ANALISA KRONOLOGI KECELAKAAN REAKTOR CHERNOBYL 1

dokumen-dokumen yang mirip
REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

Asisten : Astari Rantiza/ Tanggal Praktikum : 24 Februari 2015

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

GUNTINGAN BERITA Nomor : /HM 01/HHK 2.1/2014

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KEJADIAN AWAL, INSIDEN DAN KECELAKAAN

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

TUGAS. Di Susun Oleh: ADRIAN. Kelas : 3 IPA. Mengenai : PLTN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

Definisi PLTN. Komponen PLTN

RISET KECELAKAAN KEHILANGAN AIR PENDINGIN: KARAKTERISTIK TERMOHIDRAULIK

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KEPUTUSAN KEPALA. BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 01-P/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN TAPAK REAKTOR NUKLIR

FAQ tentang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

KEMUNGKINAN DIBANGUNNYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) DI INDONESIA

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

Makalah Fisika Modern. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Dosen pengampu : Dr.Parlindungan Sinaga, M.Si

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

RESIKO PEMBANGKITAN ENERGI

Peningkatan Keselamatan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Generasi Baru

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG IZIN BEKERJA PETUGAS INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KRITERIA PENERIMAAN UNTUK KECELAKAAN INSERSI REAKTIVITAS PADA REAKTOR DAYA

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

REAKTOR AIR TEKAN (PRESSURIZED WATER REACTOR, PWR)

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Mengenang 30 Tahun Peristiwa Chernobyl

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 04-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN PELATIHAN OPERATOR DAN SUPERVISOR REAKTOR NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

Transkripsi:

ANALISA KRONOLOGI KECELAKAAN REAKTOR CHERNOBYL 1 Nanang Triagung Edi Hermawan 2 ABSTRAK ANALISA KRONOLOGI KECELAKAAN REAKTOR CHERNOBYL. Pemanfaatan teknologi nuklir untuk pembangkitan energi telah memberikan sumbangan 17% kebutuhan listrik dunia saat ini. Hingga dewasa ini beberapa pihak menentang penggunaan energi nuklir terkait tiga hal, yaitu ketakutan akan risiko terjadinya kecelakaan nuklir(nuclear safety issue), kekhawatiran penyalahgunaan tenaga nuklir untuk senjata(nuclear nonproleferation issue), dan keberadaan limbah radioaktif sebagai residu kegiatan(radioactive waste management issue). Kebanyakan kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia yang tidak bisa terlepas dari kondisi ideologi politik, sosial budaya, ekonomi, dan pertahanan keamanan negara bersangkutan. Kecelakaan Chernobyl memberikan pengalaman berharga untuk pengembangan sumber daya manusia nuklir yang kompeten dan berdisiplin tinggi, peningkatan standar keselamatan, dan budaya keselamatan. Kata kunci: kecelakaan nuklir, faktor manusia, kecelakaan Chernobyl. ABSTRACT ANALYSIS OF CHERNOBYL ACCIDENT CRONOLOGY. Nuclear energy uses for energy generation have supported about 17% of electric demand in the world today. In this day, some party resist with nuclear energy application in three aspects:nuclear safety issue, nuclear non proleferation issue, dan radioactive waste management issue. Most of the accidents was caused by human factor that couldn t free from ideology, politics, sosiocultures, econimics, system defend condition. Chernobyl accident gives experiences to improve human resources with high competencies and diciplines, safety standard, and safety culture. Keywords: nuclear accidents, human factors, Chernobyl accident. 1 Disampaikan pada Seminar Nasional Keselamatan Nuklir 2009 2 MREN ITB 1

BAB I PENDAHULUAN Pasca Perang Dunia II, pemanfaatan tenaga nuklir berkembang di luar sektor persenjataan militer. Salah satu bidang yang berkembang pesat adalah penggunaan tenaga nuklir di bidang energi pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaan EBR I pada 20 Desember 1951 di dekat Arco, Idaho, Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama dunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris yang dibuka pada 17 Oktober 1956.[1] Di akhir tahun 2006, 439 PLTN telah beroperasi dan 55 PLTN baru dalam tahap konstruksi di 33 negara di seluruh dunia. Keseluruhan PLTN tersebut memberikan sumbangan kurang lebih 17% bagi kebutuhan listrik dunia. Di beberapa negara seperti Prancis bahkan kontribusi listrik dari PLTN melebihi 70%, dan sebagian diantaranya diekspor ke negara tetangga. PLTN memproduksi listrik dengan tingkat kehandalan tinggi, ramah lingkungan dan tanpa menghasilkan gas rumah kaca.[2] Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknologi nuklir juga kian berkembang mengikuti tuntutan jaman. Disain yang lebih sempurna, efisiensi yang lebih tinggi, kapasitas yang semakin besar, tingkat keselamatan yang lebih terjamin merupakan beberapa aspek yang senantiasa ditingkatkan. Secara kronologis, perkembangan teknologi nuklir dari generasi pertama hingga ke empat saat ini dapat dilihat dalam Gambar 1. Pengalaman operasional dari tahun ke tahun, juga pelajaran dari beberapa insiden dan kecelakaan kritikalitas (criticality accidents) di beberapa fasilitas pemrosesan bahan nuklir, maupun kecelakaan (Three Mile Island dan Chernobyl) memberikan pelajaran yang sangat berarti untuk peningkatan standar keselamatan di masa depan. Disamping perbaikan dari sisi teknologi, standar, persyaratan dan pedoman pengoperasian PLTN juga senantiasa ditinjau ulang oleh International Atomic 2

Energy Agency maupun oleh pemegang otoritas di masing masing negara yang memanfaatkan tenaga nuklir. Gambar 1. Perkembangan disain PLTN[1]. 3

BAB II PERMASALAHAN Meskipun keberadaan penerapan teknologi nuklir dari waktu ke waktu semakin menunjukkan tingkat kehandalan yang tinggi, namun beberapa kalangan tertentu baik para politisi, tokoh masyarakat maupun aktivis lingkungan hidup selalu menentang pengembangan teknologi tersebut. Isu pokok yang selalu menjadi landasan penolakan teknologi nuklir diantaranya adalah ketakutan akan risiko terjadinya kecelakaan nuklir (nuclear safety issue), kekhawatiran penyalahgunaan tenaga nuklir untuk senjata (nuclear non proleferation issue), dan keberadaan limbah radioaktif sebagai residu kegiatan (radioactive waste management issue).[2] Kasus kecelakaan reaktor Chernobyl merupakan hantu yang selalu menakuti di setiap saat dan menjadi trauma tersendiri bagi sebagian masyarakat yang pernah mendengar bencana teknologi tersebut. Oleh karena itu dalam pemaparan makalah ini akan disampaikan mengenai analisa kecelakaan Chernobyl untuk memberikan sedikit gambaran mengenai kronologinya. TUJUAN Adapun tujuan dilakukannya analisa kronologi kecelakaan Chernobyl, diantaranya adalah: a. Memberikan gambaran peristiwa yang melatar belakangi kecelakaan tersebut; b. Menganalisa penyebab utama pemicu kecelakaan; dan c. Memberikan sarana pembelajaran bagi perbaikan di masa depan. METODOLOGI Dalam penyusunan analisa keselamatan pada kecelakaan reaktor Chernobyl ini dilakukan dengan metode diskriptif melalui studi pustaka dengan tahapan langkah meliputi pengumpulan literatur dan informasi pendukung, analisa, serta penyusunan laporan. Lingkup pembahasan dititikberatkan 4

