ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN IKAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

I. PENDAHULUAN. keberadaannya sebagai bahan pangan dapat diterima oleh berbagai lapisan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. di antara pulau lain, namun tingkat endemik masih kalah dibandingkan dengan

ANALISIS TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN TERHADAP OTAK-OTAK DENGAN BAHAN BAKU IKAN BERBEDA Mutemainna Karim, Aryanti Susilowati dan Asnidar ABSTRAK

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

BAB I PENDAHULUAN. muda, apalagi mengetahui asalnya. Bekatul (bran) adalah lapisan luar dari

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

PENDAHULUAN. ekonomi yang masih lemah tersebut tidak terlalu memikirkan akan kebutuhan

Harryara Sitanggang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Fisik Sosis Sapi

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

METODE. Waktu dan Tempat

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN DAGING RAJUNGAN (Portunus pelagicus) REBUS PADA SUHU KAMAR

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

Tabel 9. Rata-rata kadar air mi sagu MOCAL

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hasil kekayaan alam yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan sebesar 34 kilogram per

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB I PENDAHULUAN. lodeh, sayur asam, sup, dodol, dan juga manisan. Selain itu juga memiliki tekstur

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUPUK UDANG ATAU IKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena jenis tersebut yang paling banyak di tangkap dan di

TELUR ASIN PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Kekayaan dan keragaman sumber daya laut tersebut telah

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan daya tahan ikan mentah serta memaksimalkan manfaat hasil tangkapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ANALISIS ORGANOLEPTIK PADA HASIL OLAHAN SOSIS IKAN AIR LAUT DAN AIR TAWAR Ridawati Marpaung 1 Asmaida Abstract Penelitian ini bertujuan melakukan analisis organoleptik dari hasil olahan sosis ikan air laut dan ikan air tawar dalam rangka diversifikasi pengolahan hasil perikanan. Percobaan ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 (lima) faktor perlakuan yaitu : S1 = sosis dari ikan patin ; S2 = sosis dari ikan lele ; ;S3 = sosis dari udang ;S4 = sosis dari ikan tongkol S5 = sosis dari ikan sarden Dari hasil analisis ragam dan uji DNMRT menunjukkan sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur, warna, dan kesukaan pada sosis ikan olahan air laut dan air tawar berbeda nyata satu sama lain. Penilaian panelis terhadap sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur, warna dan kesukaan dari hasil olahan sosis ikan patin, ikan lele dan udang lebih disukai dibandingkan sosis ikan yang berasal dari ikan tongkol dan ikan sarden Kata kunci : pengolahan, sosis ikan, organoleptik, diversifikasi PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil perikanan merupakan kekayaan alam Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dimanfaatkan. Salah satu cara yang bisa dikembangkan untuk memanfaatkan potensi hasil perikanan adalah dengan diversifikasi pengolahan, sebagai salah satu upaya penganekaragaman pangan dan memasyarakatkan hasil perikanan yang selama ini umumnya diolah secara langsung (Mutialyta, 2008). Kelebihan produk perikanan dibandingkan dengan produk hewani lainnya sebagai berikut. 1. Kandungan protein yang cukup tinggi (92 %). Dalam tubuh ikan, protein tersusun oleh asam-asam amino yang mendekati pola kebutuhan asam amino dalam tubuh manusia. 2. Daging ikan mudah dicerna oleh tubuh karena mengandung sedikit tenunan pengikat (tendon). 3. Daging ikan mengandung asam-asam lemak tak jenuh dengan kadar kolesterol sangat rendah yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. 4. Selain itu, daging ikan mengandung sejumlah mineral seperti K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, ma, Zn, F, Ar,dan Cu serta vitamin A dan B dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebuthan manusia. Disamping itu, ternyata ikan juga memiliki beberapa kekurangan, yaitu ; 1. Kandungan air pada tubuh ikan yang tinggi (80%) dan ph tubuh mendekati netral, merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pembusuk atau mikroorganisme. 2. Mengandung sedikit tenunan pengikat, sehingga sangat mudah dicerna oleh enzim autolisis, sehingga daging menjadi lunak dan baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. 3. Mudah mengalami proses oksidasi karena ikan banyak mengandung asam lemak tak jenuh sehingga menyebabkan bau tengik. ( Afriyanto dan Liviawaty, 1989) Proses pembusukan pada ikan juga dapat disebabkan oleh aktivitas enzim, mikroorganisme dan oksidasi dalam tubuh ikan itu sendiri dengan perubahan seperti timbul bau busuk, daging menjadi kaku, sorot mata pudar, serta adanya lendir pada insang maupun tubuh bagian luar. Kekurangan yang terdapat pada ikan dapat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan. Kejadian ini tidak jarang menimbulkan kerugian besar terutama di saat produksi ikan melimpah. Oleh karena itu, diperlukan proses pengolahan untuk menambah nilai, baik dari segi gizi, rasa, bau, tekstur/bentuk, maupun daya awet (Winarno, 1993). Pengolahan ikan menjadi sosis merupakan salah satu alternatif diversifikasi pengolahan hasil perikanan yang diharapkan dapat diterima masyarakat. Bahan baku utama dalam pembuatan sosis ikan digunakan daging ikan air tawar maupun ikan air lasut. Ciri khas produk ini adalah memiliki tekstur yang elastis dan kenyal. Sifat elastis sosis ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain ; jenis ikan, tingkat kesegaran ikan, ph, kadar air daging ikan, pencucian, umur ikan, suhu dan waktu pemanasan serta jenis 1 Dosen Fak. Pertanian Universitas Batanghari Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut Dan Air Tawar 1

dan konsentrasi zat tambahan Dalam penelitian ini sosis ikan diolah dengan menggunakan ikan yang berasal dari ikan patin, ikan lele, udang, ikan tongkol dan ikan sarden (Mutialyta, 2008). Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka pengolahan hasil perikanan juga semakin berkembang, tidak saja pada proses pengolahan yang ada, tetapi sudah disesuaikan dengan keinginan dan selera komsumen. Dalam proses pengolahan hasil perikanan tentu akan mengalami beberapa perubahan pada sifat fisik dan kimiawinya yang pada akhirnya akan mempengaruhi pada penilaian organoleptiknya, dimana kualitas pangan tersebut sangat menentukan apakah pangan tersebut disukai atau tidak oleh konsumen. Pada umumnya pengolah makanan selalu akan berusaha menghasilkan produk yang berkualitas baik. Untuk mengetahui sejauh mana efek perubahan fisik dan kimiawi pada ikan akibat pengolahan ikan menjadi produk sosis ikan terhadap penilaian organoleptiknya, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut dan Ikan Air Tawar. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai organoleptik dari hasil olahan sosis ikan air laut dan ikan air tawar dalam rangka diversifikasi pengolahan hasil perikanan. Manfaat Penelitian Memberikan informasi seluas-luasnya kepada masyarakat tentang manfaat diversifikasi hasil perikanan melalui pengolahan hasil ikan laut dan ikan air tawar menjadi sosis ikan. TINJAUAN PUSTAKA Dasar-Dasar Pengolahan Ikan Ikan merupakan bahan pangan yang mudah rusak (membusuk). Hanya dalam waktu sekitar 8 jam sejak ikan ditangkap dan didaratkan sudah akan terjadi proses perubahan yang mengarah pada kerusakan. Karena itu agar ikan dan hasil perikanan lainnya dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin, perlu dipertahankan kondisinya melalui penanganan pasca tangkap yaitu dengan pengolahan hasil perikanan (Adawyah, 2006). Pengolahan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan ikan dari proses pembusukan, sehingga mampu disimpan lama sampai waktunya untuk dijadikan sebagai bahan konsumsi. Usaha untuk melakukan pengolahan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Misalnya, ikan yang baru ditangkap dapat dipertahankan kesegarannya dengan cara diawetkan melalui proses pendinginan dan pembekuan, atau dapat pula diolah menjadi produk setengah jadi dan produk jadi seperti dalam pembuatan ikan pindang, sosis, abon dan sebagainya (Winarno, 1993). Pengolahan dan pengawetan makanan secara komersial memiliki keuntungan sebagai berikut : a) menjamin tersedianya berbagai jenis pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang hari, b) penganekaragaman pangan, c) kualitas pangan jadi lebih baik, d) penyiapan makanan dapat lebih singkat. Dalam perkembangan dunia modern, metode yang digunakan untuk mengurangi kerusakan maupun untuk memperkaya kandungan zat gizi suatu makanan melalui modifikasi juga untuk mengubah sifat bahan pangan sehingga sesuai dengan selera konsumen (Effendi, 2009). Dalam penelitian ini pengolahan sosis ikan menggunakan bahan baku ikan patin, lele, udang, tongkol dan sarden segar, dimana komposisi dan nilai gizi dari ikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi dan Nilai Gizi pada Ikan Patin, Lele, Udang, Tongkol dan Sarden Segar. Nama Kalortein Pro- Lemak Karbo Kal- Fos- Besi Vit. Vit Air Ikan -hidrat sium for A b1 Patin - 68.6 5.8 - - - - - - 59.3 Lele 149 17.7 4.8 6.4 - - - - - 76 Udang 91 21.0 0.2 0.1 136 170 8.0 60 0.01 75 Tongkol 12.63 20 4.9 - - - - - - 75 Sarden 112 20 3.0 0 20 100 1.0 100 0.05 76 Sumber : Dikutip dari Beberapa Sumber Bacaan Melalui Internet dan Buku Kualitas pangan sangat menentukan apakah pangan tersebut disukai atau tidak oleh konsumen. Pada umumnya pengolah pangan selalu akan berusaha menghasilkan produk yang berkualitas baik. Kualitas pangan adalah keseluruhan sifat-sifat pangan tersebut yang berpengaruh terhadap penerimaan Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut Dan Air Tawar 2

pangan oleh konsumen. Salah satu komponen kualitas pangan adalah sifat inderawi atau organoleptik, yaitu sifat-sifat yang dapat dinilai dengan panca indera seperti kenampakan termasuk bentuk dan warna ; sifat cita rasa ; sifat flavour (bau dan rasa); sifat tekstur. Selain itu kualitas pangan yang sangat perlu diperhatikan adalah nilai gizi yang diperlukan utnuk memenuhi kebutuhan tubuh akan gizi seperti kalori, protein, vitamin, dan mineral (Effendi, 2009). Sosis merupakan salah satu produk olahan daging baik daging sapi, ikan maupun daging ayam yang sangat digemari masyarakat Indonesia sejak tahun 1980-an. Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu pada sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam fosfat, pengawet (nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat. Lemak sering ditambahkan pada pembuatan sosis sebagai pembentuk permukaan aktif, mencegah pengerutan protein, mengatur konsistensi produk, meningkatkan cita rasa, dan mencegah denaturasi protein (Effendi, 2009). Sosis dibuat menurut selera lokal, sehingga komposisi dan jenis bumbu yang digunakan sesuai dengan daerah masing-masing. Semua jenis ikan yang memiliki daging yang banyak dapat diguanakan sebagai bahan sosis, misalnya ikan lele, belut, ikan nila, ikan patin, sarden, tongkol, dan lain-lain. Di samping itu beberapa jenis ikan dasar yang merupakan hasil samping tangkapan udang seperti bloso, selenget, kuniran, mata besar, tigawaja, dan lain-lain juga dapat digunakan. Jenis-jenis tersebut termasuk ikan yang harganya relatif murah, berkulit keras tetapi dagingnya mengandung protein yang sama dengan jenis ikan lain dan yang berwarna putih/krem, bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sosis (Adwyah, 2006). Protein merupakan faktor terpenting dalam pembentukan emulsi daging yang stabil, sehingga suhu selama penggilingan harus dikontrol agar tidak lebih dari 22ºC. Penambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat seperti tepung tapioka, tepung terigu, tepung sagu dan tepung beras dapat membentuk tekstur sosis yang kompak (padat). Pembungkus sosis (casing) khususnya pada sosis ikan yang dapat digunakan adalah casing yang terbuat dari selulosa, serat dan kolagen (Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2008). METODE PENELITIAN Bahan dan Alat Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : ikan patin, ikan lele, udang, ikan tongkol dan ikan sarden. Sebagai bahan pelengkap pembuatan sosis dibutuhkan tepung tapioka, garam halus, bawang putih, bawang merah, gula halus, msg, tepung terigu, putih telur, dan bahan casing. Metode Penelitian Percobaan ini dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 5 (lima) faktor perlakuan yaitu : S1 = sosis dari ikan patin, S2 = sosis dari ikan lele, S3 = sosis dari udang, S4 = sosis dari ikan tongkol, S5 = sosis dari ikan sarden Percobaan dilakukan dengan tiga (3) ulangan. Model Matematika Rancangan Acak lengkap (RAL) adalah sebagi berikut : Yij = (µ + Pi + Ʃij) Parameter yang diamati meliputi sifat organoleptik yaitu : Rasa, Aroma, Tekstur, Warna, dan Kesukaan Analisis Data Untuk menganalisis sifat organoleptik sosis ikan dilakukan dengan menggunakan analisis statistik dan dilanjutkan dengan uji lanjut DNMRT pada taraf nyata 5 %. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Sifat Organoleptik Rasa, Aroma, Tekstur, Warna, dan Kesukaan Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut dan Air tawar Hasil analisis statistik, menunjukkan bahwa hasil olahan sosis ikan yang berasal dari air Laut dan air tawar yang berbeda berpengaruh nyata terhadap sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur dan kesukaan. Pada pengujian organoleptik warna pada sosis ikan, analisis ragam tidak dapat dilakukan, sehingga penjelasan dilakukan secara deskriftif. Hasil analisis lanjut DNMRT pada taraf nyata 5% terhadap pengujian organoleptik (rasa, aroma, tekstur, warna * dan kesukaan) pada hasil olahan sosis ikan patin, lele, udang, tongkol dan sarden dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut Dan Air Tawar 3

