Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat

dokumen-dokumen yang mirip
*) Dibiayai Dana DIPA Universitas Andalas Tahun Anggaran 2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian Univ.Andalas Padang

PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)

HUBUNGAN ANTARA POPULASI KUTU KEBUL (BEMISIA TABACI GENN.) DAN PENYAKIT KUNING PADA CABAI DI LAMPUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Semua ilmu pengetahuan sesungguhnya bersumber dari Al Qur an, karena

Dinamika Populasi Hama Penghisap Daun dan Kejadian Gejala Serangan Geminivirus pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Sembalun

HUBUNGAN ANTARA POPULASI KUTU KEBUL (Bemisia tabacigenn) DAN KETERJADIAN PENYAKIT KUNING PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.) DI DATARAN RENDAH.

BAB I PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman yang. termasuk dalam family Cucurbitaceae (tanaman labu-labuan),

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dua yaitu cabai besar (Capsicum annuum L.) dan cabai rawit (Capsicum

E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: Vol. 6, No. 3, Juli 2017

BEGINILAH BEGOMOVIRUS, PENYAKIT BARU PADA TEMBAKAU

KEJADIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN CABAI KECIL YANG DIBUDIDAYAKAN SECARA VERTIKULTUR DI SIDOARJO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cabai (Capsicum annuum L.) adalah salah satu komoditas hortikultura

PEMBAHASAN UMUM Karakterisasi Genotipe Cabai

PEMETAAN LOKASI PENANAMAN LADA DAN SERANGAN PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG (BPB) DI PROPINSI LAMPUNG DAN PROPINSI BANGKA BELITUNG

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Seperti yang dijelaskan Sudaryanto dan Swastika (2007), bahwa

Kutu Kebul Bemisia tabaci Gennadius (Hemiptera: Aleyrodidae) Penyebar Penyakit Virus Mosaik Kuning pada Tanaman Terung

TUGAS TERSTRUKTUR PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN TERPADU

BAB I PENDAHULUAN. keluarga labu-labuan yang sudah popular di seluruh dunia, dimanfaatkan untuk

UJI KETAHANAN TERHADAP COWPEA MILD MOTTLE VIRUS PADA SEMBILAN BELAS POPULASI F 1 TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merril) HASIL PERSILANGAN DIALEL

HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT

Jurnal Agroekoteknologi FP USU E-ISSN No Vol.5.No.4, Oktober 2017 (110):

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Serangga Vektor

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Penentuan lahan pengamatan dan petak contoh Pengamatan hama

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

KEPARAHAN PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA CABAI (Capsicum annuum L) DAN BERBAGAI JENIS GULMA

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Keparahan Penyakit Daun Keriting Kuning dan Pertumbuhan Populasi Kutukebul pada Beberapa Genotipe Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Budidaya Kacang Panjang. Klasifikasi tanaman kacang panjang menurut Anto, 2013 sebagai berikut:

Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

Efektivitas Pemberian Getah Pepaya (Carica papaya) pada Tanaman Cabai Merah terhadap Penurunan Serangan Begomovirus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan

Hama penghisap daun Aphis craccivora

H099 MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI

BUDIDAYA TANAMAN DURIAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 2 Mikroskop video Nikon SMZ-10A (a), dan Alat perekam Sony BLV ED100 VHS (b)

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Virus pada Pertanaman Mentimun

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Hama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

FENOMENA PENYAKIT BUDOK PADA TANAMAN NILAM

MEKANISME INFEKSI VIRUS KUNING CABAI (PEPPER YELLOW LEAF CURL VIRUS) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROSES FISIOLOGI TANAMAN CABAI

KEANEKARAGAMAN HAYATI SERANGGA PREDATOR KUTU KEBUL (Bemisia tabaci Genn) DAN KUTU DAUN (Aphid spp.) PADA TANAMAN KEDELAI TESIS

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Begomovirus Kisaran Inang Begomovirus

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN HORTIKULTURA

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan tanaman yang rentan terhadap hama seperti hama thrips

INSIDENSI PENYAKIT VIRUS PADA TANAMAN CABAI (Capsicum anuum) DI DESA KAKASKASEN II KECAMATAN TOMOHON UTARA KOTA TOMOHON Oleh:

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

ANALISIS INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CPMMV) TERHADAP TANAMAN KEDELAI Glycine max DENGAN MENGGUNAKAN UJI ELISA

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak

FUNGISIDA METALAKSIL TIDAK EFEKTIF MENEKAN PENYAKIT BULAI (Peronosclerospora maydis) DI KALIMANTAN BARAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA

PETUNJUK PENGAMATAN OPT PERKEBUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa),

BALITSA & WUR the Netherlands,

KETAHANAN EMPAT VARIETAS TOMAT (Lycopersicum esculentum MILL.) TERHADAP INFEKSI Tobacco Mosaic Virus (TMV)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Imago Bemisia tabaci.

J. Sains & Teknologi, Desember 2014, Vol.14 No.3 : ISSN POPULASI BEMISIA TABACI GENN. PADA LIMA VARIETAS CABAI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN BIOPESTISIDA TERHADAP DAYA KENDALI SERANGAN HAMA KUTU PADA TANAMAN CABE RAWIT OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tarigan dan Wiryanta (2003), tanaman cabai dapat diklasifikasikan

Penyakit Layu Bakteri pada Kentang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

untuk dipresentasikan di Seminar Nasional VIII Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS.

PENYAKIT TANAMAN TEMBAKAU VIRGINIA

LAJU INFEKSI DAN KEHILANGAN HASIL TIGA VARIETAS KEDELAI AKIBAT INFEKSI Cowpea Mild Mottle Virus (CMMV)

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Cabai rawit (Capsicum frutescens) merupakan salah satu sayuran penting

PENGENDALIAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

INSIDENSI PENYAKIT TUNGRO PADA TANAMAN PADI SAWAH DI KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

Tabel 6.2 Gejala infeksi tiga strain begomovirus pada beberapa genotipe tanaman tomat Genotipe

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIKLUS PENYAKIT DAN PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT TANAMAN. Compilled by N.Istifadah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

Agro inovasi. Kiat Sukses Berinovasi Cabai

Alternatif pengendalian terhadap si Helopeltis sp. Oleh : Vidiyastuti Ari Y, SP POPT Pertama

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 13 (1): 1-7 ISSN 1410-5020 Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai di Kabupaten Tanggamus Dan Lampung Barat The Spread of Yellow Disease of Chili Plant in Tanggamus and West Lampung District Sudiono Fakultas Pertanian Universitas Lampung Jln. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandar Lampung email: kjpp_sudiono ABSTRACT Yellow disease is one of the important diseases in chili that caused by a virus and is spread by the tobacco whitefly (Bemisia tabaci Genn.). This study aims to determine the spread of yellow diseases caused by gemini virus on chili plant in Tanggamus and West Lampung district. The results showed that the disease caused by a gemini virus has spread of chili plant in Tanggamus district has spread in cropping chili in four Pekon Campang observation that the disease incidence by 83.33%, the population of whitefly infestation of 5.53 larvae/plant, Margoyoso of 84.11% and 6.61 larvae / plant, Gisting Bawah by 79.61% and 4.63 larvae/plant, and Gisting Atas by 84.33% and 7,48 larvae/plant. While in West Lampung district has the disease occurrence Cahya Padang village (Kecamatan Balik Bukit) of 89.9% and 15.38 larvae/plant, Seranggas Village (Kecamatan Balik Bukit) of 86.9% and 13.77 larvae/plant, Kecamatan Batu Tulis by 85.4% and 6.75 larvae/plant, and Kecamatan Sekincau by 85.7% and 9.43 larvae/plant. Keywords : Yellow disease, gemini virus, Bemisia tabaci Genn. Diterima: 26-09-2012, disetujui: 18-01-2013 PENDAHULUAN Tanaman cabai di Propinsi Lampung tahun 2009 seluas 7.518 ha dengan produksi 28.390 ton dan tahun 2010 luas 8.424 ha dengan produksi 38.602 ton yang tersebar di tiga belas kabupaten, namun pusat produksi terdapat di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat (Badan Pusat Statistik, 2010). Salah satu kendala produksi cabai yaitu adanya organisme penggangu tanaman (OPT), antara lain adanya patogen virus. Tanaman cabai di Indonesia banyak yang terinfeksi oleh virus gemini yang mengakibatkan penyakit kuning atau penyakit bulai (Sudiono et al., 2006). Epidemi penyakit daun keriting kuning cabai telah terjadi di beberapa sentra penanaman cabai di Jawa Tengah, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Lampung (Sulandari et al., 2006).