mengenai kronologi dan penyebab terjadinya kecelakaan. REAKTOR RBMK Reaktor Chernobyl merupakan reaktor jenis RBMK 1000 (reactor bolshoi moshnosti kanalye), atau reaktor air didih dengan tenaga tinggi, atau disebut juga sebagai high power pressure tube reactor.[3] Chernobyl terletak di negara Ukraina (dulu merupakan bagian USSR) sebelah barat daya Rusia. Kota Chernobyl berpenduduk 12.500 jiwa berada 15 km sebelah tenggara reaktor. Sedangkan sebagian pekerja reaktor bermukim di Pripyat (sebuah kota satelit) dengan kepadatan 45.000.[4](lihat peta dalam Gambar 2) Reaktor ini telah dikembangkan disainnya sejak tahun 1954 di Obninsk dan merupakan tipe reaktor khusus yang hanya dimiliki oleh Uni Soviet (kecuali reaktor Hanford N di Amerika Serikat, yang memiliki prinsip fisika sejenis).[5] Reaktor RBMK yang pertama berkapasitas 1000 MWe dibangun di Leningrad dan mulai beroperasi pada tahun 1973 1975. Pada tahun 1986 di Uni Soviet terdapat 14 reaktor RBMK yang beroperasi dan 8 masih dalam tahap konstruksi.[4] 5

Gambar 2. Peta Posisi Chernobyl. RBMK sering dijuluki juga sebagai boiling water, graphite uranium highpower reactor dan thermal neutron channel type(pressure tube) reactor. Empat ciri utama disain reaktor RBMK 1000 adalah[4]: a. Kanal vertikal yang berisi bahan bakar dan pendingin, dapat diisi ulang bahan bakarnya secara lokal pada saat operasi; b. Bahan bakar dalam bentuk bundel silindris yang terbuat dari uranium dioksida dalam kelongsong zirkonium(zirconium cladding); c. Moderator grafit pada tiap kanal bahan bakar; dan d. Pendingin air ringan yang mendidih pada berbagai saluran bertekanan dengan umpan uap langsung ke turbin. Secara sederhana skema reaktor RBMK 1000 dapat dilihat dalam Gambar 3. Gambar 3. Skema diagram Reaktor RBMK 1000. 6

KATEGORI KECELAKAAN Kecelakaan Chernobyl unit 4 dipicu oleh kejadian kritikalitas teras reaktor yang tidak terkendali dalam waktu sangat singkat. Kecelakaan kritikalitas sering disebut sebagai excursion atau power excursion terjadi pada saat bahan nuklir, baik uranium diperkaya atau plutonium, mengalami reaksi fisi berantai tanpa kendali. Kebocoran radiasi netron yang menyertainya merupakan ancaman bahaya yang sangat tinggi bagi pekerja di sekitarnya dan juga menyebabkan pelepasan radiasi ke lingkungan sekitar. [6] Kritikalitas yang meningkat dalam waktu singkat menyebabkan kenaikan daya reaktor secara cepat disebut sebagai promt excursion. Hal ini menyebabkan uap bertekanan sangat tinggi juga terbentuk secara spontan sehingga memicu ledakan teras dan terhamburnya zat radioaktif produk fisi ke udara. Ditinjau dari dampak yang diakibatkan berdasarkan The International Nuclear Event Scale, kecelakaan reaktor Chernobyl dikategorikan sebagai kecelakaan sangat parah(severe accident) atau masuk kategori kelas 7(major accident). Ciri dari kategori kelas 7 adalah dampak luar biasa terhadap lingkungan maupun kesehatan masyarakat hingga area di luar tapak.[7] KRONOLOGI KECELAKAAN[4] Rangkaian kecelakaan diawali oleh keputusan manajemen reaktor dan tim ahli untuk melakukan percobaan guna menguji respon turbin generator dalam menggerakkan pompa pendingin pada saat pasokan uap ke turbin terhenti. Pada tengah malam 25 April 1986 percobaan dimulai. Daya reaktor diturunkan menjadi 1600 MWt, kemudian turbin nomor 7 dimatikan dan keempat aliran uap dialirkan semuanya ke turbin nomor 8. Sebagai bagian dari percobaan pada pukul 14.00, sistem pendingin teras darurat(emergency core cooling system) diputus. Percobaan sempat tertunda karena permintaan untuk tetap memasok listrik ke jaringan Kiev hingga jam 23.10. Celakanya pada saat penyambungan kembali jaringan, sistem pendingin teras darurat tidak difungsikan kembali. Percobaan kemudian dilanjutkan kembali sesuai dengan prosedur percobaan dengan menurunkan daya menjadi antara 700 sampai dengan 1000 MWt. Pada pukul 00.28 tanggal 26 April untuk menurunkan daya lagi, seperangkat 7

batang kendali otomatis lokal(local automatic control rods) tidak diaktifkan dan sejumlah batang kendali otomatis(acs) diaktifkan. Akan tetapi operator melakukan kesalahan pengesetan ACs, sehingga daya reaktor turun secara drastis menjadi hanya 30 MWt, padahal prosedur mempersyaratkan daya antara 700 1000 MWt. Pada pukul 01.00 operator berhasil menaikkan daya reaktor menjadi 200 MWt dengan cara mengangkat sejumlah batang kendali dari reaktor. Daya tersebut sebenarnya masih jauh di bawah daya yang diperlukan untuk percobaan, dan semestinya percobaan tidak boleh dilanjutkan. Pukul 01.03 dan 01.07 dua pompa sirkulasi cadangan dihidupkan, sehingga secara keseluruhan terdapat delapan pompa yang bekerja bersamaan. Hal ini membuat beberapa pompa melakukan kerja di bawah batas kinerja standarnya dan memicu penurunan produksi uap serta turunnya tekanan dalam drum uap. Pukul 01.19 operator mencoba menaikkan tekanan dan level air dengan menggunakan pompa pengumpan. Reaktor seharusnya dimatikan karena sinyal trip menyala, namun hal tersebut diabaikan oleh operator dan bersikeras untuk tetap melanjutkan percobaan. Pukul 01.19,30 level air yang diperlukan dalam drum uap tercapai, namun operator terus menambahkan air pengumpan. Air dingin memasuki teras reaktor dan pembangkitan uap menurun tajam, demikian tekanan uap juga semakin menurun. Untuk mengatasi hal ini, operator mengangkat sejumlah batang kendali otomatis dan juga batang kendali manual agar daya tetap bertahan 200 MWt. Pukul 01.20,30 kran bypass turbin ditutup untuk memperlambat penurunan tekanan uap. Hal ini menyebabkan kenaikan suhu air yang memasuki teras, selanjutnya ACs mulai diturunkan untuk mencegah kenaikan kualitas uap. Pukul 01.22,30 operator melihat cetakan parameter sistem reaktor pada monitor pemantau. Data menunjukkan bahwa operator harus segera menshutdown reaktor dalam situasi mekanisme shutdown otomatis tidak bekerja tersebut. Namun yang terjadi operator tetap melanjutkan percobaan. 8

Modeling kumputer menunjukkan pada saat tersebut hanya terdapat enam, tujuh, atau delapan batang kendali dalam teras, padahal semestinya tidak boleh kurang dari 30 batang kendali(sesuai instruksi manual). Pada pukul 01.23,04 percobaan dimulai lagi dengan daya 200 MWt, dan katup aliran uap utama menuju turbin nomor 8 dimatikan. Sistem proteksi keselamatan otomatis yang akan aktif pada saat kedua turbin mati sengaja dimatikan oleh operator, meskipun hal ini tidak termasuk prosedur percobaan. Selanjutnya daya reaktor mulai naik dari 200 MWt dan ACs turun. Sedetik kemudian aliran air pendingin utama dan air umpan dikurangi, hal ini menyebabkan kenaikan suhu air yang memasuki reaktor dan meningkatkan pembangkitan uap. Sejurus kemudian daya reaktor naik secara cepat(promt critical excursion) dan mandor yang berjaga memerintahkan untuk segera men shutdown reaktor. Namun perintah tersebut sangat terlambat karena untuk menurunkan batang kendali secara otomatis dibutuhkan waktu 20 detik, padahal baru 0,03 detik berselang alarm sudah berbunyi. Sistem keadaan darurat tidak mampu mengatasi kondisi tersebut, daya reaktor naik menjadi 530 MWt dalam waktu 3 detik untuk kemudian naik secara drastis secara eksponensial yang menyebabkan terjadinya pembangkitan uap serentak. Uap dengan tekanan sangat tinggi yang terbentuk serentak tersebut menimbulkan ledakan dahsyat. Kurang dari sedetik setelah ledakan pertama segera disusul ledakan kedua yang disebabkan oleh masuknya udara ke teras yang menyebabkan bahan bakar dan beberapa elemen bereaksi dengan oksigen dan terbakar dahsyat. KERUGIAN AKIBAT KECELAKAAN Ledakan yang terjadi menyebabkan terhamburnya kurang lebih 1200 ton bahan radioaktif ke atmosfer. Material tersebut setara dengan aktivitas sebesar 14 EBq(10 18 Bq), sebagian diantaranya merupakan gas mulia yang sangat mudah masuk ke jaringan biologis. Gas yang paling dominan diperkirakan adalah xenon, setengahnya merupakan iodine dan caesium dan kirakira 5% bahan bakar dalam teras ikut terlempar keluar.[6] Korban jiwa pertama adalah para pemadam kebakaran dan termasuk petugas yang tersulut api pada permukaan rumah turbin. Paparan radiasi di hari 9

