1. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. 2.

dokumen-dokumen yang mirip
Petunjuk Teknis PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

INOVASI TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH PETERNAKAN

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

BIOGAS. KP4 UGM Th. 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

Macam macam mikroba pada biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB II LANDASAN TEORI

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LIMBAHPUN BERMANFAAT INOKULAN RB UNTUK PRODUKSI KOMPOS BERMUTU

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BOKASHI (BAHAN ORGANIK KAYA AKAN SUMBER HAYATI)

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

Pupuk Organik dari Limbah Organik Sampah Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBEKALAN KKN -PENGOLAHAN LIMBAH PIAT UGM- Bidang Energi dan Pengelolaan Limbah Pusat Inovasi Agroteknologi UGM 2017

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pergeseran dari sistem beternak ektensif menjadi intensif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IbM Kelompok Tani dan Ternak Paluh Getah Dua dan Paluh 80, Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Ternak Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

Edisi Juni 2013 No.3511 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA II.

III. METODE PENELITIAN

b. Dapat memperbaiki struktur tanah, menyebabkan tanah menjadi ringan untuk diolah dan mudah ditembus akar.

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk meningkatkan aktivitas proses komposting. Bioaktivator

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Kompos. sampah dapur, sampah kota dan lain-lain dan pada umumnya mempunyai hasil

TEKNIK PEMBUATAN pupuk BOKASHI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

Chrisnanda Anggradiar NRP

I. PENDAHULUAN. perantara jamu gendong (Muslimin dkk., 2009).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar mata pencarian

Transkripsi:

1. Kompos merupakan pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi atau pelapukan. 2. Selama ini sisa tanaman dan kotoran hewan tersebut belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai pengganti pupuk buatan. 3. Kompos yang baik adalah yang sudah cukup mengalami pelapukan dan dicirikan oleh warna yang sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya, tidak berbau, kadar air rendah dan sesuai suhu ruang. 4. Proses pembuatan dan pemanfaatan kompos masih perlu ditingkatkan agar dapat dimanfaatkan lebih efektif, menambah pendapatan peternak dan mengatasi pencemaran lingkungan.

Proses pengomposan adalah proses menurunkan C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah ( 20). Selama proses pengomposan, terjadi perubahan-perubahan unsur kimia yaitu 1) Karbohidrat, selulosa, hemiselulosa, lemak dan lilin menjadi CO 2 dan H 2 O, 2) Penguraian senyawa organik menjadi Senyawa yang dapat diserap tanaman. Kompos merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kesuburan tanah dengan memperbaiki kerusakan fisik tanah akibat pemakaian pupuk anorganik (kimia) pada tanah secara berlebihan yang berakibat rusaknya struktur tanah dalam jangka waktu lama.

1) Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan; 2) Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai; 3) Menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah; 4) Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah; 5) Mengandung unsur hara yang lengkap, walaupun jumlahnya sedikit (jumlah ini tergantung dari bahan pembuat pupuk organik); 6) Membantu proses pelapukan bahan mineral; 7) Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia; serta 8) Menurunkan aktivitas mikroorganisme yang merugikan.

Pengolahan kotoran sapi yang mempunyai kandungan N, P dan K yang tinggi sebagai pupuk kompos dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanah dan memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik. Pada tanah yang baik/sehat, kelarutan unsur-unsur anorganik akan meningkat, serta ketersediaan asam amino, zat gula, vitamin dan zat-zat bioaktif hasil dari aktivitas mikroorganisme efektif dalam tanah akan bertambah, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi semakin optimal.

1. Tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik berlangsung cepat sehingga dapat mengganggu pertumbuhan tanaman, 2. Penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur hara ke dalam tanah, 3. Struktur bahan organik segar sangat kasar dan dayanya terhadap air kecil, sehingga bila langsung dibenamkan akan 4. mengakibatkan tanah menjadi sangat remah, 5. Kotoran sapi tidak selalu tersedia pada saat diperlukan, sehingga pembuatan kompos merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai pupuk.

