PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satu dengan yang lain. Realitanya di zaman sekarang banyak terlihat konflikkonflik

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tris Yuniar, 2015 Peranan panti sosial asuhan anak dalam mengembangkan karakter kepedulian sosial

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB I PENDAHULUAN. membawa bangsa menuju bangsa yang maju. Masa kanak-kanak adalah masa

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut

BAB I PENDAHULUAN. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua. Melalui orang tua,

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepercayaan Diri Anak Usia Remaja. yang berkualitas adalah tingkat kepercayaan diri seseorang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

IMPLEMENTASI SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA. Adiyana Slamet, S.IP,. M.Si

Inisiasi 2 LANDASAN MORAL, SOSIO-KULTURAL, RELIGI HAK AZASI MANUSIA

PANCASILA. Pancasila Sebagai Sistem Etika. Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

PLEASE BE PATIENT!!!

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI LINGKUNGAN KELUARGA. Maria Purnama Nduru Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Flores

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BUDAYA KERJA MERUBAH MINDSET APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, sumber daya manusia yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istri, dengan atau tanpa anak. Sedangkan menurut Sumner dan Keller

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pancasila merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

Perbedaan koperasi dengan arisan maupun perusahaan swasta/negara adalah sebagai berikut:

Gerakan Nasional Revolusi Mental

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Terhadap Dunia Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

SAMBUTAN BUPATI BANTUL DALAM RANGKA TIRAKATAN PERINGATAN HUT KE-70 KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA DI KABUPATEN BANTUL

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan organisasi terkecil dalam masyarakat. Secara historis

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIAH (SMP/MTs)

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap anak mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. saat ini, para bapak pendiri bangsa (the founding fathers) menyadari bahwa paling

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

Transkripsi:

PERANAN NILAI BUDAYA DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka budaya dengan lebih dari 700 suku bangsa. Terdapat 74.754 desa yang memiliki hukum/aturan lokal di Indonesia. Oleh karenanya, nilai budaya yang dianut penduduk Indonesia pun beraneka ragam dipengaruhi perbedaan kondisi geografis, agama, suku, dan nilainilai adat setempat yang dianut. Nilai merepresentasikan sebuah pendirian. Nilai adalah sebuah acuan yang menjadi dasar pola perilaku (mode of conduct) yang dipilih. Nilai yang dianut merupakan dasar penilaian dalam menentukan benar dan salah. Nilai yang tumbuh melembaga dalam diri seseorang dan menentukan perilakunya membentuk karakter orang tersebut. Teori tindakan hingga pelembagaan menyebutkan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yakni nilai yang dianut dan motivasi yang dimilikinya. Kondisi situasional yang terjadi dimana orang tersebut berada berperan dalam membangun mindset, mental, dan motivasinya. Kedua hal ini (nilai dan motivasi) akan menentukan tipe tindakan yang akan dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Adapun tipe tindakan ada tiga, yaitu: instrumental, ekspresif, dan moral. Tindakan instrumental artinya tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tindakan moral merupakan cerminan dari nilai yang dianut seseorang. Sementara tindakan ekspresif adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk mengekspresikan dirinya. Interaksi antara seseorang dengan orang lain di sekitarnya turut menguji nilai-nilai yang dianutnya sehingga menyebabkan pelembagaan/internalisasi tindakan dan membentuk sistem perilaku orang tersebut. 1

