BAB I PENDAHULUAN. 2 ayat (1), bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai sarana untuk mencapai tujuan perusahaan,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sistem penjualan, sistem pembelian, sistem persediaan bahan baku, sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur penggajian yang ditetapkan. pemotongan gaji dan pembayaran gaji yang salah. Hal tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ketentuan umum UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU NOMOR 03 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mengukur sejauh mana hasil yang telah diperoleh dibandingkan dengan tujuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PERUBAHAN STATUS DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 6 TAHUN 2011 T E N T A N G

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikeluarkannya Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan dunia bisnis diera global

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. agar tujuan yang ingin dicapai oleh entitas atau perusahaan dapat tercapai.

14 LEMBARAN DAERAH Agustus KABUPATEN LAMONGAN 13/E 2006 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. fenomena dari era reformasi yang sangat menarik untuk dikaji oleh berbagai kalangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 55 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

KEWENANGAN KEPALA DAERAH DALAM MELAKUKAN INOVASI PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DI DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut beberapa pengertian prosedur menurut para ahli, antara lain: a. Pengertian prosedur menurut Mulyadi (2001) adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

Volume II No. 1, Februari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Daerah memegang peranan yang sangat penting dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KATINGAN NOMOR 5 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN SIAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SISTEM PENGGAJIAN PADA PT. PLN PERSERO AREA CIPUTAT. Teguh Tri Utomo EB10

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI PIMPINAN DI DAERAH DAN DI KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PENGGAJIAN PADA PERUM LKBN ANTARA. Nama : Crystel Tara Ariyanthi NPM : Jurusan : Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. merdeka dan berdaulat yang mempunyai tujuan dalam pemerintahannya. Tujuan

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis yang

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya menjalankan perannya, perusahaan sangat memerlukan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA SORONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR : 6 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LAMONGAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 22 TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. untuk mempertahankan kredibilitas usahanya. Mengingat banyaknya pesaing yang. berdiri dalam kurun waktu yang terhitung lama.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DI DAERAH OTONOM BARU

3. Pelaksanaan Otonomi Daerah yang luas dan utuh diletakkan pada Daerah Kabupaten dan Daerah Kota, sedang Daerah Provinsi merupakan Otonomi yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 9 TAHUN 2008 PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

MENTERI DALAM NEERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 57 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA POLA KARIR SEKRETARIS DESA BUPATI MALANG,

BAB 11 LANDASAN TEORI. setiap departemen tanpa mengesampingkan tanggung jawab masingmasing

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

BAB II BAHAN RUJUKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 2 ayat (1), bahwa negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah. Pasal 2 ayat (2), menyatakan bahwa Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembatuan. Pasal 2 ayat (3) Pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Pasal 2 ayat (4) menyatakan bahwa Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan Pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Pasal 2 ayat (5) menyatakan bahwa Hubungan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya. Pasal 2 ayat (6) menyatakan bahwa Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Pasal 2 ayat (7) yaitu hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan. Pasal 2 ayat (8) 1

2 menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undangundang. Pasal 2 ayat (9) mengatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 3 ayat (1) menerangkan bahwa pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) adalah: a. Pemerintahan daerah provinsi yang terdiri atas pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi, b. Pemerintahan daerah kabupaten/kota yang terdiri atas pemerintah daerah kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Sedangkan ayat (2) menerangkan bahwa pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas kepala daerah dan perangkat daerah. Menurut Undang Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Undang Undang ini menyebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004) definisi otonomi daerah sebagai berikut: Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3 UU Nomor 32 Tahun 2004 juga mendefinisikan daerah otonom sebagai berikut: daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Harian Kompas tanggal 27 April 2004 menyatakan bahwa peran pemerintah tetap penting dalam era globalisasi dan perkembangan bidang teknologi diberbagai sektor yang semakin meningkat dalam kegiatan perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah dituntut untuk mengoptimalkan dan mengelola kinerja dengan efektif agar dapat mengembangkan atau minimal menjaga keseimbangan dan menghadapi globalisasi yang semakin besar. Pemerintah harus berusaha keras dalam menghadapi globalisasi yang semakin besar dan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat. Faktor internal dan eksternal pemerintahan yang berada diluar area manajemen dapat mempengaruhi efektivitas sebagai dasar dari kesuksesan suatu pemerintahan dan efesiensi sebagai dasar pemerintah untuk bertahan dalam menjalankan rencana yang telah ditentukan. Keadaan ini mengharuskan kepala daerah suatu pemerintahan untuk melimpahkan sebagian tugas, tanggungjawab, dan wewenangnya kepada bawahan. Pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen pegawai negeri sipil daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan manajemen pegawai negeri sipil secara nasional. Manajemen pegawai negeri sipil daerah tersebut meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban kedudukan hukum, pengembangan kompetensi, dan pengendalian jumlah.

