PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH SEKRETARIAT DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
KODE REKENING PENDAPATAN PROVINSI

KODE REKENING PENDAPATAN

GUBERNUR JAWA TENGAH

Lampiran I KODE REKENING URAIAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2013 ) PERHATIAN

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI ( APBD 2015 )

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2016

RINGKASAN PENJABARAN PERUBAHAN APBD

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2016

KODE REKENING PENDAPATAN KABUPATEN/KOTA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PEMBAHASAN RANPERDA APBD DAN PENYUSUNAN RANPERBUP PENJABARAN APBD

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2013

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( APBD 2015 )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2014 )

BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BUPATI GARUT RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR.%. TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

PEMERINTAH KOTA PASURUAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2015 dan 2014

BUPATI PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

[A.1] PENYUSUNAN KUA DAN PPAS. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur tentang RKPD dan Peraturan Menteri Dalam

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2011

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009

WALIKOTA MAGELANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN ANGGARAN 2012

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURANDAERAH KOTABATU NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 dan 2013

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

PROVINSI J A W A T E N G A H D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A E S A

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

BUPATI PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 16 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 277 TAHUN 2010 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA DINAS PENDAPATAN DAERAH TARGET DAN REALISASI PENDAPATAN TAHUN ANGGARAN 2013

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2010 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BATU

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2016

AKUNTANSI PENDAPATAN

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KOTA NOMOR SERI : A TENTANG APBD, a. bahwa. pelaksanaan. Menimbang. antar. perubahan APBD (APBD) yang

3. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR. TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA DEPOK,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 WALIKOTA DEPOK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

- 4 - URAIAN PEDOMAN PENYUSUNAN APBD TAHUN ANGGARAN I. Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dengan Kebijakan Pemerintah

Transkripsi:

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH SEKRETARIAT DAERAH Jl. Pahlawan No. 9 Telpon 8311174 ( 20 saluran ) Fax. 8311266 Semarang 50243 Nomor : 903/008757 Sifat : segera Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Pedoman Penyusunan RKA-SKPD, RKA-PPKD dan RBA-RSD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015. Semarang, 27 Agustus 2014 Kepada Yth. Para Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah SURAT EDARAN Bersama ini diberitahukan bahwa Nota Kesepakatan KUA dan PPAS Tahun 2015 telah ditandatangani antara Gubernur Jawa Tengah dengan Pimpinan DPRD Provinsi Jawa Tengah. Sebagai tindak lanjut maka Para Kepala SKPD agar segera menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA- SKPD), Rencana Kerja dan Anggaran Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (RKA- PPKD) dan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Rumah Sakit Daerah. Sehubungan dengan hal tersebut diminta perhatian Saudara untuk hal-hal sebagai berikut : I. Dasar Penyusunan RAPBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015 : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. 7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. 10. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. 11. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional. 12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 s/d 10 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah, Rumah Sakit Umum Daerah dan Rumah Sakit Jiwa Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja serta Lembaga Lain Daerah Provinsi Jawa Tengah. 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018. 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender di Daerah. 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2015. 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. 21. Nota Kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan DPRD Provinsi Jawa Tengah Nomor Tahun 2014 dan Nomor Tahun 2014 Tanggal 25 Agustus 2014 tentang Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2015. 2

22. Nota Kesepakatan antara Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dengan DPRD Provinsi Jawa Tengah Nomor Tahun 2014 dan Nomor Tahun 2014 Tanggal 25 Agustus 2014 tentang Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2015. 23. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 29 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. 24. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 50 Tahun 2014 tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium, Biaya Pemeliharaan dan Standarisasi Harga Pengadaan Barang/Jasa Kebutuhan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015. II. Penyusunan RAPBD Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015. 1. Alokasi Plafon Anggaran Sementara berdasarkan Program dan kegiatan masing-masing SKPD sebagaimana tertuang dalam Tabel IV.2 Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Provinsi Jawa Tengah Tahun Anggaran 2015 sesuai dengan urusan, tugas pokok dan fungsi berdasarkan pembagian kewenangan pemerintahan yang diselenggarakan oleh setiap SKPD merupakan pagu tertinggi (terlampir). 2. Pendapatan Daerah : Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pendapatan sebagaimana Lampiran I. 3. Belanja Daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Provinsi yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Belanja daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek belanja sebagaimana Lampiran II. Belanja dibagi menurut kelompok belanja terdiri dari : a. Belanja tidak langsung dianggarkan untuk pengeluaran yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari : 1) Belanja Pegawai, merupakan belanja kompensasi dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta tambahan penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, termasuk dalam pengertian tersebut uang representasi dan tunjangan pimpinan dan anggota DPRD, Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota DPRD dan Belanja Penunjang Operasional Gubernur/Wakil Gubernur, penghasilan dan penerimaan lainnya yang ditetapkan 3

sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta biaya pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah. Belanja Gubernur/Wakil Gubernur selain gaji dan tunjangan serta belanja penunjang operasional dianggarkan pada belanja langsung Sekretariat Daerah. 2) Belanja Hibah digunakan untuk menganggarkan pemberian hibah dalam bentuk uang kepada Pemerintah dan masyarakat/ organisasi kemasyarakatan yang meliputi bidang perekonomian, pendidikan, kesehatan, kebudayaan, kepemudaan, keolahragaan non profesional, keagamaan, sosial kemasyarakatan, pemberdayaan masyarakat. 3) Bantuan Sosial, digunakan untuk menganggarkan pemberian bantuan sosial dalam bentuk uang sesuai dengan tujuan penggunaan meliputi rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana. 4) Belanja bagi hasil kepada Kabupaten/Kota, digunakan untuk menganggarkan dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan Provinsi kepada Kabupaten/Kota. 5) Belanja bantuan keuangan kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, dalam rangka peningkatan kemampuan keuangan dan diberikan secara proporsional. 6) Belanja tidak terduga, merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. b. Belanja langsung dianggarkan untuk pengeluaran yang terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan, dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari : 1) Belanja pegawai adalah pengeluaran anggaran untuk honorarium/ upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 2) Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran anggaran untuk pengadaan barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah. 3) Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap berwujud yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. 4. Pembiayaan Daerah, terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. 4

