Bab 2 Tinjauan Pustaka

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 3 Perancangan dan Pembuatan Reaktor Gasifikasi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN REAKTOR GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

MAKALAH PENYEDIAAN ENERGI SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014/2015 GASIFIKASI BATU BARA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetis,

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran untuk mencari alternatif sumber energi yang dapat membantu

6/23/2011 GASIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan energi merupakan salah satu sumber kehidupan

PENGARUH DISTRIBUTOR UDARA PADA TUNGKU GASIFIKASI UPDRAFT

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber energi alternatif dapat menjadi solusi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi yang keberadaanya dialam terbatas dan akan habis. dalam kurun waktu tertentu, yaitu minyak bumi, gas alam, dan

Gasifikasi - Pirolisis Pembakaran

OLEH : SHOLEHUL HADI ( ) DOSEN PEMBIMBING : Ir. SUDJUD DARSOPUSPITO, MT.

BAB I PENDAHULUAN. dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer bahan pangan, pakan

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

KINERJA TUNGKU GASIFIKASI DOWNDRAFT CONTINUE BAHAN BAKAR SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

Oleh : Dimas Setiawan ( ) Pembimbing : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

PENGARUH PEMANASAN AWAL UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Sampah pada Reaktor Downdraft Sistem Batch dengan Variasi Air Fuel Ratio

TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

Pengembangan Desain dan Pengoperasian Alat Produksi Gas Metana Dari pembakaran Sampah Organik

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

SISTEM GASIFIKASI FLUIDIZED BED BERBAHAN BAKAR LIMBAH RUMAH POTONG HEWAN DENGAN INERT GAS CO2

UJI KINERJA REAKTOR GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT PADA BERBAGAI VARIASI DEBIT UDARA

BAB I PENDAHULUAN. campuran beberapa gas yang dilepaskan ke atmospir yang berasal dari

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Pengembangan Desain Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sekam Padi Menggunakan Filter Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan rumah tangga sampai dengan kebutuhan di bidang industri. Di

PENGARUH VARIASI KECEPATAN UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI TIPE DOWNDRAFT KONTINU

Potensi Pengembangan Bio-Compressed Methane Gases (Bio-CMG) dari Biomassa sebagai Pengganti LPG dan BBG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Hampir setiap manusia memerlukan bahan. Sekarang ini masih banyak digunakan bakan bakar fosil atau bahan

OPTIMASI UNJUK KERJA FLUIDIZED BED GASIFIER DENGAN MEVARIASI TEMPERATURE UDARA AWAL

SKRIPSI VARIASI KOMPOSISI CAMPURAN BAHAN BAKAR BATUBARA DAN JERAMI PADI PADA TEKNOLOGI CO-GASIFIKASI FLUIDIZED BED TERHADAP GAS HASIL GASIFIKASI

PENGARUH VARIASI DESAIN DISTRIBUTOR UDARA TERHADAP KINERJA TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

Peningkatan Kadar Karbon Monoksida dalam Gas Mempan Bakar Hasil Gasifikasi Arang Sekam Padi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya energi, manusia dapat menjalankan aktivitasnya dengan lancar. Saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ketika ketergantungan manusia terhadap bahan bakar tak terbarukan

PENGARUH FILTER DAN CYCLONE PADA REAKTOR GASIFIKASI TIPE UPDRAFT TERHADAP HASIL PEMBAKARAN SYN-GAS

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH BIOENERGI GASIFIKASI BIOMASSA SEKAM PADI

PENGARUH LAJU ALIRAN AGENT GAS PADA PROSES GASIFIKASI KOTORAN KUDA TERHADAP KARAKTERISTIK SYNGAS YANG DIHASILKAN

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional.