Bahan : 1. Kotoran sapi setelah ditiriskan 2. Sekam (10% dari bobot kotoran sapi) 3. Abu sekam (10% dari bobot kotoran sapi) 4. Dedak padi (5% dari bobot kotoran sapi) 5. Larutan MOL/EM-4 + Tetes + Air ( 2 : 2 : 1000) atau 1 liter air + 2 cc MOL/EM-4 + 2cc tetes atau 1 liter air + 2 cc MOL/EM-4 + 6 sendok makan gula pasir. Cara membuat : 1. Campur kotoran sapi + sekam + abu sekam + dedak padi sesuai takaran, kemudian diaduk hingga merata. 2. Tuang campuran larutan MOL/EM-4 + tetes + air ke dalam campuran No. 1. dan diaduk hingga merata sampai membentuk adonan dengan kadar air + 40%. 3. Ditutup dengan karung goni atau tikar. Dalam kondisi aerob fermentasi akan berlangsung cepat sehingga suhu bokkhasi meningkat 35-40oC. Bila suhu mencapai 50%, maka bokhasi 4. dobolak-balik agar udara masuk dan suhu turun. Lama fermentasi antara 4-5 hari dan bokhasi dianggap jadi apabila berbau khas fermentasi, kering, dingin dan ditumbuhi jamur berwarna putih. Apabila berbau busuk, maka pembuatan bokhasi dianggap gagal.

Dinamakan kompos organik hi-grade karena mengandung unsur kimia yang komplit berasal dari campuran kotoran sapi dan urine yang diaduk secara merata oleh ternak sendiri dengan cara diinjak-injak sehingga telah mengalami proses dekomposer dengan baik. Bahan dan peralatan : a. Kotoran sapi yang bercampur dengan urine (berasal dari kandang) b. Sekam atau gergajen (limbah gergajian kayu) c. Kapur bubuk d. Skop dan saringan e. Karung plastik f. Timbangan

Pembuatan kompos diawali dengan pengumpulan kotoran sapi dengan cara pemanenan dari kandang sistem kelompok, dilanjutkan dengan proses pengolahan menjadi kompos curah, blok, granula, dan bokhasi Pemanenan kompos : Dilakukan setelah ketebalan kotoran sapi dan urine dalam kandang kelompok mencapai 25-30 cm (1,5 2 bulan). Pemanenan dilaksanakan sesuai dengan tujuan jenis kompos organik, yaitu kompos curah, kompos blok, kompos granul dan bokhasi.

Kotoran yang dipanen dari kandang diangin-anginkan di tempat teduh selama 2 bulan di musim hujan atau 1 bulan di musim kemarau, kotoran dihancurkan dan diayak dengan ukuran lubang 0,5 x 0,5 cm, kemudian dikemas dalam karung.

Kompos Blok: Kotoran yang baru dipanen (kondisi masih basah), dicetak menggunakan alat pres manual sederhana atau dengan men gunakan mesin pres batako. Cetakan kompos blok berukuran p = 20 x l = 12 atau 6 x t = 5 cm. Kompos Granul : Bahan : 1. Kompos curah 2. Tepung tapioka 3 5 % dari berat kering kompos 3. Air 8 10 % dari berat kering kompos 4. Zat pewarna ( merah, kuning, orange, hijau) Cara Kerja a. Tepung tapioka yang telah dicampur dengan pewarna, ditaburkan pada mesin granul.

Kompos Granul : Cara Kerja : 1. Tepung tapioka yang telah dicampur dengan pewarna, ditaburkan pada mesin granul. 2. Kompos curah yang dihaluskan ditempatkan di atas lapisan tepung tapioka. 3. Air disemprotkan melalui saluran yang ada pada mesin granul. 4. Mesin dihidupkan dengan gerakan memutar sehingga akan terbentuk bulatan bulatan granul. 5. Dikemas dalam plastik.