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Virus gemini dapat menular dari satu tanaman ke tanaman lain melalui beberapa cara, yang paling banyak ditemukan ditularkan oleh kutu kebul Bemisia tabaci. Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh virus gemini berbeda beda, tergantung pada genus dan spesies tanaman yang terinfeksi. Gejala yang paling umum dijumpai pada tanaman cabai berupa klorosis pada anak tulang daun dan ukuran daun mengecil. Upaya pengendalian penyakit kuning pada tanaman cabai terus dilakukan seperti penggunaan varietas tahan/toleran, penggunaan benih berkualitas, penggunaan persemaian yang benar, pengolahan tanah dan pemupukan berimbang, penggunaan mulsa plastik hitam perak, penanaman tanaman penghadang (barrier), sanitasi dan pencabutan tanaman sakit, tumpang sari, penggunaan perangkap kuning, penggunaan predator, penggunaan pestisida nabati serta insektisida selektif untuk vektor. Penyebaran virus gemini di suatu daerah perlu diketahui sehingga dapat dipetakan dan sebagai bahan untuk melakukan kebijakan serta strategi pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran penyakit kuning yang disebabkan oleh virus gemini pada pertanaman cabai di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat. METODE Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat serta Laboratorium Hama dan Penyakit Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan Mei sampai dengan November 2011. Prosedur Penelitian. Penelitian ini dilakukan melalui survei. Lokasi yang disurvei adalah areal pertanaman cabai di Kabupaten Tanggamus dan Lampung Barat yang dipilih berdasarkan hasil produksi dan luas areal tanam. Dari masing-masing lokasi tersebut, diamati 3 petak yang berbeda dan masing-masing dilakukan pencatatan posisi lokasi dengan GPS (Global Positioning System). Jumlah tanaman yang diamati 10% dari jumlah seluruh tanaman tiap petaknya. Pengamatan yang dilakukan terdiri atas pengamatan tanaman yang terserang penyakit dan jumlah populasi kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.). Pelaksanaan Penelitian. Pelaksanaan pengamatan dilakukan sebanyak enam kali dengan interval tiga minggu. Pengamatan dilakukan pada pertanaman cabai di Pekon Gisting Atas, Gisting Bawah, Campang, dan Margoyoso untuk Kabupaten Tanggamus serta Padang Cahya, Seranggas, Batu Ketulis, dan Sekincau untuk Kabupaten Lampung Barat Pengamatan. Tiga peubah yang diamati yang meliputi posisi lintang masing-masing lokasi untuk menentukan peta lokasi penyebaran, kejadian penyakit, dan populasi kutu kebul. Penentuan posisi lokasi menggunakan GPS (Global Positioning System) merek Garmin tipe GPSmap76CSx dengan alat bantu google earth pro yang berfungsi untuk menetukan peta lokasi pengamatan dengan lebih akurat. Pengamatan populasi kutu kebul dilakukan dengan menghitung jumlah populasi yang ada pada setiap tanaman yang diamati. Pengamatan dilakukan pada tanaman inang yaitu tanaman cabai. Penghitungan keterjadian penyakit yang disebabkan oleh virus gemini diukur berdasarkan rumus keterjadian penyakit yaitu sebagai berikut: n KP = x 100% N Keterangan: KP = keterjadian penyakit n = jumlah tanaman yang terserang penyakit N = jumlah tanaman yang diamati 2 Volume 13, Nomor 1, Januari 2013