Penerimaan pembiayaan dialokasikan untuk Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA) Pengeluaran pembiayaan dialokasikan untuk Penyertaan Modal (Investasi) Daerah. Pembiayaan Daerah dirinci menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek pembiayaan sebagaimana Lampiran III. III. Penyusunan RKA-SKPD, RKA-PPKD dan RBA-RSD Tahun Anggaran 2015. 1. Penyusunan RKA-SKPD. 1. Kepala SKPD menyusun RKA-SKPD berdasarkan PPAS tahun anggaran 2015. 2. Plafon anggaran yang tercantum dalam PPAS tahun anggaran 2015 merupakan pagu yang harus dijabarkan ke dalam RKA-SKPD, meliputi rencana pendapatan serta rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan yang dirinci sampai dengan rincian obyek pendapatan dan belanja serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. 3. RKA-SKPD juga memuat informasi tentang urusan pemerintahan daerah, organisasi, standar biaya, prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan. 4. Format RKA-SKPD terdiri dari 5 (lima) formulir, yaitu : 1) Formulir RKA-SKPD, berisi Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Lampiran IV. 2) Formulir RKA-SKPD 1, berisi Rincian Anggaran Pendapatan Daerah Lampiran V. 3) Formulir RKA-SKPD 2.1, berisi Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Lampiran VI. 4) Formulir RKA-SKPD 2.2, berisi Rekapitulasi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Kegiatan Lampiran VII. 5) Formulir RKA-SKPD 2.2.1, berisi Rincian Anggaran Belanja Langsung menurut Program dan Per Kegiatan Lampiran VIII. 2. Penyusunan RKA-PPKD. a. Berdasarkan PPAS tahun anggaran 2014, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (Kepala Biro Keuangan) menyusun RKA-PPKD. b. RKA-PPKD digunakan untuk menampung : 1) Pendapatan Asli Daerah meliputi jasa giro, bunga deposito, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan Lain-lain PAD yang sah, Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. 2) Belanja pegawai, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. 5

3) Rencana belanja untuk masing-masing program dan kegiatan yang dirinci sampai dengan rincian obyek belanja serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. 4) Penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan daerah. c. Format RKA-PPKD terdiri dari 5 (lima) formulir, yaitu : 1) Formulir RKA-PPKD, berisi Ringkasan Anggaran Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan Daerah Lampiran IX. 2) Formulir RKA-PPKD 1, berisi Rincian Anggaran Pendapatan Daerah Lampiran X. 3) Formulir RKA- PPKD 2.1, berisi Rincian Anggaran Belanja Tidak Langsung Lampiran XI. 4) Formulir RKA-PPKD 3.1, berisi Rincian Penerimaan Pembiayaan Daerah Lampiran XII. 5) Formulir RKA-PPKD 3.2, berisi Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah Lampiran XIII. 3. Penyusunan RKA-SKPD dan RBA bagi RSD. a. Semua RSD wajib menyusun RKA-SKPD dan RBA-RSD. b. RKA-SKPD pada RSD menampung belanja yang bersumber dari APBD (subsidi). c. Belanja subsidi sebagaimana dimaksud pada huruf b meliputi : 1) Belanja yang digunakan dalam rangka pelayanan kesehatan masyarakat miskin sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Daerah berupa kegiatan penyediaan bahan logistik kantor (belanja obat dan alat kesehatan habis pakai), kegiatan penyediaan makanan dan minuman (makan dan minum pasien), kegiatan penyediaan jasa pelayanan perkantoran dan kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat (jasa pelayanan). 2) Belanja pada Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Program Akses Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Program Sumber Daya Masyarakat. d. RBA-RSD digunakan untuk menganggarkan biaya operasional dalam Program Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan BLUD yang bersumber dari penerimaan BLUD. e. RSD agar mengestimasi surplus/sisa kas BLUD pada akhir tahun anggaran 2014 untuk dituangkan dalam RBA-RSD yang digunakan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pada bulan Januari 2015. IV. Penghitungan Pendapatan. Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2015 dihitung sebagai berikut : 6

1. Pendapatan masing-masing SKPD dianggarkan berdasarkan potensi yang disampaikan dan disepakati pada Rapat Koordinasi Pendapatan tanggal 17 s/d 20 Maret 2014 serta hasil pembahasan KUA dan PPAS Tahun Anggaran 2015. 2. Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak dihitung berdasarkan hasil rakor pendapatan yang dilaksanakan tanggal 17 s/d 20 Maret 2014 serta Alokasi DBHCHT Tahun Anggaran 2015 diproyeksikan sama dengan alokasi DBHCHT Tahun Anggaran 2014. 3. DAU Tahun Anggaran 2015 diproyeksikan sama dengan alokasi Tahun Anggaran 2014. 4. Pendapatan Hibah dihitung berdasarkan hasil rakor pendapatan yang dilaksanakan tanggal 20 s/d 22 Maret 2013. 5. Dana Penyesuaian Tahun Anggaran 2015 diproyeksikan sama dengan alokasi Tahun Anggaran 2014. V. Penghitungan Belanja. 1. Belanja tidak langsung, dianggarkan sebesar jumlah plafon anggaran sementara belanja tidak langsung masing-masing SKPD yang tercantum dalam PPAS Tahun Anggaran 2015 dengan perhitungan sebagai berikut : a. Gaji dan Tunjangan Pegawai dihitung berdasarkan realisasi bulan September 2014 kali 13 bulan dengan memperhitungkan rapel yang belum dibayar, ditambah acress 2,5% (acress gaji pokok dan tunjangan), tunjangan fungsional serta mutasi/tambahan pegawai. Iuran BPJS dihitung sebesar 3% dari Gaji Pokok dan Tunjangan Keluarga. Gaji dan Tunjangan PPh gaji ke 13 serta accres agar dihitung dengan cermat, untuk menghindari kekurangan gaji atau sisa yang cukup besar pada akhir tahun anggaran dibuat sebagaimana Lampiran XIV. b. Tunjangan beras dihitung berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-33/PB/2013 dengan perincian data jiwa bulan September 2014 kali 12 bulan, adanya mutasi/ tambahan pegawai, dan ditambah acress 2,5% dengan harga Rp.6.976,00. Tunjangan tersebut dibuat sebagaimana Lampiran XV. c. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta Pempinan dan Anggota DPRD dihitung sebesar 3% dari gaji pokok/uang representasi dan tunjangan keluarga serta dialokasikan pada rincian obyek iuran BPJS kesehatan. Penyediaan anggaran di luar cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan yang disediakan oleh BPJS tidak diperkenankan dianggarkan dalam APBD. d. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kecelakaan kerja dihitung sebesar 0,24% dan kematian sebesar 0,30% dari gaji pokok/uang representasi dan tunjangan keluarga bagi PNSD, 7

Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah serta Pempinan dan Anggota DPRD. Dialokasikan pada rincian obyek iuran BPJS Ketenagakerjaan. e. Belanja Pimpinan dan Anggota DPRD dianggarkan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. f. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 43 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 51 Tahun 2013 tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Kepada Pejabat dan Pegawai Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Tambahan Penghasilan Kepada Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dihitung sebagai berikut : Sekretaris Daerah : Rp.25.000.000,00. Asisten Sekda : Rp.20.000.000,00. Eselon II : Rp.15.000.000,00. Eselon III : Rp.10.000.000,00. Eselon IV : Rp. 7.250.000,00. Golongan IV : Rp. 6.300.000,00. Golongan III : Rp. 5.250.000,00. Golongan II : Rp. 3.500.000,00. Golongan I : Rp. 3.000.000,00. Harlep Database : Rp. 3.000.000,00. dikali 13 dengan memperhitungkan pajak penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku sebagaimana Lampiran XVI. g. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan yang menjadi beban APBN atau APBD bahwa sesuai pasal 2 ayat 1, pajak penghasilan pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap bulan ditanggung oleh Pemerintah atas beban APBD, sehingga masing-masing SKPD agar memperhitungkan potongan PPh atas tambahan penghasilan pegawai. h. Belanja Penerimaan Lainnya untuk Gubernur/Wakil Gubernur berupa Penunjang operasional Gubernur/Wakil Gubernur dianggarkan pada Belanja KDH/WKDH dihitung maksimal sebesar 0,15% dari PAD Tahun Anggaran 2015. i. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Retribusi Daerah Provinsi Jawa Tengah bahwa SKPD yang melakukan pemungutan Retribusi Daerah agar menganggarkan insentif pemungutan sebesar 3% dari hasil Pemungutan Retribusi dalam obyek Insentif Pemungutan Retribusi Daerah, Rincian Obyek Belanja Insentif Pemungutan Retribusi Daerah. 8

j. Apabila terdapat selisih lebih antara plafon anggaran sementara belanja tidak langsung dalam PPAS dengan perhitungan belanja, maka selisih lebih tersebut ditampung dalam gaji pokok pegawai. k. Apabila terdapat selisih kurang antara plafon anggaran sementara belanja tidak langsung dalam PPAS dengan perhitungan belanja, maka selisih kurang tersebut akan diperhitungkan dalam perubahan APBD Tahun Anggaran 2015. l. Belanja Hibah dan Bantuan Sosial berupa uang dianggarkan sesuai kemampuan keuangan daerah dan dirinci penerimanya. m. Belanja Bagi Hasil Pajak dianggarkan sesuai ketentuan yang berlaku dan kekurangan tahun anggaran sebelumnya. n. Bantuan Keuangan kepada Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa dianggarkan sesuai kemampuan keuangan daerah. o. Bantuan Keuangan kepada Partai Politik dianggarkan pada Belanja Bantuan Keuangan sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Belanja langsung : a. Belanja Langsung dianggarkan sebesar nilai plafon belanja langsung masing-masing program dan kegiatan pada PPAS tahun anggaran 2015 yang dirinci ke dalam jenis belanja pegawai, barang dan jasa serta belanja modal, obyek belanja dan rincian obyek belanja sesuai dengan kebutuhan serta prakiraan maju untuk tahun berikutnya. b. Honorarium Pegawai Harian Lepas penganggarannya pada belanja langsung dalam Program Pelayanan Administrasi Perkantoran dengan Kegiatan Penyediaan Jasa Perkantoran (kode rekening x.xx.x.xx.xx.01.19) dan dihitung berdasarkan Peraturan Gubernur tentang Standarisasi Biaya Kegiatan dan Honorarium Biaya Pemeliharaan dan Standarisasi Harga Pengadaan Barang/Jasa Kebutuhan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015, dengan penghitungan sebagai berikut : Sarjana (S1) ke atas : Rp. 1.500.000,00 D1, D2 dan D3 : Rp. 1.300.000,00 Sampai dengan SLTA atau sederajat : Rp. 1.200.000,00 Honorarium Pegawai Harian Lepas dibuat sebagaimana Lampiran XVII. VI. Penghitungan Pembiayaan. Penerimaan Pembiayaan dianggarkan untuk menampung Prediksi pelampauan pendapatan, penghematan anggaran belanja dan sisa dana kegiatan lanjutan tahun anggaran 2014. Pengeluaran Pembiayaan dianggarkan untuk Pembentukan dana cadangan dan menampung Penyertaan Modal (Investasi) Daerah. 9

VII. Anggaran Responsif Gender. 1. Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Panduan Teknis Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender Di Provinsi Jawa Tengah, seluruh SKPD/Unit Kerja berkewajiban untuk menyusun Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender. 2. Dalam rangka penyusunan Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender dimaksud, setiap SKPD Provinsi Jawa Tengah agar melakukan langkah-langkah, sebagai berikut : a. Menyiapkan program dan kegiatan yang akan disusun dengan strategi Pengarusutamaan Gender, yaitu : 1) Program/kegiatan berdampak langsung bagi masyarakat, mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indeks Pembangunan Gender (IPG), RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018, dan target pencapaian Millenium Development Goals (MDG's/Tujuan Pembangunan Milenium) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2015; 2) Program/kegiatan yang sifatnya peningkatan kapasitas sumber daya manusia atau kelembagaan; 3) Program/kegiatan yang berkelanjutan. b. Menyiapkan data pilah gender, baik kuantitatif maupun kualitatif, yang dapat menggambarkan indikator akses, partisipasi, kontrol dan manfaat antara perempuan dan laki-laki dalam keseluruhan program/ kegiatan yang dilaksanakan. c. Melakukan analisis gender terhadap program/kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan penyusunan rencana aksi, perumusan indikator kinerja output dan outcome, yang terukur dengan menggunakan metode Gender Analisys Pathway (GAP). d. Menyusun Gender Budget Statement atau Pernyataan Anggaran Gender yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari RKA SKPD responsif gender Tahun Anggaran 2014. 3. Seluruh SKPD agar melengkapi RKA-SKPD Tahun Anggaran 2015 dengan Gender Analysis Pathway (GAP) dan Pernyataan Anggaran Gender (Gender Budget Statement) sesuai format Lampiran XVIII. 4. Kepala Bappeda selaku Ketua dan Kepala BP3AKB selaku Sekretaris Kelompok Kerja Pengarusutamaan Gender Provinsi Jawa Tengah memberikan fasilitasi dan asistensi penyusunan Pernyataan Anggaran Gender (Gender Budget Statement) dan RKA-SKPD yang responsif gender sesuai ketentuan yang berlaku. 10

VIII. Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Badan Kepegawaian Daerah agar membuat Daftar Jumlah Pegawai Negeri Sipil Per Golongan dan Per Jabatan untuk masing-masing SKPD dibuat sebagaimana Lampiran XIX. 2. Kepala Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah membuat Daftar Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap Daerah sebagaimana Lampiran XX serta membuat Daftar Penambahan dan Pengurangan Aset Lain-lain Daerah sebagaimana Lampiran XXI. 3. Bagi SKPD yang pada tahun anggaran 2014 terdapat kegiatan-kegiatan yang belum diselesaikan dan akan dianggarkan kembali pada tahun anggaran 2015 agar membuat daftar sebagaimana Lampiran XXII. 4. Gaji dan tunjangan CPNS Formasi tahun 2013 dianggarkan pada masingmasing SKPD sedangkan Gaji dan tunjangan CPNS Formasi tahun 2014 dianggarkan pada Badan Kepegawaian Daerah. 5. Seluruh SKPD dilarang menganggarkan pendapatan daerah atas pemanfaatan pemakaian kekayaan daerah yang diperoleh dari belanja APBD, kecuali sewa penginapan yang terkait dengan pelaksanaan tugas perjalanan dinas, tetap dianggarkan. 6. Insentif pemungutan pajak dan retribusi daerah dianggarkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku pada Bendahara Umum Daerah (BUD) Provinsi Jawa Tengah dan SKPD Penghasil lainnya sebesar 2%. 7. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005, maka SKPD dilarang mengangkat Pegawai Harian Lepas, kebutuhan tenaga untuk pelaksanaan suatu kegiatan dapat dipenuhi dengan sistem outsourching/bekerja sama dengan pihak penyedia jasa, sedangkan untuk pemberian Honorarium Harlep dan tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja selama 13 bulan, hanya diberikan kepada Pegawai Harian Lepas dengan TMT s/d Tahun 2005 (sebelum terbitnya PP 48 Tahun 2005) sedangkan untuk Tenaga Harian Lepas yang diangkat dengan sistem kontrak hanya mendapatkan Honorarium selama 12 bulan. 8. Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi pegawai harian lepas sebesar 3% dari honorarium perbulan. 9. Honorarium PNS hanya dapat dianggarkan untuk PNS di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (PNS di Luar Pemerintah Provinsi Jawa Tengah ditampung dalam Honorarium Non PNS). 10. Pemberian honorarium bagi PNS dan Non PNS dibatasi dan hanya didasarkan pada pertimbangan bahwa keberadaan PNS dan Non PNS dalam kegiatan benar-benar memiliki peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan. Penyusunan rencana kegiatan tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja pegawai, obyek belanja honorarium Non PNS. 11. Berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri, penganggaran uang lembur tidak diperkenankan karena telah dijadikan salah satu kriteria 11

