PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU. Oleh: Dariman 1

dokumen-dokumen yang mirip
Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh manusia baik sebagai makhluk

GERAKAN LITERASI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. hingga remaja lebih suka menggunakan gadget untuk bermain game daripada

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah secara umum agar

2015 PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat lain, suatu bangsa berhubungan dengan bangsa lain. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

PENERAPAN PENDEKATAN PENGALAMAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA DI SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pera Agustiyani Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. di tingkat dasar dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang telah merubah peradaban manusia, menjadikan manusia menjadi. berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. SLB B YRTRW Solo dalam mengakses informasi berita televisi Seputar

BAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dalam hal ini membaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran membaca pada peseta didik kelas awal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bab 1 memaparkan beberapa cakupan yang dibahas dalam penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berhubungan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai salah satu tempat menimba ilmu, belum sepenuhnya

Merayakan Ulangtahun Sebagai Strategi Pembelajaran Kosakata Abstrak (Tanggal, Bulan, Tahun) Lisza Megasari, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai oleh peserta didik. Membaca, melalui kegiatan tersebut peserta didik akan

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari oleh setiap anak, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus. Di

MENGENAL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK. Oleh Mansur HR Widyaiswara LPMP Provinsi Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian dari perjalanan seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan secara teratur, terus menerus, dan berkelanjutan. Bahasa

kelas VIII Rata-rata sem.1 Sem.2 sem.1 Sem.2 sem.1 Sem.2

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang dalam kehidupan manusia. Peranan suatu bahasa juga sangat

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

STRATEGI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA. (Materi Penyegaran Instruktur Kurikulum 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur budaya yang dapat menunjukkan

I. PENDAHULUAN. di sekolah. Dalam KTSP Bahasa Inggris 2006 dijelaskan bahwa dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa yang digunakan sehari-hari di negara

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan banyak kesulitan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan interaksi dengan

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial, di. sesama. Tanpa adanya komunikasi dan interaksi tidak akan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. orang dan urutan kedua adalah China dengan jumlah pembelajar Bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS III - SEMESTER 2

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Membaca dapat dikategorikan sebagai kegiatan yang digemari oleh mayoritas

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

PENERAPAN MODEL THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Membangun Budaya Literasi Bagi Anak Autis Memakai Media Kliping Bergambar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

pula mengajak dan megajari anaknya untuk bernyanyi bersama ataupun mengajarinya bermain alat musik. Belajar bernyanyi sangatlah bermanfaat bagi anak u

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu bangsa dapat diukur melalui pelaksanaan pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. sisi lain. Orang mempunyai kecacatan fisik belum tentu lemah dalam hal

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SD/MI KELAS III - SEMESTER 1

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA TUNARUNGU DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIDASARKAN PADA TEORI SCHOENFELD

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I Nyoman Sumertna, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

LATAR BELAKANG MASALAH

Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter (JIPK) Volume 2 Nomor 2, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

Rancang Bangun Aplikasi Konversi Bahasa Isyarat Ke Abjad Dan Angka Berbasis Augmented Reality Dengan Teknik 3D Object Tracking

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. penyampaian informasi dari sumber pesan melalui saluran tertentu kepada

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara terencana dengan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan terus mengikuti perkembangan teknologi. Peserta didik saat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Bab 1 Tujuan dan Isi Tahap 1

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, pikiran dan perasaan seseorang. Bahasa juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu ciri orang terpelajar atau bangsa yang terpelajar. Menurut

Transkripsi:

PEMANFAATAN BUKU CERITA SIBI BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BACA DAN PENGETAHUAN ANAK TUNARUNGU Oleh: Dariman 1 1. PENGANTAR Berbahasa menjadi sebuah kemampuan yang perlu di kembangkan sejak dini terutama pada kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan atau kompetensi yang dimiliki seseorang dalam hal membaca dan menulis disebut juga Literasi. Memiliki kemampuan membaca dan menulis adalah keharusan termasuk untuk anak tunarungu. Dalam dunia pendidikan selalu memberi perhatian pada kemampuan membaca dan menulis. Sejalan dengan perkembangan dinamika sosial dapat membaca dan menulis saja tidaklah cukup. Untuk dapat hidup lebih baik diperlukan banyak pengetahuan yang bisa didapat dari gemar membaca. Berdasarkan Data PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) dan PISA (Programme for International Student Assessment) keterampilan memahami bacaan, menunjukkan bahwa kompetensi peserta didik Indonesia tergolong rendah. Rendahnya keterampilan tersebut menunjukkan bahwa minat baca peserta didik kita masih rendah yang berdampak pada rendahnya pengetahuan siswa. Untuk meningkatkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai peserta didik, perlu mengembangkan sekolah menjadi organisasi pembelajaran yang melibatkan semua warga sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat. Dalam 1 Guru SLB Negeri Lampung Timur dariman@pnsmail.go.id

menciptakan sekolah sebagai pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti karena salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Materi bacaan berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik. 2. MASALAH Program literasi bisa dilaksanakan untuk seluruh warga sekolah, tetapi bagi anak tunarungu diperlukan penanganan khusus karena keterbatasan mereka dalam memahami bahasa. Untuk menyerap pengetahuan dari buku yang dibaca diperlukan pemahaman bahasa dalam buku tersebut. Kata-kata yang berdiri sendiri tidak akan membuat suatu bahasa karena dalam suatu bahasa kita harus merangkaikan kata-kata tersebut dengan baik sehingga terbentuk makna yang tepat. Kosakata mempunyai peran yang penting karena muncul dalam setiap bahasa. Menguasai kosakata sangat penting karena untuk memahami apa yang kita baca harus mengusai kosakata yang dibutuhkan. Internasional Collier- Macmillan menyatakan: Sekali seorang siswa dapat menguasai bentuk tatabahasa dari sebuah bahasa, tugas dia selanjutnya adalah menguasai kosakata yang dia butuhkan. Kita tidak mempelajari semua kata dalam suatu bahasa, tetapi kita menggunakan kata-kata yang cocok pada tujuannya saja dan terus mempelajari kata-kata baru lainnya berdasarkan keperluan. Anak tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau hambatan dalam pendengaran yang berdampak pada gangguan

dalam komunikasi, yang diakibatkan terganggunya proses peniruan bahasa. Pada anak tunarungu, perkembangan bahasa terhenti pada tahap penglihatan. Karena ketunarunguannya tersebut, maka proses menyimak nampak terhambat. Anak tidak dapat merefleksikan kembali bunyi-bunyi di lingkungan sekitarnya. Pada masa meniru anak tunarungu terbatas pada apa yang ditangkap oleh pengelihatan seperti gerak dan isyarat sedangkan peniruan suara tidak dapat terjadi secara otomatis Sumarwan dalam Purbaningrum (2008). Dengan terhambatnya proses menyimak tersebut maka akan menghambat keterampilan berbahasa yang lain seperti berbicara, membaca, dan menulis. Myklebust dalam (Sadjaah,2013), memberikan gambaran tentang proses perkembangan bahasa manusia, pada prinsipnya melalui pengalaman belajar berbahasa yaitu proses permulaan anak menghubungkan lambang bahasa lewat pendengaran disebut bahasa batin (inner language). Anak mengerti pembicaraan dari lingkungan (bahasa expresif auditory), kemudian setelah anak masuk sekolah, penglihatan berperan dalam perkembangan bahasanya melalui kemampuan membaca (bahasa receptive visual) yang selanjutnya berkembang dengan kemampuan menulis. Keterbatasan yang terjadi dalam berkomunikasi pada anak tuanrungu mengakibatkan perasaan terasing dari lingkungannya. Anak tunarungu dapat melihat semua kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengikuti secara menyeluruh, sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga dan kurang percaya pada diri sendiri. Dalam pergaulan cenderung memisahkan diri dan berkelompok dengan sesama mereka, hal ini disebabkan keterbatasan dalam berkomunikasi secara lisan. Anak tunarungu dalam segi bahasa dan bicara mengalami hambatan, hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat antara

bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan bicara merupakan hasil dari proses peniruan. Sehingga anak tunarungu dalam segi bahasa yang dimiliki ciri yang khas yaitu sangat terbatas dalam kosa kata, sulit mengartikan arti kiasan, Dalam bahasa tulis menggunakan kalimat pendek, Sulit memahami kata-kata yang bersifat abstrak, Sulit menguasai irama dan gaya bahasa. Oleh sebab itu dibutuhkan media khusus. Berdasarkan hasil observasi di SLB Negeri Lampung Timur pada kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai bahwa siswa tunarungu kelas V, (1) mereka sering membolak balik buku untuk mencari gambar-gambar pada buku tersebut, (2) mereka sering bertanya tentang kosakata yang belum mereka pahami, (3) mereka sulit sekali memahami kata-kata yang bersifat abstrak, (4) mereka kesulitan dalam menyerap pengetahuan dari buku-buku yang mereka baca karena banyak kosakata yang belum mereka pahami. Oleh sebab itu dibutuhkan media khusus. 3. PEMBAHASAN DAN SOLUSI a. PEMBAHASAN Program literasi untuk anak tunarungu membutuhkan media yang efektif, langkah yang pertama adalah memahami segala karakteristik anak tunarungu terutama dalam segi bahasa dan langkah yang kedua adalah ciri khas anak tunarungu adalah visual/pemata. Dalam praktek pembelajaran sebenarnya tidak ada pola yang kaku antar komponen pembelajaran. Salah satu acuan yang paling banyak dijadikan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale s Cone of Experience (Kerucut Pengalaman dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tigkatan pengalaman yang dikemukakan oleh bruner. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung

(konkret), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai kepada lamang verbal (abstrak). Semakin diatas puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan itu. Perlu dicatat bahwa urut urutan ini tidak berarti proses belajar dan interaksi mengajar belajar harus selalu dimulai dari pengalaman langsung, tetapi dimulai dengan jenis pengalaman yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan kelompok siswa yang dihadapi mempertimbangkan situasi belajarnya. Gambar 2. Kerucut Pengalaman Dale. Wahab (1986) menyatakan bahwa ketepatan guru memilih model pembelajaran akan berpengaruh pada keberhasilan dan hasil belajar siswa, karena model yang digunakan guru berpengaruh terhadap kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Berhasil atau tidaknya dalam memberikan materi pelajaran sangat dipengaruhi oleh media belajar yang digunakan oleh guru.

Berdasarkan pendapat tersebut guru dalam proses pembelajaran memerlukan media belajar yang tepat sehingga proses belajar mengajar yang sedang berjalan dapat berhasil dengan baik. Diharapkan guru dapat menentukan media belajar yang efektif dengan memperhatikan kesesuaian materi, tujuan yang akan dicapai, kemampuan siswa maupun guru, serta fasilitas maupun waktu yang tersedia. Sehubungan dengan permasalahan di atas, di perlukan perbaikan pembelajaran agar lebih bermakna (meaningful) dan mampu mengembangkan potensi diri siswa serta menempatkan siswa pada posisi yang lebih aktif dan kreatif, pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan tersebut adalah pembelajaran dengan menggunakan metode dan media pembelajaran yang tepat. Untuk anak tuna rungu wicara pembelajaran yang tepat salah satunya adalah pembelajaran dengan menggunakan buku cerita SIBI bergambar, sehingga semakin banyak mereka belajar mandiri, semakin banyak pengetahuan yang dapat mereka serap. b. SOLUSI Alat atau media pada karya tulis ini adalah Buku Cerita menggunakan SIBI bergambar yang berjudul Bawang Merah & Bawang Putih, yaitu buku yang dibuat untuk buku bacaan anak tunarungu wicara yang didalamnya terdapat isyarat dan gambar. Dalam buku tersebut terdapat teks cerita yang dilengkapi gambar isyarat dari masing-masing kata dan gambar sebagai ilustrasi cerita. Proses penyusunan buku cerita Bawang Merah & Bawang Putih ini terdapat beberapa tahapan yaitu:

1) Memutar film animasi Cerita Rakyat Bawang Merah & Bawang Putih produksi Emperor. Kemudian di ambil beberapa adegan dalam film tersebut secara berurutan dan disimpan menjadi file gambar. File-file gambar itulah yang nantinya menjadi ilustrasi dari buku cerita yang akan dibuat. Gambar 1. Film animasi yang diputar. Gambar 2. Gambar ilustrasi yang diambil dari Film.

2) Kemudian membuka program pengolah kata dan gambargambar yang diambil dari film animasi tadi disusun secara berurutan. Setelah itu dibuatlah teks cerita dengan spasi yang sangat jarang sesuai dengan gambar ilustrasi yang sudah di susun tersebut. Gambar 3. Gambar ilustrasi yang disusun dan diberi teks cerita. 3) Setelah cerita dan ilustrasi buku selesai disusun, kemudian dicari isyarat kata yang tepat dalam kamus SIBI (Sistem Isyarat Bahasa Indonesia) dan gambar isyarat itu di scan. Setelah gambar isyarat menjadi file kemudian kita buka dan dipotong sesuai kata yang tepat dan ditempelkan satu persatu dalam buku cerita yang sudah di susun tadi. Gambar 4. Buku cerita yang sedang ditempel gambar isyarat.

4) Setelah semua kata pada cerita tersebut di beri gambar isyarat, rancangan tadi diatur dan dicetak sehingga menjadi sebuah buku sebanyak 48 halaman.. Gambar 5. Sampul buku cerita SIBI bergambar Gambar 6. Isi Buku cerita SIBI bergambar halaman 9 dan 10

Gambar 7. Isi Buku cerita SIBI bergambar halaman 33 dan 34 Dalam menggunakan Buku Cerita SIBI bergambar ini, kemampuan dari peserta didik yang kita harapkan adalah: 1) Setelah selesai membaca buku tersebut, mereka dapat menceritakan kembali isi buku tersebut dengan bahasa lisan atau berisyarat. 2) Dapat menjelaskan karakteristik dari masing-masing tokoh dalam buku tersebut dan menilai perbuatan yang baik dan yang buruk dari karakteristiknya. Prosedur penggunaan Buku Cerita SIBI bergambar: 1) Pada pertemuan pertama, siswa diminta untuk membaca buku cerita Bawang Merah & Bawang Putih versi yang lain, tetapi buku yang diberikan adalah buku cerita biasa yang didalmnya tidak terdapat gambar isyarat. 2) Pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk membaca buku cerita SIBI bergambar berjudul Bawang Merah & Bawang Putih

yang dilengkapi dengan gambar isyarat pada masing-masing kata. 3) Bandingkan hasil dari pembelajaran pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua. Hasil yang diperoleh: 1) Pada pertemuan pertama, pemahaman anak terhadap cerita yang mereka baca hanya 33% saja. Yang mereka tahu hanya nama-nama tokoh dalam buku tersebut, tetapi mereka tidak tahu alur cerita dan karakteristik mereka. 2) Pada pertemuan kedua, pemahaman anak terhadap cerita yang mereka baca mencapai 100%. Mereka tahu nama-nama tokoh dalam buku tersebut, alur cerita dan karakteristik dari masingmasing tokoh tersebut. Dari hasil pembelajaran dapat dievaluasi sebagai berikut: 1) Pada pertemuan pertama, mereka seperti membaca buku dalam bahasa asing, karena banyak kata yang belum mereka mengerti dan mereka cenderung lebih suka melihat-lihat gambarnya saja daripada berusaha memahami maksud dari buku tersebut. Oleh sebab itu pemahaman mereka terhadap isi buku tersebut amat rendah. 3) Pada pertemuan kedua, mereka lebih bersemangat dalam mempelajari buku tersebut dan segera bertanya bila ada kata yang tidak mereka mengerti, sehingga pemahaman mereka terhadap buku cerita tersebut menjadi amat tinggi. mereka dapat menceritakan kembali isi buku tersebut dengan berisyarat dan dapat menjelaskan karakteristik dari masing-masing tokoh dalam buku tersebut dan menilai perbuatan yang baik dan yang buruk dari karakteristiknya.

4. KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS a. KESIMPULAN Berdasarkan dari penelitian yang di laksanakan di kelas B.V SLB Negeri Lampung Timur pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menggunakan Buku Cerita SIBI bergambar yang berjudul Bawang Merah & Bawang Putih dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menggunakan Buku Cerita SIBI bergambar yang berjudul Bawang Merah & Bawang Putih di SLB Negeri Lampung Timur kelas V tunarungu dapat meningkatkan minat baca siswa, hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya minat siswa untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.. 2) Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menggunakan Buku Cerita SIBI bergambar yang berjudul Bawang Merah & Bawang Putih di SLB Negeri Lampung Timur kelas V tunarungu dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Ini dibuktikan pemahaman anak terhadap cerita yang mereka baca mencapai 100%. Mereka tahu nama-nama tokoh dalam buku tersebut, alur cerita dan karakteristik dari masing-masing tokoh tersebut. b. HARAPAN PENULIS Berdasarkan dari penelitian yang di laksanakan di kelas B.V SLB Negeri Lampung Timur pada Gerakan Literasi Sekolah (GLS) menggunakan Buku Cerita SIBI bergambar yang berjudul Bawang Merah & Bawang Putih, kami mengharapkan supaya. 1) Guru lebih kreatif dengan menggunakan multi metode dalam mengajar sehingga siswa lebih mudah menerima pelajaran. 2) Guru lebih banyak menggunakan media dalam mengajar sehingga materi yang diajarkan menjadi lebih menarik dan menantang siswa untuk mempelajarinya.

3) Sekolah agar melengkapi alat Bantu mengajar sehingga memudahkan guru-guru dalam menyampaikan materi. 4) Guru- guru lebih sering mengikuti kegiatan kegiatan penataran atau diklat untuk menambah pengetahuan. 5) Dinas pendidikan lebih memperhatikan fasilitas fasilitas yang yang diperlukan di sekolah- sekolah sehingga mampu menghasilkan siswa yang mampu bersaing dalam era globalisasi dan tidak ketinggalan teknologi. 6) Dinas pendidikan lebih sering mengadakan pelatihan- pelatihan untuk guru- guru.

DAFTAR PUSTAKA Ary Pratiwi, Gadis. (2016). Jurnal Pendidikan khusus, Kelas Literat Terhadap Perkembangan Literasi Anak Tunarungu di TKLB. Universitas Negeri Surabaya Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional (2010) Buku I : Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif. Jakarta. Pusat Kurikulum. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2016) Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Luar Biasa. Jakarta. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta. Sigit, Bambang, Joko. (2008). Pengembangan Pembelajaran Dengan Menggunakan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Yang Berkualitas. Semarang. http://luarsekolah.blogspot.com. Susetyo, Budi. (2005). Contoh Proposal PTK, Makalah yang di sajikan dalam Diklat Teknis Penelitian Tindakan Kelas Guru PLB yang di selenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa. Wahyudi, Dinn. (2006). Pengantar Pendidikan. Jakarta. Universitas Terbuka. Wardani. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Universitas terbuka. Winata Putra, Udin. (2007). Teori Belajar dan pembelajaran. Jakarta. Universitas Terbuka.