PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DALAM KEGIATAN LESSON STUDY Erry Hidayanto erryhidayantoum@gmail.com Jurusan Matematika FMIPA UM Abstrak:. Tahap awal Lesson Study adalah plan (perencanaan). Dalam tahap plan dibuatlah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan implementasi program pembelajaran yang sudah dituang-kan dalam silabus. Pembuatan RPP tentunya berdasarkan silabus yang ada. Dalam kegiatan lesson study penyusunan RPP dapat dilakukan secara individu atau secara berkelompok. Secara individu berarti salah seorang membuat draft RPP lalu dipaparkan dalam forum diskusi ebrsama kelompoknya. Sedangkan kalau secara berkelompok RPP dibuat bersamasama oleh sekelompok guru mulai dari awal hingga akhir. Masing-masing cara memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Pada tulisan ini dibahas tentang RPP dan cara membuatnya dalam kegiatan lesson study. Kata Kunci: RPP, Lesson Study. Lesson study (studi pembelajaran) merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Lesson study merupakan salah satu bentuk upaya pengembangan profesional, utamanya kita sebagai pendidik, yang kelihatannya sederhana tetapi kalau kita dalami akan tampak sekali kerumitannya. Lesson study bukan suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran (Zubaidah, 2013). Ada tiga tahapan utama pada kegiatan lesson study, yaitu tahap plan (perenacanaan), do (pelaksanaan) atau sering juga disebut tahap open class (buka kelas), dan see (refleksi) (Syamsuri & Ibrohim, 2008). Pada tulisan ini hanya akan dibahas kegiatan pada saat plan (perencanaan) saja. Plan (perencanaan) merupakan tahap awal dalam kegiatan lesson study. Pada tahap ini yang dilakukan adalah membuat suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan implementasi program pembelajaran yang sudah dituangkan di dalam silabus. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan untuk 199
200, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014 setiap Kompetensi Dasar (KD). Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar (KD). Dalam kenyataannya sering para guru bertanya, bagaimana menyusun RPP yang benar? Pertanyaan ini sangat sering dilontarkan oleh para guru dalam berbagai situasi, baik dalam forum formal maupun tidak formal. Sebetulnya para guru tidaklah perlu bingung atau terlalu mempermasalahkan bagaimana membuat RPP yang benar, bagaimanapun bentuk kurikulumnya. Namun bukan berarti kita boleh sembarangan membuat RPP, tetapi ada beberapa hal yang tetap harus diperhatikan dalam membuat RPP bagaimanapun modelnya. Untuk menyusun RPP tersebut ada dua hal utama yang harus diperhatikan guru yaitu Kompetensi Dasar dan Indikator. Kompetensi Dasar diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang terdiri atas sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang bersumber pada kompetensi inti yang harus dikuasai peserta didik (Kementerian Pendidikan dan Kebuadayaan, 2013). Kompetensi Dasar sudah ada pada silabus, sehingga guru tidak perlu mengotak-atik lagi. Selanjutnya yang perlu di-perhatikan adalah bagaimana menyusun secara rinci Indikator berdasarkan Kompe-tensi Dasar yang dipilih. Setelah dua hal tersebut berikutnya yang harus dibuat pada pembuatan RPP adalah menuliskan Tujuan Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Contoh format RPP Dalam membuat RPP pertama kali yang harus diperhatikan adalah silabus. Sebab silabus ini merupakan acuan dalam mengembangkan RPP. Silabus ini bukan buatan guru. Pengembangan silabus dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam suatu sekolah/ madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG). Pada silabus dapat dilihat tentang identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Setelah memperhatikan silabus tersebut, barulah guru membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau disingkat RPP. RPP merupakan penjabaran dari silabus yang berguna untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai Kompetensi dasar (KD). Siapa yang wajib membuat RPP? Guru berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis. Karena RPP dibuat dalam upaya mencapai KD, maka RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Bila RPP dalam satu KD tidak
