COACHING, COUNSELING DAN MENTORING DI PONDOK PESANTREN URWATUL WUTSQO BULUREJO JOMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
Sigit Sanyata

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB V PENUTUP. karir dengan contoh beragam pada masing-masing kategori. Kualifikasi

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

EKSISTENSI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING DI BALIK UU SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENDAMPINGAN KELOMPOK KONSELOR SEBAYA DI KOTA BATU

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

BAB I PENDAHULUAN. terpenting dalam kehidupan manusia yang sehat, di manapun dan kapanpun mereka berada.

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

Rulof Melmambessy Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Ambon

PERKEMBANGAN, PARADIGMA, VISI DAN MISI SERTA TRILOGI PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING A. Perkembangan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

UPAYA GURU PEMBIMBING UNTUK MENCEGAH PERILAKU SISWA MENYIMPANG

INTUISI JURNAL ILMIAH PSIKOLOGI

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

MEMBUDAYAKAN COACHING DI TEMPAT KERJA OLEH: SEGER, Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PSDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi

Sigit Sanyata

BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM Disampaikan oleh HARTONO Program Studi BK FKIP Universitas PGRI Adi Buana Surabaya

KONSEP KARIER. Pengembangan Karir

Manajemen Kinerja dan Kompensasi

BIMBI B N I GA G N K ONSE S LI L N I G DI SD ( S 1 - PGSD ) APR P I R LI L A T INA L

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pada aplikasi riilnya, pelaksanaan program akselerasi selalu. pilihan, dengan kemampuan intelegensi di atas rata-rata.

Career Management.

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang dari penelitian ini yaitu permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi sosial yang telah melembaga sejak sejarah

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING BERBASIS DATA ALAT UNGKAP MASALAH KEPADA PARA GURU BK DI KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam banyak hal remaja sekarang dihadapkan pada lingkungan yang tidak. karena remaja adalah masa depan bangsa.

ISSN JURNAL MAHASISWA BK AN-NUR Volume : 1. Nomor : 1. Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BERBAGAI PENDEKATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SETTING SEKOLAH DI INDONESIA

Majalah Dit-TK-SD Depdiknas FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi April 2007

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

PERANAN ORANGTUA DAN PENDIDIK DALAM MENGOPTIMALKAN POTENSI ANAK BERBAKAT AKADEMIK (ABA)

BAB I PENDAHULUAN. perhatian peneliti untuk melakukan penelitian. Fenomena inilah yang diangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

BAB 6. PELATIHAN, ORIENTASI & PENGEMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB 1 PENDAHULUAN. komponen penting dalam mencapai kinerja. Robbins (2007) mengungkapkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. (punishment) sebagai ganjaran atau balasan terhadap ketidakpatuhan agar

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

KEBUTUHAN PESERTA DIDIK TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI 4 KERINCI. Oleh: Andre Setara Dinata

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dana pembangunan sektor ekonomi, yang satu dan

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa

METODE DAN JENIS PELATIHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

Bimbingan dan Konseling Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang berkualitas sebagai makhluk yang paling menakjubkan dan

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PENDIDIKAN DINIYAH DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. juga komputer yang kini sudah mencapai generasi ke-lima (Ivan, 2003).

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MELAKSANAKAN KONSELING

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ini seorang siswa mulai mengalami penjurusan IPA dan IPS. Selanjutnya

BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPREHENSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd.

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. kunci dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas. Menurut Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo

2015 KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

BAB V PEMBAHASAN. A. Upaya Pimpinan Madrasah dalam Penerapan Disiplin. Melihat data yang disajikan, tampak bahwa kepemimpinan kepala MTsN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 5 WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Manajemen Pendidikan Life Skills Santri di Pondok Pesantren Darul

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAERAH DAN KOMITE SEKOLAH/MADRASAH

Pengembangan Karir. Pengembangan Karir.