dalam perhitungan pemberian tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja. 12. Berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri, penganggaran uang transport PNS tidak diperkenankan karena duplikasi anggaran dengan komponen uang transport dalam perjalanan dinas. 13. Berdasarkan hasil evaluasi Menteri Dalam Negeri, penganggaran santunan uang duka dan tali asih bagi anggota Linmas tidak diperkenankan mengingat tidak memiliki dasar hukum yang melandasinya. 14. Biaya transportasi, akomodasi (sesuai harga yang berlaku saat ini) dan profesional fee untuk narasumber pusat merupakan satu paket penganggaran yang semula dialokasikan pada Belanja Pegawai dipindah ke Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan. 15. Dalam rangka efisiensi anggaran, semua SKPD harus membatasi kepanitiaan dan jumlah Pegawai yang ditunjuk sebagai Bendahara Pengeluaran Pembantu. 16. Untuk penganggaran jasa cleaning service (pihak ketiga) dialokasikan dalam rincian obyek belanja pemeliharaan gedung kantor sedangkan jasa keamanan (pihak ketiga) dialokasikan dalam rincian obyek belanja jasa keamanan. 17. Pengadaan pakaian dinas hanya diperkenankan untuk 2 stel pakaian kecuali untuk Satpol PP dan Anggota DPRD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dihindari pengadaan pakaian batik. 18. Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat dalam belanja langsung hanya diperkenankan dalam rangka pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan. 19. Penganggaran untuk pengadaan barang (termasuk berupa aset tetap) yang akan diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada jenis belanja barang dan jasa. 20. Dalam APBD Tahun Anggaran 2015, pengadaan kendaraan dinas/operasional dilaksanakan di masing-masing SKPD dan menggunakan bahan bakar non subsidi 21. Penganggaran untuk penyelenggaraan kegiatan rapat, pendidikan dan pelatihan, bimbingan teknis atau sejenisnya diprioritaskan untuk menggunakan fasilitas aset daerah, seperti ruang rapat atau aula yang sudah tersedia milik pemerintah daerah. 22. Penganggaran belanja perjalanan dinas dalam rangka kunjungan kerja dan studi banding, baik perjalanan dinas dalam negeri maupun perjalanan dinas luar negeri, dilakukan secara selektif, frekuensi dan jumlah harinya dibatasi serta memperhatikan target kinerja dari perjalanan dinas dimaksud serta menggunakan sistem at cost. 12

23. Dalam rangka efisiensi dan efektivitas penganggaran, rincian obyek perjalanan dinas baik perjalanan dalam daerah maupun luar daerah perincian dalam RAB cukup dengan jumlah perjalanan dinas selama satu tahun. 24. Biaya penyusunan DED dan/atau AMDAL yang penganggarannya tidak bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan/ pengadaan dialokasikan pada belanja pegawai dan/atau belanja barang dan jasa. 25. Seluruh SKPD dilarang menggunakan secara langsung pendapatan yang diperoleh dari pelaksanaan seluruh kegiatan, pendapatan harus dilaporkan sebagai penerimaan SKPD dan kebutuhan untuk perolehan pendapatan tersebut agar diusulkan dalam bentuk program dan kegiatan dalam belanja daerah sehingga baik dari sisi pendapatan maupun belanja masuk dalam APBD. 26. Belanja untuk pengeluaran-pengeluaran sesudah perolehan aset tetap atau aset lainnya yaitu belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal jika memenuhi persyaratan : a. Pengeluaran tersebut mengakibatkan bertambahnya masa manfaat, kapasitas, kualitas dan volume aset tetap yang dimiliki. b. Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang ditetapkan yaitu : Pengeluaran untuk satuan peralatan dan mesin yang sama dengan atau lebih dari Rp.500.000,00. Pengeluaran untuk gedung dan bangunan dan yang sama dengan atau lebih dari Rp.20.000.000,00. Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dikecualikan terhadap pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian. c. Pengeluaran tersebut bukan merupakan pemeliharaan yang bersifat rutin dan berkala. 27. Penganggaran belanja modal dialokasikan sebesar harga beli/bangun aset tetap ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan dengan kriteria : a. Manfaat ekonomi barang yang dibeli lebih dari 12 bulan. b. Perolehan barang tersebut untuk operasional dan pelayanan serta tidak untuk dijual dan/atau tidak diberikan kepada masyarakat. c. Nilai rupiah pembelian barang, material atau pengeluaran untuk pembelian barang tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap. 13

28. Sesuai Pasal 53 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, semua kegiatan pembangunan fisik/gedung dan/atau pengadaan barang daerah termasuk biaya persiapan dan biaya-biaya pendukung lainnya penganggarannya menjadi satu kesatuan pada kode rekening belanja modal. 29. Dalam setiap kegiatan tidak boleh ada Belanja Modal yang bersifat penyediaan rutin (Komputer, Laptop, Notebook, Ipad, dll) namun disatukan dalam kegiatan peningkatan sarana dan prasarana kantor. 30. RKA-SKPD dan RKA-PPKD sebagai bahan Rapat Kerja dengan Komisi DPRD Provinsi Jawa Tengah agar ditandatangani oleh masingmasing Kepala SKPD dan diverifikasi oleh : a. Pendapatan Daerah (RKA 1). Nomor 1 s.d 3 dari unsur DPPAD Provinsi Jawa Tengah. Nomor 4 s.d 6 dari unsur Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah. b. Belanja Daerah (RKA 2.2.1). Nomor 1 dan 2, Kabid dan Kasubid Bappeda Provinsi Jawa Tengah. Nomor 3 dan 4, Kabag dan Kasubag Biro Adm Bangda Setda Provinsi Jawa Tengah. Nomor 5 dan 6, Kabag dan Kasubag Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah. c. Pembiayaan Daerah (RKA 3.1 dan 3.2) Nomor 1 dan 2, Kabid dan Kasubid Bappeda Provinsi Jawa Tengah. Nomor 3 dan 4, Kabag dan Kasubag Biro Adm Bangda Setda Provinsi Jawa Tengah. Nomor 5 dan 6, Kabag dan Kasubag Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya diserahkan ke masing-masing sekretariat komisi paling lambat 3 hari sebelum pelaksanaan rapat komisi. IX. Mekanisme : 1. RKA-SKPD, RKA-PPKD dan RBA Rumah Sakit Daerah disampaikan kepada Sekretaris Daerah, paling lambat tanggal 5 September 2014 dan tembusan disampaikan kepada : Bappeda Provinsi Jawa Tengah 1 (satu) set. Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Aset Daerah Provinsi Jawa Tengah 1 (satu) set. Biro Adm. Bangda Setda Provinsi Jawa Tengah 1 (satu) set. Biro Keuangan Setda Provinsi Jawa Tengah 1 (satu) set. 14

