INTISARI PEMBERIAN PELAYANAN INFORMASI OBAT CIPROFLOXACIN 500 Mg TABLET KEPADA PASIEN OLEH TENAGA KEFARMASIAN DI APOTEK RUMAH SAKIT TNI AU SJAMSUDIN NOOR BANJARBARU Wiwit Novia A.S 1 ; Noor Aisyah 2 ; Irnaniah Wardjito 3 Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu kepada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut Apoteker / Asisten Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat berinteraksi langsung kepada pasien. Bentuk interaksi tersebut adalah dalam hal melaksanakan pemberian informasi obat yang benar dan lengkap, hal ini akan sangat mendukung dalam pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan penggunaan suatu obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian pelayanan informasi obat ciprofloxacin 500mg tablet kepada pasien oleh tenaga kefarmasian di Apotek Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor Banjarbaru. Penelitian ini bersifat deskriptif denggan menggambarkan bagaimana pemberian pelayanan informasi obat kepada pasien di Apotek Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor Banjarbaru. Populasi penelitian ini berjumlah 87 sampel. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung (observasi) pada saat informasi diberikan kepada pasien. Penelitian yang dilakukan di Apotek Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor Banjarbaru dapat disimpulkan bahwa jenis informasi obat yang diberikan kepada pasien adalah indikasi obat (87,35%), waktu minum (95,40%), lama penggunaan (100%), aturan minum (97.70%), intraksi obat (22,98%), sedangkan informasi tentang efek samping obat, kontra indikasi, dan cara penyimpanan tidak ada(0%). Kata Kunci : Pelayanan, Informasi Obat
ABSTRACT THE PRESENTATION OF MEDICINE INFORMATION SERVICE OF CIPROFLOXACIN 500 mg TABLET TO THE PATIENTS BY PHARMACIST EMPLOYEE AT PHARMACY OF SJAMSUDIN NOOR AIR FORCE HOSPITAL BANJARBARU Wiwit Novia A.S 1 ; Noor Aisyah 2 ; Irnaniah Wardjito 3 Today, there has been a shift in tems of pharmaceutical services in the orientation of the drug in to the patient orientation. Activities of pharmaceutical services that previously only focused in medication management as a commodity into a comprehensive services that aims to improve the quality of life of patients. As a consequence of change in the orientation Pharmacist / Assistant Pharmacist as pharmacy staff is required to improve the knowledge, skills, behaviors that can interact directly with patient. The from of interaction in terms of implementing the provision of drug information. Provision of drug information correct and complete will be very supportive of the pharmaceutical services to get rational and correct use of the drug. This study aims to describe the ciprofloxacin 500mg tablet information service to patient by pharmacist employee at Pharmacy of Sjamsudin Noor Air Force Hospital Banjarbaru. This is a descriptive study to illustrate how the ciprofloxacin 500mg tablet information service to patient at Pharmacy of Sjamsudin Noor Air Force Hospital Banjarbaru. The populations 87 sampels. The instrument used in this study is the observayion sheet, where researchers make direct observations at the time of drug information services provided to patient. Result of research conducted at pharmacy of Sjamsudin Noor Air Force Hospital Banjarbaru, it can be concluded that the type of drug information given to patient is indication drug (87,35%), time drug use (95,40%), long use of drug (100%), signature drug (97,70%), interaction drug (22,98%), and information about the effect of drug, contraindications drug and how to each drug storage no (0%). Keyword : Services, Drug Information.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (Depkes, 2004 a ). Untuk itu masyarakat setelah menerima pelayanan kesehatan beserta obat tentunya perlu mendapatkan informasi tentang bagaimana penggunaan obatnya agar dapat digunakan dengan benar, tepat dan aman. Pelayanan informasi obat dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi dan meminimalkan efek samping obat (Depkes, 2006). Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaraan upaya kesehatan di rumah sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks. Berbagai jenis tenaga kesehatan dengan perangkat keilmuan masing masing berinteraksi satu sama lain. Ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran yang berkembang pesat yang harus diikuti oleh tenaga kesehatan dalam rangka pemberian pelayanan yang bermutu, membuat semakin kompleksnya permasalahan dalam rumah sakit.
Pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser orientasinya dari orientasi obat (drug oriented) menjadi orientasi pasien (patient oriented) yang mengacu pada asuhan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan orientasi tersebut, Apoteker/Asisten Apoteker sebagai tenaga farmasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku agar dapat berinteraksi langsung dengan pasien sehingga pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien lebih efektif. Bentuk interaksi tersebut antara lain adalah dengan melaksanakan pemberian informasi, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhirnya sesuai yang diharapkan dan terdokumentasi dengan baik. Farmasis harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan (Depkes, 2004 b ).Tenaga kefarmasian sebagai salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat mempunyai peranan penting karena terkait langsung dengan pemberian pelayanan, khususnya pelayanan kefarmasian (Depkes, 2009 b ). Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat merupakan kewajiban tenaga kefarmasian yang diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1197/MENKES/SK/X/2004. Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberi informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada Dokter, Apoteker, Perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Obat merupakan komponen yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan untuk menghilangkan gejala dari suatu penyakit, mencegah penyakit,
serta dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat juga dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila dalam penggunaannya yang tidak tepat. Oleh sebab itu, pelayanan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung dalam kegiatan pelayanan kefarmasian untuk mendapatkan kerasionalan dan ketepatan dalam penggunaan suatu obat. Hasil observasi dan kenyataannya di lapangan saat ini, bahwa pelayanan kefarmasian khususnya pelayanan informasi obat oleh tenaga kefarmasian di Apotek Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor Banjarbaru kepada pasien masih belum maksimal dan merata, informasi obat yang diberikan ke pasien hanya mengenai indikasi, aturan pakai dan waktu penggunaan obat. Pada pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan sangat diperlukan peran profesionalisme Apoteker sebagai salah satu pelaksana pelayanan kesehatan. Apoteker bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat yang rasional, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien dengan menerapkan pengetahuan keterampilan dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya (Siregar, 2004). Karena keterbatasan personil dan dikarenakan Apoteker sebelumnya dipindah tugaskan maka pelayanan informasi obat tersebut diberikan oleh Asisten Apoteker. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang pemberian pelayanan informasi obat ciprofloxacin 500mg tablet kepada pasien oleh tenaga kefarmasian di Apotek Rumah Sakit TNI AU Sjamsudin Noor Banjarbaru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menjadi masukkan bagi pihak rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian