BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adanya diskriminasi termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pendidikan dan yang ditegaskan dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

TINJAUAN MATA KULIAH...

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

LAPORAN OBSERVASI LAPANGAN PERKEMBANGAN DAN PROSES PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterbatasan, tidak menjadi halangan bagi siapapun terutama keterbatasan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diciptakan oleh Tuhan yang memiliki kekurangsempurnaan baik dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Manusia merupakan mahluk individu karena secara kodrat manusia

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Musik merupakan bahasa yang universal karena musik mampu dimengerti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan suatu proses atau kegiatan yang sukar dihindari

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

Bagaimana? Apa? Mengapa?

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

Implementasi Komunikasi Instruksional Guru dalam Mengajar Anak Berkebutuhan Khusus di SLB-C1 Dharma Rena Ring Putra I Yogyakarta Oleh :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Manusia sebagai individu dibekali akal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB 1. Pendahuluan. Manusia bukan makhluk yang sempurna, karena memiliki kelebihan dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Pendidikan luar biasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perbedaan harus diwujudkan sejak dini. Dengan kata lain, seorang anak harus belajar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI KABUPATEN PELALAWAN PROVINSI RIAU TAHUN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Penyelenggaraan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan upaya yang lebih sinerji, memadai, terpadu dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia karena dibekali memiliki akal budi, kepribadian serta kecerdasan yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Akan tetapi walau demikian, tidak semua manusia terlahir dengan memiliki kecerdasan dan tumbuh kembang yang selalu berjalan baik seperti yang diharapkan. Ada manusia yang terlahir dalam keadaan normal baik dari sisi fisik maupun tumbuh kembang kecerdasannya, ada pula yang terlahir dengan dianugrahi memiliki kecerdasan melebihi rata-rata orang normal atau yang sering disebut anak genius, akan tetapi ada pula yang terlahir dalam keadaan memiliki keterbatasan fisik, tingkat perkembangan lambat maupun kecerdasan yang lebih rendah dan berbeda daripada orang-orang lain pada umumnya yang sering disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (ABK). Perbedaan-perbedaan ini membuat manusia belajar untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain. Walaupun memiliki kondisi yang berbeda-beda, setiap manusia tetap mempunyai derajat, hak dan kewajiban yang sama terlepas dari apakah ia sama atau berbeda dengan orang orang lain pada umumnya. Setiap manusia wajib untuk 1

menjalankan kehidupannya dengan benar sesuai aturan yang berlaku, serta setiap manusia pun mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan haknya seperti hak untuk hidup, berhak untuk mengaktualisasikan dirinya, berhak untuk menghargai dan dihargai, serta berhak untuk bisa mencapai keberhasilan dalam hidupnya. Untuk dapat mencapai keberhasilan serta bertahan hidup dengan baik sesuai yang diharapkan, salah satu yang paling menentukan dalam hal ini adalah konsep diri. Konsep diri secara singkat merupakan pandangan atau penilaian manusia terhadap dirinya sendiri berdasarkan pemikiran manusia atas kondisi yang dimiliki serta penilaian yang diberikan orang lain kepada dirinya. Konsep diri yang dimiliki seseorang sangat berperan dalam menentukan tingkah lakunya dan keyakinan terhadap dirinya sendiri untuk berusaha demi bertahan hidup dengan baik serta mencapai keberhasilan dalam hal yang diinginkan. Orang dengan konsep diri yang positif pada umumnya akan dapat menjalankan segala segala sesuatunya dengan baik dan berhasil seperti yang diharapkan karena individu yang memiliki konsep diri ini akan cenderung selalu memandang semua hal sebagai sesuatu yang mudah dan pasti bisa untuk dikerjakan dan diyakini dapat tercapai dengan baik melalui cara dan kemampuannya sendiri tidak peduli dengan pandangan dan penilaian negatif orang lain terhadap dirinya. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang negatif pada umumnya sulit untuk bisa berhasil dalam melakukan sesuatu karena cenderung selalu memiliki pandangan bahwa ia tidak memiliki kemampuan baik secara fisik maupun dalam hal lainnya dan 2