pertama diperkirakan sampai dengan 20.000 msv. Dalam empat bulan berselang jumlah korban meninggal sebanyak 28 orang dan disusul 19 orang kemudian.[6] Sebanyak lebih dari 135.000 penduduk di kota Pripyat dan Chernobyl, serta daerah sekitar pada jangkauan 30 km harus dievakuasi dan direlokasi. Kontaminasi lingkungan mengakibatkan tercemarnya udara, tanaman, tanah, dan air, bahkan kontaminan terbawa angin sampai kawasan Skandinavia. Dekontaminasi harus dilakukan di berbagai kawasan dan negara untuk memastikan keselamatan penduduk. Reaktor Unit 4 tidak bisa dioperasikan lagi dan bangunan reaktor harus ditutup dengan suatu sarkopagus yang terbuat dari beton dengan kerangka besi baja. Sekian triliun rubel dana dialokasikan untuk mengatasi dampak kecelakaan hingga lebih dari sepuluh tahun pasca kecelakaan. Bahkan di awal tahun 1990 dihabiskan dana hingga US$400 juta untuk perbaikan banguan reaktor yang tersisa. Berbagai perbaikan disain dan sistem keselamatan harus ditambahkan pada reaktor RBMK yang lain. BAB III PEMBAHASAN Kecelakaan reaktor RBMK 1000 Chernobyl yang terjadi pada tanggal 26 April 1986 dapat dikategorikan sebagai kecelakaan reaktor yang dipicu oleh adanya kenaikan kritikalitas bahan nuklir dalam teras reaktor yang tidak terkendali. Reaktor RBMK mempunyai spesifikasi sangat rentan terjadi perubahan kritikalitas pada daya rendah. Pada saat umpan air pendingin kurang, maka suhu dan tekanan teras akan naik. Karena moderator yang digunakan berupa batang grafit, maka pada kondisi ini moderasi terhadap netron cepat tetap berlangsung. Hal ini justru menyebabkan peningkatan reaksi fisi, dan berlanjut kepada kenaikan daya reaktor. Kondisi demikian dikatakan bahwa reaktor RBMK memiliki koefisien reaktivitas positif. Berdasarkan urutan kronologi kejadian sebagaimana telah dipaparkan di muka dapat dilakukan analisa kegagalan sistem sebagai berikut: a. Mekanisme(mechanisme) Adanya kenaikan daya secara tiba tiba menyebabkan tekanan uap meningkat secara cepat dan memicu ledakan pada teras reaktor dua kali berturut turut dalam selang waktu kurang dari dua detik. Ledakan pertama diakibatkan oleh tekanan uap 10

