BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Minangkabau menganut falsafah 1 Alam Takambang Jadi. Minangkabau ragam adat adalah tuturan bahasa pasambahan.

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLIKATUR PASAMBAHAN DALAM BATAGAK GALA DI KANAGARIAN PAUH V SKRIPSI

STRUKTUR DAN FUNGSI PASAMBAHAN MAMPASANDIANGAN ANAK DARO JO MARAPULAI DI AIR BANGIS PASAMAN BARAT

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah diantaranya: pertama; pandangan dari objek yang utama, kedua;

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. Seluruh kebudayaan yang ada di bumi ini memiliki keunikan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

NILAI-NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM TEKS PIDATO BATAGAK GALA PENGHULU KARYA H. IDRUS HAKIMY DATUAK RAJO PENGHULU

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa lisan dan bahasa tulis salah satu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dengan adanya bahasa, manusia bisa berintekrasi dengan manusia lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 4 KESIMPULAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta temuan kasus yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB I PENDAHULUAN. Definisi mengenai kalimat memang telah banyak ditulis orang.

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

PENGGUNAAN KATA DEK DALAM KABA KLASIK MINANGKABAU

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI KALANGAN MAHASISWA DALAM BERINTERAKSI DENGAN DOSEN DAN KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Minangkabau. Tradisi ini dapat ditemui dalam upacara perkawinan, batagak gala

STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA MINANGKABAU DALAM NASKAH PASAMBAHAN BATAGAK PANGULU

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial masyarakat. Noviatri dan Reniwati (2010:4) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dendang yang terdapat dalam Tari Adok merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, dengan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. pembeda antara sub-etnis di atas adalah bahasa dan letak geografis.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti menggunakan bahasa, baik bahasa lisan maupun

STRUKTUR DAN FUNGSI PIDATO ADAT DALAM TRADISI BATAGAK GALA DI NAGARI LUNDAR KECAMATAN PANTI TIMUR KABUPATEN PASAMAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Suku Batak terdiri dari lima bagian yaitu; Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, sidang di pengadilan, seminar proposal dan sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. penutur.menurut Verhaar (2001:16) tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

TINDAK TUTUR REMAJA KOMPLEK PERUMAHAN UNAND. Sucy Kurnia Wati

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, 2003:588).

BAB 3 METODE PENELITIAN

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. itu telah menjadi kebiasaan di tengah-tengah masyarakat. Salah satu kebiasaan

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. hasil evaluasi peneliti dari penelitian ini. menyimpulkan, yang pertama, jenis- jenis dan fungsi tindak tutur yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB V PENUTUP. pembahasan dalam tesis ini. Adapun, saran akan berisi masukan-masukan dari. penulis untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan komponen terpenting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itulah, manusia dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dipilah menjadi dua, yaitu komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal. Komunikasi verbal yaitu cara berkomunikasi seseorang dengan

BAB I PENDAHULUAN. secara lisan mengkaji tentang proses penyampaian dan penerimaan. informasi. Melalui bahasa kita dapat menyampaikan pendapat atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF ANTARA GURU MURID. DI MTs SUNAN KALIJAGA KECAMATAN BULUKERTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya anak telah mengenal bahasa sebelum dia dilahirkan, karena

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Sertifikasi Guru Tahun 2012

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Minangkabau menganut falsafah 1 Alam Takambang Jadi Guru. Falsafah ini kemudian dituangkan oleh masyarakat Minangkabau dalam bentuk seni kata. Salah satu bentuk seni kata yang menggunakan Bahasa Minangkabau ragam adat adalah tuturan bahasa pasambahan. Pasambahan merupakan percakapan dua pihak yang bersangkutan antara tuan rumah (sipangka) dan tamu (si alek) untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan hormat. Masing-masing pihak mempunyai juru bicara yang telah ditentukan siapa yang akan menjadi juru sambah suatu kelompok berdasarkan pemufakatan (Djamaris, 2002:44). Pengertian lain dari kata pasambahan adalah bentuk bahasa yang digunakan di dalam upacara-upacara adat oleh pembawa acara, yang tersusun teratur dan berirama serta dikaitkan dengan tambo sejarah, asal-usul dan sifat-sifat baik untuk menyatakan maksud, rasa hormat, tanda kebesaran dan tanda kemuliaan (Medan, 1988:34). Berkaitan dengan cara penyampaian pasambahan ditemukan beberapa istilah yang mengacu pada aktifitas pasambahan di antaranya; pakolahan, alua pasambahan, petatah-petitih, pidato adat (Dahrizal, 2004:1). Pakolahan adalah suatu pidato yang terjadi antara orang nomor dua dan orang nomor tiga (mencari seseorang yang lebih pantas siapa yang akan mewakili untuk 1 Masyarakat Minangkabau menjadikan alam sebagai guru. 1