selalu memikirkan pandangan apa yang orang lain akan berikan setiap ia akan melakukan sesuatu. Orang-orang seperti ini biasanya sering disebut sebagai orang yang kurang memiliki keyakinan dan kepercayaan yang baik kepada dirinya sendiri sehingga mereka memandang seluruh hal yang terjadi dalam hidupnya sulit untuk dilakukan karena keterbatasan yang mereka miliki padahal segala keberhasilan seseorang banyak bergantung kepada cara setiap orang tersebut memandang kemampuan yang dimiliki. Memang tidak semua orang dapat memiliki konsep diri positif. Orang-orang normal pada umumnya mungkin dapat memiliki konsep diri positif lebih mudah karena mereka tidak memiliki hambatan baik dari segi fisik maupun mental. Akan tetapi lain hal nya dengan orang-orang yang terlahir dengan memiliki keterbatasan atau memiliki kebutuhan khusus seperti memiliki keterbatasan fisik, ketidakmampuan mental serta emosi atau borderline/iq dull. Keterbatasan yang mereka miliki serta pelabelan dan penilaian negatif dari orang-orang sekitar membuat mereka seringkali memiliki konsep diri yang negatif, yang akhirnya menghambat mereka dalam mencapai keberhasilan maupun melakukan sesuatu dalam hidupnya. Sama seperti orang normal, konsep diri mereka dapat terbentuk dari banyak pihak baik dari lingkungan keluarga sebagai pihak yang paling dekat, teman-teman sebaya, serta masyarakat sekitar di mana mereka menetap. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sampai saat ini anak-anak dengan keterbatasan dan berkebutuhan khusus ini masih dipandang sebelah mata dan dipandang hanya menjadi beban bagi 3

sebagian besar masyarakat, sehingga banyak dari mereka yang merasa bahwa diri mereka tidak berguna, tidak mampu melakukan segala sesuatu dengan benar, tidak akan mampu mencapai keberhasilan serta tidak akan mampu melakukan sesuatu yang berharga seperti orang-orang normal pada umumnya. Padahal jika diberikan pendidikan serta komunikasi yang tepat, anak-anak seperti ini bisa memiliki konsep diri yang baik dan positif yang bisa membantu mereka dalam mengaktualisasikan dirinya dengan lebih baik dan maksimal sesuai bakat atau kemampuan yang mereka miliki. Selain dari lingkungan keluarga, teman-teman sebaya dan lingkungan masyarakat sekitar, konsep diri mereka bisa terbentuk pula melalui lembaga pendidikan. Tentunya pendidikan yang diberikan kepada anak berkebutuhan khusus tidak seperti pendidikan yang biasanya dijalankan oleh anak-anak normal. Anak-anak berkebutuhan khusus ini diberikan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka masing-masing melalui sekolah yang dinamakan Sekolah Luar Biasa (SLB) atau yang sekarang berdasarkan keputusan pemerintah berganti nama menjadi Sekolah Khusus (S.Kh). Di Indonesia sendiri, S.Kh dibagi menjadi lima kategori spesialisasi sesuai dengan kondisi masing-masing anak berkebutuhan khusus, yaitu ada yang khusus menangani anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunalaras, serta tunadaksa. Masing-masing sekolah khusus ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk membantu mengembangkan para anak berkebutuhan khusus. 4

Di S.Kh, konsep diri pada tiap anak berkebutuhan khusus ini dapat terbentuk melalui banyak hal baik dari kegiatan-kegiatan pembelajaran, interaksi dengan teman-teman sekolahnya sesama berkebutuhan khusus, interaksi dengan pengurus sekolah, serta yang paling berperan adalah melalui interaksi dan komunikasi antarpribadi dengan para gurunya di mana para guru S.Kh ini tidak hanya berperan sebagai pendidik namun juga mengajarkan sikap baik, mengontrol emosi, memiliki keterampilan, pengetahuan serta kemandirian sebagai bekal mereka nantinya untuk bertahan hidup dengan baik di masyarakat, guru juga berperan dalam memberikan penilaian dan pandangan kepada mereka berdasarkan kondisi yang mereka alami, memberikan semangat maupun motivasi di mana hal ini dapat mempengaruhi penilaian mereka terhadap diri mereka sendiri, mempengaruhi semangat serta kepercayaan diri mereka yang akan berpengaruh pula terhadap emosi serta tingkah laku mereka dalam hidup di masyarakat. Penelitian ini berfokus pada komunikasi dan interaksi antarpribadi guru S.kh terhadap siswanya, bukan komunikasi antarpribadi para siswa dengan anggota sekolah lain karena berdasarkan pengamatan, guru merupakan pihak sekolah yang paling intensif atau paling sering berkomunikasi dengan siswa-siswi berkebutuhan khusus ini sehingga berperan lebih besar dalam mempengaruhi terbentuknya konsep diri mereka. Dalam penelitian ini, guru S.Kh yang akan dijadikan subjek penelitian adalah guru-guru S.Kh Sang Timur, Ciledug, Tangerang. S.Kh Sang Timur adalah sekolah 5