No. Lampiran Lampiran 1 Kode Rekening Pendapatan Daerah I 2 Kode Rekening Belanja Daerah II 3 Kode Rekening Pembiayaan Daerah III 4 Formulir RKA-SKPD IV 5 Formulir RKA-SKPD 1 V 6 Formulir RKA-SKPD 2.1 VI 7 Formulir RKA-SKPD 2.2 VII 8 Formulir RKA-SKPD 2.2.1 VIII 9 Formulir RKA-PPKD IX 10 Formulir RKA-PPKD 1 X 11 Formulir RKA-PPKD 2.1 XI 12 Formulir RKA-PPKD 3.1 XII 13 Formulir RKA-PPKD 3.2 XIII 14 Daftar Perhitungan Gaji dan Tunjangan XIV 15 Daftar Tunjangan Beras XV 16 Tambahan Penghasilan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja XVI 17 Kebutuhan Honorarium Pegawai Harian Lepas XVII 18 Gender Analysis Pathway (GAP) dan Pernyataan Anggaran Gender XVIII 19 Daftar Jumlah PNS Per Golongan dan Per Jabatan XIX 20 Daftar Penambahan dan Pengurangan Aset Tetap Daerah XX 21 Daftar Penambahan dan Pengurangan Aset Lain-lain Daerah XXI 22 Daftar Kegiatan-Kegiatan Tahun Anggaran Sebelumnya Yang Belum Diselesaikan Dan Dianggarkan Kembali Dalam Tahun Anggaran Ini XXII

SUSUNAN REKENING PENDAPATAN Hal 1 dari 5 Kode 1 2 4. PENDAPATAN DAERAH 4.1. PENDAPATAN ASLI DAERAH 4.1.1. PAJAK DAERAH 4.1.1.01. Pajak Kendaraan Bermotor 4.1.1.01.01. A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon (Pribadi) 4.1.1.01.02. A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon (Umum) 4.1.1.01.03. B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi) 4.1.1.01.04. B-2 Bus, Micro Bus (Umum) 4.1.1.01.05. C-1 Truck, Pick Up (Pribadi) 4.1.1.01.06. C-2 Truck, Pick Up (Umum) 4.1.1.01.07. D-1 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Pribadi) 4.1.1.01.08. D-2 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Umum) 4.1.1.01.09. E. Sepeda Motor 4.1.1.01.10. A-3 Sedan, Jeep, Station Wagon (Pemerintah) 4.1.1.01.11. B-3 Bus, Micro Bus (Pemerintah) 4.1.1.01.12. C-3 Truck, Pick Up (Pemerintah) 4.1.1.01.13. E-3 Sepeda Motor, Scooter (Pemerintah) 4.1.1.01.14. D-3 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Pemerintah) 4.1.1.02. Pajak Kendaraan Di Air 4.1.1.02.01. Pajak Kendaraan Di Air. 4.1.1.03. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4.1.1.03.01. A-1 Sedan, Jeep, Station Wagon (Pribadi) 4.1.1.03.02. A-2 Sedan, Jeep, Station Wagon (Umum) 4.1.1.03.03. B-1 Bus, Micro Bus (Pribadi) 4.1.1.03.04. B-2 Bus, Micro Bus (Umum) 4.1.1.03.05. C-1 Truck, Pick Up (Pribadi) 4.1.1.03.06. C-2 Truck, Pick Up (Umum) 4.1.1.03.07. D-1 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Pribadi) 4.1.1.03.08. D-2 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Umum) 4.1.1.03.09. E. Sepeda Motor 4.1.1.03.10. A-3 Sedan, Jeep, Station Wagon (Pemerintah) 4.1.1.03.11. B-3 Bus, Micro Bus (Pemerintah) 4.1.1.03.12. C-3 Truck, Pick Up (Pemerintah) 4.1.1.03.13. E-3 Sepeda Motor, Scooter (Pemerintah) 4.1.1.03.14. D-3 Kend. Khusus Alat-2 Berat (Pemerintah) 4.1.1.04. Bea Balik Nama Kendaraan di Air 4.1.1.04.01. Bea Balik Nama Kendaraan di Air. 4.1.1.05. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 4.1.1.05.01. Premium 4.1.1.05.02. Pertamax 4.1.1.05.03. Pertamax Plus 4.1.1.05.04. Solar 4.1.1.05.05. Gas 4.1.1.06. Pajak Air Permukaan 4.1.1.06.01. Pajak Air Permukaan (AP) 4.1.1.07. Pajak Rokok 4.1.1.07.01. Pajak Pokok 4.1.2. RETRIBUSI DAERAH 4.1.2.01. Retribusi Jasa Umum 4.1.2.01.01. Retribusi Pelayanan Kesehatan 4.1.2.01.02. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 4.1.2.01.03. Retribusi Pengantian Biaya Cetak Peta 4.1.2.01.04. Retribusi Pengolahan Limbah Cair 4.1.2.01.05. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang

Hal 2 dari 5 Kode 1 2 4.1.2.01.06. Retribusi Pelayanan Pendidikan 4.1.2.02. Retribusi Jasa Usaha 4.1.2.02.01. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 4.1.2.02.02. Retribusi Tempat Pelelangan 4.1.2.02.03. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa 4.1.2.02.04. Retribusi Rumah Potong Hewan 4.1.2.02.05. Retribusi Pelayanan Pelabuhan 4.1.2.02.06. Retribusi Tempat Rekreasi & Olah Raga 4.1.2.02.07. Retribusi Penyeberangan Di Air 4.1.2.02.08. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 4.1.2.02.09. Retribusi Pelayanan Ketatausahaan 4.1.2.03. Retribusi Perizinan Tertentu 4.1.2.03.01. Retribusi Izin Trayek 4.1.2.03.02. Retribusi Ijin Usaha Perikanan 4.1.2.03.03. Retribusi Ijin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan Tanah 4.1.2.03.04. Retribusi Ijin Jasa Perkebunan 4.1.2.03.05. Retribusi Ijin Pengendalian dan Pemanfaatan Flora Fauna dan Fauna Lintas Kab/Kota 4.1.2.03.06. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas 4.1.2.03.07. Retribusi Ijin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA) 4.1.3. HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 4.1.3.01. Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD 4.1.3.01.01. Bagian Laba Perusahaan Daerah Citra Mandiri Jawa Tengah 4.1.3.01.02. Bagian Laba pada PT. Bank Jateng 4.1.3.01.03. Bagian Laba pada BPR - BKK 4.1.3.01.04. Bagian Laba PDAB Tirta Utama 4.1.3.01.05. Bagian Laba PT Wijaya Kusuma (KIW) 4.1.3.01.06. Bagian Laba PT. Asuransi Bangun Askrida 4.1.3.01.07. Bagian Laba PT. PRPP 4.1.3.01.08. Bagian Laba PT. Sarana Pembangunan Jawa Tengah 4.1.3.01.09. Bagian Laba PT. Sarana Patra Hulu Cepu 4.1.3.02. Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Pemerintah/BUMN 4.1.3.02.01. Badan Usaha Milik Negara 4.1.3.03. Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta 4.1.3.03.01. Bagian Laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Patungan/Milik Swasta. 4.1.4. LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 4.1.4.01. Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 4.1.4.01.01. Pelepasan Hak Atas Tanah 4.1.4.01.02. Penjualan Peralatan/Perlengkapan Kantor tidak terpakai 4.1.4.01.03. Penjualan Mesin/alat-alat berat tidak terpakai 4.1.4.01.04. Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas 4.1.4.01.05. Penjualan Kendaraan Dinas roda dua 4.1.4.01.06. Penjualan Kendaraan Dinas roda empat 4.1.4.01.07. Penjualan Drum Bekas 4.1.4.01.08. Penjualan Hasil Penebangan Pohon 4.1.4.01.09. Penjualan Lampu Hias Bekas 4.1.4.01.10. Penjualan bahan-bahan Bekas Bangunan 4.1.4.01.11. Penjualan Perlengkapan Lalu Lintas 4.1.4.01.12. Penjualan Obat-obatan dan hasil farmasi 4.1.4.01.13. Penjualan hasil pertanian 4.1.4.01.14. Penjualan hasil kehutanan 4.1.4.01.15. Penjualan hasil perkebunan 4.1.4.01.16. Penjualan hasil peternakan 4.1.4.01.17. Penjualan hasil perikanan 4.1.4.01.18. Penjualan hasil sitaan 4.1.4.02. Jasa Giro

Hal 3 dari 5 Kode 1 2 4.1.4.02.01. Jasa Giro Kas Daerah 4.1.4.02.02. Jasa Giro Bendahara 4.1.4.02.03. Jasa Giro Dana Cadangan / Jasa Giro Khusus 4.1.4.02.04. Jasa Giro Bank 4.1.4.03. Pendapatan Bunga 4.1.4.03.01. Pendapatan Bunga Rekening Deposito 4.1.4.03.02. Pendapatan Bunga Rekening Dana Bergulir 4.1.4.03.03. Pendapatan Bunga Rekening Deposito Dana Cadangan 4.1.4.04. Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 4.1.4.04.01. Tuntutan Ganti Kerugian Uang Daerah 4.1.4.04.02. Tuntutan Ganti Kerugian Barang Daerah 4.1.4.05. Komisi, Potongan dan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah 4.1.4.05.01. Penerimaan Komisi dari 4.1.4.05.02. Penerimaan Potongan dari 4.1.4.05.03. Penerimaan Keuntungan Selisih Nilai Tukar Rupiah dari 4.1.4.05.04. Penerimaan Profit Sharing SMS 4.1.4.06. Pendapatan Denda atas Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 4.1.4.06.01. Pendapatan Denda Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan 4.1.4.07. Pendapatan Denda Pajak 4.1.4.07.01. Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Bermotor 4.1.4.07.02. Pendapatan Denda Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 4.1.4.07.03. Pendapatan Denda Pajak Kendaraan Di Atas Air 4.1.4.07.04. Pendapatan Denda Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Di Atas Air 4.1.4.07.05. Pendapatan Denda Pajak Air Permukaan 4.1.4.07.06. Pendapatan Denda Pajak Rokok 4.1.4.08. Pendapatan Denda Retribusi 4.1.4.08.01. Pendapatan Denda Retribusi Pelayanan Kesehatan 4.1.4.08.02. Pendapatan Denda Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor 4.1.4.08.03. Pendapatan Denda Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 4.1.4.08.04. Pendapatan Denda Retribusi Pengolahan Limbah Cair 4.1.4.08.05. Pendapatan Denda Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang 4.1.4.08.06. Pendapatan Denda Retribusi Pelayanan Pendidikan 4.1.4.08.07. Pendapatan Denda Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 4.1.4.08.08. Pendapatan Denda Retribusi Tempat Pelelangan 4.1.4.08.09. Pendapatan Denda Retribusi Tempat Penginapan/ Pesanggrahan/ Villa 4.1.4.08.10. Pendapatan Denda Retribusi Rumah Potong Hewan 4.1.4.08.11. Pendapatan Denda Retribusi Pelayanan Kepelabuhan 4.1.4.08.12. Pendapatan Denda Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga 4.1.4.08.13. Pendapatan Denda Retribusi Penyeberangan Air 4.1.4.08.14. Pendapatan Denda Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah 4.1.4.08.15. Pendapatan Denda Retribusi Pelayanan Ketatausahaan 4.1.4.08.16. Pendapatan Denda Retribusi Izin Trayek 4.1.4.08.17. Pendapatan Denda Retribusi Izin Perikanan 4.1.4.08.18. Pendapatan Denda Retribusi Izin Pengambilan dan Pemanfaatan Air Permukaan 4.1.4.08.19. Pendapatan Denda Retribusi Izin Jasa Perkebunan 4.1.4.08.20. Pendapatan Denda Retribusi Izin Pengendalian dan Pemanfaatan Flora Fauna dan Fauna LIntas Kab/Kota 4.1.4.08.21. Pendapatan Denda Retribusi Pengendalian Lalu Lintas 4.1.4.08.22. Pendapatan Denda Retribusi Perpanjangan Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) 4.1.4.09. Pendapatan Denda Pemanfaatan Aset Daerah 4.1.4.09.01. Pendapatan Denda Sewa Aset Daerah 4.1.4.09.02. Pendapatan Denda Kerjasama Pemanfaatan Aset Daerah 4.1.4.09.03. Pendapatan Denda Bangun Guna Serah 4.1.4.09.04. Pendapatan Denda Bangun Serah Guna 4.1.4.10. Pendapatan Denda Atas Pelangaran Perda 4.1.4.10.01. Pendapatan Denda Atas Pelanggaran Perda

Hal 4 dari 5 Kode 1 2 4.1.4.11. Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 4.1.4.11.01. Hasil Eksekusi Jaminan atas Pelaksanaan Pekerjaan 4.1.4.12. Pendapatan dari Pengendalian 4.1.4.12.01. Pendapatan dari Pengembalian Pajak Penghasilan Pasal 21 4.1.4.12.02. Pendapatan dari Pengembalian Pembayaran Asuransi Kesehatan 4.1.4.12.03. Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Gaji dan Tunjangan 4.1.4.12.04. Pendapatan dari Pengembalian Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas 4.1.4.12.05. Pendapatan dari Pengembalian dari Uang Muka 4.1.4.12.06. Pendapatan dari Pengembalian Belanja Tahun Lalu 4.1.4.12.07. Pendapatan dari Hasil Pemeriksaan Aparat Pengawas 4.1.4.12.08. Pendapatan dari Penggandaan Dokumen Lelang 4.1.4.13. Pendapatan Fasilitas Sosial dan Fasilitas Umum 4.1.4.13.01. Pendapatan Fasilitas Sosial. 4.1.4.13.02. Pendapatan Fasilitas Umum 4.1.4.14. Pendapatan dari Penyelenggaraan Pendidikan dan Latihan 4.1.4.14.01. Uang Pendaftaran/Ujian Masuk 4.1.4.14.02. Uang Sekolah/Pendidikan dan Pelatihan 4.1.4.14.03. Uang Ujian Kenaikan tingkat/kelas 4.1.4.15. Pendapatan dari Angsuran/Cicilan Penjualan 4.1.4.15.01. Angsuran/Cicilan Penjualan Rumah 4.1.4.15.02. Angsuran/Cicilan Penjualan Kendaraan 4.1.4.15.03. Angsuran/Cicilan Kredit BKK 4.1.4.15.04. Penerimaan Kembali Kredit BKK 4.1.4.16. Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah 4.1.4.16.01. Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah Sewa 4.1.4.16.02. Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah Kerjasama Pemanfaatan 4.1.4.16.03. Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah Bangun Guna Serah 4.1.4.16.04. Hasil dari Pemanfaatan Kekayaan Daerah Bangun Serah Guna 4.1.4.17. Pendapatan Zakat 4.1.4.17.01. Pendapataan Zakat. 4.1.4.18. Pendapatan dari BLUD 4.1.4.18.01 Pendapatan dari BLUD Rumah Sakit 4.1.4.19. Hasil Dari Pengelolaan Dana Bergulir 4.1.4.19.01. Hasil dari Pengelolaan Dana Bergulir dari Kelompok Masyarakat 4.1.4.20. Penerimaan Lain-Lain 4.1.4.20.01. Penerimaan lain-lain SKPD 4.1.4.20.02. Penerimaan dari Bursa Otomotif 4.1.4.20.03. Sanksi Denda Kelebihan Muatan 4.1.4.20.04. Penerimaan Dari Bagian Penjualan Hasil Kerajinan Kelompok Binaan 4.2. DANA PERIMBANGAN 4.2.1. DANA BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 4.2.1.01. Dana Bagi Hasil Pajak 4.2.1.01.01. Bagi Hasil dari Pajak Bumi dan Bangunan 4.2.1.01.02. Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang Pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21 4.2.1.01.03. Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 4.2.1.02. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam 4.2.1.02.01. Bagi Hasil dari Iuran Hak Atas Pengusahaan Hutan 4.2.1.02.02. Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan 4.2.1.02.03. Bagi Hasil dari Dana Reboisasi 4.2.1.02.04. Bagi Hasil dari Iuran Tetap (Land-rent) 4.2.1.02.05. Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti) 4.2.1.02.06. Bagi Hasil dari Pungutan Pengusahaan Perikanan 4.2.1.02.07. Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan 4.2.1.02.08. Bagi Hasil dari Pertambangan Minyak Bumi 4.2.1.02.09. Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Bumi

Hal 5 dari 5 Kode 1 2 4.2.1.02.10. Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi 4.2.2. DANA ALOKASI UMUM 4.2.2.01. Dana Alokasi Umum 4.2.2.01.01. Dana Alokasi Umum. 4.2.3. DANA ALOKASI KHUSUS 4.2.3.01. Dana Alokasi Khusus 4.2.3.01.01. Dana Alokasi Khusus. 4.3. LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 4.3.1. PENDAPATAN HIBAH 4.3.1.01. Pendapatan Hibah dari Pemerintah 4.3.1.01.01. Pendapatan Hibah dari Pemerintah 4.3.1.02. Pendapatan Hibah dari Pemerintah Daerah lainnya 4.3.1.02.01. Pendapatan Hibah dari Pemerintah Daerah lainnya 4.3.1.03. Pendapatan Hibah dari badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri 4.3.1.03.01. Penerimaan dari Pihak Ketiga Kendaraan (Dealer) 4.3.1.03.02. Penerimaan dari Pihak Ketiga Kayu 4.3.1.03.03. Penerimaan dari Pihak Ketiga Jasa Raharja 4.3.1.04. Pendapatan Hibah dari kelompok masyarakat/perorangan 4.3.1.04.01. Pendapatan Hibah dari kelompok masyarakat/perorangan 4.3.1.05. Pendapatan Hibah dari Luar Negeri 4.3.1.05.01. Pendapatan Hibah dari Bilateral 4.3.1.05.02. Pendapatan Hibah dari Multilateral 4.3.1.05.03. Pendapatan Hibah dari Donor lainnya 4.3.2. DANA DARURAT 4.3.2.01. Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam 4.3.2.01.01. Penanggulangan Korban/Kerusakan Akibat Bencana Alam 4.3.3. DANA BAGI HASIL PAJAK DARI PROVINSI DAN PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 4.3.3.01. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi 4.3.3.01.01. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi... 4.3.3.02. Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten 4.3.3.02.01. Dana Bagi Hasil Pajak dari Kabupaten. 4.3.3.03. Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota 4.3.3.03.01. Dana Bagi Hasil Pajak dari Kota. 4.3.4. DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 4.3.4.01. Dana Penyesuaian 4.3.4.01.01. Dana Tambahan Penghasilan Guru PNSD 4.3.4.01.02. Bantuan Operasional Sekolah 4.3.4.02. Dana Otonomi Khusus 4.3.4.02.01. Dana Otonomi Khusus. 4.3.5. BANTUAN KEUANGAN DARI PROVINSI ATAU PEMERINTAH DAERAH LAINNYA 4.3.5.01. Bantuan keuangan dari provinsi 4.3.5.01.01. Bantuan keuangan dari Provinsi. 4.3.5.02. Bantuan keuangan dari kabupaten 4.3.5.02.01. Bantuan keuangan dari Kabupaten.. 4.3.5.03. Bantuan keuangan dari kota 4.3.5.03.01. Bantuan keuangan dari Kota.. 4.3.6. DANA INSENTIF DAERAH 4.3.6.01. Dana Insentif Daerah 4.3.6.01.01. Penerimaan Penghargaan Prestasi Kinerja Keuangan Daerah Terbaik Nasional 4.3.7. DANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAERAH 4.3.7.01. Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah 4.3.7.01.01. Dana Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah.

