Abstrak. Abstract. Pendahuluan. Rahmah et al., Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan...

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Oleh Nur Laily Mazidatur Rahmah NIM

SKRIPSI. Oleh Nur Laily Mazidatur Rahmah NIM

Keywords: Attitude of mother, diarrhea, participation mother in posyandu

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

NOVICA ARIYANTI PUTRI

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

PENGARUH SIKAP IBU TERHADAP PENANGANAN PERTAMA DIARE BALITA USIA 1-4 TAHUN (Studi Di Puskesmas Bareng Kecamatan Bareng Kabupaten Jombang 2013)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG DIARE TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMPING 1 SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

Dewiarti AN, Wahyuni A, Dewi AM Faculty of Medicine Lampung University. Keywords: Diarrhea, education, knowledge, mother, prevention

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP ANGKA KEJADIAN DIARE AKUT PADA SANTRI PONDOK TREMAS KABUPATEN PACITAN

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU IBU TERHADAP TINGGINY A ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALIT A DI PUSKESMAS SALAM KODY A BANDUNG TAHUN 2002

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract. Silvia Rane 1, Yusri Dianne Jurnalis 2, Djusmaini Ismail 3

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan salah satu penyebab kematian utama pada anak balita

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN ASI DENGAN PRAKTIK PENCEGAHAN BENDUNGAN ASI (BREAST CARE) DI RB NUR HIKMAH KWARON GUBUG

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUCANGSAWIT SURAKARTA

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS DEMAND MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN RAWAT INAP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEDAN DELI, PUSKESMAS BROMO DAN PUSKESMAS KEDAI DURIAN TAHUN 2013

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU CUCI TANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK SD

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGGULANGAN DIARE DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE BALITA USIA 1-5 TAHUN

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

Kusnanto*, Elida Ulfiana*, M.Hadarani**

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

Manuscript KUKUH UDIARTI NIM : G2A Oleh :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

PENANGANAN DIARE DI RUMAH TANGGA MERUPAKAN UPAYA MENEKAN ANGKA KESAKITAN DIARE PADA ANAK BALITA. Ade Wulandari. Abstrak

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

PRAKTIK REHIDRASI ORAL IBU YANG TIDAK BAIK BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI PADA BALITA DIARE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNTAPAN 1 BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU

ANALISA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENATALAKSANAAN IBU DI RUMAH PADA BALITA DIARE DI WILAYAH UPT PUSKESMAS MANDING KABUPATEN SUMENEP

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

HUBUNGAN MINAT IBU MENYUSUI DENGAN PERAWATAN PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH KOTAGEDE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

ABSTRAK untuk seperti namun tampaknya untuk akan pada ukur umum dan cara beberapa tahun 61,54% 54,37% 62,5% anak dan 1,87% ini maka pada tahun di

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

PENANGANAN ORAL HIDRASI DAN KEJADIAN DEHIDRASI ANAK DIARE

Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pengetahuan tentang Penatalaksanaan Diare pada Balita

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN DIARE DI POSYANDU GONILAN KARTASURA SKRIPSI

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : JONATHAN EKO A J FAKULTAS KEDOKTERAN

: DESI SETIYANI J

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare merupakan penyebab kematian nomer dua di dunia. Pada tahun

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

NurseLine Journal Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

UNIVERSITAS UDAYANA PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 6 12 BULAN DI PUSKESMAS KUTA SELATAN TAHUN 2012

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN CIBADUYUT BANDUNG

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

Transkripsi:

1 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Diare terhadap Tindakan Pemberian Cairan Rehidrasi pada Anak Balita Diare, Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember) (The Relation Between Knowledge an Attitude Mother Toddler about Diarrhea with the Action of Giving Rehydration Liquid in Toddler Diarrhea, Case Study in the Area of Puskesmas Patrang in Jember Regency) Nur Laily Mazidatur Rahmah, Novia Luthviatin, Mury Ririanty Bagian Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: novia.dosenku@gmail.com Abstrak Penyakit diare merupakan masalah kesehatan yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas pada anak, khususnya balita di berbagai negara. Cairan rehidrasi adalah cairan yang berisi elektrolit yang bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang ketika diare. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu balita tentang diare terhadap tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare di Patrang. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini sejumlah 83 responden yang dipilih menggunakan tekhnik pengambilan sampel acak sederhana. Data dianalisis menggunakan uji chi square dengan signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden tentang diare dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare dengan p value = 0,013. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap responden tentang diare terhadap tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare dengan p value = 0,043. Berdasarkan penelitian ini, ibu balita diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang diare, mempunyai sikap postifi tentang diare dan memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Kata Kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, diare, pemberian cairan rehidrasi Abstract Diarrhea disease is a health problem that can cause morbidity and mortality in children, especially toddler in various countries. Rehydration liquid is a liquid that contain electrolyte that aim to replace water and electrolyte that lost trough diarrhea. This research aimed to analyze the relation between knowledge and attitude mother toddler about diarrhea with the action of giving rehydration liquid in toddler diarrhea in Patrang. This research used analytic research method by cross sectional design. This research samples were 83 respondent selected by simple random sampling technique. The data analyzed by chi square test with signification level 95%. The result showed that there was a relation between knowledge of respondent about diarrhea with the action of giving rehydration liquid in toddler diarrhea with p value = 0,013. This result also showed that there was a relation between attitude of respondent about diarrhea with the action of giving rehydration liquid in toddler diarrhea with p value = 0,043. Based on this research, mother toddler are expected to increase their knowledge about diarrhea, have a positive attitude about diarrhea and give rehydration liquid in toddler diarrhea. Keywords: knowledge, attitude, action of giving rehydration liquid, diarrhea Pendahuluan Penyakit diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan motalitas pada anak di berbagai negara. Penyakit diare jauh lebih banyak terjadi di negara berkembang dari pada di negara maju, yaitu 12,5 kali lebih banyak di dalam kasus mortalitas [3]. Berdasarkan profil data kesehatan Indonesia tahun 2011, kasus diare termasuk 10 besar penyakit rawat inap di rumah sakit. Tahun 2010, jumlah penderita diare di Jawa Timur mencapai 1.063.949 kasus dengan 37,94% yaitu 403.611 kasus diare pada balita [1]. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dari bulan Januari sampai Oktober 2012 diketahui bahwa terdapat 1146 kasus diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Patrang, dimana daerah tersebut merupakan kasus kejadian tertinggi di Jember [2]. Upaya pencegahan dan penanggulangan kasus diare dilakukan memalui pemberian oralit, penggunaan infus, penyuluhan ke masyarakat dengan maksud terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari [1]. Cairan rehidrasi adalah cairan yang mengandung elektrolit yang bertujuan menggantikan air dan elektrolit yang hilang akibat diare [7]. Berdasarkan

2 laporan hasil survei morbiditas dan perilaku tatalaksana diare oleh Depkes tahun 2000-2010 diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam penatalaksanaan diare belum menunjukkan perbaikan dan belum sesuai dengan harapan. Menurut hasil survei, walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang paket oralit, namun hanya 1 dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22% yang diberi larutan gula garam [5]. Penyakit diare merupakan penyakit yang tampaknya sederhana, namun diare pada anak yang tidak ditangai dengan serius dan benar dapat menyebabkan dampak yang cukup serius. Kematian balita penderita diare ini sebagian besar disebabkan oleh dehidrasi yang tidak bisa tertangani. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengetahuan ibu balita tentang diare; menganalisis sikap ibu balita tentang diare; menganalisis tindakan ibu balita tentang diare. Tujuan lain dari penelitian yaitu menganalisis hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang diare dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare serta menganalisis hubungan antara sikap ibu balita tentang diare dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada balita diare. Hipoesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang diare dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada anak balita diare dan ada hubungan antara sikap ibu balita tentang diare dengan tindakan pemberian cairan rehidrasi pada anak balita diare. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Desember 2012-15 Maret 2013 di wilayah kerja Puskesmas Patrang Kabupaten Jember. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita dan pernah mengalami diare yang pernah berkunjung ke Puskesmas Patrang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik Simple Random Sampling yaitu sejumlah 83 responden. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dilakukan menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Responden Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Umur Umur Jumlah Persentase (%) 21-40 tahun 74 89,15 41-60 tahun 9 10,85 Tabel 1.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 21-40 tahun sebayak 74 responden (89,15%). Distribusi frekuensi agama responden dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut ini: Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Agama Agama Jumlah Persentase (%) Islam 83 100 Katolik - - Kristen - - Hindu - - Budha - - Tabel 1.2 menunjukkan bahwa seluruh responden beragama islam sebanyak 83 responden (100%). Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 1.3 berikut ini: Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak Sekolah - - SD 9 10,84 SMP 12 15,45 SMA 51 61,45 Diploma/ Akademi 3 3,62 Perguruan Tinggi 8 9,64 Tabel 1.3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan SMA sebanyak 51 responden (61,45%). Distribusi frekuensi pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 1.4 berikut ini: Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase (%) PNS - - Petani 2 2,41 Wiraswasta 23 27,71 Pensiunan - - Tidak bekerja 53 63,85 Lain-lain 5 6,03 Tabel 1.4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak bekerja (ibu rumah tangga) sebanyak 53 responden (63,85%). Distribusi frekuensi tingkat pendapatan responden dapat dilihat pada tabel 1.5 berikut ini: Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase (%) Rendah ( Rp 1.091.950.00) 58 69,87 Tinggi (> Rp 1.091.950,00) 25 30,13 Tabel 1.5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pendapatan rendah sebanyak 58 responden (69,87%). 2. Pengetahuan Responden tentang Diare Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang diare dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini: Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Diare Pengetahuan Responden Jumlah Persentase (%)

