UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBEBASAN LAHAN BAGI INFRASTRUKTUR

BAB IV PENYAJIAN DATA

BAB V ANALISIS DATA. Dalam penelitian ini, tahapan analisis yang dilakukan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Sejarah Perusahaan

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

BAB V PENUTUP. Perjanjian yang mengatur ketentuan: kepada BPJT, antara lain: perencanaan teknik; 2) Laporan triwulanan (3 bulanan) penggunaan dana;

National Summit 2009

National Summit 2009 KOMISI : PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR Oktober Percepatan Pembangunan Infrastruktur

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODOLOGI. Bagan Alir Penelitian

Diresmikan Jokowi, Tol Medan-Tebing Tinggi Fungsional Lebaran 2018

INOVASI BIROKRASI DALAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

FAQ. bahasa indonesia

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 06/PRT/M/2010

2 b. bahwa Badan Layanan Umum bidang Pendanaan Sekretariat Badan Pengatur Jalan Tol telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 406/KMK.0

PEMBIAYAAN INVESTASI MELALUI PUSAT INVESTASI PEMERINTAH SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum da

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2017, No sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan perundangundangan yang ada sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 1 TAHUN 2008 dan PERATURAN PEMERINTAH NO. 49 TAHUN 2011 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Jasa Marga (persero) Tbk. A. Sejarah PT. Jasa Marga (Persero) Tbk.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Jalan Tol*

STRATEGI MEMBANGUN INFRASTRUKTUR PEMERINTAH DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembiayaan Komersial sebagai Upaya Mempercepat Penyelenggaraan Infrastruktur Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. puluh tahun yang lampau pemerintah Indonesia telah mengunakan pola Build

Alternatif Pembiayaan Pembangunan Infrastruktur Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasa warsa terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil

1 of 9 21/12/ :39

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /SEOJK.03/2016 TENTANG LEMBAGA PEMERINGKAT DAN PERINGKAT YANG DIAKUI OTORITAS JASA KEUANGAN

KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA DIREKTORAT PENGELOLAAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAN PEMBIAYAAN INFRASTRUKTUR

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.

Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) Mengapa KPBU?

ANALISA PENENTUAN MASA KONSESI DENGAN MODEL SIMULASI PADA PROYEK PPP JALAN TOL KERTOSONO- MOJOKERTO

PINJAMAN LUAR NEGERI DAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH. Oleh : Ikak G. Patriastomo 1

LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI XI DPR RI KE PROVINSI SUMATERA SELATAN 23 s.d 25 November 2015

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 295/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL MENTERI PEKERJAAN UMUM,

D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A K O N S T R U K S I K E M E N T E R I A N P E K E R J A A N U M U M D A N P E R U M A H A N R A K Y A T

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pasti menginginkan adanya pertumbuhan laba yang diperoleh

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

PLN DAN ISAK 16 (ED) Electricity for a Better Life. Jakarta, Mei 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAANUMUM DAN PERUMAHANRAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 PRT/M/2015 TENTANG BADAN PENGATUR JALAN TOL

2017, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan, dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENGGUNAAN DANA BERGULIR PADA BADAN LAYANAN UMUM-BADAN PENGATUR JALAN TOL UNTUK PENGADAAN TANAH JALAN TOL PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam Pasal 235 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tulisan Hukum/Nonih Rimadewi/Umum 1

KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA/ PUBLIC PRIVATE PARTNERSHIP (PPP) DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. risk 3 Investor yang mempunyai sifat konservatif cenderung melakukan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTRI PEKERJAAN UMUM TENTANG NOMOR 10/PRT/2006 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN DANA BADAN USAHA UNTUK PENGADAAN TANAH JALAN TOL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11/PRT/M/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari peforma pembangunan infrastrukturnya. Maka dari itu, perbaikan

PERAN BPK DALAM MELAKSANAKAN PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN OBLIGASI DAERAH BAB I PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB IV PENUTUP. 1. Pelaksanaan Kemitraan PDPS Surabaya dengan PT AIW IV-1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PENGELOLAAN RISIKO DALAM PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR BERKELANJUTAN. Oleh: Sinthya Roesly, S.T., M.M., M.B.A., M.Eng.Sc.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2015, No Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Ta

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

No. 13/31/DPNP Jakarta, 22 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia

NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG SURAT UTANG NEGARA

BAB 4 ANALISIS MENGENAI KAITAN ANTARA KENDALA YANG TERJADI DALAM PROSES PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN JALAN TOL OLEH PT

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

UPAYA UNTUK MENEROBOS HAMBATAN INVESTASI JALAN TOL Oleh FRANS S. SUNITO DIREKTUR UTAMA PT JASA MARGA (PERSERO) KONFERENSI NASIONAL TEKNIK JALAN KE-8, HOTEL MERCURE,JAKARTA, 4-5 SEPTEMBER 2007

DAFTAR ISI 1. Latar Belakang 2. Konsep Tol 3. Risiko Dalam Investasi Jalan Tol 4. Kata Kunci agar Pembangunan Jalan Tol Berhasil Baik 5. Syarat Utama Kerjasama Pemerintah- Swasta Dibidang Jalan Tol Berhasil Baik 6. Kesimpulan 1

LATAR BELAKANG SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN TOL DI INDONESIA Industri Jalan Tol di Indonesia boleh dikatakan lahir secara tidak sengaja, ketika pemerintah memutuskan untuk menjadikan jalan bebas hambatan Jagorawi menjadi jalan tol. Jagorawi pertama kali dioperasikan pada tahun 1978 oleh Jasa Marga yang dibentuk sebagai perusahaan perseroan yang khusus bergerak di bidang penyelenggaraan jalan tol. Sampai dengan tahun 1987 seluruh jalan tol dibangun oleh Jasa Marga dengan dibiayai oleh pinjaman G to G dan dana obligasi Jasa Marga. Pada awalnya tarif tol hanya ditentukan berdasarkan perkiraan semata tanpa perhitungan pengembalian investasi yang sekarang ini lazim digunakan. Jasa Marga tidak memperolah masa konsesi, karena berdasar UU Jalan (no.13/1980) Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol bagi pemerintah. 2

LATAR BELAKANG (LANJUTAN) Investor swasta mulai diikutsertakan pada tahun 1987 melalui sistem BOT. Jalan tol swasta pertama adalah Harbour Road (ruas Cawang-Tanjung Priok) Jasa Marga sebagai pemegang otoritas tunggal jalan tol harus memberikan kuasa pada perusahaan jalan tol swasta sehingga Jasa Marga memainkan peran ganda sebagai operator jalan tol sekaligus sebagai lembaga otorisasi atas nama pemerintah, dua peran yang jelas-jelas conflicting. Risiko kegagalan investor sepenuhnya dibebankan kepada Jasa Marga yang selain harus menyelesaikan proyeknya juga harus meneruskan hutang investor yang telah digunakan untuk membangun proyek tersebut. Sebagian besar proyek jalan tol tertunda pembangunannya terkena krisis ekonomi tahun 1997, bahkan ada beberapa yang akhirnya diambil alih oleh pemerintah 3

LATAR BELAKANG (LANJUTAN) Tiga hal utama yang menjadi penyebab Investor swasta tidak mampu melanjutkan pembangunan jalan tol, yaitu : kemampuan pendanaan, dan regulasi yang tidak mendukung serta tingkat kelayakan finansial UU no 38 tentang Jalan diberlakukan sejak Oktober 2004 menggantikan UU no 13/1980, dan PP no 15/2005 tentang Jalan Tol menggantikan PP no 8/1990. Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) dibentuk Pemerintah untuk menggantikan peran Jasa Marga sebagai lembaga otorisasi bagi investor jalan tol swasta. Semua pengusaha jalan tol baik swasta maupun BUMN harus mendapatkan suatu Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) dari BPJT. 4

KONSEP TOL JALAN TOL adalah bagian dari jaringan jalan umum yang perwujudannya adalah tanggung jawab Pemerintah JALAN TOL dibiayai sebagian atau seluruhnya oleh pengguna jalan melalui pengenaan tarif tol Untuk mewujudkan jalan tol tersebut pihak swasta membantu Pemerintah dengan membiayainya terlebih dahulu dan selanjutnya investor swasta tersebut memperoleh pengembalian investasinya melalui hak penarikan tol selama masa konsesi (jadi perlu financially feasible) Jadi konsep tol adalah KONSEP PENDANAAN infrastruktur jalan dengan sesedikit mungkin (tanpa?) membebani APBN Apabila kelayakan finansial suatu jalan tol kurang baik, namun dibutuhkan untuk pengembangan wilayah, maka konsep tol dapat dikombinasikan dengan APBN/D (konsep hybrid/subsidi) 6

KONSEP TOL (lanjutan ) Sumber Dana Bagi Jaringan Jalan Pemerintah Membangun Jaringan Jalan Jalan Non Tol Jalan Tol (finansial tidak layak) Jalan Tol (finansial layak) subsidi Dijembatani oleh Investor & Perbankan A P B N / D Pajak Umum M a s y a r a k a t Dana Pemakai Jalan Tol Tol Sumber Dana Dana yang tersedia 7

