PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Pertemuan IV,V,VI,VII II. Sambungan dan Alat-Alat Penyambung Kayu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

ANALISIS SAMBUNGAN PAKU

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN PADA KLOSET GETAR BALITA

V. BATANG TEKAN. I. Gaya tekan kritis. column), maka serat-serat kayu pada penampang kolom akan gagal

PENGARUH PEMASANGAN BAUT DI SISI MUKA TERHADAP DAYA DUKUNG SAMBUNGAN GIGI PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU. Tugas Akhir

BAB 1 PENDAHULUAN...1

SIFAT MEKANIK KAYU. Angka rapat dan kekuatan tiap kayu tidak sama Kayu mempunyai 3 sumbu arah sumbu :

KAJIAN KOEFISIEN PASAK DAN TEGANGAN IZIN PADA PASAK CINCIN BERDASARKAN REVISI PKKI NI DENGAN CARA EXPERIMENTAL TUGAS AKHIR

Dimana : g = berat jenis kayu kering udara

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan masih terus dilakukan. Oleh karena

Nessa Valiantine Diredja 1 dan Yosafat Aji Pranata 2

SAMBUNGAN BATANG TEKAN DAN MOMEN LENTUR LAMINATED VENEER LUMBER (LVL) KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria) DENGAN ALAT PENGENCANG BAUT

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

STUDI EKSPERIMENTAL GESER BLOK PADA BATANG TARIK KAYU INDONESIA

Tahanan Lateral Bambu Laminasi dengan Konektor Pelat Disisipkan Menggunakan Sambungan Baut

PENDAHULUAN Latar Belakang

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

Gambar 5.1. Proses perancangan

5ton 5ton 5ton 4m 4m 4m. Contoh Detail Sambungan Batang Pelat Buhul

V. PENDIMENSIAN BATANG

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Rangka kuda-kuda baja ringan

I. Perencanaan batang tarik

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

Struktur Baja 2. Kolom

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Batang Tarik Pertemuan - 2

Pertemuan IX : SAMBUNGAN BAUT (Bolt Connection)

PERENCANAAN DIMENSI BATANG

PENGGUNAAN KAWAT BAJA SEBAGAI PENGGANTI BATANG TARIK PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

sehingga menjadi satu kesatuan stmktur yang memiliki sifat stabil terhadap maka komponen-komponennya akan menerima gaya aksial desak dan tarik, hal

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Aplikasi EYM Model Pada Analisis Tahanan Lateral Sambungan Sistim Morisco-Mardjono: Sambungan Tiga Komponen Bambu Dengan Material Pengisi Rongga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM GLULAM DENGAN PENGHUBUNG BATANG BAJA BERULIR

ANALISIS SAMBUNGAN PORTAL BAJA ANTARA BALOK DAN KOLOM DENGAN MENGGUNAKAN SAMBUNGAN BAUT MUTU TINGGI (HTB) (Studi Literatur) TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan

KAJIAN SAMBUNGAN BALOK KAYU BANGKIRAI DENGAN CLAW NAIL PLATE

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Untuk mempermudah perancangan Tugas Akhir, maka dibuat suatu alur

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

X. TEGANGAN GESER Pengertian Tegangan Geser Prinsip Tegangan Geser. [Tegangan Geser]

KAJIAN PERBANDINGAN SAMBUNGAN ANTAR KAYU DENGAN KAYU DAN ANTAR KAYU DENGAN PELAT BAJA BERDASARKAN PKKI NI (TEORITIS DAN EKSPERIMENTAL)

TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS

PREDIKSI KEKUATAN LATERAL PANEL KAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

III. BATANG TARIK. A. Elemen Batang Tarik Batang tarik adalah elemen batang pada struktur yang menerima gaya aksial tarik murni.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Pertemuan XI : SAMBUNGAN BAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Sambungan diperlukan jika

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA. rangka rumah, jembatan dan struktur lainnya, telah lama dikenal oleh masyarakat. Kayu

A. Struktur Balok. a. Tunjangan lateral dari balok

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PERILAKU SAMBUNGAN DENGAN ALAT SAMBUNG SEKRUP PADA ELEMEN STRUKTUR BAJA RINGAN

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II STUDI PUSTAKA. terutama untuk bangunan sederhana atau yang bersifat sementara dan kuda kuda untuk

TULANGAN GESER. tegangan yang terjadi

Henny Uliani NRP : Pembimbing Utama : Daud R. Wiyono, Ir., M.Sc Pembimbing Pendamping : Noek Sulandari, Ir., M.Sc

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

VI. BATANG LENTUR. I. Perencanaan batang lentur

TUJUAN PEMBELAJARAN. 3. Setelah melalui penjelasan dan diskusi. mahasiswa dapat mendefinisikan pasak dengan benar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

Sambungan Kayu. Sambungan Kayu: Hubungan Kayu:

BAB 1 PENDAHULUAN. metoda desain elastis. Perencana menghitung beban kerja atau beban yang akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan SNI Untuk mendukung penulisan tugas akhir ini

a home base to excellence Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : TSP 306 Sambungan Baut Pertemuan - 12

Dalam penelitian ini digunakan jenis kayu Bangkirai ukuran 6/12, yang umum

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

SAMBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR KAYU GLULAM AKASIA DENGAN SISTIM PROFIL SIKU DAN BATANG BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STRUKTUR BAJA 1 KONSTRUKSI BAJA 1

Transkripsi:

2 PENGENALAN ALAT SAMBUNG KAYU Karena alasan geometrik, pada konstruksi kayu sering diperlukan sambungan yang berfungsi untuk memperpanjang batang kayu (overlapping connection) atau menggabungkan beberapa batang kayu pada satu buhul/joint. Secara umum, sambungan merupakan bagian terlemah dari konstruksi kayu. Kegagalan konstruksi kayu sering diakibatkan oleh gagalnya fungsi sambungan daripada kegagalan material kayu itu sendiri. Kegagalan pada sambungan dapat berupa: pecahnya kayu diantara dua alat sambung, bengkoknya alat sambung, atau lendutannya (efek kumulatif dari sesaran atau slip alat sambung) sudah melampaui nilai toleransi. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan pada konstruksi kayu menurut Awaludin (2002) adalah sebagai berikut: 1. Terjadinya pengurangan luas tampang Pemasangan alat sambung seperti baut, pasak, dan gigi, menyebabkan berkurangnya luas efektif penampang kayu yang disambung sehingga kuat dukung batangnya menjadi lebih rendah bila dibandingkan dengan batang yang berpenampang utuh.

16 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu 2. Terjadinya penyimpangan arah serat Pada buhul seringkali terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang, tetapi tidak sejajar serat dengan batang yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil dari pada yang sejajar serat, maka kekuatan sambungan harus didasarkan pada kekuatan kayu yang tidak sejajar serat (kekuatan yang terkecil). 3. Terbatasnya luas sambungan Kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil sehingga mudah pecah apabila beberapa alat sambung dipasang berdekatan. Oleh karena itu, dalam penempatan alat sambung disyaratkan jarak minimal antar alat sambung agar kayu terhindar dari kemungkinan pecah sebelum kekuatan teoritis sambungan dapat dicapai. Dengan adanya ketentuan jarak tersebut, maka luas efektif sambungan atau luas yang dapat digunakan untuk penempatan alat sambung menjadi berkurang dengan sendirinya. Efektifitas suatu alat sambung dapat diukur berdasarkan kuat dukung yang disumbangkan oleh sambungan dibandingkan dengan kuat ultimit kayu yang di sambungnya. Sebagai contoh, sebuah batang kayu memiliki kuat tarik ultimit 10 ton, pada bagian sambungan digunakan alat sambung A dan kekuatan tarik sambungan adalah 2,5 ton. Maka efektifitas alat sambung A adalah 25% (2,5ton/10ton).

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 17 I. Ciri-ciri alat sambung yang baik Pengurangan luas kayu yang digunakan untuk menempatkan alat sambung relatif kecil atau bahkan nol. Memiliki nilai banding antara kuat dukung sambungan dengan kuat ultimit batang yang disambung yang tinggi. Menunjukkan perilaku pelelehan sebelum mencapai keruntuhan (daktail). Memiliki angka penyebaran panas (thermal conductivity) yang rendah. Murah dan mudah di dalam pemasangannya. II. Jenis-jenis sambungan Sambung dapat dibedakan menjadi sambungan satu irisan (menyambungkan dua batang kayu), dua irisan (menyambungkan tiga batang kayu), dan seterusnya seperti pada Gambar 4. Menurut sifat gaya yang bekerja pada sambungan, sambungan juga dapat dibedakan menjadi sambungan desak, sambungan tarik, dan sambungan momen. Pada sambungan desak atau tarik, apabila pusat kelompok alat sambung tidak terletak pada garis kerja gaya maka akan terbentuk gaya momen selain gaya aksial. Gambar 4. Sambungan satu irisan dan dua irisan

18 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu III. Jenis-jenis alat sambung Dari berbagai macam alat sambung kayu yang pernah dipergunakan, salah satu sifat atau karakteristik yang dapat dibandingkan adalah kurva beban vs sesaran/slip. Kurva ini menunjukkan besarnya dukungan sambungan dan sesaran yang terjadi antara alat sambung dengan kayu yang disambungnya. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Racher (1995) untuk beberapa macam alat sambung dapat dilihat pada Gambar 5. Secara umum, sifat atau karakteristik masing-masing alat sambung akan diuraikan pada bahasan berikut ini. Jenis alat sambung (a): Lem (12,5 10 3 mm 2 ) (b): Cincin belah 100 mm (c): Kokot Buldog 62 mm (d): Dowel 14 mm (e): Baut 14 mm (f): Punched plate 10 4 mm 2 (g): Paku 4,4 mm Gambar 5. Kurva beban-sesaran alat sambung (Racher, 1995) 1. Lem Bila dibandingkan dengan alat sambung yang lain, lem termasuk alat sambung yang bersifat getas seperti dapat dilihat pada Gambar 5 (kurva a). Keruntuhan sambungan dengan alat sambung lem terjadi tanpa adanya peristiwa pelelehan. Alat

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 19 sambung lem umumnya digunakan pada struktur balok susun, atau produk kayu laminasi (glue-laminated timber). 2. Alat sambung mekanik (Mechanical connector) Berdasarkan interaksi gaya-gaya yang terjadi pada sambungan, alat sambung mekanik dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambunganan berasal dari interaksi antara kuat lentur alat sambung dengan kuat desak atau kuat geser kayu. Kelompok yang kedua adalah kelompok alat sambung yang kekuatan sambungannya ditentukan oleh luas bidang dukung kayu yang disambungnya. Alat sambung paku, baut dan pasak kayu termasuk pada kelompok alat sambung jenis pertama, sedangkan pasak kayu Koubler, cincin belah (split ring), pelat geser, spikes grid, single atau double sided toothed plate, dan toothed ring termasuk pada kelompok alat sambung jenis yang kedua. Pada kelompok alat sambung jenis kedua, umumnya baut masih tetap dipergunakan dengan maksud agar sambungan dapat rapat sehingga alat sambung seperti cincin belah, pasak kayu Koubler, dan lain-lain dapat berfungsi dengan baik. a. Paku Alat sambung paku sering dijumpai pada struktur dinding, lantai, dan rangka. Paku tersedia dalam bentuk dan ukuran yang bermacam-macam seperti pada Gambar 6(a). Paku bulat merupakan jenis paku yang mudah diperoleh meskipun kuat dukungnya relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan paku ulir (deform nail). Umumnya diameter paku berkisar antara

20 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu 2,75 mm sampai 8 mm dan panjangnya antara 40 mm sampai dengan 200 mm. Angka kelangsingan paku (nilai banding antara panjang terhadap diameter) sangat tinggi menyebabkan mudahnya paku untuk membengkok saat dipukul. (a) (b) Gambar 6. Jenis-jenis paku dan pemasangan paku dengan mesin penekan (Hoyle, 1978) Agar terhindar dari pecahnya kayu, pemasangan paku dapat didahului oleh lubang penuntun yang berdiameter 0,9D untuk kayu dengan berat jenis di atas 0,6 dan yang berdiameter 0,75D untuk kayu dengan berat jenis di bawah atau sama dengan 0,6 (D adalah diameter paku). Pemasangan paku dapat dilakukan secara cepat dengan menggunakan mesin penekan (nail fastening equipment) seperti pada Gambar 6(b). b. Baut Alat sambung baut umumnya terbuat dari baja lunak (mild steel) dengan kepala berbentuk hexagonal, square, dome, atau flat seperti pada Gambar 7. Diameter baut berkisar antara 1/4 sampai dengan 1,25. Untuk kemudahan

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 21 pemasangan, lubang baut diberi kelonggaran 1 mm. Alat sambung baut biasanya digunakan pada sambungan dua irisan dengan tebal minimum kayu samping adalah 30 mm dan kayu tengah adalah 40 mm dan dilengkapi cincin penutup. Hexagonal Square Dome Flat Gambar 7. Bentuk-bentuk alat sambung baut (ASCE, 1997) c. Timber Connectors Walaupun nama alat sambung ini adalah timber connectors, hampir semua alat sambung terbuat dari besi (metal). Jenis alat sambung Timber connectors yang terbuat dari kayu hanyalah pasak kayu Koubler. Alat sambung timber connectors berkembang di Eropa pada tahun 1916 sampai 1922. Beberapa jenis alat sambung yang tergolong Timber connectors adalah: Pasak kayu Koubler Pasak kayu Koubler berasal dari Jerman. Pasak Koubler merupakan pasak yang terbuat dari kayu yang sangat keras, berbentuk silinder dengan diameter bagian tengah lebih besar (lihat Gambar 8). Diameter pasak kayu Koubler relatif besar sekitar 10 cm dan tebalnya sekitar 5 cm.

22 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu Cincin belah (Split ring) Alat sambung cincin belah terbuat dari besi dengan diameter 2,5 dan 4 inchi. Disebut cincin belah karena cincin besi ini tidak utuh sehingga menyebabkan mudahnya cincin belah untuk mengikuti kembang atau susut kayu yang disambungnya. Alat sambung cincin belah dapat dilihat pada Gambar 8. Pasak kayu Koubler Cincin belah Gambar 8. Alat sambung pasak kayu Koubler dan cincin belah (Hoyle, 1978) Pelat geser (Shear plate) Pelat geser terbuat dari pressed steel dengan bentuk lingkaran. Tidak seperti cincin belah, pelat geser ditempatkan pada masing-masing kayu yang disambung sehingga pemindahan gaya dilakukan sepenuhnya oleh baut pengaku.

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 23 Gambar 9. Alat sambung pelat geser (Design Wood Structures, 2003) Spike grids Alat sambung ini sudah tidak diproduksi lagi pada saat ini. Spike grids terdiri dari tiga bentuk yaitu flat, single curve, dan circular. Flat Single curve Circular Gambar 10. Alat sambung Spike grids (Hoyle, 1978)

24 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu Toothed ring Alat sambung ini terbuat dari lembaran besi yang dibentuk melingkar seperti cincin dengan permukaan di kedua sisinya tajam atau runcing. Gambar 11. Alat sambung Toothed ring (Hoyle, 1978) Single atau double sided toothed plate Alat sambung ini umumnya berbentuk lingkaran dan segi empat dengan lubang ditengah (berguna untuk penempatan baut pengaku). Pada kelilingnya terdapat gigi berbentuk segi tiga. Diameter alat sambung ini sekitar 38 mm sampai dengan 165 mm. Alat sambung ini sangat mudah digunakan untuk kayu lunak, sedangkan untuk kayu keras harus dibantu dengan palu/hammer. Contoh dari alat sambung ini adalah kokot Buldog, dan Geka.

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 25 Gambar 12. Alat sambung kokot Buldog (Hoyle, 1978) 3. Metal plate connectors Alat sambung ini berkembang pada tahun 1960an sampai saat ini. Secara umum metal plate connectors terbuat dari pelat galvanise dengan ketebalan antara 0,9 mm sampai 2,5 mm. Beberapa alat sambung yang termasuk metal plate connectors adalah punched plate, nail plate, dan joist hanger seperti pada Gambar 13 dan 14. Gambar 13. Alat sambung metal plate connectors (Wood Design Structures, 2003)

26 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu Gambar 14. Alat sambung Joist hangers (Hoyle, 1978) IV. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sambungan 1. Eksentrisitas Pada sambungan dengan beberapa alat sambung, maka titik berat kelompok alat sambung harus terletak pada garis kerja gaya, apabila tidak maka akan timbul gaya momen (secondary moment) yang dapat menurunkan kekuatan sambungan. 2. Sesaran/slip Sesaran yang terjadi pada sambungan kayu terbagi menjadi dua. Sesaran yang pertama adalah sesaran awal yang terjadi akibat adanya lubang kelonggaran yang dipergunakan untuk mempermudah penempatan alat sambung. Selama sesaran awal, alat sambung belum memberikan perlawanan terhadap gaya sambungan yang bekerja. Pada sambungan dengan beberapa alat sambung, kehadiran sesaran awal yang tidak sama diantara alat sambung dapat menurunkan kekuatan

BAB 2 Pengenalan Alat Sambung Kayu 27 sambungan secara keseluruhan. Setelah sesaran awal terlampaui, maka sesaran berikutnya akan disertai oleh gaya perlawanan (tahanan lateral) dari alat sambung. Kurva tahanan lateral versus sesaran ini, sering diidealisasikan dengan bentuk elastik-plastik (elasto-plastic). Pada umumya, perilaku sesaran elasto-plastic sesungguhnya akan sangat dipengaruhi oleh perilaku rangkak/creep material kayu. Pengaruh creep dapat dicontohkan dengan terjadinya recovery (pengembalian pada kondisi awal) yang tidak seketika manakala proses pembebanan dihilangkan pada fase elastik. 3. Mata kayu Keberadaan mata kayu menurunkan kuat tarik dan kuat tekan sejajar serat. Adanya mata kayu dapat dianggap sebagai pengurangan luas tampang batang kayu. pada Gambar 15(a), penurunan kekuatan tarik kayu disebabkan oleh perlemahan mata kayu dan pengurangan luas kayu akibat dua alat sambung. Sedangkan pada Gambar 15(b), salah satu alat sambung diletakkan segaris dengan mata kayu sehingga penurunan kekuatan disebabkan oleh perlemahan mata kayu dan pengurangan luas kayu oleh satu alat sambung. Dengan demikian, penempatan alat sambung seperti Gambar 15(b) menyebabkan pengurangan luas tampang kayu yang lebih sedikit dari pada Gambar 15(a).

28 Dasar-Dasar Perencanaan Sambungan Kayu (a) (b) Gambar 15. Pengurangan luas tampang akibat mata kayu dan alat sambung (Hoyle, 1978)