PENGARUH VARIASI RASIO UDARA-BAHAN BAKAR (AIR FUEL RATIO) TERHADAP GASIFIKASI BIOMASSA BRIKET SEKAM PADI PADA REAKTOR DOWNDRAFT SISTEM BATCH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) 1

STUDI GASIFIKASI BATU BARA LIGNITE DENGAN VARIASI KECEPATAN UDARA UNTUK KEPERLUAN KARBONASI

BAB III TEKNOLOGI PEMANFAATAN SAMPAH KOTA BANDUNG SEBAGAI ENERGI

BAB II TEORI DASAR 2.1 Batubara

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP PERFORMA CROSSDRAFT GASIFIER DENGAN BAHAN BAKAR SEKAM PADI

Studi Eksperimen Burner Type Partially Premixed Dengan Bahan Bahan Bakar Syngas Biomassa Serbuk Kayu Dengan Variasi Diameter Outlet Bahan Bakar

PERBANDINGAN PEMBAKARAN PIROLISIS DAN KARBONISASI PADA BIOMASSA KULIT DURIAN TERHADAP NILAI KALORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sesuai dengan diagram alir dibawah ini;

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Nilai Kecepatan Minimun Fluidisasi (U mf ), Kecepatan Terminal (U t ) dan Kecepatan Operasi (U o ) pada Temperatur 25 o C

BAB I PENDAHULUAN. jumlahnya melimpah dan dapat diolah sebagai bahan bakar padat atau

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat, Peningkatan kebutuhan energi yang tidak diimbangi. pengurangan sumber energy yang tersedia di dunia.

Karakterisasi Biobriket Campuran Kulit Kemiri Dan Cangkang Kemiri

BAB II LANDASAN TEORI. Kompor pembakar jenazah memiliki beberapa bagian seperti:

BAB 1 PENDAHULUAN ANALISA KARAKTERISTIK ALIRAN DINGIN (COLD FLOW) DI GAS BURNER SITEM GASIFIKASI DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC (CFD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

PENGARUH KECEPATAN UDARA PRIMER MULA TERHADAP OUTPUT POWER TUNGKU GASIFIKASI TIPE DOWNDRAFT

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PIROLISIS Oleh : Kelompok 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Temperature Pembakaran Pada Tungku Gasifikasi Sekam Padi. Pada

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

OLEH : NANDANA DWI PRABOWO ( ) DOSEN PEMBIMBING : Dr. Bambang Sudarmanta, ST. MT.

Bab 5 Pengujian dan Pengolahan Data

Genset dengan bahan bakar gasifikasi downdraft kulit kopi dan batubara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

I. PENDAHULUAN. sulit untuk diselesaikan PT.PLN (Persero). Masalah tidak hanya berasal dari tidak

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER TANPA SIRIP

BAB I PENDAHULUAN. alternatif penghasil energi yang bisa didaur ulang secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI PEMANASAN AWAL UDARA DAN PENAMBAHAN UDARA BANTU PADA REAKTOR TERHADAP PERFORMA KOMPOR GASIFIKASI SEKAM PADI TOP LIT UPDRAFT (TLUD)

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

MINYAK bumi merupakan salah satu energi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GASIFIKASI LIMBAH BIOMASSA. Muhammad Syukri Nur, Kamaruddin A. dan Suhendro Saputro Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan,Universitas Darma Persada

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN AIR HEATER TANPA SIRIP

PENGARUH LUBANG SALURAN PEMBAKARAN PADA TUNGKU GASIFIKASI SEKAM PADI

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui (non renewable ). Jumlah konsumsi bahan bakar fosil baik

PENGARUH PENAMBAHAN MATERIAL BUTIRAN BIOMASSA TERHADAP LAJU SIRKULASI PADAT PADA SISTEM COLD MODEL DUAL REACTOR FLUIDIZED BED

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

Prarancangan Pabrik Gas Produser Dari Gasifikasi Kayu Kaliandra Kapasitas Nm 3 /tahun BAB I PENDAHULUAN

Bab II Ruang Bakar. Bab II Ruang Bakar

Pengembangan Desain dan Konstruksi Alat Produksi Gas Metana Dari Pembakaran Sampah Organik Sekam Padi

Transkripsi:

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan sebagai bagian dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar padat atau bisa juga terlebih dahulu diubah ke dalam bentuk cair atau bentuk gas untuk menghasilkan energi listrik, panas, bahan kimia atau bahan bakar [7]. Berbagai jenis biomassa dapat digunakan dalam proses gasifikasi, mulai dari kayu, kertas, tandan kosong kelapa sawit, sekam padi, hingga bonggol jagung. 2.2 Prinsip Dasar Gasifikasi Biomassa Gasifikasi adalah proses yang berbeda dengan proses pembakaran maupun proses pembentukan biogas. Perbedaan gasifikasi dengan pembakaran terletak pada jumlah oksigen yang digunakan dalam proses, serta produk yang dihasilkan. Proses pembakaran menggunakan oksigen yang melebihi kebutuhan stokiometrik, selain itu produk yang dihasilkan berupa energi panas dan gas yang tidak terbakar. Sementara itu, proses gasifikasi sangat bergantung pada reaksi kimia yang terjadi pada temperatur di atas 700 o C. Hal inilah yang membedakannya dengan proses biologis seperti proses anaerobik yang menghasilkan biogas. Gasifikasi adalah proses pengubahan materi yang mengandung karbon seperti batubara, minyak bumi, maupun biomassa ke dalam bentuk karbon monoksida (CO), metana (CH 4 ) dan hidrogen (H 2 ) dengan mereaksikan bahan baku yang digunakan pada temperatur tinggi dengan jumlah oksigen yang diatur. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengubah unsur-unsur pokok dari bahan bakar yang digunakan kedalam bentuk gas yang lebih mudah dibakar, sehingga hanya menyisakan abu dan sisa-sisa material yang tidak terbakar (inert). 5

Proses gasifikasi biomassa dilakukan dengan cara melakukan pembakaran secara tidak sempurna di dalam sebuah ruangan yang mampu menahan temperatur tinggi yang disebut reaktor gasifikasi. Agar pembakaran tidak sempurna dapat terjadi, udara dengan jumlah yang lebih sedikit dari kebutuhan stokiometrik pembakaran dialirkan ke dalam reaktor untuk mensuplai kebutuhan oksigen menggunakan fan/blower. Proses pembakaran yang terjadi menyebabkan reaksi termo-kimia yang menghasilkan CO, H 2, dan gas metan (CH 4 ). Selain itu, dalam proses ini juga dihasilkan uap air (H 2 O) dan karbon dioksida (CO 2 ) yang tidak terbakar. Proses gasifikasi biomassa terdiri dari beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah pirolisa yang terjadi ketika biomassa mulai mengalami kenaikan temperatur. Pada tahap ini volatil yang terkandung pada biomassa terlepas dan menghasilkan arang (char). Tahapan kedua adalah terjadinya proses pembakaran (combustion). Pada tahapan ini volatil dan sebagian arang yang memiliki kandungan karbon (C) bereaksi dengan oksigen membentuk CO 2 dan CO serta menghasilkan panas yang digunakan pada tahap selanjutnya yaitu tahap gasifikasi. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi pembakaran C + ½ O 2 CO Reaksi Boudouard C + CO 2 2 CO Tahapan berikutnya adalah tahap gasifikasi. Tahapan ini terjadi ketika arang bereaksi dengan CO 2 dan uap air yang menghasilkan gas CO dan H 2 yang merupakan produk yang diinginkan dari keseluruhan proses gasifikasi. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi water gas: C + H 2 O CO + H 2 Tahapan tambahan dalam proses ini adalah tahap water shift reaction. Melalui tahapan ini, reaksi termo-kimia yang terjadi di dalam reaktor gasifikasi mencapai keseimbangan. Sebagian CO yang terbentuk dalam reaktor bereaksi dengan uap air dan membentuk CO 2 dan H 2. Reaksi kimia yang terjadi pada tahap ini adalah: Reaksi water shift reaction: CO + H 2 O CO 2 + H 2 6