Transkripsi:

COACHING, COUNSELING DAN MENTORING DI PONDOK PESANTREN URWATUL WUTSQO BULUREJO JOMBANG Julianne Kamelia Riza 1 A. Pendahuluan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 025/D/1995, bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan mampu berkembang secara optimal, dalam bentuk bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan upaya pro-aktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan optimal, pengembangan perilaku efektif, pengembangan lingkungan dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungan. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yaitu proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku. Bimbingan dan konseling atau BK bukan kegiatan pembelajaran dalam konteks kegiatan belajar mengajar dalam ruang kelas seperti dilakukan guru sebagai pembelajaran mata pelajaran, namun layanan ahli dalam konteks memandirikan peserta didik. 2 Berdasarkan Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi konselor. Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 dalam UU tersebut, keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator dan instruktur. 3 Pengakuan secara eksplisit dan kesejajaran posisi antara tenaga pendidik satu dengan lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap 1 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Urwatul Wutsqo Bulurejo Jombang. 2 Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal (Jakarta: Depdiknas, 2007), 144. 3 Ibid, 17.

tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja dan setting layanan spesifik yang mengandung keunikan dan perbedaan. Dasar pemikiran tentang penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah atau madrasah bukan semata-mata terletak pada keberadaan landasan hukum, undang-undang atau peraturan saja, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi diri atau mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal, menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual. Kehadiran bimbingan dan konseling di sekolah dapat dikatakan sebagai gerakan pendidikan di Indonesia. Namun tidak semua sekolah atau madrasah beruntung mampu memiliki guru BK di sekolahnya. Masih banyak lembaga pendidikan tidak memiliki tenaga konselor sebagai salah satu elemen penting dalam sekolah. Di satu sisi, Pondok Pesantren Urwatul Wutsqo (PPUW) Bulurejo Jombang membina beberapa unit pendidikan, yaitu MI, MTs, MA, SMA Primaganda dan perguruan tinggi STIT-UW. Namun, pada kondisi riil, mayoritas siswa yang belajar di unit PPUW belum merasakan layanan bimbingan dan konseling karena tidak tersedianya layanan BK di lembaga-lembaga pendidikan tersebut. Para siswa di lingkungan PPUW berada dalam rentang usia mulai dari 10-25 tahun. Mereka ini berada pada rentang perkembangan yang beragam, mulai dari tahap usia anakanak (6-12 tahun), remaja awal (12-14 tahun), remaja (14-18 tahun) sampai masa dewasa awal (18-40 tahun). 4 Sebagaimana siswa pada umumnya, mereka menghadapi berbagai permasalahan, baik di sekolah maupun di pondok pesantren, belum lagi kenyataan bahwa mereka berasal dari daerah yang berbeda dengan latar belakang budaya berbeda pula. Berbagai masalah dihadapi mereka, mulai dari masalah belajar, penyesuaian diri, kemandirian dan masalah-masalah sosialisasi dengan lingkungan yang berbeda dari tempat tinggal mereka sebelumnya di rumah. Dalam kondisi yang seperti ini, sebenarnya layanan BK sangat diperlukan, tidak hanya membantu mereka mengatasi masalah, tetapi juga untuk memfasilitasi para siswa sekaligus santri agar mampu mengembangkan potensi diri atau mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal, menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan moral-spiritual. PPUW Jombang, sebenarnya telah memiliki sebuah metode untuk membantu dan memfasilitasi perkembangan para santri, yaitu dengan memaksimalkan peran siswa atau 4 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo (Jakarta: Erlangga, 1990), 14.

santri senior yang disebut dengan ustadz kelas (UK). Ustadz kelas bukan guru atau tenaga pengajar di lingkungan sekolah, melainkan pembina di pesantren yang diambil dari para santri atau siswa senior yang bertugas mendampingi kegiatan para santri selama di pesantren. Di PPUW, yang dipilih untuk menjadi UK adalah santri yang sudah berstatus mahasiswa, yaitu mahasiswa STIT-UW. Seorang UK bertugas mendampingi sejumlah santri dengan jumlah beragam yang disesuaikan dengan usia sekolahnya. Misalnya untuk siswa MI, seorang UK hanya bertanggung jawab mendampingi tiga orang, namun bagi siswa MTs, seorang UK akan mendampingi sepuluh orang dan bagi siswa MA/SMA, seorang UK akan mendampingi lima belas orang. Bagi santri yang berstatus mahasiswa juga masih harus mendapatkan pendampingan dari UK, namun biasanya hanya di awal masa orientasi dan bersifat kondisional, yaitu hanya jika santri mahasiswa baru tersebut membutuhkan bantuan. Jika sudah mampu mandiri, maka santri mahasiswa tersebut juga akan ditugaskan sebagai UK untuk membantu santri-santri lain yang lebih muda dan masih membutuhkan bimbingan. Dalam kegiatan sehari-hari, UK bertugas mulai pagi hingga malam hari. UK bertanggung jawab terhadap keseluruhan segi kehidupan seorang santri, mulai dari urusan belajar, kesehatan dan kegiatan-kegiatan pesantren lainnya. Dengan kata lain, UK adalah wakil dari orang tua santri selama di pesantren. Selain itu UK juga merupakan mediator antara pesantren dan wali santri. UK berkewajiban memberikan laporan rutin perkembangan santri, baik kepada pengurus pesantren maupun kepada orang tua. Peran penting UK di PPUW sejauh ini telah dianggap mampu berfungsi dengan baik dan sesuai dengan tujuan, yaitu membantu perkembangan santri, yang sejatinya adalah merupakan salah satu dari tugas layanan BK di sekolah atau madrasah. Pihak pengelola dan pembina PPUW juga telah merasakan manfaat dan berpendapat bahwa UK telah mampu mengisi kekosongan peran konselor di sekolah, sehingga mereka menganggap bahwa keberadaan UK telah cukup memadai. Pertanyaan yang kemudian muncul yaitu elevansi peran UK dalam menggantikan fungsi konselor, mengingat para UK ini bukan mahasiswa jurusan BK yang belajar tentang layanan BK kepada siswa. Kajian kedua membahas tentang kualitas layanan yang diberikan oleh UK ini dari kaca mata BK, mengingat sejauh ini pihak PPUW sudah merasa cukup dengan keberadaan dan peran UK dalam membantu para santri. B. Pembahasan