bagi anak-anak berkebutuhan khusus terutama bagi anak-anak tunagrahita yaitu anakanak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, yang pada umumnya ditandai dengan lemah berpikir dan bernalar serta kurang memiliki kemampuan belajar dan adaptasi sosial namun seringkali perasaan dan emosi mereka sangat sensitif. Sekolah ini bertujuan untuk membantu mengembangkan ABK dengan mengembangkan sikap, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan serta menjadi pribadi yang berkualitas tinggi, berwatak, beriman, dan berbudi pekerti luhur. Hingga saat ini, kegiatan belajar mengajar tersedia dari jenjang pendidikan TK sampai dengan SMKLB demi memberi pembinaan agar siswa memiliki kualitas yang baik terutama dalam keahlian dan juga mampu menjadi komunikatif seperti yang dinyatakan dalam misi S.kh Sang Timur. Dalam hal ini peneliti hanya akan meneliti komunikasi antarpribadi yang dilakukan guru saja karena mereka menangani dan mendidik anak-anak yang sudah lebih besar yang tentunya sudah lebih peka dan lebih mengerti mengenai pandangan dan penilaian orang lain terhadap dirinya, mereka pada umumnya juga sudah lebih bisa menilai diri mereka sendiri. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, konsep diri siswa atau siswi S.Kh ini terbangun dan dipengaruhi besar oleh komunikasi dan interaksi antarpribadi guru mereka yaitu dengan guru menjalin kedekatan secara individual dengan tiap siswanya. Dengan menjalin kedekatan secara individual serta ikut memasuki dunia mereka, para guru akan mampu membentuk suasana yang nyaman, hangat, tidak 6

asing, dan menyenangkan serta menjadi teman akrab yang bisa mengerti kondisi mereka. Dengan menciptakan suasana yang akrab seperti ini, guru dapat mengetahui dan membangun konsep diri siswa di mana para siswa dapat bercerita lebih banyak mengenai apa yang mereka alami dan rasakan sehingga guru dapat lebih mudah dalam mengetahui dan mendalami apa yang dirasakan tiap siswanya seperti konsep dirinya dan penyebab munculnya konsep diri tersebut, bagaimana penilaian yang telah diberikan lingkungannya selama ini kepada diri mereka, apa perasaan mereka ketika mendapat penilaian-penilaian tersebut, dan sebagainya. Selanjutnya guru memberi nasehat, teguran, atau memberikan dukungan dan motivasi secara verbal (ucapan) maupun non-verbal (sentuhan, senyuman, mimik wajah, gerak gerik tubuh, dan sebagainya) kepada mereka secara individual agar mereka dapat memiliki penilaian yang baik terhadap diri mereka sendiri, agar mereka bisa menyenangi dan menyayangi diri mereka sendiri, serta memiliki konsep diri yang baik. Berdasarkan pengamatan awal peneliti tersebut, terlihat bahwa terbentuknya konsep diri anak-anak S.Kh ini dipengaruhi pula oleh komunikasi dan interaksi antarpribadi dengan guru mereka selama di sekolah. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai efektivitas komunikasi antarpribadi oleh guru S.Kh dalam membangun konsep diri siswa. 7

1.2. Rumusan Masalah Melalui komunikasi antarpribadi, para guru S.Kh Sang Timur dapat menyampaikan dan memberikan penilaian atau pandangannya, memberikan semangat atau motivasinya kepada para siswa baik secara verbal maupun non verbal, secara disengaja maupun tidak disengaja di mana hal ini dapat mempengaruhi terbentuknya konsep diri masing masing siswa. Berdasarkan pengamatan awal peneliti, terlihat bahwa komunikasi antarpribadi guru S.Kh mempunyai peran besar dalam mempengaruhi terbentuknya konsep diri siswa, maka dari itu dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui implementasi komunikasi antarpribadi guru S.Kh Sang Timur dalam membangun konsep diri siswa di mana komunikasi antarpribadi itu sendiri ditandai dengan adanya lima hal yaitu adanya keterbukaan, empati, saling mendukung, rasa positif dan kesamaan diantara para pelaku komunikasi. Sehingga rumusan masalahnya adalah : Bagaimanakah proses komunikasi antarpribadi guru S.Kh Sang Timur dalam membangun konsep diri siswa? 8

1.3. Tujuan Penelitian Melalui penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah: Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi antarpribadi guru S.Kh Sang Timur dalam membangun konsep diri siswa. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu : 1. Manfaat praktis: penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus sumber informasi bagi para pendidik khususnya para guru S.Kh dalam membangun konsep diri siswa melalui komunikasi antarpribadi. 2. Manfaat akademis: penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau referensi bagi penelitian selanjutnya dengan topik yang serupa. 9