Jika proses gasifikasi dapat dikendalikan sehingga temperatur reaksi terjadi di bawah 1000 o C, maka akan terjadi reaksi pembentukan CH 4 [5]. Hal ini terjadi ketika C bereaksi dengan H 2, sesuai dengan reaksi: Reaksi metana: C + 2 H 2 CH 4 Penelitian terhadap gasifikasi sekam padi telah memberi petunjuk mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi proses gasifikasi [5]. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah: 1. Kandungan energi bahan bakar yang digunakan Bahan bakar dengan kandungan energi yang tinggi akan memberikan pembakaran gas yang lebih baik. 2. Kandungan air dari bahan bakar yang digunakan Bahan bakar dengan tingkat kelembaban yang lebih rendah akan lebih mudah digasifikasikan daripada bahan bakar dengan tingkat kelembaban yang lebih tinggi. 3. Bentuk dan ukuran bahan bakar Ukuran bahan bakar yang lebih kecil memerlukan fan/blower dengan tekanan yang lebih tinggi. 4. Distribusi ukuran bahan bakar Distribusi ukuran bahan bakar yang tidak seragam akan menyebabkan bahan bakar yang digunakan lebih sulit terkarbonisasi, dan mempengaruhi proses gasifikasi. 5. Temperatur reaktor gasifikasi Temperatur reaktor ketika proses gasifikasi berlangsung sangat mempengaruhi produksi gas yang dihasilkan. Untuk itu reaktor gasifikasi perlu diberi insulasi untuk mempertahankan temperatur di dalam reaktor tetap tinggi. Secara umum, urutan dan susunan proses gasifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.1 7

Gambar 2.1 Susunan Proses Gasifikasi Biomassa 2.2.1 Reaktor Gasifikasi Reaktor gasifikasi biomassa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori berdasarkan sumber panas dan arah aliran gas yang terjadi [5], yaitu: 1. Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft Pada reaktor gasifikasi tipe ini, zona pembakaran (sumber panas) terletak di bawah bahan bakar dan bergerak ke atas seperti tampak dalam Gambar 2.2. Dalam gambar ini, tampak bahwa gas panas yang dihasilkan mengalir ke atas melewati bahan bakar yang belum terbakar sementara bahan bakar akan terus jatuh ke bawah. Melalui pengujian menggunakan sekam padi, reaktor gasifikasi ini dapat bekerja dengan baik. Kekurangan dari reaktor tipe ini adalah produksi asap yang berlebihan dalam operasinya. Gambar 2.2. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Updraft [5] 8

2. Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft Pada tipe ini sumber panas terletak di bawah bahan bakar seperti tampak dalam Gambar 2.3. Dalam gambar ini terlihat aliran udara bergerak ke zona gasifikasi di bagian bawah yang menyebabkan asap pirolisa yang dihasilkan melewati zona gasifikasi yang panas. Hal ini membuat tar yang terkandung dalam asap terbakar, sehingga gas yang dihasilkan oleh reaktor ini lebih bersih. Keuntungan reaktor tipe ini adalah reaktor ini dapat digunakan untuk operasi gasifikasi yang berkesinambungan dengan menambahkan bahan bakar melalui bagian atas reaktor. Namun untuk operasi yang berkesinambungan dibutuhkan sistem pengeluaran abu yang baik, agar bahan bakar bisa terus ditaambahkan ke dalam reaktor. Gambar 2.3. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Downdraft [5] 3. Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft Prinsip kerja reaktor gasifikasi tipe ini sama dengan prinsip kerja reaktor gasifikasi downdraft gasifiers. Dalam Gambar 2.4 tampak bahwa perbedaan antara reaktor gasifikasi downdraft gasifiers dengan reaktor gasifikasi inverted downdraft gasifiers terletak pada arah aliran udara dan 9

zona pembakaran yang dibalik sehingga bahan bakar berada pada bagian bawah reaktor dengan zona pembakaran di atasnya. Aliran udara mengalir dari bagian bawah ke bagian atas reaktor. Gambar 2.4. Skema Reaktor Gasifikasi Tipe Inverted Downdraft [5] 4. Reaktor Gasifikasi Tipe Crossdraft Pada reaktor ini, aliran udara mengalir tegak lurus dengan arah gerak zona pembakaran. Reaktor tipe ini memungkinkan operasi yang berkesinambungan apabila memiliki sistem pengeluaran abu yang baik. 5. Reaktor Gasifikasi Tipe Fluidized Bed Berbeda dengan tipe-tipe reaktor gasifikasi sebelumnya, pada reaktor gasifikasi tipe ini bahan bakar bergerak di dalam reaktor. Sebuah fan bertekanan tinggi diperlukan untuk menggerakkan bahan bakar yang sedang digasifikasi. Reaktor gasifikasi tipe ini sangat cocok untuk keperluan industri karena mahalnya ongkos yang dikeluarkan untuk sistem seperti ini. 10