Nilai yang dianut seseorang membentuk karakter orang tersebut. Karakter adalah orientasi evaluasi yang berfungsi untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Karakter tumbuh dalam diri seseorang dalam rangka memenuhi kewajiban, mengikuti acuan standar social yang disepakati bersama (Damon 1988). Gavin (2003) menyatakan bahwa kepribadian adalah apa yang kita tunjukkan pada dunia luar, sedangkan karakter adalah siapa diri kita yang sesungguhnya. Sementara Hendrix (2003) menyebutkan bahwa karakter adalah keunggulan moral. Karakter tidak sama dengan kecerdasan. Kecerdasan adalah fungsi utama dari pemikiran, sedangkan karakter ialah fungsi utama dari tindakan. Berikut adalah pendapat beberapa tokoh terkenal di dunia mengenai karakter. Seseorang seharusnya dinilai berdasarkan karakter, bukannya warna kulit (Marthin Luther King Jr). Bung Hatta menyatakan bahwa pembentukan karakter atau watak harus dijadikan titik berat pendidikan apabila kita ingin membentuk manusia susila dan demokratis yang sadar akan tanggung jawabnya atas kesejahteraan masyarakat nasional dan dunia. Presiden Joko Widodo mengemukakan bahwa kita harus menghidupkan kembali karakter masyarakat Indonesia yang asli dan otentik. Belakangan ini marak media yang memberitakan mengenai LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender); gaya hidup bermewah-mewahan dimana banyak tokoh agama mempertontonkan kemewahan harta yang dimilikinya; terorisme; tawuran antar pelajar ataupun tawuran antar warga, yang tak jarang melibatkan senjata; pungli yang dilakukan oleh oknum polisi; dan ujian nasional yang diwarnai dengan bocornya soal dan aksi contek-mencontek. Semua ini tentulah bukan nilai atau karakter yang diharapkan dari bangsa kita, khususnya dari anak-anak kita, calon generasi penerus bangsa. Kesemua contoh soal ini menunjukkan bahwa kita harus segera mengambil tindakan nyata untuk memperbaiki dan mencegah munculnya perilaku negatif yang akan menghancurkan bangsa Indonesia. Bagaimana caranya? UNESCO, pada Oktober 1998, telah menetapkan empat ranah pendidikan, yaitu: belajar untuk mengetahui, belajar untuk menjadi, belajar untuk melakukan, dan belajar untuk hidup bersama. Ada enam mentalitas unggul yang harus dikembangkan untuk kehidupan bangsa Indonesia: jujur, adil, tanggung jawab, rasional, toleran, dan pemberani. 2

Pembangunan karakter suatu bangsa dimulai dari lingkungan keluarga. Seyogyanya setiap keluarga di Indonesia menanamkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab, rasional, toleran dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan pemberani kepada anak-anaknya. Nilai-nilai positif yang tertanam dalam diri anak tersebut diharapkan dapat membentuk masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap sesama dan bersifat egaliter. Kondisi ini akan mempermudah tercapainya bangsa Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian luhur secara sosial budaya sebagaimana yang dicita-citakan Bapak Proklamator kita, Bung Karno, dalam Revolusi Mental dengan konsep Trisakti yang digagasnya pada tahun 1963. Keluarga diharapkan dapat menumbuhkan rasa dan sifat kasih sayang dari kecil dengan menginternalisasi nilai-nilai luhur kepada anak-anaknya. Tradisi gotong royong dan musyawarah untuk mencapai mufakat hendaknya dihidupkan kembali dalam masyarakat Indonesia. Dunia pendidikan seyogyanya memasyarakatkan nilai sopan santun, tolong-menolong, dan keramahan pada anak didiknya. Pendidikan dan internalisasi nilai-nilai luhur pada anak tidak hanya dilakukan oleh sekolah dan lembaga pendidikan formal. Keluarga merupakan institusi utama dalam menanamkan nilai luhur dan membentuk karakter anak. Keluarga memiliki beberapa fungsi, antara lain: fungsi pengaturan aktivitas seksual, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, serta fungsi rasa aman dalam hal ekonomi dan emosional. Fungsi pengaturan aktivitas seksual berarti bahwa masyarakat mengatur aktivitas seksual. Fungsi sosialisasi keluarga artinya keluarga merupakan agen pertama dalam menyosialisasikan nilai agama, moral, dan budaya kepada anakanaknya. Norma yang berlaku dalam masyarakat disosialisasikan kepada anak-anak oleh keluarga. Orangtua, saudara, dan anggota keluarga yang lain berperan sebagai teladan (role model) yang paling awal. Keluarga memiliki fungsi reproduksi karena ia merupakan unit sosial yang didukung dan sah menurut hukum untuk melahirkan anak-anak yang kelak akan menggantikan generasi pendahulunya. Adapun fungsi rasa aman dalam hal ekonomi dan emosional terjadi karena keluarga merupakan unit ekonomi dasar. Keluarga diharapkan dapat memandu perkembangan psikologis anggota keluarga dan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang. Ada beberapa tantangan hubungan keluarga akibat perubahan struktur dalam keluarga. Sulitnya pendapatan keluarga mengakibatkan banyak perempuan harus 3