menjawab apa yang disampaikan oleh orang pertama). Alua pasambahan adalah pidato yang disampaikan oleh orang pertama kepada orang kedua, lalu orang kedua akan menjawab apa yang disampaikan oleh orang pertama (pidato yang berbalas). Bahasa alua pasambahan banyak menggunakan petatahpetitih, pitua orang tua dan mamangan orang tua. Biasanya alua pasambahan disampaikan dalam acara perkawinan, makan minum, menjemput marapulai dan sebagainya. Petatah-petitih adalah adat bapasambahan titih batang atau pidato dua arah, saat orang kedua menjawab pidato orang pertama, orang kedua mengulang kembali inti dari pasambahan orang pertama. Sedangkan pidato adat adalah pidato yang tidak berbalas atau pidato satu arah. pidato ini biasanya disampaikan pada penobatan seorang penghulu. Jadi, secara umum pasambahan dapat dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah pasambahan yang berbalas atau dijawab oleh pihak lain. Pasambahan ini biasanya disampaikan dalam upacara perkawinan, upacara perjamuan dan sebagainya. kelompok kedua adalah pasambahan yang tidak berbalas atau pasambahan satu arah. Pasambahan ini biasanya disampaikan pada upacara pendirian rumah gadang 2, penobatan seorang penghulu, upacara kematian dan sebagainya. Ada keragaman bahasa pasambahan antara satu daerah dengan daerah lainnya di Minangkabau. Keragaman ini merupakan pengaruh dari perbedaan geografis daerah di Minangkabau. Maka timbullah perbedaan dialek Bahasa 2 Rumah adat Masyarakat Minangkabau. 2

Minangkabau dan ungkapan sesuai dengan kondisi geografis suatu daerah di Minangkabau (Sulaiman, 1984:3). Pada zaman dahulu pengajaran pasambahan dilakukan secara lisan. Namun saat sekarang ini proses pewarisan secara lisan tersebut sudah jarang ditemui. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah penutur tidak memiliki banyak waktu untuk mengajarkan pasambahan secara lisan. Kondisi ini tentu sangat mengkhawatirkan, sebab apabila proses pengajaran atau pewarisan pasambahan kepada generasi selanjutnya tidak dilakukan, tentu penutur yang bisa menuturkan pasambahan semakin berkurang bahkan pasambahan bisa hilang keberadaannya di tengah kehidupan masyarakat Minangkabau. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan ini, salah seorang datuk di Kenagarian Muaro Paneh, Kabupaten Solok, yang bernama Datuk Tonggak Sati. Beliau menjadikan bentuk pengajaran pasambahan dalam bentuk tulisan. Dia menulis sebuah buku yang berjudul Pasambahan Alek Urang Muaro Paneh. Buku ini dijadikan acuan belajar bapasambahan bagi masyarakat Kenagarian Muaro Paneh. Orang yang belajar bapasambahan itu adalah lakilaki dewasa yang belum menikah dan juga laki-laki yang telah menikah. Mereka belajar di sebuah surau kaum yang dipandu oleh seorang guru atau orang yang memahami berbagai persoalan yang menyangkut pasambahan. Dalam buku ini terdapat sembilan belas kesatuan pasambahan yang mengiringi upacara pesta perkawinan di Kenagarian Muaro Paneh, Kabupaten 3