Hidayanto, Penyusunan RPP dalam Kegiatan Lesson Study, 201 dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, maka guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalannya di sekolah. Bagiamana bentuk RPP yang harus dibuat? Walaupun tidak ada bentuk yang baku untuk membuat RPP, namun harus diperhatikan komponen-komponen yang harus ada dalam RPP (diambil dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013). Komponen dalam tersebut adalah: 1. Identitas mata pelajaran Memuat satuan pendidikan, kelas semester, program, mata pelajaran/ tema pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Kompetensi Inti. Untuk kompetensi inti ini tinggal mengambil dari kurikulum yang ada. Guru perlu memilah mana kompetensi yang diharuskan. Kompetensi inti ini merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. 3. Kompetensi Dasar (KD) Memuat sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik. Kompetensi Dasar dirumuskan untuk mencapai Kompetensi Inti. Rumusan Kompetensi Dasar dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masingmasing mata pelajaran. Pada bagian ini guru juga tinggal memilih KD yang sesuai yang ada pada kurikulum. 4. Indikator. Pada bagian inilah inovasi dan kreativitas guru sangat diperlukan. Kurikulum tidak sampai mengatur sampai ke indikator ini. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan indikator adalah: (a) memuat perilaku yang terukur dan/atau dapat diobservasi., (b) menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu, (c) menjadi acuan penilaian mata pelajaran, (d) dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diukur dan/atau diobservasi, (e) mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. (BSNP, 2010) 5. Tujuan pembelajaran. Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar. 6. Materi ajar. Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan. Ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator. 7. Alokasi waktu. Sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban ajar. 8. Metode pembelajaran Menggambarkan pilihan metode pembelajaran untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapi kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran dise-suaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai. Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. 9. Kegiatan pembelajaran Kegiatan pembelajaran di sini merupakan langkah-langkah kegiatan guru. Jadi merupakan aktivitas yang dilakukan guru atau siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Secara garis besar langkah-langkah tersbeut terbagi menjadi: pendahuluan, inti, dan penutup.
202, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014 a. Pendahuluan Menggambarkan upaya mengaitkan materi baru dengan skema yang sudah dimiliki oleh siswa Mengupayakan adanya pemanasan berpikir (disequilibrasi) Menggambarkan upaya membangkitkan motivasi. Memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. b. Inti Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistemik melalui pendekatan saintifik (kalau mengacu pada kurikulum 2013). c. Penutup Menggambarkan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran. Dapat berupa kegiatan merangkum, menyimpulkan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut. 10. Penilaian hasil belajar Menggambarkan prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar. Mengacu pada indikator pencapaian kompetensi. Mengacu kepada Standar Penilaian. 11. Sumber belajar Mengacu pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Sumber dapat berupa: Bahan cetak seperti: hand out, buku teks, modul, lembar kerja siswa, readers, essay, brosur, majalah, koran, buletin Audio Visual seperti: video/ film,vcd Audio seperti: radio, kaset, CD audio Visual: foto, gambar, model/ maket. Multi Media: CD interaktif, computer based, internet Alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran Telah dikemukakan komponen-komponen yang ada dalam RPP. Berikutnya dalam membuat RPP juga harus memperhatikan prinsip-prinsip dalam penyusunan RPP, yaitu: 1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelek-tual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreati-