yang sangat tinggi, kemudian akibat adanya kontak dengan udara menyebabkan bahan bahan dalam teras bereaksi dengan oksigen maupun nitrigen hingga memicu kebakaran dan akhirnya terjadi ledakan kedua. b. Kondisi(condition) Keadaan yang mengiringi terjadinya kecelakaan, diantaranya adalah: Pelanggaran prosedur kerja Beberapa pelanggaran prosedur kerja yang dilanggar oleh operator reaktor yaitu: 1) Tindakan mematikan sistem pendingin teras darurat(emergency core cooling system); 2) Kesalahan pengesetan batang kendali sehingga daya turun drastis menjadi 30 MWt; 3) Pemakaian semua pompa, termasuk pompa cadangan, pada saat salah satu turbin dimatikan; 4) Pengabaian sinyal untuk menshutdown reaktor pada saat level air pendingin pada pembangkit uap menurun; 5) Tindakan tetap melanjutkan percobaan dengan hanya 6 8 batang kendali, padahal saharusnya tidak boleh kurang dari 30 batang kendali;dan 6) Tindakan menutup saluran uap ke turbin nomor 8 dan pengabaian sistem proteksi keselamatan otomatis. Operator yang kurang terlatih Tindakan operator yang spekulatif dan hanya mencoba coba pada saat memberikan tanggapan terhadap adanya penyimpangan sistem disebabkan kurangnya ketrampilan dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini masih ditambah dengan kurangnya persiapan dalam melakukan percobaan dan rendahnya kesadaran adanya kemungkinan bahaya pada saat pelaksanaan percobaan. Kelemahan disain reaktor Dua poin penting yang menjadi kelemahan reaktor RBMK adalah: 1) Koefisien reaktivitas positif, dimana dengan adanya kenaikan temperatur dan tekanan teras, akan semakin menambah daya reaktor; dan 2) Tidak adanya sistem pengungkung dan penyungkup teras reaktor 11

yang berakibat saat terjadi ledakan sebagian material dalam teras reaktor terhambur ke udara dan mengakibatkan kontaminasi. c. Kendala(constraint) Budaya kerja yang buruk Budaya kerja yang mengutamakan keselamatan sebagai prioritas utama merupakan filosofi dasar untuk menekan risiko kegagalan. Pada peristiwa kecelakaan Chernobyl, terdapat fakta bahwa pada kondisi kondisi kritis tertentu dimana operator masih mempunyai kesempatan untuk men shutdown reaktor guna menghindari kegagalan fungsi, ternyata diabaikan dan prioritas yang dipilih adalah tetap melanjutkan percobaan. Pertimbangan praktisnya adalah dengan menuntaskan percobaan maka tidak perlu menunda percobaan hingga tahun depan, karena percobaan hanya bisa dilakukan sebelum mematikan reaktor. Keputusan ini memperlihatkan bahwa prioritas keselamatan tidak menjadi pertimbangan utama. Suasana Ipoleksosbudhankam Blok Timur Suasana persaingan pengaruh dalam perang dingin antara Blok Barat(Amerika Serikat cs.) dengan Blok Timur(Uni Soviet cs.) ikut memberikan kontribusi yang tidak langsung terhadap kecelakaan Chernobyl. Suasana demikian menyebabkan Uni Soviet dan Amerika Serikat berlomba lomba mengembangkan teknologi mutakhir untuk menunjukkan supremasinya terhadap dunia. Masing masing blok bersifat tertutup satu sama lain dan seringkali merahasiakan teknologi yang dikuasainya. Demikian halnya dalam lingkup teknologi nuklir. Uni Soviet mengembangkan tipe reaktor tersendiri yang dikenal sebagai reaktor RBMK. Dalam suasana persaingan, seringkali banyak faktor termasuk faktor keselamatan yang diabaikan, atas nama kepentingan negara. Standar keselamatan yang rendah Suasana ekonomi Uni Soviet yang seringkali tidak stabil dalam sistem negara komunis 12

menyebabkan terbatasnya dana atau anggaran untuk mengembangkan teknologi. Kondisi demikian mendorong dilakukannya penghematan dalam setiap perencanaan, disain dan penerapan teknologi. Hal inilah yang kemudian menghasilkan produk teknologi yang lebih murah dengan menekan standar keselamatan. Disain reaktor tanpa sistem pengungkung dan penyungkup merupakan bukti paling menonjol. Kebijakan Internasional IAEA sebagai badan PBB yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi pemanfaatan teknologi nuklir seringkali tidak berdaya menghadapi kekuatan negara super power sebagaimana Amerika Serikat dan Uni Soviet. IAEA tidak dapat menjangkau pengawasan terhadap penggunaan bahan nuklir di negara negara anggota pakta militer, sehingga ketentuan safeguard seringkali hanya diterapkan untuk negaranegara kecil. Dunia internasional nampaknya belum tersadar akan adanya kemungkinan kegagalan sistem reaktor yang memungkinkan terjadinya pelepasan zat radioaktif ke lingkungan hidup, terlebih apabila ada ledakan. Hal demikian membuat sistem standar keselamatan reaktor masih mengizinkan adanya reaktor tanpa sistem pengungkung dan penyungkup. Paska kecelakaan Chernobyl membuka mata dunia akan fakta terdapat risiko kegagalan sistem reaktor yang bisa berdampak hingga ke luar tapak reaktor, bahkan hingga berdampak antar negara dan benua. Kesadaran ini merupakan pembelajaran untuk meningkatkan standar keselamatan reaktor dan menjadi koreksi tegas bahwa sistem reaktor generasi selanjutnya harus dilengkapi dengan sistem pengungkung dan penyungkup sebagai prasayarat mutlak. Adapun bagi Uni Soviet, perbaikan dan modifikasi kemudian dilakukan terhadap reaktor RBMK yang masih beroperasi. Modifikasi tersebut mencakup penyempurnaan sistem batang kendali dan penyerap netron, yang berdampak secara langsung untuk menaikkan pengkayaan bahan bakar dari 1,8% menjadi 2,4% U 235 untuk meningkatkan kestabilan reaktor pada daya rendah. Sistem shutdown otomatis 13

reaktor dimodifikasi sedemikian hingga mencapai respon yang lebih cepat. Perlengkapan pemantauan otomatis juga ditambahkan. Berbagai perbaikan yang telah dilakukan memastikan tidak akan ada lagi kejadian kecelakaan seperti Chernobyl sebagaimana dinyatakan oleh German Nuclear Safety Agency dalam laporannya[4]. Di sisi sumber daya manusia, pengalaman Chernobyl menyadarkan untuk memberikan pelatihan yang memadai bagi setiap operator reaktornya. Bahkan beberapa tim operator diberikan kesempatan untuk mengikuti studi banding ke berbagai reaktor di negaranegara barat atas kerja sama dengan IAEA. Pembinaan sumber daya manusia yang memadai diharapkan akan meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan budaya keselamatan pada setiap tingkatan organisasi yang terlibat dalam pengoperasian reaktor nuklir. BAB IV KESIMPULAN 1. Kecelakaan Reaktor Chernobyl Unit 4 disebabkan oleh faktor manusia. 2. Faktor manusia yang paling berpengaruh sebagai penyebab kecelakaan adalah pelanggaran prosedur kerja, keahlian operator yang kurang memadai, dan rendahnya budaya keselamatan di lingkungan kerja. 3. Kondisi lingkungan kerja yang kurang mendukung tidak bisa dilepaskan dari sistem ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan negara Uni Soviet pada saat itu. 4. Badan dunia yang berwenang mengawasi pemanfaatan tenaga nuklir seringkali tidak dapat menjangkau negara negara adi kuasa, yang berakibat lemahnya penegakan standar yang telah ditetapkannya. DAFTAR PUSTAKA 1...., Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, http://www.en.wikipedia.org. 2. Permana Sidik, Energi Nuklir dan Kebutuhan Energi Masa Depan, Inovasi Online Vol.5/XVII, Jakarta, 2005. 3...., Backgrounder on Chernobyl Nuclear Power Plant Accident, http:// www.nrc.gov/readingcollections/fact sheets/chernobyl... 4. F Mould. Richard, Chernobyl: The Real Story, Pergamon Press, New 14

South Wales, 1988. 5. Cox Sue dan Tait Robin, Safety, Reliability and Risk Management: an Integrated approach, edisi ke dua, hal.182., Butterworth Heinemann, Singapura, 1998. 6...., Criticality Accident, http://www.en.wikipedia.org/wiki/ 7. IAEA, The INES: For prompt of communication of safety significant, INES, Vienna, 1999. 15