KARAKTERISTIK INVESTASI JALAN TOL Bersifat jangka panjang Payback Period > 20 tahun Pengembalian hutang 15 s.d. 20 tahun Masa konsesi 35 s.d 40 tahun Beban investasi terbesar (tanah, konstruksi dan peralatan) terjadi di awal masa konsesi, sementara pendapatan baru mulai tumbuh di awal operasi jalan tol Beberapa parameter pokok investasi berada di luar kendali investor Waktu dan biaya pembebasan lahan Penetapan tarif Perwujudan Rencana Induk Jaringan Jalan (terkait dengan prediksi volume lalu lintas) Risiko investasi sangat besar 8

TINGKAT RISIKO DALAM MASA INVESTASI JALAN TOL Tinggi Tingkat Risiko Rendah Perencanaan Pembebasan Lahan Konstruksi Operasi & Pemeliharaan Tahap Investasi Penyerahan Kembali 11

Pembebasan Lahan Kendala Utama Memiliki tingkat risiko terbesar dalam investasi jalan tol Pembebasan lahan dilakukan oleh Pemerintah dengan pendanaan dari Pemerintah dan/atau investor (UU 38/2004) Lahan dan jalan tol adalah asset Pemerintah, Investor hanya memperoleh hak pengusahaan selama masa konsesi Payung hukum pembebasan lahan oleh Pemerintah adalah UU no. 20/1961: Azas musyawarah Pencabutan hak kepemilikan lahan hanya mungkin oleh Presiden Tingkat kepastian biaya & waktu pembebasan lahan relatif rendah risiko cost over run dan keterlambatan pengoperasian 12

Langkah-langkah Konkrit Perbaikan Regulasi Pembebasan Lahan PERPRES NO. 36 TH. 2005 Jo NO. 65 TH. 2006 ttg Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pemerintah telah mengambil kebijakan dana bergulir untuk membebaskan lahan melalui Badan Layanan Umum (BLU) di Departemen PU Kebijakan land capping 13

Dukungan Yang Masih Perlu Dilakukan Pemerintah Mekanisme pembebasan lahan untuk kepentingan publik segera diperbaiki dengan tahapan pokok sbb : 1. Land freezing dilakukan segera setelah koridor jalan ditetapkan 2. Penaksiran harga oleh Appraisal independen 3. Presiden langsung mencabut hak kepemilikan atas lahan melalui Keppres sekaligus menetapkan harga 4. Pembebasan lahan dilakukan tanpa negosiasi harga. Dalam hal pemilik lahan tidak sepakat, maka dapat diajukan ke Pengadilan tanpa mengganggu pelaksanaan proyek. Penyederhanaan mekanisme pembebasan tanah Konsistensi atas implementasi regulasi 14

Dukungan Yang Masih Perlu Dilakukan Pemerintah (lanjutan ) Pemerintah terlebih dahulu membiayai pembebasan lahan yang biayanya akan diganti oleh investor apabila layak. Dalam hal proyek tidak layak, maka biaya tersebut merupakan ongkos Pemerintah.

RISIKO KONSTRUKSI Sepenuhnya merupakan risiko investor Risiko terbesar adalah akibat kondisi medan (geografis dan kondisi tanah (geologis) Perlu survey mendalam sebelum menghitung biaya konstruksi yang merupakan bagian terbesar dari biaya investasi perlu menganggarkan biaya persiapan yang memadai Alokasi risiko pada pihak ketiga Melalui kontrak Design & Build Melalui kontrak Construction & Performance Based Maintenance Melalui asuransi Contractor s all risk 15

RISIKO BUNGA UANG Investasi jalan tol umumnya didanai dengan modal sendiri (equity) dan pinjaman (debt) dengan rasio sekitar 30 : 70 Masa pengembalian pinjaman sampai 20 tahun, berarti risiko fluktuasi bunga tinggi Prinsip pengendalian risiko bunga Sedapat mungkin memastikan besaran % bunga Mendekatkan masa pembayaran bunga dan pokok pinjaman dengan arus pendapatan Melalui berbagai mekanisme financial engineering seperti Contractor Pre-Finance Modified Turn Key Obligasi dengan pembayaran bunga dibelakang yang telah dipastikan besarnya (zero coupon bonds) Catatan : risiko valas tidak dibahas karena investor seyogyanya tidak menggunakan pinjaman dalam valas 16

RISIKO OPERASI DAN PEMELIHARAAN Dalam periode pengoperasian risiko terbesar terletak pada biaya pemeliharaan rutin & periodik yaitu apabila terjadi penyimpangan negatif terhadap rencana semula Mengendalikan kualitas pada masa konstruksi, terutama yang berkaitan dengan daya tahan (durability) adalah kunci untuk meminimalisir risiko ini Alokasi risiko kepada pihak ketiga : Kontrak Performance based Maintenance Kontrak Construction and Maintenance Asuransi terhadap kerusakan/kerugian akibat kesalahan pemakai jalan 17

