LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

R.Fendy R.Fe Dharma Dha Saputra

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Repu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala LIPI tentang Pengelolaan Pengadu

Pengertian 1/20/2016 5

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2 Korupsi di Badan Koordinasi Penanaman Modal sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

Ittama.dpr.go.id. 4/13/2016 Irtama

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Re

2015, No Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR: 76 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ittama.dpr.go.id 5/16/2017 Irtama

2 Pelanggaran di Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih da

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Menimbang : 1. Peraturan Presiden Nomor 157 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga K

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

2 Wewenang, Pelanggaran dan Tindak Pidana Korupsi Lingkup Kementerian Kehutanan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggar

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 11 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.63/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lemb

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 126 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 3 TAHUN 2014

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT WALIKOTA YOGYAKARTA,

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 76 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN PELAPORAN PENGADUAN (WHISTLEBLOWING SYSTEM) DUGAAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA. No.1386, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Pengaduan. Laporan. Penanganan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150);

2 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Ind

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-026/A/JA/10/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2015

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

BUPATI POLEWALI MANDAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : PER

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan whistleblower.kkp.go.id.

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pe

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 34/Menhut-II/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 200

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 462/KMK.09/2004 TENTANG

'~j ~ OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 t

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 129 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DBNGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI, 2. Undang-Undang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

penyimpangan dalam penyelenggaraan pemerintahan sehingga terwujud pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme;

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

: a. bahwa untuk dapat mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, diperlukan peran serta masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BUPATI KERINCI PERATURAN BUPATI KERINCI NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG HUKUM DAN PENYELESAIAN SANGGAH NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR WHISTLEBLOWING SYSTEM DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DEPUTI BIDANG HUKUM DAN PENYELESAIAN SANGGAH, Menimbang : bahwa dalam rangka menindaklanjuti amanat Pasal 24 Ayat (4) Peraturan Kepala LKPP mor 7 Tahun 2012 Tentang Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, serta memperhatikan amanat Presiden Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam Instruksi Presiden mor 17 Tahun 2011 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012, dipandang perlu untuk menetapkan Keputusan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Sanggah Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang mor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Undang-Undang mor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 1

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang mor 20 Tahun 2001; 3. Undang-Undang mor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban; 4. Undang-Undang mor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik; 5. Peraturan Pemerintah mor 71 Tahun 2000 tentang Tata Cara an Peran Serta Masyarakat Dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; 6. Peraturan Presiden mor 106 Tahun 2007 Tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah; 7. Peraturan Presiden mor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana diubah beberapa kali dengan Peraturan Presiden mor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden mor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 8. Peraturan Presiden mor 55 Tahun 2012 Tentang Strategi Nasional Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014; 9. Instruksi Presiden mor 9 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2011; 10. Instruksi Presiden mor 17 Tahun 2011 Tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012; 11. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah mor 001/KEP.LKPP /05/2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 2

MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG HUKUM DAN PENYELESAIAN SANGGAH LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR WHISTLEBLOWING SYSTEM DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. PERTAMA : Menetapkan Lampiran-Lampiran yang akan menjadi satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini sebagai Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagai berikut: 1. Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 2. Prosedur Operasional Standar Pembukaan Aplikasi serta Pembuatan Akun Verifikator dan ; 3. Prosedur Operasional Standar Penambahan Akun Verifikator dan ; 4. Prosedur Operasional Standar Penggantian Akun Verifikator dan ; 5. Prosedur Operasional Standar Penghapusan Akun Verifikator dan ; 6. Prosedur Operasional Standar Penutupan Aplikasi; 7. Prosedur Operasional Standar Mengatur Ulang (Reset) Akun Verifikator dan ; 8. Prosedur Operasional Standar Verifikasi; 9. Prosedur Operasional Standar Penambahan Kelengkapan Pengaduan dari ; 10. Prosedur Operasional Standar Pengawasan; 11. Prosedur Operasional Standar Penerbitan SK dari. KEDUA : Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA berlaku secara nasional dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. KETIGA : Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana dimaksud pada diktum PERTAMA dan KEDUA, dikaji ulang paling lama setiap 1 (satu) tahun atau sesuai dengan kebutuhan. 3

