BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukan bahwa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang no. 2 tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi

Peningkatan Kemampuan Literasi Awal Anak Prasekolah melalui Program Stimulasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah proses pembinaan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

PENGARUH PROGRAM STIMULASI LITERASI TERHADAP AKTIVITAS LITERASI DAN KEMAMPUAN LITERASI AWAL PADA ANAK PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pikir yang sudah mulai dapat menyerap pengalaman-pengalaman melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usia dini yang merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk dimiliki setiap orang. Literasi adalah proses membaca, menulis, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Anak sebagai individu yang unik memiliki karakteristik yang berbeda beda. Masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baca-tulis atau yang dikenal dengan literasi. Hampir di setiap sekolah

I. PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan. selanjutnya. Masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

Pemanfaatan Lagu Anak Indonesia dalam Keluarga Sebagai Upaya Menumbuhkan Literasi Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, non formal dan informal. Taman Kanak-kanak adalah. pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

KEGIATAN MEMBACA BUKU CERITA DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN LITERASI DASAR ANAK USIA DINI NASKAH PUBLIKASI. Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PELATIHAN BERMAIN KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA SISWA KELAS I SD DI KAB. SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja kemudian menjadi dewasa dan

2015 EFEKTIVITAS METODE STEINBERG DENGAN BIG BOOK TERHADAP KETERAMPILAN MEMBACA NYARING DAN MEMBACA PEMAHAMAN DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini sebagai pribadi unik yang memiliki masa-masa emas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini. Keberadaan program ini

Bantu Anak Belajar Menulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tia Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak Usia Dini masih menjadi pro dan kontra, masing-masing punya alasan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Program pembelajaran di TK meliputi dua bidang pengembangan, yaitu (1)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. orang yaitu terdiri dari ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

I. PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut. Anak-anak pada masa usia dini. jasmani sampai rohani. Dimana bentuk layanan tersebut diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah Tunas harapan bangsa. Mereka ibarat bunga yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang mandiri. Begitu pentingnya pendidikan bagi diri sendiri, dan teknologi agar bangsa semakin maju dan berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu bentuk. pendidikan Taman Kanak-kanak (PP No.27 Tahun 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini mendasari jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. meliputi seluruh perubahan fisik, motorik dan kemampuan bahasa. Masing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Erni Nurfauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

PENINGKATAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN DADU KATA BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH NARAS PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. menguasai tingkat yang lebih tinggi dari berbagai aspek. Pada usia ini mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membaca dan keterampilan menulis. Anak-akan dituntut untuk dapat berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Setiap anak diberikan berbagai bekal sejak lahir seperti berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan pada setiap umat

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PSIKOEDUKASI LITERASI ANAK USIA DINI BERBASIS KELUARGA. Wakhid Musthofa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu melakukan komunikasi. dalam kehidupan sosial. Komunikasi dilakukan untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. Program pemerintah untuk mencerdaskan generasi penerus bangsa dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pendidikan yang dilakukan pada anak sejak lahir hingga usia

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

2016 PENGARUH MED IA PUZZLE KERETA API D ALAM MENYAMBUNGKAN SUKU KATA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK D OWN SYND ROM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi. Salah satu di

PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PERMAINAN TEBAK NAMA DI TK AISYIYAH CABANG BLIMBING POLOKARTO SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