RISIKO PERUBAHAN JARINGAN JALAN Apabila Pemerintah membangun dan/atau meningkatkan kapasitas jalan yang tidak ada dalam rencana jaringan jalan berdampak langsung pada prediksi volume lalu lintas di jalan tol; Program jaringan jalan yang ada belum dikukuhkan menjadi Undang-Undang Usulan Pengamanan : Rencana Induk Jaringan Jalan disahkan menjadi Undang- Undang sehingga Investor memiliki dasar yang pasti untuk memprediksi volume lalu lintas; Dimungkinkan suatu bentuk kompensasi dan atau me-review jadwal pembangunan apabila hal ini dilanggar. 18

RISIKO FORCE MAJEURE Rentang waktu masa konsesi (30 40 tahun) sangat memungkinkan terjadinya perubahanperubahan sosial, politik dan juga kejadiankejadian alam Perlu alokasi risiko yang jelas dan adil antara Pemerintah dan investor dalam PPJT, karena force majeure berada di luar kendali siapapun Alokasi risiko kepada pihak ketiga (asuransi) terhadap risiko dengan batas-batas yang dapat diterima oleh industri asuransi 19

PRINSIP ALOKASI RISIKO Risiko seyogyanya dipikul oleh pihak yang paling mungkin mengendalikan risiko tersebut Alokasi risiko dalam industri jalan tol Pengadaan lahan Konstruksi Bunga Uang Jenis Risiko Operasi & Pemeliharaan Volume lalu lintas Perwujudan jaringan sesuai rencana induk Penetapan tarif Sosial/politik Alokasi Investor Pemerintah (pihak ketiga) Bencana alam 20

KATA KUNCI AGAR PEMBANGUNAN JALAN TOL BERHASIL BAIK Pemerintah harus membantu investor agar investor dapat membantu Pemerintah untuk merealisasikan jaringan jalan tol

SYARAT UTAMA AGAR PEMBANGUNAN JALAN TOL BERHASIL BAIK Perlu ada kebijakan dan peraturan yang tegas dan langkah nyata mengenai alokasi risiko kepada Pemerintah, yaitu : Risiko pembebasan lahan (lihat hal..) Risiko Bank apabila Investor gagal (untuk memberikan jaminan bagi Bank) Risiko penetapan tarif yang terlambat Risiko apabila terjadi perubahan jaringan jalan (lihat hal.) Faktor-faktor di atas semuanya berada diluar kendali Invetor dan/atau Bank sehinga mutlak perlu dipikul oleh Pemerintah 29

SYARAT UTAMA AGAR PEMBANGUNAN JALAN TOL BERHASIL BAIK (lanjutan) Pemilihan Investor yang Kompeten Memiliki track record yang menyakinkan dalam investasi-investasi jangka panjang Memiliki modal (equity) yang memadai Memiliki dukungan dana perbankan Memiliki pemahaman yang baik (jelas dan lengkap) terhadap investasi jalan tol Pemilihan Investor ini hendaknya didasarkan pada azas keterbukaan transparan, kompetisi dan fairness (diatur dalam Perpres No. 67/2005) Peraturan-Peraturan dan Perjanjian yang adil Mencerminkan alokasi risiko yang baik antara Pemerintah dan Investor Memberikan kemudahan-kemudahan bagi pelaksanaan investasinya Memberikan rasa aman bagi Investor Memberikan kepastian terwujudnya proyek infrastruktur yang bersangkutan 30

KESIMPULAN Investor jalan tol (yang profesional dan kompeten) adalah mitra Pemerintah untuk memujudkan infrastruktur jalan dalam keterbatasan dana APBN/D, Jadi Investor dan Pemerintah harus saling membantu untuk mencapai tujuan tersebut. Investor harus memiliki kemampuan pendanaan dan kemampuan profesional serta keseriusan untuk melaksanakan proyek strategis tersebut secara tepat waktu dan tepat mutu. Untuk membantu investor dalam membantu mendanai infrastruktur strategis ini, diperlukan kontrol pemerintah terhadap waktu dan harga lahan serta konsistensi penetapan tarif, sehingga investor dan lembaga-lembaga pendanaan terhindar dari risiko ini dan memiliki kepastian pengembalian investasinya. Pemerintah harus membantu memikul risiko-risiko yang berada diluar kendali Investor, memberikan kemudahan-kemudahan secara adil dan transparan, serta menciptakan PPP sebagai suatu kemitraan yang mutually beneficial yang tujuan akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat luas melalui tersedianya infrastruktur jalan yang bermutu di seluruh negeri. 31