Lampiran : Keputusan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012 1 Melaporkan adanya dugaan tindakan pelanggaran penyimpangan ketentuan dan prosedur serta penyalahgunaan wewenang dan / KKN dalam pengadaan barang jasa pemerintah melalui situs wbs.lkpp.go.id dengan melampirkan data dukung. -1- Prosedur Operasional Standar Whistleblowing System dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Whistleblower Verifikator Pimpinan K/L/D/I APIP, K/ L/ D/ I, atau Aparat Penegak Hukum wbs.lkpp.go.id - Pengaduan, Datadata pendukung Registrasi serta melampirkan datadata pendukung dan kronologis. 2 Menerima pengaduan, melakukan verifikasi kebenaran data dan informasi pengaduan, serta membuat resume pengaduan. Kemudian menyampaikan resume pengaduan kepada. Kotak komunikasi, Data-data pendukung 2 Hari Resume Pengaduan 3 Menerima dan menelaah resume pengaduan. Kemudian menyampaikan hasil telaahan kepada. 4 Menerima, memeriksa dan menelaah hasil telaahan kemudian menugaskan APIP K/L/D/I atau menyampaikan rekomendasi kepada Aparat Penegak Hukum. Kotak komunikasi, Data-data pendukung Kotak komunikasi, Data-data pendukung 2 Hari Hasil Telaahan 2 Hari Surat Tugas/ Surat Rekomendasi 5 Menerima surat tugas/ surat rekomendasi rekomendasi serta menindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku. Surat Rekomendasi -

Lampiran : Keputusan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012 1 Mengirimkan surat kepada agar menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penyelenggara Whisteblowing System. -2- Prosedur Operasional Standar Pembukaan Aplikasi serta Pembuatan Akun Verifikator dan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat 1 hari Surat kepada Dilaksanakan setelah pelatihan 2 Menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penyelenggara Whisteblowing System dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. 3 Mendisposisikan Surat Keputusan dari Pimpinan K/L/D/I kepada Administrator Sistem dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. 4 Membuka Aplikasi serta membuat akun Verifikator dan. Surat - Surat Keputusan penyelenggara Whistleblowing System Surat/ta Dinas 2 hari Disposisi menindaklanjuti pembukaan akun sistem elektronik 2 hari Akun Verifikator dan Penalaah WBS K/L/D/I terbuka tifikasi Pembukaan Aplikasi WBS dan Pembuatan Akun dilakukan secara otomatis melalui aplikasi 5 Menerima konfirmasi pembukaan akun dari Administrator Sistem. sistem elektronik 1 hari

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012 1 Menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penambahan penyelenggara Whistleblower System dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. -3- Prosedur Operasional Standar Penambahan Akun Verifikator dan Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat - Surat Keputusan 2 Mendisposisikan Surat Keputusan dari Pimpinan K/L/D/I kepada Administrator Sistem dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. 3 Menambah akun Verifikator dan serta otomatis mengirimkan email kepada masing-masing Verifikator dan. Surat/ta Dinas 2 hari Disposisi menindaklanjuti penambahan akun sistem elektronik 1 hari Akun Verifikator dan bertambah 4 Menerima konfirmasi penambahan akun dari Administrator Sistem. sistem elektronik 1 hari

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-4- Prosedur Operasional Standar Penggantian Akun Verifikator dan 1 Menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penggantian penyelenggara Whistleblower System dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat - Surat Keputusan 2 Mendisposisikan Surat Keputusan dari Pimpinan K/L/D/I kepada Administrator WBS dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. 3 Mengganti akun Verifikator dan serta otomatis mengirimkan email kepada masing-masing Verifikator dan. Surat/ta Dinas 2 hari Disposisi menindaklanjuti penggantian akun sistem elektronik 1 hari Akun Verifikator dan berganti 4 Menerima konfirmasi penggantian akun dari Administrator Sistem. sistem elektronik 1 hari

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-5- Prosedur Operasional Standar Penghapusan Akun Verifikator dan 1 Menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penghapusan akun penyelenggara Whistleblower System dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat - Surat Keputusan 2 Mendisposisikan Surat Keputusan dari Pimpinan K/L/D/I kepada Administrator Sistem dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. 3 Menghapus akun Verifikator serta secara otomatis mengirimkan email kepada masing-masing Verifikator dan. Surat/ta Dinas 2 hari Disposisi menindaklanjuti penghapusan akun sistem elektronik 1 hari Akun Verifikator dan terhapus

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012 1 Menerbitkan surat permintaan penutupan aplikasi dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. -6- Prosedur Operasional Standar Penutupan Aplikasi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat - Surat Keputusan 2 Mendisposisikan Surat dari kepada Administrator Sistem dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. Surat/ta Dinas 2 hari Disposisi menindaklanjuti penutupan aplikasi 3 Menutup Aplikasi. sistem elektronik 1 hari Akun Verifikator dan ditutup

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-7- Prosedur Operasional Standar Mengatur Ulang (Reset) Akun Verifikator dan 1 Menerbitkan surat permohonan untuk mengatur ulang (reset) akun Verifikator dan dan menyampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Administrator Sistem Verifikator dan Surat - Surat Keputusan 2 Mendisposisikan Surat Keputusan dari Pimpinan K/L/D/I kepada Administrator Sistem dengan ditembuskan kepada Direktur Penanganan Permasalahan Hukum LKPP. 3 Mengatur ulang (reset) password Verifikator dan dan menyampaikan konfirmasi kepada Verifikator dan. Surat/ta Dinas 1 hari Disposisi menindaklanjuti pengaturan ulang akun sistem elektronik 1 hari Akun Verifikator dan diatur ulang 4 Menerima hasil pengaturan ulang password sistem elektronik 1 hari