Solok. Sembilan belas kesatuan tersebut adalah: (1) pendahuluan, (2) perwakilan, (3) siriah jo pinang, (4) mambukak saluek ameh, (5) mananyo kadatangan, (6) mangaluakan jamba, (7) mintak bincangkan adek, (8) bakandak salawek dulang atau rabana, (9) mamulangkan jamba, (10) manyuruah alek supayo batambuah, (11) mintak baranti makan, (12) mintak marokok, (13) mamanggang kumanyan, (14) kekah, (15) makan sumanih, (16) batagak gala, (17) batagak arwah, (18) doa, (19) mintak pulang. Dalam bapasambahan diajarkan tentang nilai-nilai kesopanan berbahasa. Pada hakekatnya setiap orang yang bapasambahan harus saling menghormati dan menghargai pendapat yang dituturkan oleh mitra tutur dalam bapasambahan. Apabila terjadi perbedaan pendapat antara dua belah pihak, maka harus diselesaikan dengan bahasa yang sopan, yaitu berupa kiasan. Supaya lawan tutur tetap merasa dihargai di dalam forum adat tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Musra Dahrizal yang menyatakan bahwa dalam berkomunikasi, masyarakat Minangkabau sering menggunakan kiasan. Kiasan digunakan dalam rangka menjaga kesopanan bertutur dalam menyampaikan fikiran, berdebat atau menasehati orang lain, orang Minang menyampaikannya dalam bentuk kiasan (2004:114). Demi menjaga kesopanan bertutur dalam pasambahan, penutur sering menggunakan petatah-petitih, pitua urang tuo 3, mamangan urang tuo 4, bidarai 3 Nasehat orang tua. 4 Pribahasa yang mengandung arti sebagai pegangan hidup, suruhan, anjuran, dan larangan. Kalimatnya berupa dua bagian kalimat yang masing-masing terdiri dari dua sampai empat buah kata. 4

adek 5 dan sebagainya, yang di dalamnya terkandung makna kiasan. Pada hakikatnya inti kesopanan dari adat Minangkabau itu adalah baso jo basi (berbasa-basi). Sebenarnya isi yang ingin disampaikan seseorang dalam pasambahannya cuma sedikit atau singkat, akan tetapi karena harus berbasabasi terlebih dahulu kepada mitra tuturnya, maka pasambahan akan menjadi panjang lebar. Sehingga orang yang menuturkan pasambahan dalam bentuk tuturan yang sangat panjang, maka pasambahannya akan dianggap sesuatu hal yang bagus atau bernilai. Adapun alasan peneliti memilih buku pasambahan yang ditulis oleh Datuk Tonggak Sati, karena buku ini dijadikan acuan bagi masyarakat setempat untuk mempelajari pasambahan, sehingga buku ini layak untuk diteliti. Selain itu dalam buku pasambahan tersebut diprediksi terdapat sistem tuturan yang mengandung nilai kesopanan dalam bermusyawarah. Salah satu contoh nilai kesopanan dalam bermusyawarah yang ada di dalam pasambahan, yaitu terdapat suatu pasangan pertanyaan dan jawaban yang prosesnya terjadi dengan baik. Hal yang menarik dalam pasangan pertanyaan jawaban ini adalah mitra tutur menanyakan kepada penutur apakah yang sudah disampaikannya pada tuturan sebelumnya sudah selesai atau masih ada tambahan. Di sini mereka terlihat seakan tidak mau berebut berbicara. Bahkan yang terjadi mereka mempersilahkan mitra tuturnya untuk berbicara seluas-luasnya. 5 Sejenis pantun adat yang tidak terikat pada pola yang ada pada pantun. 5