KODE REKENING BELANJA DAERAH Hal 1 dari 13 Kode Rekening 1 2 5. BELANJA DAERAH 5.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 5.1.1. BELANJA PEGAWAI 5.1.1.01. Gaji dan Tunjangan 5.1.1.01.01. Gaji Pokok PNS/Uang Representasi 5.1.1.01.02. Tunjangan Keluarga 5.1.1.01.03. Tunjangan Jabatan 5.1.1.01.04. Tunjangan Fungsional 5.1.1.01.05. Tunjangan Umum 5.1.1.01.06. Tunjangan Beras 5.1.1.01.07. Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus 5.1.1.01.08. Pembulatan Gaji 5.1.1.01.09. Iuran Asuransi Kesehatan 5.1.1.01.10. Uang Paket 5.1.1.01.11. Tunjangan Badan Musyawarah 5.1.1.01.12. Tunjangan Komisi 5.1.1.01.13. Tunjangan Badan Anggaran 5.1.1.01.14. Tunjangan Badan Kehormatan 5.1.1.01.15. Tunjangan Alat Kelengkapan Lainnya 5.1.1.01.16. Tunjangan Perumahan 5.1.1.01.17. Uang Duka Wafat/Tewas 5.1.1.01.18. Uang Jasa Pengabdian 5.1.1.01.19. Belanja Penunjang Operasional Pimpinan DPRD 5.1.1.01.20. Tunjangan Pengamanan Persandian 5.1.1.01.21. Tunjangan BPJS Kesehatan 5.1.1.01.22. Tunjangan BPJS Ketenagakerjaan 5.1.1.02. Tambahan Penghasilan PNS 5.1.1.02.01. Tambahan Penghasilan berdasarkan beban kerja 5.1.1.02.02. Tambahan Penghasilan berdasarkan tempat bertugas 5.1.1.02.03. Tambahan Penghasilan berdasarkan kondisi kerja 5.1.1.02.04. Tambahan Penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi 5.1.1.02.05. Tambahan Penghasilan berdasarkan prestasi kerja 5.1.1.02.06. Tambahan Penghasilan berdasarkan obyektif lainnya 5.1.1.03. Belanja Penerimaan lainnya Pimpinan dan anggota DPRD serta KDH/WKDH 5.1.1.03.01 Tunjangan Komunikasi Intensif Pimpinan dan Anggota DPRD 5.1.1.03.02. Belanja Penunjang Operasional KDH/WKDH 5.1.1.04. Insetif Pemungutan Pajak 5.1.1.04.01. Belanja Insentif Pemungutan Pajak 5.1.1.04.02. Belanja Insentif Pemungutan Pajak Daerah 5.1.1.05. Belanja Insentif Pemungutan Retribusi 5.1.1.05.01. Belanja Insentif Pemungutan Retribusi Daerah 5.1.2. BELANJA BUNGA

Hal 2 dari 13 Kode Rekening 1 2 5.1.2.01. Bunga Utang Pinjaman 5.1.2.01.01. Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah 5.1.2.01.02. Bunga Utang Pinjaman kepada Pemerintah Daerah lainnya 5.1.2.01.03. Bunga Utang Pinjaman kepada BUMD 5.1.2.01.04. Bunga Utang Pinjaman kepada BUMN 5.1.2.01.05. Bunga Utang Pinjaman Kepada Lembaga Keuangan BANK 5.1.2.01.06. Bunga Utang Pinjaman kepada Lembaga Keuangan bukan Bank 5.1.2.01.07. Bunga Utang Pinjaman Lainnya 5.1.2.02. Bunga Utang Obligasi 5.1.2.02.01. Bunga Utang Obligasi. 5.1.3. BELANJA SUBSIDI 5.1.3.01. Belanja Subsidi kepada Perusahaan/Lembaga 5.1.3.01.01. Belanja Subsidi kepada BUMD 5.1.3.01.02 Belanja Subsidi kepada BUMN 5.1.3.01.03. Belanja Subsidi kepada Pihak Ketiga Lainnya 5.1.4. BELANJA HIBAH 5.1.4.05. Belanja Hibah Kepada Pemerintah 5.1.4.05.01. Belanja Hibah Kepada Pemerintah 5.1.4.06. Belanja Hibah Kepada Masyarakat/Organisasi Masyarakat 5.1.4.06.01. Belanja Hibah Kepada Masyarakat/Organisasi Masyarakat 5.1.4.07. Belanja Hibah Dana BOS 5.1.4.07.01. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Semarang 5.1.4.07.02. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Kendal 5.1.4.07.03. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Demak 5.1.4.07.04. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Grobogan 5.1.4.07.05. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Pati 5.1.4.07.06. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Kudus 5.1.4.07.07. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Jepara 5.1.4.07.08. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Rembang 5.1.4.07.09. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Blora 5.1.4.07.10. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Pekalongan 5.1.4.07.11. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Batang 5.1.4.07.12. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Pemalang 5.1.4.07.13. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Tegal 5.1.4.07.14. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Brebes 5.1.4.07.15. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Banyumas 5.1.4.07.16. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Cilacap 5.1.4.07.17. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Purbalingga 5.1.4.07.18. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Banjarnegara 5.1.4.07.19. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Magelang 5.1.4.07.20. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Temanggung 5.1.4.07.21. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Wonosobo 5.1.4.07.22. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Purworejo 5.1.4.07.23. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Kebumen 5.1.4.07.24. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Klaten 5.1.4.07.25. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Boyolali

Hal 3 dari 13 Kode Rekening 1 2 5.1.4.07.26. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Sragen 5.1.4.07.27. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Sukoharjo 5.1.4.07.28. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Karanganyar 5.1.4.07.29. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kabupaten Wonogiri 5.1.4.07.30. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Semarang 5.1.4.07.31. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Pekalongan 5.1.4.07.32. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Surakarta 5.1.4.07.33. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Salatiga 5.1.4.07.34. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Tegal 5.1.4.07.35. Belanja Hibah Dana BOS Kepada Kota Magelang 5.1.4.07.36. Buffer BOS 5.1.5. BELANJA BANTUAN SOSIAL 5.1.5.01. Belanja Bantuan Sosial Kepada Individu, Keluarga dan Masyarakat 5.1.5.01.01. Belanja Bantuan Sosial Kepada Individu, Keluarga dan Masyarakat 5.1.5.01.02. Belanja Bantuan Sosial Kepada Individu, Keluarga dan Masyarakat (Tidak Terencana) 5.1.6. BELANJA BAGI HASIL KEPADA KABUPATEN/KOTA 5.1.6.01. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi 5.1.6.01.01. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Provinsi... 5.1.6.02. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten/Kota 5.1.6.02.01. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Semarang 5.1.6.02.02. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Kendal 5.1.6.02.03. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Demak 5.1.6.02.04. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Grobogan 5.1.6.02.05. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Pati 5.1.6.02.06. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Kudus 5.1.6.02.07. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Jepara 5.1.6.02.08. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Rembang 5.1.6.02.09. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Blora 5.1.6.02.10. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Pekalongan 5.1.6.02.11. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Batang 5.1.6.02.12. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Pemalang 5.1.6.02.13. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Tegal 5.1.6.02.14. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Brebes 5.1.6.02.15. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Banyumas 5.1.6.02.16. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Cilacap 5.1.6.02.17. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Purbalingga 5.1.6.02.18. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Banjarnegara 5.1.6.02.19. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Magelang 5.1.6.02.20. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Temanggung 5.1.6.02.21. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Wonosobo 5.1.6.02.22. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Purworejo 5.1.6.02.23. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Kebumen 5.1.6.02.24. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Klaten 5.1.6.02.25. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Boyolali 5.1.6.02.26. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Sragen 5.1.6.02.27. Belanja Bagi Hasil Pajak Daerah Kepada Kabupaten Sukoharjo