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-8- Prosedur Operasional Standar Verifikasi Whsitleblower Verifikator 1 Mengirimkan pengaduan - Pengaduan 2 Menerima pengaduan, melakukan verifikasi kebenaran data dan informasi pengaduan, serta membuat resume pengaduan. a. Apabila pengaduan tidak lengkap, maka dikomunikasikan dengan Whistleblower agar pengaduan dilengkapi. b. Apabila pengaduan lengkap, maka Verifikator membuat resume kemudian menyampaikan resume pengaduan kepada. c. Apabila pengaduan masuk dalam kategori Sanggahan (81), Sanggahan Banding (82), dan Pengaduan (117), maka akan dimasukkan dalam tidak akan ditindaklanjuti. a b c 2 hari Resume Pengaduan 3 Melengkapi pengaduan 30 hari Kelengkapan pengaduan 4 Menerima, memeriksa tambahan kelengkapan pengaduan dari whistleblower. a. Apabila tambahan kelengkapan pengaduan tidak cukup, maka akan dikomunikasikan kembali kepada Whistleblower. b. Apabila pengaduan lengkap, maka Verifikator membuat resume kemudian menyampaikan resume pengaduan kepada. c. Apabila sampai 30 (tiga puluh) hari setelah dikomunikasikan, Whistleblower tidak melengkapi pengaduan, maka pengaduan tidak akan ditindaklanjuti. a b c Resume Pengaduan 5 Menerima resume pengaduan Tanda terima resume

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012 1 Mengirimkan pengaduan 2 Menerima pengaduan, melakukan verifikasi kebenaran data dan informasi pengaduan, serta membuat resume pengaduan. kemudian menyampaikan resume pengaduan kepada. -9- Prosedur Operasional Standar Penambahan Kelengkapan Pengaduan dari Whsitleblower Verifikator - Pengaduan 2 hari Resume Pengaduan 3 Menerima dan menelaah resume pengaduan. a. Apabila pengaduan lengkap maka ditelaah dan hasil telaahan disampaikan kepada Pimpinan K/L/D/I; b. Apabila pengduan tidak lengkap, maka meminta agar Verifikator berkomunikasi dengan whistleblower untuk melengkapi pengaduan. a b 2 hari Hasil telaah 4 Mengkomunikasikan dengan Whistleblower agar pengaduan dilengkapi. 1 hari 5 Melengkapi pengaduan. 6 Verifikator menerima, memeriksa tambahan kelengkapan pengaduan dari Whistleblower. a. Apabila tambahan kelengkapan pengaduan tidak cukup, maka akan dikomunikasikan kembali kepada Whistleblower. b. Apabila pengaduan lengkap, maka Verifikator membuat resume kemudian menyampaikan resume pengaduan kepada. c. Apabila sampai 30 (tiga puluh) hari setelah dikomunikasikan, whistleblower tidak melengkapi pengaduan, maka pengaduan tidak akan ditindaklanjuti. a b c 30 hari tambahan kelengkapan pengaduan 2 hari tambahan kelengkapan pengaduan 7 menerima tambahan kelengkapan pengaduan. a. Apabila lengkap maka ditelaah dan hasil disampaikan kepada ; b. Apabila tidak lengkap, maka meminta agar Verifikator berkomunikasi dengan Whistleblower untuk melengkapi pengaduan. a b 2 hari Hasil telaahan

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-10- 1 Mengawasi kinerja Verifikator dan. Hasil pengawasan disampaikan kepada Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian. Prosedur Operasional Standar Pengawasan Tim Pengawas Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Pimpinan K/L/D/I Kotak komunikasi, Data-data pendukung Hasil Pengawasan 2 Menerima hasil pengawasan kinerja Verifikator dan. Kemudian menyampaikan hasil pengawasan kinerja Verifikator dan kepada yang disertai dengan rekomendasi terhadap Verifikator dan yang bersangkutan. Kotak komunikasi, Data-data pendukung, Persuratan 2 Hari Hasil Pengawasan 3 Menerima hasil pengawasan Persuratan

Penyelesaian mor : 14 Tahun 2012-11- Prosedur Operasional Standar Penerbitan SK dari Deputi Bidang Hukum dan Penyelesaian Verifikator dan 1 Mengirimkan surat kepada agar menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penyelenggara Whistleblowing System. Surat 2 hari Dilaksanakan setelah pelatihan 2 Menerbitkan Surat Keputusan yang menetapkan penyelenggara Whistleblowing System dan menyampaikan kepada Verifikator dan secara rahasia. Surat - Surat Keputusan 3 Menerima Surat Keputusan dari. Surat -