bekerja di luar rumah yang berakibat timbulnya masalah siapa yang mengasuh anak. Banyak perempuan yang harus menghadapi dilema tuntutan fungsi keluarga dan kerja. Akibatnya, tidak sedikit perempuan yang berperan sebagai ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah yang mengalami stres dalam menghadapi hari ganda (double day). Hal ini mengakibatkan terjadinya ketegangan antara perempuan dan suaminya. Mensikapi kondisi seperti ini, kaum lelaki dituntut untuk lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibanding sebelumnya, meskipun tanggung jawab masih bertumpu pada perempuan. Tantangan berikutnya adalah semakin banyak ragam bentuk rumah tangga. Semakin banyak orang tinggal seorang sendiri. Tidak sedikit orang berkeluarga pada umur yang lebih tua, bahkan banyak orang yang tidak menikah. Semakin banyak keluarga reconstituted (penggabungan baru) akibat tingginya perceraian yang berakibat semakin sulitnya pendidikan keluarga. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, perlu pelajaran parenting (pola asuh), pelajaran bagaimana menjadi orangtua yang baik. Pola pengasuhan yang baik menganut prinsip kepercayaan diri, ketenangan, konsistensi, dan kepedulian. Cara kita berbicara dan bersikap pada anak akan diinternalisasi dan ditiru oleh anak. Terdapat empat jenis pola asuh: authoritative parenting, authoritarian parenting, permissive parenting, dan rejecting-neglecting parenting. Dalam pola asuh authoritative parenting, orangtua menerima anak-anaknya apa adanya dan berfokus pada upaya untuk menjadikan anak-anaknya menjadi pribadi yang lebih baik seperti harapan mereka. Hubungan dan komunikasi antara orangtua dan anak bersifat dua arah. Sedangkan dalam authoritarian parenting, hubungan dan komunikasi bersifat satu arah dimana orangtua mengendalikan dan memaksakan kekuasaannya pada anak-anaknya. Hal ini dilandasi oleh tingginya harapan orangtua pada anak. Fokus utama dalam pola asuh ini adalah pada harapan orangtua, bukan kebaikan anak. Orangtua yang menganut pola asuh permissive parenting tidak memiliki harapan yang terlalu banyak/tinggi pada anak-anaknya sebagaimana dua tipe sebelumnya. Orangtua mengutamakan anak sehingga seringkali memanjakan anakanaknya dan kurang memberikan kontrol atau kendali terhadap anak-anaknya. Sementara rejecting-neglecting parenting terjadi ketika orangtua tidak memiliki harapan yang tinggi pada anak dan lebih berorientasi pada kepentingan diri sendiri. Orangtua cenderung mengabaikan anak. 4

Pola asuh terbaik yang hendaknya diadopsi oleh setiap orangtua dan keluarga di Indonesia tentu saja adalah authoritative parenting. Orangtua fokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik sesuai harapan mereka dengan membangun hubungan dan menciptakan komunikasi dua arah antara orangtua dan anak. (ypi) Sumber: Prasodjo, IB 2016, Peranan Nilai Budaya dalam Membangun Karakter Bangsa, Juni, disajikan dalam Konferensi Keluarga Indonesia 2016. 5