Contoh; Tabel 1 : Penggalan Teks Pasambahan Pendahuluan Tuturan inilah yang menunjukkan kesantunan dan perundingan penuh dengan nilai-nilai penghormatan. Contoh lainnya pada salah satu kutipan pasambahan; Penggalan Teks Pasambahan Pendahuluan Bahasa Minangkabau Tabel 2: Penggalan Teks Pasambahan Perwakilan Terjemahan Makna dalam Bahasa Indonesia Ujuang: Lah ukue sampai mah Apakah Datuk Tonggak Sati sudah Datuek Tonggak Sati selesai berbicara? Sipangka:Bilangan sahinggo itumah Sudah Datuk Rajo Sampono. Datuek Rajo Sampono Sumber: (Jamalus Tonggak Sati, 2007:1) Penggalan Teks Pasambahan Perwakilan Bahasa Minangkabau...... Ujuang: Mah nak bawakie pulo baliau datuek nan bak tuo disiko katipak badak diri ambo, buek malelokan sapanjang niek makasuiek baliau dihari nan sahari kini. Lai kolah raso kamanjadi. Kan itu bana nan manjadi pangka kato datuek tadi mah datuek tonggak sati Sipangka: Bana tumah datuek rajo sampono Sumber: (Jamalus Tonggak Sati, 2007:4) Terjemahan Makna dalam Bahasa Indonesia Pada hari ini datuk yang dituakan menginginkan saya untuk menjadi wakil beliau dalam menyampaikan niat dan maksudnya kepada pihak tamu. Apakah saya disetujui menjadi wakil dari beliau? Seperti itukah yang datuk sampaikan tadi kepada saya? Benar seperti itu yang saya sampaikan tadi datuk rajo sampono 6

Dari kutipan di atas terlihat bahwa terdapat suatu peristiwa tutur, mitra tutur memastikan pendapat yang disampaikan oleh penutur, agar maksud dan tujuanya sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh seorang penutur (tikam jajak). Hal ini ditandai oleh kata kan iyo baitu bana nan manjadi pangka kato datuek tadi, mah datuek tonggak sati. Di sini terdapat suatu nilai kesopanan berbicara, apabila ragu dengan maksud yang disampaikan oleh mitra tutur, maka harus mengulang kembali pertanyaan yang disampaikan oleh mitra tutur untuk menghindari kesalahpahaman dengan mitra tutur. Penelitian ini sangat penting dilakukan karena dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan sekaligus memahami makna yang terkandung di dalam pasambahan. Sebab di dalam pasambahan terdapat sebuah seni berbahasa dalam mengungkapkan gagasan dan menanggapi kritikan dari mitra tutur, menggunakan bahasa yang sopan dalam situasi formal. Selain itu peserta tutur juga tidak boleh asal bicara atau berbicara dengan emosi yang tinggi. Hal itu bisa merusak citra diri di dalam masyarakat, karena tujuan dari sebuah pembicaraan adalah untuk menjajaki pendapat orang lain. Pembicaraan juga bertujuan untuk menunjukkan sisi positif diri sendiri dan menurunkan ketegangan dalam mencari sebuah keputusan terhadap masalah yang terjadi. Selain itu kajian ini perlu dilakukan karena dapat memperkaya kajian Bahasa Minangkabau terutama pasambahan Minangkabau. Sehingga nilai-nilai yang ada di dalam kebudayaan Minangkabau bisa terungkap dan dapat diambil sebagai pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. 7

1.2 Rumusan Masalah Pada hakikatnya semua tuturan dalam pasambahan adalah tuturan yang sopan. Namun demikian, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah sistem tutur yang menyatakan nilai-nilai kesopanan berbahasa pada teks pasambahan yang ditulis oleh Datuek Tonggak Sati? 1.3 Tujuan Penelitian Kesopanan berbahasa menyangkut banyak hal. Kajiannya sangat luas dan kompleks. Namun demikian, sesuai dengan permasalahan yang diuraikan di atas. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sistem tutur yang menyatakan nilai-nilai kesopanan berbahasa pada teks pasambahan ditulis oleh Datuek Tonggak Sati. 1.4 Metode dan Teknik Penelitian Metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yang dikemukakan oleh Sudaryanto. Beliau membagi metode dan teknik penelitian dalam tiga tahap. Ketiga tahap itu terdiri atas metode dan teknik penyediaan data, metode dan teknik analisis data, dan metode penyajian hasil data (Sudaryanto, 1993:133). 1.4.1 Metode dan Teknik Penyedian Data Metode dan teknik penyediaan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak. Metode ini memiliki seperangkat teknik, yakni teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar yang digunakan adalah teknik sadap. Maksudnya peneliti dengan segala kemampuan peneliti menyadap tuturan- 8