Hidayanto, Penyusunan RPP dalam Kegiatan Lesson Study, 203 vitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. 3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan dan remedi. 5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrsi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Jadi sebetulnya dalam menyusun RPP kita tidak usah mempermasalahkan apakah bentuknya uraian atau matriks, yang penting RPP tersebut telah memenuhi persyaratan atau prinsip-prinsip yang telah dikemukakan di atas. Menyusun RPP pada Lesson Study Bagaimana penyusunan RPP pada kegiatan Lesson Study? Siapa yang membuat RPP pada kegiatan Lesson Study? Ada dua versi tentang siapa yang membuat RPP pada kegiatan Lesson Study. Pertama RPP dibuat oleh seorang guru lalu didiskusikan kepada sekelompok guru yang melaksanakan kegiatan Lesson Study. Sedangkan cara yang kedua adalah RPP dibuat oleh sekelompok guru secara bersama-sama. Kedua cara tersebut memiliki kesamaan yaitu guru yang terlibat pada kegiatan Lesson Study harus mengetahui RPP terlebih dahulu sebelum masuk ke kelas ketika kegiatan open class. Pada kegiatan Lesson Study perlu diperhatikan kalau pembuatan RPP-nya dilakukan oleh sekelompok orang dengan cara membagi tugas dalam bentuk kelompok-kelompok. Misalnya kelompok 1 membuat langkah-langkah pembelajaran, kelompok 2 membuat LKS, kelompok 3 membuat soal dan penilaian dan lain sebagainya Dengan keadaan seperti ini, nampaknya bisa terjadi ketidakcocokan antara langkah-langkah pembelajaran dengan soal ataupun LKS yang dibuat. Untuk mengatasi terjadinya ketidakcocokan antara langkah-langkah pembelajaran, LKS, maupun soal test (penilaian), penulis mengusulkan janganlah dalam membuat RPP terpecah-pecah dalam beberapa kelompok. Menurut penulis, sebaiknya dalam membuat RPP guru harus berada dalam satu rangkaian kegiatan yang tidak bisa terpisahkan. Sebaiknya begitu sampai pada indikator, hendaknya langsung ditulis atau dibuat soal yang dapat mengukur indikator tersebut. Dengan cara seperti ini terjadi kecocokan antara indikator dengan soal yang dibuat. Berikutnya untuk bisa mengerjakan soal tersebut, bila memerlukan LKS dibuatlah LKS dengan tujuan siswa dapat terbantukan untuk mengerjakan soal melalui LKS. Setelah itu barulah dipikirkan, model pembelajaran apa yang cocok untuk menfasilitasi semua kegiatan
204, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 2, November 2014 ini. Begitu menemukan model yang cocok untuk kegiatan pembelajaran ini, disusunlah langkah-langkah pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran yang dipilih. Sehingga tidak hanya sekedar mencantumkan suatu model pembelajaran tetapi dalam langkah-langkah pembelajarannya sama sekali tidak cocok dengan model pembelajaran yang diajukan. Dengan teknis penyusunan RPP seperti ini diharapkan tidak akan terjadi lagi ketidakcocokan antara tujuan maupun indikator pembelajarn dengan komponen-komponen lain yang ada dalam RPP. Dalam kegiatan Lesson Study dimungkinkan penyusunan RPP dibuat dengan cara seorang guru (yang nantinya menjadi guru model) membuat draf RPP terlebih dahulu, kemudian draf tersebut dipaparkan pada saat plan, sehingga semua peserta dapat mengetahui draf RPP tersebut sekaligus memberikan masukan demi kebaikan RPP tersebut. Langkah ini bagus, namun memiliki kelemahan yaitu RPP hanya dibuat oleh satu orang saja. Tentunya hal ini memberatkan si guru model. Dengan cara ini jangan-jangan tidak ada yang bersedia menjadi guru model. Kelemahan lain, kalimat-kalimat atau bahasa yang dibuat perlu