis. Adapun yang dimaksud dengan dual basis adalah pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran menggunakan basis kas, sedangkan untuk pengakuan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca menggunakan basis akrual. Penerapan akuntansi basis akrual merupakan jawaban atas penyajian informasi pertanggungjawaban keuangan daerah yang lebih informatif sehubungan dengan kinerja pemerintah dalam satu periode. Secara yuridis, keluarnya PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari dual basis menjadi akrual penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR, implementasi basis akrual ini akan dilaksanakan secara bertahap hingga implementasi penuhnya di tahun 2015. Akuntansi dengan basis akrual ini dianggap lebih baik daripada basis kas, karena akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, lebih akurat, komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, sosial dan politik. Pengaplikasian basis akrual dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan publik serta penentuan harga pelayanan yang dibebankan kepada publik. Akuntansi berbasis akrual membedakan antara penerimaan kas dan hak untuk mendapatkan kas, serta pengeluaran kas dan kewajiban membayarkan kas. Oleh karena itu, dengan sistem akrual pendapatan dan biaya diakui pada saat diperoleh atau terjadi, tanpa memandang apakah kas sudah diterima atau dikeluarkan, dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 71

dasar akrual memberikan informasi kepada penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang mempresentasikan kas yang akan diterima di masa depan. Karena itu laporan keuangan menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pada sektor publik, keputusan tidak hanya dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi saja, tetapi banyak keputusan politik dan sosial seperti pengangkatan atau pemberhentian menteri dan penjabat pemerintah, serta pemberian bantuan program kepada kelompok-kelompok masyarakat tertentu sangat tergantung kepada pertimbangan ekonomi pemerintah. Atas dasar pemikiran tersebut peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut: H3: Terdapat perbedaan persepsi antara penyusun dan pengguna laporan terhadap penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintahan di daerah C. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan melalui wawancara sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang penerapan akuntansi berbasis akrual dalam rangka peningkatan kinerja pengelolaan keuangan daerah. Metode ini juga memungkinkan bagi penulis untuk memberikan argumentasi tentang sudut pandang topik tersebut, sehingga kesimpulan dari penulisan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak-pihak pemerintah di daerah guna suksesnya penerapkan akuntansi berbasis akrual. D. HASIL PENELITIAN Hipotesis pertama yang menyatakan bahwa penyusun memiliki persepsi tentang penerapan akrual basic semata-mata lebih ditekankan pada dijalankannya aturan dan perundangan yang berlaku dalam struktur pemerintahan itu sendiri. Hipotesis tersebut terbukti kebenarannya. Tidak terdapat istilah karena kebutuhan Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 72

ataupun tuntutan pengelolaan laporan yang lebih profesiona. Selanjutnya hipotesis kedua yang menyatakan bahwa para pengguna memiliki persepsi tentang pentingnya kualitas informasi laporan yang bisa dihasilkan dari penerapan basis akrual. Hipotesis tersebut terbukti kebenarannya. Pada akhirnya jelas terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi penyusun dan pengguna laporan dalam memahami penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Sehingga hipotesis ketiga juga terbukti kebenarannya. Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) merupakan suatu instrumen penting yang harus disiapkan dalam rangka implementasi SAP berbasis akrual. SAPD sebagai alat untuk mewujudkan prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan oleh SAP dan kebijakan akuntansi menjadi serangkaian prosedur pencatatan dengan menggunakan akuntansi double entry melalui alat-alatnya berupa buku jurnal, buku besar, neraca saldo, dan laporan keuangan itu sendiri. Untuk menyusun SAPD tersebut, perlu memperhatikan beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Identifikasi prosedur Tahapan penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah dimulai dari memahami proses bisnis pada pemerintah daerah khususnya terkait siklus pengelolaan keuangan daerah. Berdasarkan siklus itulah tim penyusun SAPD mengidentifikasi prosedurprosedur apa saja yang harus dibuat. 2. Menentukan pihak-pihak terkait Setelah prosedur-prosedur teridentifikasi, ditentukan pihakpihak yang terkait pada masingmasing prosedur. Masingmasing pihak memiliki peran tersendiri agar prosedur dapat menghasilkan output yang diinginkan. 3. Menentukan dokumen terkait Setelah prosedur dan pihak terkait ditentukan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi dokumendokumen yang mengalir pada prosedur sekaligus menentukan pihak-pihak pengguna dokumen tersebut. Dari semua dokumen tersebut diidentifikasi dokumen mana yang valid untuk dijadikan sebagai dokumen sumber pencatatan jurnal. 4. Menentukan jurnal standar Pada setiap prosedur yang telah ditetapkan tim penyusun menelaah SAP dan kebijakan akuntansi terkait. Berdasarkan penelaahan tersebut tim Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 73