tuturan yang mengandung nilai-nilai kesopanan dalam pasambahan. Teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap (Sudaryanto, 1993:134). Dalam teknik Simak bebas libat cakap ini peneliti melakukan penyadapan penggunaan bahasa tanpa berpartisipasi atau terlibat dalam dialog. Peneliti hanya meneliti berdasarkan pasambahan yang ditulis oleh Datuak Tonggak Sati di Kenagarian Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok. 1.4.2 Metode dan Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan. Alat penentu metode padan ini berada di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang yang bersangkutan. Metode padan yang akan digunakan adalah metode padan referensial dan metode padan translational. Metode padan referensial merupakan acuan yang ditunjuk oleh bahasa atau yang dibicarakan (Sudaryanto,1993:13). Metode padan translational alat penentunya adalah bahasa lain yakni Bahasa Indonesia, sebab bahasa yang diteliti adalah Bahasa Minangkabau. Bahasa Minangkabau tersebut harus diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam Bahasa Indonesia, agar dapat dipahami arti dan maknanya. 1.4.3 Metode dan Teknik Penyajian Analisis Data Metode penyajian hasil penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode informal. Metode informal digunakan untuk menyajikan hasil analisis dengan menggunakan kata-kata atau kalimat-kalimat. Metode 9

penyajian informal ini memiliki seperangkat teknik, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasarnya adalah perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya. Teknik lanjutannya berupa penyajian kaidah tunggal secara berjalin, menjadi satu gabungan kaidah, satu kaidah ganda atau satu kaidah berkonflasi antara lain dengan pertolongan tanda-tanda (Sudaryanto, 1993:145). 1.5 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh tuturan sopan pada bahasa pasambahan. Sedangkan sampelnya yaitu tuturan sopan yang terdapat pada tuturan bahasa pasambahan yang ditulis oleh Datuak Tonggak Sati di Kenagarian Muaro Paneh, Kecamatan Bukit Sundi, Kabupaten Solok. 1.6 Tinjauan Kepustakaan Sejauh pengamatan penulis sudah ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan pasambahan dan kesopanan (kesantunan) antara lain: a. Syarifuddin (2012) dalam jurnal Bahasa dan Seni membicarakan tentang Strategi kesopanan berbahasa masyarakat Bugis Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan. Syarifuddin menyimpulkan bahwa (1) Kesopanan berbahasa Bugis Pinrang dapat direfleksi berdasarkan nilai-nilai budaya siri dan 3S. strategi kesopanan berbahasa masyarakat Bugis dipengaruhi oleh faktor status peserta tutur, situasi dan konteks, domain atau ranah di mana pertuturan itu berlangsung, misalnya di kantor, di pasar, dan sebagainya. (2) Berkaitan dengan formula linguistik ditemukan pemarkah 10

kesopanan berbahasa Bugis Pinrang sangat variatif yang terdiri penggunaan pronomina sebagai proklitika dan enklitika, serta menggunakan kosa kata khusus seperti tabe, taddampengenga dan kosa kata honorifik berupa sapaan seperti puang, iye uwa, daeng, ndi, sappo, amure, dan sebagainya. (3) Wujud kesopanan berbahasa Bugis Pinrang ditemukan dalam beberapa maksim, yaitu maksim kebijakan, kemurahan, penerimaan, kerendahan hati. Strategi ekspresi tuturan ditemukan dalam empat strategi kesopanan berbahasa yaitu bald on record, kesopanan positif, kesopanan negatif, kesopanan off record, yang wujudnya merupakan nilai realisasi budaya siri dan 3S. b. Gusta (2011), dalam skripsinya yang berjudul Permainan Bunyi dalam Teks Pasambahan Batanyo-tanyo tulisan Armensis Datuak Rajo Bandaro, dia mengatakan bahwa teks pasambahan batanyo-tanyo tulisan Armensis Datuak Rajo Bandaro berbentuk pantun, talibun, dan prosa liris. Dalam teks pasambahan yang berpola pantun dan talibun, pola rima yang dominan digunakan adalah pola rima akhir dan pola rima berselang. Keindahan pemilihan diksi yang terdapat pada teks pasambahan tersbut berkaitan erat dengan pola persamaan bunyi yang sengaja dipilih oleh Armensis untuk mewakili gagasan yang hendak disampaikannya. c. Immelda (2011), dalam skripsinya yang berjudul Implikatur Pasambahan dalam Batagak Gala di Kanagarian Pauh V, Menjelaskan makna tambahan dari pidato pasambahan Batagak Gala di Kanagarian Pauh V. 11