Sudiono: Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Tanggamus Dari pengamatan yang telah dilakukan, penyebaran penyakit kuning pada pertanaman cabai di Kabupaten Tanggamus yaitu Pekon Campang, Pekon Margoyoso, Pekon Gisting Atas, dan Pekon Gisting Bawah terinfeksi virus yang didominasi oleh virus gemini. Penyebaran virus tersebut tidak terlepas dari serangga vektor yaitu kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.). Penyakit kuning pada tanaman cabai berdasarkan ketinggian tempatnya bervariasi untuk setiap pekon pengamatan. Gejala penyakit kuning lebih banyak terlihat pada tanaman cabai dengan ketinggian diatas 600 meter di atas permukaan laut (dpl). Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Penyebaran penyakit kuning pada cabai dan populasi kutu kebul berdasarkan titik koordinat bumi di Kabupaten Tanggamus. Nama tempat Posisi (GPS) Gisting Bawah LS : 05 o 25 28,2 BT : 104 o 43 56,7 Campang LS : 05 o 23 24,7 BT : 104 o 43 14,8 Gisting Atas LS : 05 o 27 05,5 BT : 104 o 42 43,1 Margoyoso LS : 05 o 22 22,7 BT : 104 o 40 34,7 Ketinggian tempat (m) Keterangan : angka merupakan rata-rata dari 6 kali pengamatan LS = lintang selatan BT = bujur timur m = meter KB = Jumlah Kutu Kebul KB Ekor/tanaman Keterjadian Penyakit (%) 516 4,6 79,61 603 6,61 83,33 630 5,53 84,33 637 7,48 84,11 Perbedaan persentase penyakit kuning tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh ketahanan tanaman inang (cabai) yang berada pada ketinggian tempat yang berbeda. Selain itu dipengaruhi juga pola tanam dan keberadaan tanaman inang lainnya seperti tanaman tomat dan gulma yang berada di sekitar tanaman cabai. Di sekitar tanaman cabai di Pekon Gisting Bawah terdapat tanaman tomat, sedangkan pada tanaman cabai di Pekon Campang banyak terdapat gulma. Hal tersebut dapat memengaruhi populasi kutu kebul dan penyakit pada setiap pekon pengamatan. Menurut Agrios (1996), pengaruh lingkungan cukup besar terhadap penyakit. Meskipun terdapat tanaman yang rentan dan patogen yang virulen, tetapi penyakit tidak akan terjadi jika kondisi lingkungan tidak mendukung penyakit tersebut. Faktor lingkungan tersebut, antara lain suhu, angin, kondisi tanah, dan tumbuhan lain di sekitar tanaman. Penyebaran penyakit kuning pada setiap pekon pengamatan dapat dilihat pada peta penyebaran penyakit kuning dan kutu kebul (Gambar 1). Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa penyebaran keterjadian penyakit kuning pada setiap pekon pengamatan. Terdapat persentase kejadian penyakit yang berbeda. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan di suatu lokasi besaran pengaruh lingkungan terhadap vektor kutu kebul. Menurut Ermawati (2010), kerusakan yang ditimbulkan bervariasi, tergantung kondisi lokasi pertanaman dan stadia tanaman saat terinfeksi. Pengaruh keadaan lingkungan terhadap penyebaran virus sebenarnya lebih tertuju kepada inangnya, mengingat virus tidak dapat mengadakan metabolisme sendiri sehingga kurang dapat dimodifikasi (Sudiono dan Purnomo, 2009). Kondisi lingkungan sebelum inokulasi, saat inokulasi dan pasca inokulasi virus akan mempengaruhi kerentanan tanaman terhadap virus. Tanaman yang tahan pada kondisi tertentu dapat menjadi rentan pada kondisi yang lain. Apabila infeksi virus Volume 13, Nomor 1, Januari 2013 3