3 Tinggi 15 18,1 Sedang 64 77,1 Rendah 4 4,8 Tabel 2.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 64 responden (77,1%). 3. Sikap Responden tentang Diare Distribusi frekuensi sikap responden tentang diare dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini: Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Diare Sikap Responden Jumlah Persentase (%) Positif 39 47 Negatif 44 53 Tabel 3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap negatif sebanyak 44 responden (53%). 4. Tindakan Responden dalam Memberikan Cairan Distribusi frekuensi tindakan responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita diare dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden dalam Memberikan Cairan Tindakan Responden Jumlah Persentase (%) Memberikan 33 39,8 Tidak Memberikan 50 60,2 Tabel 4.1 menujukkan bahwa sebagian besar responden memiliki tindakan tidak memberikan cairan rehidrasi sebanyak 50 responden (60,2%). 5. Hubungan antara Pengetahuan Responden dengan Tindakan Responden dalam Memberikan Cairan Distribusi frekuensi hubungan antara pengetahuan responden tentang diare dengan tindakan responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita diare dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan Responden dalam Memberikan Cairan Tindakan Responden Pengetahuan Memberikan Tidak Memberikan Jumlah N % N % N % Tinggi 11 13,25 4 4,81 15 47 Sedang 21 25,31 43 51,8 64 53 Rendah 1 1,21 3 3,62 4 Total 33 39,77 50 60,23 83 100 Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan sedang dan memiliki tindakan untuk tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare sebesar 43 responden (51,8%). 6. Hubungan antara Sikap Responden dengan Tindakan Responden dalm Memberikan Cairan Reshidrasi pada Balita Diare Distribusi frekuensi hubungan antara sikap responden tentang diare dengan tindakan responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita diare dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut ini: Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Sikap dengan Tindakan Responden dalam Memberikan Cairan Tindakan Responden Sikap Memberikan Tidak Jumlah Memberikan N % N % N % Positif 20 24,1 19 22,89 39 46,99 Negatif 13 15,66 31 37,35 44 53,01 Total 33 39,76 50 60,24 83 100 Tabel 6.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap negatif dan memiliki tindakan untuk tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare sebanyak 31 responden (37,35%). Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 83 responden diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 64 responden (77,1%) tentang diare. Hal ini didukung oleh penelitian dari Purbasari (2009) tentang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam penanganan awal diare pada balita. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, didapatkan data tentang tingkat pengetahuan ibu balita dari 68 responden, dimana (6%) berpengetahuan baik, (48%) berpengetahuan cukup dan (46%) berpengetahuan kurang [6]. Menurut peneliti, responden memiliki pengetahuan yang sedang tentang diare disebabkan karena adanya pengaruh dari sosial maupun budaya serta sedikitnya informasi tentang diare yang terdapat di media seperti televisi dan koran. Umumnya orang tua menganggap bahwa penyakit diare merupakan penyakit ringan yang biasa menyerang seorang balita karena masih belum sempurnanya alat pencernaan dalam tubuh balita, serta mayoritas responden dalam penelitian ini adalah berpendidikan SMA yaitu sebanyak 51 responden (61,45%). Menurut Sinthamurniwaty (2006) faktor risiko terjadinya diare pada balita disebabkan karena faktor intrinsik seperti infeksi dan malabsorbsi dan faktor ekstrinsik seperti faktor kebersihan makanan dan juga faktor perilaku ibu atau pengasuh balita karena balita masih belum bisa menjaga dirinya sendiri dan sangat tergantung pada lingkungannya. Ibu balita atau pengasuh balita yang tidak bisa mengasuh balita dengan baik dan sehat maka kejadian diare pada balita tidak dapat dihindari [8]. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 83 responden diperoleh bahwa sebagian besar responden memiliki respon negatif yaitu sebanyak 44 responden (53%). Menurut peneliti, responden memiliki sikap negatif tehadap