Tabel 2. Sifat Organoleptik (Rasa, Aroma, Tekstur, Warna* dan Kesukaan) Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut dan Air Tawar. (Data Tranfsformasi x 0, 5 ) Perlakuan Sifat Organoleptik Rasa Aroma Tekstur Warna * Kesukaan Sosis Ikan Patin (S1) 3.90 b 4.00 b 1.10 e 4.10 4.05 a Sosis Ikan Lele (S2) 3.75 c 4.00 b 1.25 c 4.00 3.65 c Sosis Udang (S3) 4.05 a 4.20 a 1.10 d 3.95 3.90 b Sosis Ikan Tongkol (S4) 3.30 d 2.95 c 2.00 b 2.60 2.90 d Sosis Ikan Sarden (S5) 3.15 e 2.90 d 2.35 a 2.50 2.75 e Ket. Angka rata-rata yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%. * = data tidak diolah secara statistik, analisis secara deskriftif. Pembahasan Dari hasil pengujian sifat organoleptik yang dilakukan oleh panelis, setelah menggabungkan sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur dan warna sosis ikan, diperoleh kesimpulan bahwa panelis lebih menyukai sosis yang berasal dari ikan air tawar yaitu sosis ikan patin dan ikan lele, sedangkan dari ikan air laut, panelis lebih menyukai sosis udang. Hal ini disebabakan karena sosis yang berasal dari ikan patin, lele, dan udang memberikan rasa yang enak, aroma disukai, dan teksturnya lembut dan kenyal, sedangkan warnanya lebih cerah dan segar. Sedangkan sosis yang berasal dari ikan tongkol dan ikan sarden, umumnya panelis cendrung memberi penilaian kurang suka agak suka. Hal ini dapat ditunjukkan oleh penilaian terhadap sifat organoleptik rasa dan aroma yang dihasilkan pada sosis tersebut rasanya kurang enak, dan aroma yang ditimbulkan lebih tajam dan amis. Sedangkan tekstur yang dihasilkan agak keras lunak dan tidak kenyal. Dilihat dari penampakan warna, pada sosis ikan tongkol dan sarden menunjukkan warna lebih gelap (kurang menarik) bagi konsumen. Selain dari penampakan warna yang kurang menarik, bentuk permukaan sosis ini berkerut, sedangkan pada sosis yang berasal dari ikan patin, lele dan udang permukaannya kelihatan mulus. Menurut Adawyah (2006) bahwa ikan-ikan yang berlemak, lebih kaya akan flavor daripada ikan yang tidak berlemak. Ikan laut biasanya memiliki karakter rasa yang sangat jelas dibandingkan ikan air tawar. Rasa ikan yang berbeda diantaranya bergantung pada jenis air, tempat hidupnya. Pada umummnya ikan yang berasal dari air yang bersih dan dingin, memiliki rasa dan mutu yang lebih baik. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa ikan yang berasal dari air tawar yaitu ikan patin dan ikan lele mengandung lemak dan protein yang cukup tinggi. Hal ini juga menjadi faktor penentu dalam menghasilkan rasa dan aroma sosis ikan yang lebih baik. Sedangkan pada sosis udang, walaupun berasal dari air laut, dan mengandung lemak yang rendah ternyata menghasilkan rasa, aroma, warna dan tekstur yang lebih baik karena udang mempunyai rasa enak dan aroma yang khas. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisis sifat organoleptik pada sosis ikan air laut dan air tawar dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari hasil analisis ragam dan uji DNMRT menunjukkan sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur, warna, dan kesukaan pada sosis ikan olahan air laut dan air tawar berbeda nyata satu sama lain. 2. Penilaian panelis terhadap sifat organoleptik rasa, aroma, tekstur, warna dan kesukaan dari hasil olahan sosis ikan patin, ikan lele dan udang lebih disukai dibandingkan sosis ikan yang berasal dari ikan tongkol dan ikan sarden DAFTAR PUSTAKA Adawyah, R., 2006. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara, Jakarta. Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2008. Pengolahan Abon Ikan, Gedung II BPPT. Teknologi Lantai 6 J. M. H. Thamrin Jakarta, Jakarta. Afriyanto, E. Dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanasius. Yogyakarta Dinas Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut Dan Air Tawar 4

Kelautan dan Perikanan Provinsi Jambi, 2008. Statistik Perikanan Provinsi Jambi. Effendi, S. H. M. 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Alfabeta, Bandung. Moeljanto, 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Penebar Swadaya Jakarta. Mutialyta. I. (2008). Patin Dalam Olahan Nugget Ikan. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lebak Rangkasbitung. Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Analisis Organoleptik Pada Hasil Olahan Sosis Ikan Air Laut Dan Air Tawar 5