WORKSHOP BAHASA INDONESIA DI SD. ISAH CAHYANI Diadaptasi dari berbagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan yang pesat bahkan dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tahun pertama dalam kehidupannya yang merupakan. lingkungan bagi anak untuk memperoleh stimulasi psikososial.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia 4-6 tahun merupakan bagian anak usia dini yang berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk pendidikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei yang dilakukan oleh beberapa lembaga menunjukan bahwa Indonesia memiliki permasalahan terkait dengan minat baca. Budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD). Rendahnya minat baca juga dibuktikan dari indeks membaca masyarakat Indonesia sebesar 0,001 yang artinya dari seribu penduduk, hanya ada satu orang yang memiliki minat baca tinggi (Suyoto, 2010). Permasalahan tersebut tidak hanya dialami oleh orang dewasa, namun juga pada anak-anak. Di Indonesia masih terdapat masalah anak yang kesulitan dalam memahami makna bacaan. Penelitian Tiatri (2006) menyatakan bahwa pemahaman bacaan pada murid kelas 5 SD di Jakarta yang tergolong kurang sebanyak 45 %. Berdasarkan laporan dari IEA Study of Reading Literacy, kemampuan anak-anak sekolah dasar di Indonesia masih sangat rendah, dimana dari 31 negara yang diteliti, Indonesia menempati urutan 30. Penelitian Farida (2002) menunjukan bahwa kesulitan yang ditemukan pada anak salah satunya adalah kemampuan dasar bahasa di usia dini. Peneliti melakukan survei pada 34 ibu di beberapa Posyandu wilayah Surakarta yang memiliki anak dengan rentang usia 2-5 tahun. Jumlah ibu yang memiliki anak usia 2-3 tahun sebanyak 15 orang, usia 3-4 tahun sebanyak 16 orang, dan 5 tahun sebanyak 3 orang. Pembagian kelompok usia tersebut sesuai 1

2 dengan pendapat Snow (dalam Hoff, 2005) yang membagi tahapan pemerolehan kemampuan literasi pada anak, yaitu lahir sampai 3 tahun, 3 tahun sampai 4 tahun, usia 5 tahun, dan usia 6 tahun. Pada kelompok pertama, berdasarkan pendapat ibu, diketahui tentang respon anak terhadap buku bacaan, yang menunjukan perilaku pura-pura membaca hanya sebesar 13%. Dalam hal membaca, 33 % belum mengenal huruf. Kemudian dalam kemampuan berbahasa, hanya 6 % yang mampu mendeskripsikan binatang atau benda. Sedangkan untuk kemampuan menulis huruf 0 %. Mengacu pada pendapat Snow (dalam Hoff, 2005), bahwa pada usia anak 0-3 tahun, beberapa perkembangan literasi yang tampak yaitu anak telah mengenali buku melalui sampul, menuliskan huruf, mendengarkan cerita, purapura membaca, menikmati permainan kata dan lagu. Akan tetapi dari hasil survei, anak yang menunjukan perilaku pura-pura membaca hanya sebesar 13%, dan belum ada yang mampu menulis huruf. Pada tahap usia 3-4 tahun menurut Snow (dalam Hoff, 2005) anak sudah dapat memahami tulisan sederhana, mengenali bunyi bahasa yang berbeda, menghubungkan cerita dalam buku dengan kenyataan, menuliskan pesan sederhana, tertarik untuk membaca buku. Sementara itu, pada hasil survei belum ada yang mampu menuliskan kata sederhana, 31,25 % sudah mengenal nama benda namun belum mampu menyebutkan ciri-cirinya. Selanjutnya pada kelompok usia 5 tahun diketahui dari tiga anak hanya satu yang menunjukan perilaku pura-pura membaca, mampu menulis kata, dan mampu menyebutkan ciri-ciri benda atau binatang. Dalam hal membaca, belum ada yang mampu

3 membaca kata sederhana. Sesuai dengan pendapat Snow (dalam Hoff, 2005), anak usia 5 tahun seharusnya sudah mampu memprediksikan alur suatu cerita dalam buku, mampu menuliskan nama dan kata dengan dikte, mampu menyebutkan judul dan pengarang suatu buku. Hasil survei di atas menggambarkan bahwa sebagian besar anak belum menunjukan perkembangan kemampuan literasi sesuai dengan yang diharapkan. Apabila hal tersebut dibiarkan, maka dapat menyebabkan kesulitan pada anak dalam beradaptasi dengan kegiatan pembelajaran di sekolah formal dan juga menyebabkan guru kesulitan untuk mengembangkan kemampuan lain. Oleh karenanya sangat tepat kiranya jika semenjak dini anak diberikan rangsangan yang lebih terarah, karena salah satu faktor yang menyebabkan kurang berkembangnya kemampuan literasi anak adalah kurangnya stimulasi. Selain stimulasi, faktor lain yang menyebabkan kurangnya penguasaan kemampuan baca tulis di usia dini adalah metode pembelajaran yang kurang memperhatikan karakteristik anak. Orangtua atau guru mengajarkan anak untuk menghafalkan nama alfabet secara berulang melalui media papan tulis dan meminta anak menirukan cara guru mengucapkannya (Ruhaena, 2013). Hal tersebut menggambarkan bahwa pendidikan anak selama ini kebanyakan hanya berorientasi pada aspek kognitif saja, sehingga mengabaikan aspek lain yang juga penting dalam perkembangan. Akibatnya, anak tidak termotivasi untuk mengembangkan minat baca tulisnya lebih luas. Hausner (2000) mengungkapkan bahwa pengenalan belajar lebih baik dilakukan sedini mungkin pada anak sebelum masuk sekolah. Pengalaman literasi