4 Menurut Hasibuan (2000:117) menjelaskan bahwa tenaga kerja jika kita kaitkan dengan peranan dan pendapatannya dapat digolongkan atas pengusaha dan karyawan atau manager dan buruh serta pihak pemerintah harus menjaga hubungan baik dengan tenaga kerja atau pegawai diantaranya dengan memberikan balas jasa atau kompensasi atas kinerja yang diberikan kepada pemerintahan berupa gaji yang sesuai dengan tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Menurut Mulyadi (2001:373) menjelaskan bahwa gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, sedangkan upah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan karyawan pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap perbulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja atau jumlah satuan produk yang dihasilkan. Penulis menyimpulkan bahwa gaji merupakan hal penting bagi pegawai dan pemerintahan karena merupakan balas jasa atas kinerja pegawai yang diberikan kepada pemerintah, dan dalam proses pengeluaran gaji memerlukan suatu pengendalian internal. Menurut Mulyadi (2001:164) pengendalian internal yang digunakan harus sesuai dengan unsur sistem pengendalian intern yaitu dengan adanya struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas, sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan, dan biaya serta praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi, dan karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya. Peranan controller sangat dibutuhkan dalam pengelolaan dan pengendalian internal gaji. Controller mempunyai tanggung jawab atas terlaksananya pengendalian

5 internal, termasuk pengendalian internal gaji. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005:123) controller adalah orang yang bertanggung jawab dalam merancang dan mengoperasikan. Dengan bertambahnya beban tugas dan wewenang kerja dalam Pemerintah Kota Cimahi, penulis menyimpulkan bahwa peranan controller sangat diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan kinerja pegawai terutama dalam internal gaji, agar tidak terjadi kecurangan kecurangan, penyelewengan dalam pembayaran gaji. Penulis mengadakan penelitian tentang controller karena untuk mengetahui peranan controller pada Pemerintah Kota Cimahi terutama dalam hal penggajian pegawai apakah sesuai dengan Modul Pengelolaan Administrasi Belanja Pegawai pada Satuan Kerja sebagai pendamping terbitnya Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-37/PB/2009 tanggal 12 Agustus 2009, yang telah ditetapkan oleh Direktorat jenderal Pembendaharaan dari Departemaen Keuangan Republik Indonesia sebagai pegangan bagi Satuan Kerja di lingkungan Kementerian Negara/Lembaga. Dengan memperhatikan pentingnya peranan controller dalam pengendalian internal gaji, maka penulis melakukan penelitian dengan judul : PERANAN CONTROLLER DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL GAJI PADA PEMERINTAH KOTA CIMAHI. 1.2 Identifikasi Masalah

6 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana peranan controller yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Cimahi telah memadai dan pengendalian internal gaji yang ada telah efektif? 2. Seberapa besar peranan controller dalam menunjang efektivitas pengendalian internal gaji Pemerintah Kota Cimahi? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui apakah peranan controller dalam Pemerintah Kota Cimahi telah memadai dan untuk mengetahui bagaimana pengendalian internal gaji yang ada di Pemerintah Kota Cimahi. 2. Untuk mengetahui seberapa besar peranan controller dalam menunjang efektifitas pengendalian internal gaji Pemerintah Kota Cimahi. 1.4 Kegunaan Penelitian Melalui penelitian ini penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi : 1. Bagi penulis Hasil dari penelitian ini untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan gambaran mengenai pengendalian internal gaji yang baik secara teori maupun prakteknya. 2. Bagi pemerintah

7 Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan yaitu memperoleh informasi mengenai pentingnya pengendalian internal untuk meningkatkan efektifitas gaji pada perusahaan.