d. Himawati (2008) dalam skripsinya yang berjudul Kesantunan Berbahasa Penutur Berbahasa Minangkabau di Kecamatan Kamang Magek Kabupaten Agam, mengatakan bahwa tuturan kesantunan masyarakat Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam dimunculkan dalam bentuk tipe-tipe tuturan kesantunan berbahasa yaitu dapat dilihat dari kesantunan positif, kesantunan negatif, ujaran terus terang, samar-samar. Selanjutnya tuturan kesantunan pada pengguna bahasa masyarakat di Kamang Magek, Kabupaten Agam dimunculkan dalam konteks; (1) skala peringkat jarak sosial yang ditentukan oleh perbedaan umur, jenis kelamin dan latar belakang sosial kultural. (2) skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur. (3) skala peringkat tindak tutur yaitu berdasarkan atas kedudukan relatif tindak tutur yang satu dengan tindak tutur yang lainnya. e. Dhamayanty (2008), dalam skripsinya yang berjudul Estetika Pasambahan Batagak Penghulu di Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Tanjung Baru, Kabupaten Tanah Datar, mengatakan bahwa dalam pasambahan terdapat nilai-nilai estetika yang sangat tinggi. Nilai-nilai keindahan yang ditemukan dalam Pasambahan Batagak Penghulu di Nagari Tanjung Alam, Kecamatan Baru, Kabupaten Tanah Datar adalah keindahan budi, keindahan bentuk, dan keindahan makna. f. R, Syahrul (2008) membahas tentang kesantunan dalam berbahasa Indonesia antara Guru dengan Siswa. Dia menemukan bentuk kesantunan berbahasa Indonesia antara guru dengan siswa, digunakan beragam bentuk kesantunan modus tuturan. Kesantunan modus tuturan tersebut terdiri atas 12

kesantunan modus deklaratif, kesantunan modus tuturan introgatif dan imperatif. Kesantunan dengan modus deklaratif mempresentasikan perintah, permintaan, nasihat, dan pujian. Kesantunan dengan modus interogatif mempresentasikan permintaan, penagihan janji siswa, pengklarifikasian pemahaman siswa, dan pemberian peringatan. Sedangkan kesantunan dengan modus imperatif mempresentasikan ajakan, permintaan, dan perintah. Perlunakan daya ilokusi terdapat pada tuturan bermodus deklaratif dan interogatif, sehingga tuturan terasa santun; sedangkan tuturan bermodus imperatif cendrung memiliki efek penguatan daya ilokusi sehingga terasa kurang santun. g. Medan (1988), dalam bukunya yang berjudul Antologi Kebahasaan membicarakan tentang pidato adat pasambahan secara umum, dan membicarakan tentang pidato perkawinan yang ada di Kenagarian Gunung Talang dan Kenagarian Sungai Jernih, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Dia menemukan bahwa (1) struktur adat pada acara perkawinan merupakan suatu kesatuan yang bulat, sehingga mempunyai susunan yang tetap dan teratur. (2) struktur pidato adat itu sama untuk semua kesatuan acara dalam setiap upacara. (3) pidato adat dibedakan dari persembahan, karena kaitannya dengan tambo, asal-usul dan sifat sesuatu, sehingga dengan ungkapan, perbandingan, keterangan serta perulangan yang mempunyai arti yang dalam. (4) tingkat-tingkat upacara adat menunjukkan pula tingkat-tingkat masyarakat pendukung adat itu. (5) 13

upacara-upacara perkawinan di Minangkabau menurut ke tiga tingkat adat yang masih berkembang di Minangkabau. Berdasarkan tinjauan kepustakaan di atas, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena penelitian ini membahas tentang Nilai kesopanan yang terdapat pada teks pasambahan tulisan Datuk Tonggak Sati. Penelitian ini menjelaskan tentang tuturan nilai-nilai kesopananan yang ada di dalam sistem tuturan bahasa pasambahan. 14