UK memiliki peran cukup penting bagi perkembangan siswa dan santri di lingkungan PPUW. UK telah melaksanakan beberapa bagian dari tugas konselor sekolah. Tulisan ini akan mengkaji lebih lanjut tentang UK dengan semua kegiatan di dalamnya dan mengkajinya dari kaca mata BK. Tulisan ini menggunakan sebuah pendekatan yang sudah sering diaplikasikan di dunia organisasi dan bisnis, yaitu coaching, counseling dan mentoring. Dalam dunia bisnis dan organisasi, ketiga hal ini berhubungan erat dengan pemberdayaan. Menurut Stone, coaching adalah kegiatan membantu para karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka saat ini, sekaligus menggali potensi untuk peningkatan kualitas di masa depan. Counseling dalam konteks ini diartikan sebagai kegiatan mengatasi sedini mungkin masalah yang dihadapi oleh karyawan. Mentoring merupakan kegiatan pembinaan yang diberikan kepada karyawan-karyawan yang memiliki prestasi bagus dan merupakan aset bagi perusahaan. Pembinaan ini dimaksudkan agar di kemudian hari mereka mampu memberikan kontribusi maksimal kepada perusahaan. 5 Efektivitas metode coaching, counseling dan mentoring sudah banyak terbukti untuk memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan, khususnya bagi perkembangan siswa. Di antaranya adalah Hunt dan Weintraub yang memberikan pelatihan coaching pada sejumlah mahasiswa pasca di Babson College. Kemudian mereka berdua diminta untuk menjadi coach bagi mahasiswa sarjan tingkat satu (S-1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan terhadap kemampuan leadership, manajemen diri dan kemampuan belajar. 6 Pada laporan lain, Sargent juga menulis bahwa coaching yang diberikan kepada sekelompok siswa menunjukkan hasil positif. Para siswa tersebut mengalami peningkatan prestasi akademis dan kemampuan bersosialisasi. 7 Sementara itu, Fox menyatakan bahwa pendekatan ini juga efektif untuk meningkatkan kompetensi sosial pada anak-anak. 8 1. Coaching Dalam dunia bisnis, coaching adalah sebuah proses saat karyawan mendapatkan skill, kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk meningkatkan diri dan 5 Florence M. Stone, Coaching, Counseling and Mentoring (New York: American Management Association, 1999), 2. 6 James M. Hunt dan Joseph R. Weintraub, Learning Developmental Coaching, Journal of Management Education, 2004, 7. 7 Leisa D. Sargent, Enhancing the Experience of Student Teams in Large Classes, Journal of Management Education March, 2009, 12. 8 Lise Fox, Coaching Early Childhood Special Educators to Implement a Comprehensive Model for Promoting Young Children's Social Competence, Topics in Early Childhood Special Education, 2011, 9.