dicermati karena hanya dibuat oleh seorang saja. Namun dengan adanya diskusi saat plan, kelemahan ini dapat teratasi bila semua peserta yang hadir saat plan dengan cermat memperhatikan dengan seksama draf RPP yang telah disusun. Contoh cara lain dalam pembuatan RPP pada kegiatan Lesson Study yang perlu ditinjau kembali adalah apa yang telah dilakukan oleh guru-guru di wilayah Pasuruan saat plan. Mereka membuat RPP tersebut sebetulnya sudah bersama-sama. Namun yang kurang tepat adalah ketika guru datang ke tempat home base, mereka datang dalam kondisi kosong, artimnya belum punya bahan atau gambaran apa yang akan dilakukan pada pertemuan nanti. Sehingga yang terjadi ketika bertemu, para guru baru di awal menentukan materi, model pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, LKS, serta soal saat itu juga. Tentu jika dilakukan dengan cara seperti ini, akan memerlukan waktu yang cukup lama. Sehingga akhirnya dipisah-pisah dalam kelompok-kelompok dan masingmasing kelompok diberi tugas yang berbeda-beda. Sehingga dapat terjadi ketidakcocokan antara tujuan pembelajaran, indikator, langkah-langkah pembelajaran, LKS maupun soal yang dibuat karena ketika menyusunnya dalam kondisi terpisah-pisah. Kemudian diburu waktu sehingga bisa jadi RPP tidak bisa selesai saat itu juga. PENUTUP Melihat apa yang telah dipaparkan di atas maka penulis menganggap apapun cara yang dilakukan dalam penyusunan RPP pada kegiatan lesson study terserah pada guru yang akan menjadi guru model. Kalau guru model tidak berkeberatan untuk membuat draft RPP terlebih dahulu lalu dipaparkan saat diskusi dengan keolmpoknya agaknya lebih efektif, daripada ketika sudah bertemu dengan guru-guru yang lain belum ada yang dipaparkan. Hal ini disebabkan paling tidak draf RPP sudah jadi walaupun belum bagus. Dengan adanya draf tersebut, maka peserta yang hadir saat plan tidak lagi bekerja dari awal, akan tetapi sudah mempunyai bahan untuk dicermati, sekaligus memberikan masukan-masukan yang berguna demi kebaikan RPP. Memang bahasa yang dibuat oleh salah satu orang saja mungkin akan kurang bagus jika dibuat oleh beberapa orang, namun setidak-tidaknya hal ini sudah menjadi bahan awal untuk memulai bekerja dalam kegiatan plan.
Hidayanto, Penyusunan RPP dalam Kegiatan Lesson Study, 205 Pembuatan RPP yang dilakukan oleh seorang guru ini kalau dirasa oleh guru model terlalu berat, maka guru yang lain dapat membantunya dengan cara membuat draft RPP bersama-sama dalam suatu forum diskusi, dengan catatan ketika bertemu saat diskusi janganlah berangkat dalam keadaan kosong. Hal ini berarti masing-masing guru harus sudah punya bekal untuk dijadikan bahan pembuatan RPP saat diskusi. Selamat mencoba, selamat bekerja, semoga memperoleh hasil yang semakin baik. Jangan mudah menyerah dalam satu atau kali dalam kegagalan, karena Lesson Study memerlukan proses yang panjang, perlu waktu dan kesabaran. DAFTAR RUJUKAN BSNP. 2010. Panduan Pengembangan Indikator. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMP Kementerian Pendidikan nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013. Tidak diterbitkan. Perlu diingat kembali bahwa tujuan dari Lesson Study adalah terciptanya komunitas belajar, yaitu: siswa belajar, guru belajar,dan pengamat juga belajar. Siswa belajar untuk memahami materimateri yang disajikan, guru belajar membelajarkan siswa dengan student center, dan pengamat juga belajar dari pengalaman orang lain (guru model) ketika membelajarkan siswa pada materi tertentu. Tiap kali mengikuti open class, akan diperoleh pengalaman yang berbeda-beda, Sebab walaupun metodenya sama, akan tetapi guru model dan siswanya berbeda akan diperoleh pengalaman yang berbeda pula. Syamsuri, Istamar & Ibrohim. 2008. Lesson Study (Studi Pembelajaran). Malang: FMIPA UM. Zubaidah, Siti. 2013. Lesson Study Sebagai Bentuk Program Continuing Professional Development (CPD) dan Peningkatan Pembelajaran Siswa. Jurnal J-TEQIP, IV(2) hal. 103-118. Malang: UM.