Kompos dapat digunakan untuk tanaman padi, palawija dan hortikultura. Cara pemberiannya ditebarkan merata di permukaan tanah dengan dosis sesuai jenis tanaman; untuk pemupukan individu seperti tanaman dalam pot (jeruk, mangga, bunga, dsb), kompos disebarkan dibawah kanopi terluar dari daun; tanaman padi dan tanaman palawija diberikan 10 ton/ha setiap 6 bulan; tanaman bawang merah 20.000 kg/ha; tanaman semangka 2 kg/bedengan. Pemakaian kompos berdasarkan umur tanaman adalah 500 g/tanaman pada umur 1 3 bulan, 1000 g/tanaman pada umur tanaman 4-9 bulan. Berdasarkan hasil pengkajian BPTP Jawa Barat menunjukkan bahwa tanaman tomat varietas sakura yang dipupuk kompos kotoran sapi mampu berproduksi 3,15 kg/tanaman. Pada tanaman bawang daun dan seledri dengan pemakaian kompos dapat meningkat produksinya masing-masing 57,1% dan 47,6%.

BAHAN YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMBUATAN BIOURINE : 1. 1 (Satu) drum plastik urine dengan kapasitas 150 liter. 2. Tetes Tebu/Molasses 750 ml. 3. Empon-empon (Temulawak, Temuireng, Kunyit dll) 5kg. 4. Bacteri R Bacillus dan Azobacter sebagai starter fermenter 250 ml dapat digantikan dengan biodecomposer MOL/EM-4.

1. MOL/EM-4 dan Molases dilarutkan dalam air jernih sebanyak 10 liter, tuangkan ke dalam drum urine, 2. Empon-empon dihancurkan dan dimasukan ke dalam drum. 3. Setelah tercampur antara urine dan bahan-bahan tersebut kemudian urine diaduk sampai rata selama 15 menit, kemudian drum plastik ditutup rapat. 4. Lakukan pengadukan setiap hari selama 15 menit dan kemudian drum ditutup rapat kembali selama tujuh hari. 5. Setelah tujuh hari urine dipompa dengan menggunakan pompa yang biasa digunakan pada aquarium dan dilewatkan melalui talang plastik dengan panjang 2 m yang dibuat seperti tangga selama 3 jam, tujuan proses ini untuk penipisan atau menguapkan kandungan gas ammonia, agar tidak berbahaya bagi tanaman yang akan dberi pupuk bio urine tersebut. 6. Pupuk cair ini siap digunakan. 7. Untuk aplikasi pupuk cair ini bisa digunakan dengan cara disiramkan dan atau disemprotkan, kondisi tanah sebelum tanam diolah terlebih dahulu.

Aplikasi biourine dengan cara dicampur air dengan perbandingan 1 : 1 atau 1: 2

UNTUK MEMBUAT BIOKULTUR : 1. Kotoran ternak (feses) ditampung dalam bak lalu dicampur air dengan 2. perbandingan 1:2. 3. Ke dalam kotoran yang telah dicampur air kemudian dimasukkan fermenter (R.bacillus dan Azotobacter), bisa juga menggunakan MOL/EM-4 dan empon-empon. 4. Setiap 0,8 m3 campuran feses dan air ditambahkan 1 liter R. bacillus dan 5. 1 liter Azotobacter, lalu diaduk dengan pengaduk atau aerator selama 6. 3-4 jam. 7. Bak fermentasi lalu ditutup dan didiamkan 7 hari. 8. Pada hari ke-8, bagian cairan (yang ada di atas) diambil dan bagian yang 9. mengendap diperas/dipres. 10. Cairan hasil perasan dapat dicampur dengan cairan yang diambil sebelumnya. 11. Bagian padat baik juga digunakan sebagai pupuk atau dicampur dengan limbah padat lain untuk bahan bakar (briket-bio ARANG) 12. Biokultur dapat langsung digunakan atau dikemas untuk selanjutnya disimpan.