efektifitas mereka secara profesional. 9 Dalam kegiatan coaching, seorang coach meningkatkan kinerja karyawan pada saat ini sekaligus menggali potensi-potensi yang mungkin dimiliki karyawan untuk meningkatkan kualitas kinerja di masa mendatang. Kegiatan coaching dilakukan sejak hari pertama seorang karyawan bekerja, meliputi job description, cara kerja dan pencapaian-pencapaian yang harus diraih dalam pekerjaannya tersebut. Dalam konteks peran UK di PPUW, kegiatan coaching juga diterapkan. Sejak hari pertama para santri itu datang ke pesantren, mereka langsung meperoleh bantuan dari UK, mulai dari proses penerimaan dan pendaftaran ke sekolah, para calon santri akan dipandu oleh seorang senior yang nanti akan menjadi pembimbing mereka. Dalam kegiatan seharihari di pesantren, seperti kegiatan pengajian, belajar bersama, bahkan sampai urusan kebersihan dan kesehatan, para santri ini akan dibantu dan dibimbing oleh UK. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang coach dalam memberikan bantuan. Pertama adalah well-informed, yaitu seorang coach harus memiliki informasi lengkap tentang data diri karyawan. Dalam konteks PPUW, seorang UK harus mengenal dengan baik santri bimbingannya, bukan hanya nama, sekolah dan asal, tetapi juga harus memiliki informasi lengkap tentang latar belakang keluarga, kesehatan, bakat, minat dan kepribadian siswa. Hal ini sangat penting, karena coach tidak akan bisa membantu siswa dengan maksimal tanpa memiliki informasi lengkap tentang diri siswa. Kedua adalah kemampuan mendengarkan dan observasi. Seorang coach harus selalu mau dan mampu memperhatikan semua perilaku karyawan, baik yang verbal maupun non verbal. Dalam konteks PPUW, seorang UK harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk memperhatikan dan mendengarkan segala sesuatu yang terjadi pada santri bimbingannya. Ketiga adalah kemampuan berkomunikasi. Seorang coach harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Keempat adalah seorang coach seharusnya mampu menjadi guru yang baik, harus mampu menilai yang dibutuhkan oleh karyawan dan membantu serta melatih dalam mempelajari hal-hal yang belum dikuasainya tersebut. Dalam konteks PPUW, seorang UK harus mampu menjadi guru, tidak berarti bahwa harus menguasai mata pelajaran tertentu, tetapi bahwa UK harus mampu mengetahui kelemahan siswa sehingga mampu membantu siswa menjadi lebih baik. 9 Florence M. Stone, Coaching and Mentoring (Oxford: Capstone Publishing, 2002), 10.

Kelima adalah memberikan feedback. Seorang coach harus mampu memberikan feedback yang tepat bagi karyawannya. Seorang UK harus merespon dengan baik setiap hal yang dilakukan santri bimbingannya, misalnya seorang siswa melakukan kesalahan, harus diingatkan dan dibantu untuk melakukan koreksi. Namun sebaliknya jika siswa berprestasi, maka UK harus mengapresiasinya agar siswa merasa dihargai dan mampu meningkatkan capaiannya. 10 Stone menambahkan, setidaknya terdapat tiga kegiatan inti dalam coaching, yaitu instruction, praise dan empowerment. Instruction di sini dimaksudkan bahwa coach harus memberikan petunjuk yang jelas tentang hal-hal yang harus dilakukan, kemudian memberikan penghargaan (praise) terhadap prestasi yang dicapai dan membantu individu untuk meningkatkan pencapaian dirinya menuju perkembangan yang maksimal (empowerment). 11 2. Counseling Pada dunia bisnis dan organisasi, kegiatan counseling memiliki beberapa kesamaan dengan kegiatan coaching, namun berbeda tujuan. Counseling lebih bertujuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi karyawan, misalnya masalah disiplin, menurunnya kinerja, kurangnya motivasi bekerja atau masalah-masalah pribadi yang mengganggu produktivitasnya sebagai karyawan. Pendekatan yang paling sering digunakan dalam counseling bisnis adalah interview. Tujuan interview counseling bisnis antara lain, yaitu (1) mencapai kesepakatan dengan karyawan bahwa ada sesuatu yang kurang atau salah dengan kinerjanya, (2) mengidentifikasi penyebab masalah, (3) menentukan tindakan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja, (4) memastikan tujuan perubahan, (5) me-reinforce perilaku yang tepat. 12 Dalam konteks UK di PPUW, fungsi counseling ini diterapkan dengan berbagai kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh UK terhadap para santri binaannya. Latar belakang yang serupa juga terjadi, yaitu kegiatan konsultasi dilakukan hanya jika santri atau siswa sedang menghadapi masalah, baik yang berhubungan dengan kegiatan belajar di sekolah, pengajian di pesantren maupun kehidupan interpersonal mereka sehari-hari bersama santri lainnya. UK biasanya melakukan counseling, baik secara individual maupun kelompok, untuk membantu santri dalam menghadapi dan mencari solusi atas 10 Ibid, 3. 11 Ibid, 6. 12 Ibid, 4.