4 pemberian cairan rehidrasi pada balita yang menderita diare disebabkan karena selama ini responden beranggapan bahwa bila balita mengalami diare maka pengobatannya adalah dengan memberikan obat yang dapat menghentikan diarenya. Balita yang menderita diare bila hanya diberi cairan rehidrasi saja, diare yang diderita oleh balita tidak dapat berhenti karena mereka tidak tahu manfaat ataupun khasiat dari cairan rehidrasi. Hal ini di dukung oleh Wulandari (2012) yang menyatakan bahwa selama ini ibu balita memiliki sikap negatif tentang diare yang berkaitan dengan pemberian cairan rehidrasi, karena meskipun masyarakat dapat membuat larutan gula garam atau oralit, namun mereka tidak yakin akan khasiatnya. Hal ini menyebabkan keengganan ibu dalam memberikan cairan rehidrasi kepada anaknya [10]. Hasil penelitian yang dilakukan pada 83 responden diperoleh bahwa sebagian besar responden tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare yaitu sebanyak 50 responden (60,2%). Hal ini disebabkan karena responden beranggapan bahwa bila balita mengalami diare, maka pengobatannya adalah dengan memberikan obat yang dapat meghentikan diarenya, seperti obat yang terjual di toko terdekat. Berdasarkan penelitian dari Harun dan Liawati (2008) tentang biaya perawatan diare rasional lebih rendah dibanding tidak rasional, diketahui bahwa 56% responden sudah pernah mendapatkan penyuluhan oralit, namun 60% responden melakukan tindakan perawatan diare yang tidak rasional seperti penggunaan obat anti diare, obat antibiotika dan lain sebagainya [4]. Hal ini juga sesuai dengan laporan Kementrian Kesehatan (2011) tentang situasi diare di Indonesia bahwa walaupun lebih dari 90% ibu mengetahui tentang paket oralit, namun hanya 1 dari 3 (35%) anak yang menderita diare diberi oralit dan hanya 22% yang di beri LGG [5]. Hasil penelitian pada 83 responden diketahui bahwa sebagian besar responden berada dalam distribusi pengetahuan dengan kategori sedang dan memiliki tindakan tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare sebanyak 43 responden dengan persentase 51,8%. Hasil penelitian juga menunujukkan bahwa dari 50 responden yang memiliki tindakan tidak memberikan cairan rehidrasi, terdapat 3 responden dengan persentase 3,62% yang memiliki pengetahuan rendah sebagaimana ditunjukkan dalam tabel 4.6. Sebagian kecil responden sebanyak 3 orang yang memiliki pengetahuan rendah ini dapat disebabkan oleh tingkat pendidikan responden yang sedang, dimana sebagian besar responden berpendidik tingkat menengah atas (SMA) sebanyak 51 responden dengan persentase 61,45%. Hal ini didukung oleh pernyataan Wawan dan Dewi (2010) yang menjelaskan bahwa pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, yang diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka seseorang akan semakin luas pula pengetahuannya [9]. Hubungan antara pengetahuan responden tentang diare dengan tindakan responden dalam pemberian cairan rehidrasi pada balita diare dapat diketahui dengan melakukan uji statistik Chi Square dengan ketentuan a = 0,05. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh hasil yaitu Sig. atau ρ value (0,013) < a = 0,05 sehingga Ho ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden tentang diare dengan tindakan responden dalam pemberian cairan rehidrasi. Responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang diare, maka tindakan responden yaitu tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Responden yang memiliki pengetahuan tinggi tentang diare, maka tindakan responden yaitu memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor penguat yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, dimana sebagian besar ibu balita adalah ibu rumah tangga yaitu sebesar 53 responden (63,85%), sehingga banyak memiliki waktu luang untuk memperhatikan kesehatan keluarga terutama anaknya. Kadang meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi masih ada yang tidak mau untuk melakukannya. Demikian juga dalam penelitian ini, walapupun tingkat pengetahuannya sedang tetapi hampir setengahnya yaitu sebanyak 43 responden (51,8%) dengan pengetahuan sedang, tetapi tidak menerapkan prinsip rehidrasi seawal mungkin di rumah kepada anaknya yang sedang diare sebelum di bawa ke tenaga kesehatan, karena masyarakat banyak yang meremehkan penyakit diare. Hubungan antara sikap responden terhadap tindakan responden dalam pemberian cairan rehidrasi pada balita diare dapat diketahui dengan melakukan uji statistik Chi Square dengan ketentuan a = 0,05. Hasil analisis dengan menggunakan uji statistik Chi Square diperoleh hasil yaitu Sig. atau ρ value (0,043) < a = 0,05 sehingga Ho ditolak artinya dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap responden terhadap pemberian cairan rehidrasi pada balita diare. Responden yang memiliki sikap positif terhadap pemberian cairan rehidrasi pada balita diare, maka tindakan respondenya itu memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Responden yang memiliki sikap negatif terhadap pemberian cairan rehidrasi pada balita diare, maka tindakan respondennya itu tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Askrening (2007) dalam Wulandari (2012) yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dalam pemberian rehidrasi oral pada balita diare di Kabupaten Purworejo. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sikap tentang rehidrasi oral berhubungan dengan perilaku pemberian rehidrasi oral pada balita diare. Sikap negatif berpeluang berperilaku salah sebesar 2,7 [10]. Ibu balita yang memiliki sikap negatif terhadap diare yang berkaitan dengan pemberian cairan rehidrasi disebabkan karena ibu balita tidak percaya terhadap khasiat dari cairan rehidrasi. Ibu balita yang memiliki sikap positif terhadap diare tetapi tidak memberikan cairan rehidrasi pada balita diare (22,89%) dikarenakan responden pernah memiliki pengalaman ketika memberikan cairan rehidrasi dapat menyebabkan mual dan muntah pada balita. Hal ini menyebabkan ibu tidak memberikan cairan rehidrasi pada balitanya yang sedang mengalami diare. Hal ini didukung oleh penelitian Harianto (2004) dalam Wulandari (2012) yang mengatakan bahwa alasan terbesar responden tidak memakai oralit pada waktu diare karena memberikan oralit formula lama kepada anaknya ketika mengalami diare dapat menyebabkan mual dan muntah [10].