penyusun menentukan jurnal debet dan kredit yang akan digunakan untuk mencatat. 5. Menuangkannya dalam langkah teknis Langkah terakhir dalam penyusunan SAPD ialah menyusun langkah teknis. Langkah teknis merupakan alur pelaksanaan sistem akuntansi yang menjelaskan pihak-pihak yang melaksanakan sistem akuntansi, dokumen apa saja yang diperlukan, dan bagaimana pihak-pihak tersebut memperlakukan dokumendokumen yang terkait. Walaupun terdapat perbedaan persepsi namun demikian perbedaan tersebut bukan merupakan kendala untuk diterapkannya akrual basic pada sektor pemerintahan. E. KESIMPULAN Dari pembahasan pada bagian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain, pertama bahwa dari sudut pandang pengelola atau penyusun, para pejabat di daerah selaku pengguna anggaran dan para SKPD selaku pelaku anggaran pada setiap akhir periode dituntut untuk menyajikan pelaporan keuangannya secara akrual. Namun demikian persepsi mengenai penerapan akrual basic pada akuntansi pemerintahannya masih semata-mata dilaksanakan karena faktor pemenuhan kewajiban terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan bukan karena kebutuhan maupun kepentingan profesional. Sementara itu dari sisi para pengguna penerapan akrual basic dipersepsikan sebagai kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi dan kemudian dilaksanakan oleh para pengelola, karena harapan para pengguna adalah diperolehnya informasi keuangan yang memadahi dan berkualitas dari penyelenggaraan akuntansi pemerintahan berbasis akrual tersebut. Dengan demikian jelas bahwa dari sisi penyusun atau pengelola serta dari sisi penggun didapatkan persepsi dan pemahaman yang berbeda, dikarenakan kepentingan yang berbeda pula. Namun demikian perbedaan tersebut bukanlah kendala dan faktor utama tidak dilaksanakannya akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk mencapai keberhasilan penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual tersebut, maka perlu diambil berbagai langkah, antara lain dengan cara menyamakan persepsi pelaksanaan tersebut dan mempersiapkan SDM yang kompeten agar diperoleh penguasaan yang tinggi serta keberhasilan yang maksimal. Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 74

DAFTAR PUSTAKA Banker, Rajiv D, William W. Cooper, dan Gordon Potter. A Perspective on Research in Governmental Accounting. The Accounting Review July 1992: 496-510. Barret, Pat. Financial Management in the Public Sector How Accrual Accounting and Budgeting Enhances Governance and Accountability. Address to the Challenge of Change: Driving Governance and Accountability, CPA Forum, Singapore, 2004. Deloitte Public Sector Paper. Mastering the Transformation: New Public Management, Accrual Accounting, and Budgeting (internet file, last updated November 2004) Frederickson, H. George. The Spirit of Public Administration. Jossey-Bass Publishers,1997. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Laporan Tahunan 2004. Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Draf Kerangka Konseptual dan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pope, Jeremy. Pengembangan Sistem Integritas Nasional Kementerian Dalam Negeri, Surat Edaran Nomor 900/316/BAKD Tahun 2007 tentang Pedoman Sistem dan Prosedur Penatausahaan dan Akuntansi, Pelaporan dan Pertanggunjawaban Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, Surat Edaran Nomor 900/743/BAKD Tahun 2007 tentang Modul Akuntansi Pemerintah Daerah Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Pemerintah Republik Indonesia,Peratuan Pemerintah 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 55 Tahun 2008 tentang Tatacara Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara serta Penyampaiannya Peraturan Menteri Dalam Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 75

Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/2011 tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan Jurnal Paradigma Vol. 13, No. 01, Februari Juli 2015 76