masalah-masalah yang terjadi. Seperti halnya di dunia bisnis, counseling yang dilakukan oleh UK lebih bersifat kuratif. 3. Mentoring Mentoring merupakan kegiatan yang mirip dengan coaching, perbedaannya terletak pada targetnya. Kegiatan mentoring ditujukan untuk karyawan dengan potensi berprestasi yang lebih tinggi di antara rekan kerjanya, sehingga diproyeksikan untuk memperoleh promosi posisi yang lebih baik (top performers). Karyawan yang sedemikian itu membutuhkan pengarahan yang lebih intensif dari pimpinan. Ciri lain yang membedakan mentoring dari coaching adalah biasanya yang menjadi mentor adalah profesional yang digaji atau disewa secara khusus oleh perusahaan untuk memberikan pelatihan kepada karyawan-karyawan potensial tersebut. Dalam kegiatan mentoring, seorang mentor melatih tentang keterampilan yang dibutuhkan oleh jabatan dengan tingkat yang lebih tinggi daripada jabatan yang sekarang. Jadi bukan hanya menjelaskan job description pekerjaannya sekarang saja, namun cara dalam meningkatkan profesionalitas kinerja hingga mencapai puncak posisi yang ada di perusahaan. Dalam konteks UK di PPUW, kegiatan mentoring tidak selalu dilakukan secara langsung oleh UK. Jika pelatihan ditujukan kepada santri tingkat MI dan MTs, maka harus dilakukan sendiri oleh UK. Namun jika targetnya adalah siswa SMA/MA atau mahasiswa, maka kegiatan mentoring dilakukan oleh pengasuh PPUW atau pemateri undangan dari luar yang kompeten. Termasuk dalam kegiatan mentoring yang bisa dilaksanakan di PPUW adalah pemberian materi tentang ke-bk-an kepada para senior sebagai bekal mereka dalam membatu para santri binaannya. Menurut Thomas, sebagaimana dikutip Stone, coaching, counseling, dan mentoring, bisa dibedakan dari segi waktu pelaksanaan. Mentoring berorientasi pada potensi masa depan, coaching lebih berorientasi masa kini dan usaha untuk meningkatkan kualitas di masa depan dan juga berorientasi pada keterampilan. Sedangkan counseling melihat masa lalu dan upaya-upaya dalam meningkatkan masa depan. Counseling merupakan bagian dari coaching dan coaching merupakan bagian dari mentoring. C. Penutup Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan UK di PPUW sebenarnya sudah melaksanakan prinsip-prinsip dasar tentang BK, terutama dalam memberikan coaching, counseling dan mentoring. Di PPUW, kegiatan mentoring tidak

selalu dilakukan secara langsung oleh UK. Jika pelatihan ditujukan kepada santri tingkat MI dan MTs, maka harus dilakukan sendiri oleh UK. Namun jika targetnya adalah siswa SMA/MA atau mahasiswa, maka kegiatan mentoring dilakukan oleh pengasuh PPUW atau pemateri undangan dari luar yang kompeten. Dari segi waktu pelaksanaan, mentoring berorientasi pada potensi masa depan, coaching lebih berorientasi masa kini dan usaha untuk meningkatkan kualitas di masa depan dan juga berorientasi pada keterampilan. Counseling merupakan bagian dari coaching dan coaching merupakan bagian dari mentoring, meskipun counseling melihat masa lalu dan upaya-upaya dalam meningkatkan masa depan.* BIBLIOGRAPHY Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas, 2007. Fox, Lise. Coaching Early Childhood Special Educators to Implement a Comprehensive Model for Promoting Young Children's Social Competence. Topics in Early Childhood Special Education. 2011. Hunt, James M. dan Joseph R. Weintraub, Learning Developmental Coaching Journal of Management Education. 2004. Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga, 1990. Sargent, Leisa D. Enhancing the Experience of Student Teams in Large Classes. Journal of Management Education March. 2009. Stone, Florence M. Coaching, Counseling and Mentoring. New York: American Management Association, 1999.. Coaching and Mentoring. Oxford: Capstone Publishing, 2002.