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan sudah terjadi, kondisi lingkungan akan memengaruhi tinggi atau rendahnya konsentrasi virus serta perkembangan gejala (Akin, 2006). U Keterangan : Kutu kebul: 7,48 ekor/tanaman Keterjadian penyakit kuning: 84,33% Kutu kebul: 6,61 ekor/tanaman Keterjadian penyakit kuning: 84,11% Kutu kebul: 5,53 ekor/tanaman Keterjadian penyakit kuning: 83,33% Kutu kebul: 4,63 ekor/tanaman Keterjadian penyakit kuning: 79,61% Gambar 1. Peta penyebaran kutu kebul dan penyakit kuning di Kabupaten Tanggamus Kabupatan Lampung Barat Hasil pengamatan secara langsung menunjukkan bahwa populasi kutu kebul dan kejadian penyakit kuning dari setiap wilayah pengamatan diperoleh nilai perkembangan populasi kutu kebul dan kejadian penyakit yang berbeda-beda, baik dari tingkat nilai terendah hingga nilai tertinggi. Peta penyebaran penyakit kuning dan populasi kutu kebul pada cabai berdasarkan titik koordinat bumi dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 2. Tabel 2. Penyebaran penyakit kuning pada cabai dan populasi kutu kebul berdasarkan titik koordinat bumi di Kabupaten Lampung Barat. Lokasi Padang Cahya 104 0 02 38.3 (BT) Posisi (GPS) 4 Volume 13, Nomor 1, Januari 2013 05 0 00 33.0 (LS) Ketinggian tempat (m) KB Ekor/tanaman Keterjadian Penyakit (%) 902 15, 38 89,9 Seranggas 104 0 05 06.1 05 0 01 57.8 889 13,77 86,9 (BT) (LS) Batu 104 0 13 22.1 04 0 59 56.2 933 6, 75 85,4 Ketulis (BT) (LS) Sekincau 104 0 18 13.7 (BT) 05 0 02 22.1 (LS) 1.162 9, 43 85,7 Keterangan * : Merupakan Legenda Peta Penyebaran penyakit kuning pada cabai dan populasi kutu kebul Lampung Barat LS : Lintang Selatan BT : Bujur Timur KB : Jumlah Kutu Kebul T(m.dpl) : Tinggi meter di atas permukaan laut

Sudiono: Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai Menurut Wiyono (2007), ketinggian tempat dapat memengaruhi perubahan suhu udara. Semakin tinggi suatu tempat, maka suhu akan semakin dingin, populasi kutu kebul di lapangan akan menurun. Akan tetapi, jika suatu daerah semakin rendah, maka suhu udaranya akan semakin tinggi atau semakin panas, sehingga populasi kutu kebul di lapang akan meningkat. Peta penyebaran penyakit kuning dan populasi kutu kebul berdasarkan titik koordinat bumi pada tanaman cabai di Kabupaten Lampung Barat memiliki kejadian penyakit yang berbeda-beda (Gambar 3). Hal ini menunjukkan bahwa peta penyebaran virus tersebut tidak terlepas dari serangga vektor yaitu kutu kebul (B. tabaci Genn.). Menurut Agrios (1996), salah satu cara penularan virus gemini yaitu dengan menggunakan vector, yakni serangga kutu kebul. Kutu kebul memiliki tipe mulut yang menusuk menghisap sehingga dapat membawa virus tumbuhan seperti virus gemini pada yang stiletnya (virus stilet borne). Virus tersebut terakumulasi secara internal. Setelah virus masuk jaringan serangga, maka serangga tersebut mengintroduksi virus kembali ke dalam tumbuhan melalui alat mulutnya. Peningkatam jumlah populasi kutu kebul dapat meningkatkan penyebaran virus gemini yang diikuti oleh meningkatnya kejadian penyakit kuning. Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa masingmasing kecamatan di Kabupaten Lampung Barat memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Desa Padang Cahya di Kecamatan Balik Bukit memiliki ketinggian 902 meter dpl, Desa Seranggas ( Kecamatan Balik Bukit) memiliki ketinggian 889 meter dpl, Batu Ketulis memiliki ketinggian 933 meter dpl, dan Sekincau memiliki ketinggian 1162 meter dpl. Jumlah populasi kutu kebul dengan kejadian penyakit terendah, yaitu 6,75 ekor/tanaman dan 85,4 % pada ketinggian 933 meter dpl di Batu Ketulis. Sedangkan nilai tertingginya dengan jumlah populasi kutu kebul sebesar 15,38 ekor/tanaman dengan keterjadian penyakit kuning sebesar 89,9 % pada ketinggian 902 meter dari permukaan laut. Gambar 2. Peta Penyebaran kutu kebul dan keterjadian penyakit kuning di Kabupaten Lampung Barat Penyakit kuning cabai berdasarkan penyebarannya di Kabupaten Lampung Barat menunjukkan bahwa serangan virus gemini dapat mencapai 100%. Serangan tersebut dapat dilihat dari beberapa gejalanya, yaitu daun menjadi lebih kecil daripada ukuran daun normal, warna daun menjadi kekuningan, dan tanaman mengalami pengerdilan (Gambar 2). Menurut Hendrawanto (2007) melaporkan bahwa tanaman cabai yang terserang virus ini menunjukkan gejala daun menguning cerah/pucat, daun keriting, daun kecil-kecil, tanaman kerdil, bunga rontok, tanaman tinggal ranting dan batang saja, kemudian akan mati. Volume 13, Nomor 1, Januari 2013 5

Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Dari penelitian ini diketahui bahwa penyakit kuning pada tanaman cabai dipengaruhi oleh populasi kutu kebul. Perkembangan penyakit kuning tergantung pada populasi kutu kebul yang terdapat pada areal per tanaman. Populasi kutu kebul tinggi memengaruhi meningkat atau menurunnya penyakit kuning pada tanaman cabai. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penyebaran penyakit kuning dan populasi kutu kebul pada tanaman cabai di Kabupaten Tanggamus telah tersebar pada tanaman cabai di empat pekon pengamatan yaitu Pekon Campang dengan kejadian penyakit kuning sebesar 83,33% dan populasi kutu kebul sebesar 5,53 ekor/tanaman, Margoyoso dengan kejadian penyakit kuning sebesar 84,11% dan populasi kutu kebul sebesar 6,61 ekor/tanaman, Gisting Bawah dengan kejadian penyakit kuning sebesar 79,61% dan populasi kutu kebul sebesar 4,63 ekor/tanaman, dan Gisting Atas dengan kejadian penyakit kuning sebesar 84,33% dan populasi kutu kebul sebesar 7,48 ekor/tanaman. Sedangkan di Kabupaten Lampung Barat memiliki kejadian penyakit yaitu Desa Padang Cahya (Kecamatan Balik Bukit) dengan kejadian penyakit kuning sebesar 89,9 % dan 15,38 ekor/tanaman, Desa Seranggas (Kecamatan Balik Bukit) dengan kejadian penyakit kuning sebesar 86,9% dan 13,77 ekor/tanaman, Kecamatan Batu Ketulis sebesar 85,4 % dan 6,75 ekor/tanaman, serta Kecamatan Sekincau dengan kejadian penyakit kuning sebesar 85,7 % dan 9,43 ekor/tanaman. DAFTAR PUSTAKA Penulis ucapkan terima kasih kepada Lilis Nurhayati dan Edy Shabara yang terlibat langsung dari awal sampai akhir penelitian. Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada teknisi di Labortorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, yakni Iwantoro yang terlibat langsung, baik di labarotorium maupun survei dilapangan. DAFTAR PUSAKA Agrios, GN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan Edisi ke-tiga. Gajah Mada University Press. 669 hlm. Akin, H.M. 2006. Virologi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. 2010. Lampung Dalam Angka. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi dan BPS. Lampung. Hendrawanto, A. A. 2007. Hubungan Dinamika Populasi Kutu Kebul (Bemisia tabaci) dan Curah Hujan Terhadap Penyakit Kuning pada Per tanaman Cabai (Capsicum annum L.) di Lampung Barat. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 38 hlm. Rusli, E. S., S. H. Hidayat, R. Suseno, & B. Tjahjono. 1999. Virus Gemini Pada Cabai : Variasi Gejala dan Studi Cara Penularan. Buletin Hama dan Penyakit Tumbuhan. 11 (1) : 26-31. Sudiono & Purnomo. 2009. Hubungan Antara Populasi Kutu Kebul (Bemisia tabaci Genn.) dan Penyakit Kuning pada Cabai di Lampung Barat. JHPT Tropika. 9 (2) : 115-120. 6 Volume 13, Nomor 1, Januari 2013

Sudiono: Penyebaran Penyakit Kuning pada Tanaman Cabai Ermawati, Y. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Jawa Tengah. https://docs.google.com/jateng. litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012, 15.12 WIB. Wiyono, S. 2007. Perubahan Iklim dan Ledakan Hama dan Penyakit Tanaman (Makalah). Institut Pertanian Bogor. http://www.docstoc.com/ docs/perubahan-iklim-dan-ledakan-hama-dan- Penyakit-Tanaman. Diakses pada tanggal 10 Januari 2012.. Volume 13, Nomor 1, Januari 2013 7