CARA PENGGUNAAN BIOURINE DAN BIOKULTUR UNTUK TAN PADI Sebelum diolah (16 hari sebelum tanam), tanah diairi lalu disemprot dengan biokultur 150 liter/ha dan didiamkan selama 1 hari. 1. Setelah tanah diolah, yaitu pada 4 hari sebelum tanam, tanah disemprot campuran biokultur dan biourine dengan takaran masing-masing 100 dan 70 liter/ha. 2. Selanjutnya ditebarkan pupuk urea 100 kg + SP-36 50kg + KCl 50 kg/ha dan didiamkan selama 4 hari. 3. Pada umur 15 hari setelah tanam, disemprotkan biourine 100 liter yang dicampur dengan air 200 liter/ha. 4. Pada umur 28 hari, tanaman dipupuk urea 50 kg + SP-36 40kg+KCl 25 kg/ha ditambah biourine 75 liter yang dilarutkan dalam 225 liter air. 5. Pada umur 45 hari diberikan biokultur (40 liter dalam 200 liter air ) + telur 10 butir melalui daun.

Makin langka dan mahalnya energi fosil Pencemaran dan pelestarian lingkungan Keberlanjutan pengembangan pertanian Mengurangi pencemaran udara, air dan biologis Penyediaan pupuk organik kompos dan cair

Menjaga kesehatan ternak dan petani ternak Mencegah pencemaran udara, air, tanah dan tanaman Memanfaatkan limbah sebagai bahan menguntungkan

BIOGAS Biogas adalah campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam kondisi anaerobik. Pada umumnya biogas terdiri atas : gas metana (CH 4 ) : 50 sampai 70 persen gas karbon dioksida (CO 2 ) : 30-40 persen Hidrogen (H 2 ) : 5-10 persen gas-gas lainnya : dalam jumlah yang sedikit (Yadava and Hesse,1981; Abdulah, et al., 1991).

Potensi Biogas Tabel 1. Potensi produksi gas dari berbagai tipe kotoran hewan Tipe Kotoran Hewan Produksi Gas Per Kg Kotoran (m 3 ) Sapi (sapi dan kerbau) Babi Peternakan ayam Manusia 0.023 0.040 0.040 0.059 0.065 0.116 0.020 0.028 Sumber: United Nations (1984).

Pencernaan Selulosa Faktor yg berpengaruh: ph Temperature Laju Pengisian Waktu tinggal dalam digester Toxicity 1. Hidrolisis 2. Pengasaman Glukosa Asam Lemak dan Alkohol (C 6 H 10 O 5 )n + nh 2 O n(c 6 H 12 O 6 ) selulosa glukosa (C 6 H 12 O 6 )n + nh 2 O CH 3 CHOHCOOH glukosa asam laktat CH 3 CH 2 CH 2 COOH + CO 2 + H 2 asam butirat CH 3 CH 2 OH + CO 2 etanol 3. Metanogenik 4H 2 + CO 2 2H 2 O + CH 4 CH 3 CH 2 OH + CO 2 CH 3 COOH + CH 4 CH 3 COOH + CO 2 CO 2 + CH 4 CH 3 CH 2 CH 2 COOH + 2H 2 + CO 2 CH 3 COOH + CH 4 Metan + CO 2 Gambar Tahap Pembentukan Biogas (FAO, 1978)

Faktor-faktor yang berpengaruh pada pencernaan (a) Nilai ph Produksi biogas secara optimum dapat dicapai bila nilai ph dari campuran input didalam pencerna berada pada kisaran 6 dan 7. Pada tahap awal proses fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk asam, ph dalam pencerna dapat mencapai dibawah 5. Keadaan ini cenderung menghentikan proses pencernaan atau proses fermentasi. Bakteri-bakteri metanogenik sangat peka terhadap ph dan tidak bertahan hidup dibawah ph 6.6. Kemudian proses pencernaan berlangsung, konsentrasi NH4 bertambah pencernaan nitrogen dapat meningkatkan nilai ph diatas 8. Ketika produksi metana dalam kondisi stabil, kisaran nilai ph adalah 7,2 sampai 8,2.

(b) Suhu Bakteri metanogen dalam keadaan tidak aktif pada kondisi suhu ekstrim tinggi maupun rendah. Suhu optimum yaitu 35 o C. Ketika suhu udara turun sampai 10 o C produksi gas menjadi berhenti. Produksi gas sangat bagus pada antara suhu 25 o C dan 30 o C. Penggunaan isolasi yang memadai pada pencerna membantu produksi gas khususnya di daerah dingin.