5 Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan responden tentang diare dengan tindakan responden dalam memberikan caira rehidrasi pada balita diare. Ada hubungan yang bermakna antara sikap responden tentang diare dengan tindakan responden dalam memberikan cairan rehidrasi pada balita diare. Saran dalam penelitian ini adalah ibu balita diharapkan dapat menggali dan meningkatkan informasi tentang penyakit yang menyertai balita seperti diare melalui berbagai media. Bagi Puskesmas perlu untuk meningkatkan mutu pelayanan seperti memaksimalkan pelayanan pada meja keempat dengan memberikan penyuluhan dan penjelasan tentang maanfaat dari cairan rehidrasi serta menjelaskan penanganan awal diare di rumah secara tepat yang terdapat dalam buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) pada ibu balita yang datang ke posyandu. Puskesmas juga dapat melaksanakan pelatihan pembuatan cairan rehidrasi secara benar di setiap posyandu. Dinas kesehatan berupaya agar mampu memenuhi atau memberikan fasilitas upaya peningkatan pelayanan kesehatan terutama dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang oralit. [10] A. Wulandari, Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Anak Balita, Jurnal Health and Sport Vol. 5 No. 2. Daftar Pustaka [1] Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010, Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2011). [2] Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Kasus Diare Tahun 2012 se Kabupaten Jember, Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember (2012). [3] E. Hardiayanti, Indikator Perbaikan Kesehatan Lingkungan Anak, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC (2008). [4] Harun dan Liawati, Biaya Perawatan Diare Rasional Lebih Rendah Dibanding Tidak Rasional, Ponorogo: Universitas Muhammadiyah Ponorogo (2008). [5] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Situasi Diare di Indonesia, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan Volume II Triwulan II, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011). [6] E. Purbasari, Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Penanganan Awal Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan, Banten pada Bulan September Tahun 2009, Skripsi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Ayarif Hidayatullah (2009). [7] K. Rahardja, Obat-Obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-hari, Jakarta: PT Elex Media Komputindo (2010). [8] Sinthamurnywaty, Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada Balita, Tesis, Semarang: Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro (2006). [9] Wawan dan Dewi, Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika (2010).