4 anak pada usia prasekolah diyakini akan membentuk fondasi yang kuat pada perkembangan membacanya (Levy, Gong dan Hessel, 2005). Pengetahuan, ketrampilan, dan sikap anak prasekolah yang menjadi dasar membaca dan menulis disebut dengan kemampuan literasi awal (Whitehurst dan Lonigan, 2001). Ketrampilan pra membaca antara lain kemampuan bahasa umum yang meliputi kosakata, sintaksis, stuktur naratif, dan pemahaman bahwa bahasa digunakan untuk berkomunikasi. Anak-anak yang dapat melakukan tugas literasi awal (membaca beberapa kalimat dan menulis beberapa kata) sebelum masuk sekolah akan memiliki prestasi membaca yang lebih tinggi di kelas IV (hasil penelitian PIRLS, 2011). Hal tersebut dikarenakan anak pada usia dini mengalami perkembangan kemampuan secara pesat, salah satunya adalah perkembangan bahasa. Slavin (dalam Rusijono, 2007) mengatakan anak usia 3 tahun sudah dapat membedakan tulisan dan lukisan. Anak pada usia prasekolah dapat membaca buku dari awal sampai akhir dengan menafsirkan gambar pada setiap halaman, dapat memahami alur cerita, dan dapat memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya pada cerita sederhana. Namun demikian, seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa pengajaran pada anak yang tidak menggunakan media atau metode bermain kurang dapat mengoptimalkan fungsi psikis, fisik dan sensoris anak yang tengah berkembang pesat. Hasil survei dari peneliti mengungkap bahwa salah satu kesulitan orangtua dalam mengajarkan anak adalah karena anak sulit dikondisikan, sehingga untuk mengembangkan kemampuan literasi harus menggunakan strategi menyenangkan

5 sesuai dengan usia anak. Pendidikan anak usia dini harus dapat merangsang seluruh aspek perkembangan anak baik perkembangan perilaku, bahasa, kognitif, sosial emosional, kemandirian maupun fisik motorik. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan penulis, diketahui bahwa 51,2% responden memilih rangsangan dari lingkungan sebagai faktor yang paling menentukan perkembangan kemampuan literasi anak. Sesuai dengan pendapat Vygotsky (1978), bahwa kecerdasan tumbuh bersama dengan interaksi anak dan lingkungan. Dengan demikian, perkembangan kognitif anak dipengaruhi oleh bagaimana pola keterlibatan orangtua dalam pemberian stimulasi kemampuan literasi pada anak. Keterlibatan yang dimaksud tersebut berupa interaksi langsung dengan anak (Fantuzzo, Perry dan McDermott, 2004). Interaksi langsung dengan anak dapat dilakukan orangtua dengan menjadi pendamping sekaligus pembimbing saat anak melakukan aktivitas dalam literasi. Pengalaman aktivitas literasi yang dapat mengembangkan kemampuan anak antara lain dibacakan buku cerita, anak diminta menceritakan kembali suatu kisah, menggambar dan menulis, bermain peran, dan bernyanyi. Survei dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui sejauh mana ibu telah melakukan aktivitas literasi. Hasilnya, dari lima aktivitas tersebut hanya aktivitas meminta anak bercerita yang sering dilakukan ibu, yaitu sebanyak 43,9%. Aktivitas membacakan buku hanya dilakukan oleh 36,5% dari semua responden. Kemudian aktivitas menggambar atau mewarnai hanya sekitar 29%. Sebagian besar responden juga mengatakan anaknya tidak pernah diberikan aktivitas pengenalan huruf dan menulis huruf. Selain itu, ibu melakukan aktivitas-aktivitas tersebut tanpa terarah, serta