(c) Laju Pengisian Laju pengisian adalah jumlah bahan yang in take kedalam pencerna per unit kapasitas pencerna per hari. Pada umumnya, 6 kg kotoran sapi per m 3 volume pencernaan adalah direkomendasikan pada suatu jaringan pengolah kotoran sapi. Apabila terjadi pengisian yang berlebihan, terjadi akumulasi asam dan produksi metana akan terganggu. Sebalik bila pengisian kurang dari kapasitas pencerna, produksi gas juga menjadi rendah.

(d) Waktu tinggal dalam pencerna (digester) Waktu tinggal dalam pencerna adalah rerata periode waktu saat input masih berada dalam pencerna dan proses pencernaan oleh bakteri metanogen. Dalam jaringan pencerna dengan kotoran sapi, waktu tinggal dihitung dengan pembagian volume total dari pencerna oleh volume input yang ditambah setiap hari. Waktu tinggal juga tergantung pada suhu, dan diatas 35 o C atau suhu lebih tinggi, waktu tinggal semakin singkat.

(e) Toxicity Ion mineral, logam berat dan detergen adalah beberapa material racun yang mempengaruhi pertumbuhan normal bakteri patogen didalam reaktor pencerna. Ion mineral dalam jumlah kecil (sodium, potasium, kalsium, amonium dan belerang) juga merangsang pertumbuhan bakteri, namun bila ion-ion ini dalam konsentrasi yang tinggi akan berakibat meracuni. Sebagai contoh, NH4 pada konsentrasi 50 hingga 200 mg/l merangsang pertumbuhan mikroba, namun bila konsentrasinya diatas 1500 mg/l akan mengakibatkan keracunan.

(f) Slurry Slurry adalah residu dari input yang keluar dari lubang pengeluaran setelah mengalami proses fermentasi oleh bakteri metana dalam kondisi anaerobik didalam pencerna. Setelah ekstraksi biogas (energi), slurry keluar dari ruang pencerna sebagai produk samping dari sistem pencernaan secara aerobik. Kondisi ini, dapat dikatakan manur dalam keadaan stabil dan bebas pathogen serta dapat dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman.

1. Skala individu 2. Skala kelompok 3. Skala industri

Sumber energi Biogas yang utama adalah kotoran ternak Sapi, Kerbau, Babi dan Kuda. Satu ekor ternak sapi dapat menghasilkan kurang lebih 2 m 3 biogas (gas bio) per hari. 1 m 3 biogas setara dengan 0,46 kg LPG, 0,62 liter minyak tanah, atau 3,5 kg kayu bakar.

Penampung gas Pengeluaran Gas Lubang Pengadukan Lubang Pengeluaran Pipa Pemasukan Slurry Dinding Pemisah Bio-reaktor tipe floating dome (India) Gambar Floating Cover (Indian) Digester

Lubang Pengisian Pengeluaran Gas Lubang geser Penutup dilapisi tanah lempung Penutup mudah dilepas Gas 1000 mm Max. Slurry Lubang Pengeluaran Gambar 2. Fixed Dome (Chinese) Digester

Digester Biogas Penampung gas Kompor Biogas

CONTOH INSTALASI BIOGAS BENTUK KUBAH DI KALIMANTAN TIMUR

1. Kotoran sapi dapat dibuat menjadi beberapa jenis kompos yaitu curah, blok, granula dan bokhasi. Kompos sebagai pupuk organik yang berbahan kotoran sapi mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan pupuk anorganik. Selain itu, kompos juga mempunyai prospek dan peluang yang besar untuk dipasarkan secara lebih meluas untuk mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk kimia. 2. Penyediaan kompos, biourine, dan biogas yang berkelanjutan dan praktis dapat mempermudah petani untuk memanfaatkannya sebagai penyubur tanah tanaman pertanian, dan penyedia sumber energi (kompor dan listrik ) bagi rumah tangga.