6 cenderung masih menggunakan metode yang kurang menarik bagi anak. Hasil survei menunjukan bahwa masih terdapat permasalahan dalam pendidikan anak Indonesia, yaitu kurangnya stimulasi yang diberikan lingkungan pada anak sejak usia sedini mungkin. Penelitian PIRLS menunjukan bahwa di beberapa negara, anak dari keluarga yang memberikan stimulasi literasi awal memiliki kemampuan literasi lebih tinggi. Bagi anak, rumah adalah sekolah pertama, dengan orangtua sebagai guru dan membaca adalah pelajaran pertamanya. Hal tersebut menunjukan bahwa apabila anak distimulasi sejak dini maka dapat dipastikan anak akan mampu menguasai kemampuan literasi selanjutnya dengan lebih mudah. Metode dan media yang digunakan dalam aktivitas literasi merupakan faktor penting dalam memenuhi kegiatan literasi yang menyenangkan. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menerapkan program stimulasi untuk anak di rumah dengan metode dan media yang sesuai karakteristik anak. Program stimulasi literasi yaitu pemberian paket literasi yang terdiri dari panduan aktivitas literasi, media untuk melaksanakan aktivitas literasi, dan sosialisasi. Paket stimulasi literasi tersebut akan diberikan pada subjek, kemudian dipantau penggunaannya selama satu bulan. Maka, rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah program stimulasi literasi efektif untuk meningkatkan aktivitas literasi dan kemampuan literasi awal pada anak di usia prasekolah?

7 B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk menguji efektivitas program stimulasi literasi dalam meningkatkan aktivitas literasi dan kemampuan literasi awal pada anak prasekolah. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kajian baru dalam bidang pendidikan, khususnya berkaitan dengan perkembangan kemampuan kognitif pada anak usia dini. 2. Manfaat praktis Penelitian ini akan memberi manfaat untuk beberapa pihak, yaitu subjek, orangtua pada umumnya, pendidik, dan pemerintah. Bagi subjek, penelitian ini akan menambah wawasan, pengetahuan dan kemampuan baru. Penelitian ini juga bermanfaat bagi orangtua yaitu dapat memberikan pengetahuan tentang alternatif metode yang dapat diterapkan untuk memberikan stimulasi kemampuan baca tulis bagi anak. Kemudian untuk para pendidik, dengan adanya penelitian ini akan membuka pikiran baru tentang metode yang lebih tepat dalam memberikan stimulasi pada anak usia dini sehingga tidak lagi menggunakan metode konvensional. Sedangkan untuk pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk merancang sistem pendidikan yang lebih memperhatikan karakteristik anak didik sesuai usianya.

8 D. Keaslian Penelitian Literasi pada anak telah menjadi kajian dalam beberapa penelitian terdahulu. Pertama, penelitian Levy dkk (2006) yang menunjukan bahwa aktivitas mendengarkan cerita dapat mengembangkan kemampuan menulis pada anak. Stephenson (2008) menyebutkan bahwa pengalaman anak diberikan pengajaran tentang bunyi oleh orangtua berkorelasi dengan pengetahuan huruf dan membaca kata pada anak. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2012) menunjukan bahwa persepsi ibu memiliki hubungan signifikan dengan keterlibatan dalam pengembangan literasi anak. Namun berbeda dari penelitian sebelumnya yang memberikan perlakuan melalui pelatihan pada ibu atau anak, penelitian ini mencoba memberikan stimulasi berupa paket literasi yang dapat digunakan oleh anak dan orangtuanya di rumah. Selain itu, beberapa penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu jenis metode untuk meningkatkan salah satu aspek literasi. Sementara itu, salah satu isi dalam paket literasi dari penelitian ini adalah panduan aktivitas literasi yang menggunakan multimetode untuk meningkatkan kemampuan literasi awal meliputi minat baca, kemampuan berbahasa, kesadaran fonologis, ketrampilan membaca dan ketrampilan menulis. Maka, penelitian ini berbeda dari penelitianpenelitian sebelumnya, karena tidak dilakukan dengan memberi pelatihan pada subjek namun dalam bentuk dukungan instrumental yaitu memberi media literasi yang dapat digunakan secara mandiri oleh anak dan orangtua.