2.2.2 Siklon Siklon merupakan bagian yang berfungsi sebagai pemisah antara debu dan tar dengan gas hasil gasifikasi. Siklon memanfaatkan gaya sentrifugal dan tekanan rendah yang dihasilkan oleh gerakan memutar untuk memisahkan material yang memiliki perbedaan massa jenis, ukuran, dan bentuk. Siklon sering digunakan karena sangat sederhana dan murah untuk dibuat [8]. Selain itu, siklon tidak memiliki bagian yang bergerak dan dapat dioperasikan dalam temperatur dan tekanan yang tinggi. Prinsip kerja siklon dapat dilihat pada Gambar 2.5 Gambar 2.5 Prinsip Kerja Siklon [8] Gas dengan kecepatan yang tinggi masuk melalui pipa dan bentuk kerucut dari siklon mengakibatkan aliran gas untuk berputar dalam bentuk vortex. 11

Material yang lebih besar atau memiliki massa jenis lebih besar akan terlempar keluar dan drag yang dihasilkan oleh udara berputar dan gaya gravitasi mengakibatkan material tersebut keluar melalui lubang bawah. Sedangkan material yang ringan keluar melalui lubang pipa ke atas. Proses pemisahan melalui siklon membutuhkan aliran yang tunak. Kedua lubang keluaran juga sebaiknya memiliki tekanan yang sama agar tidak terjadi aliran balik. Penambahan siklon akan menghasilkan gas hasil gasifikasi yang lebih bersih. Untuk proses perancangannya dilakukan dengan mengikuti standar yang sudah ada dan ukurannya disesuaikan dengan besarnya reaktor dan debit gas yang dihasilkan. 2.3 Prinsip Dasar Pembakaran Gas Menurut C.E. Bauekal [9], pembakaran (combustion) adalah proses pengubahan energi kimia menjadi energi panas. Proses pembakaran akan dapat terjadi jika ada 3 hal yang disebut sebagai segitiga pembakaran, yaitu bahan bakar, oksidator, dan pencapaian titik api/pemantik. Jika salah satu dari ketiga faktor tersebut tidak ada pembakaran tidak akan terjadi. Pembakaran menurut prosesnya ada dua, yaitu proses pembakaran sempurna dan proses pembakaran tidak sempurna. Proses pembakaran sempurna dapat dicapai jika oksigen dan bahan bakar dan tercampur secara sempurna dan mencapai kondisi stoikiometri. Ciri pembakaran sempurna adalah api sudah berwarna biru. Proses pembakaran biasanya dilakukan dengan memakai oksidator yang jumlahnya melebihi stoikiometri agar oksidator yang dibutuhkan dapat tercapai dan pembakaran sempurna dapat terjadi. Seperti pada proses lainnya, pada pembakaran, massa akan selalu kekal. Ini berarti massa sebelum terjadi pembakaran dan massa setelah pembakaran akan tetap. Selain itu, pada pembakaran sempurna berlaku juga hukum kesetimbangan mol. Ini berarti jumlah atom sebelum pembakaran dan setelah pembakaran adalah sama. 12

Contoh: a C x H y + b O 2 c CO 2 + d H 2 O Berarti: Mol atom H: ay = 2d Mol atom C : ax = c Mol atom O : 2b = 2c + d Jenis aliran juga mempengaruhi proses pembakaran. Aliran yang turbulen akan menghasilkan pembakaran yang lebih baik karena oksidator dan bahan bakar akan tercampur dan akan berada dalam keadaan yang seragam. Karena hal tersebut, aliran biasanya sebisa mungkin dibuat turbulen [kecuali untuk menghindari fenomena flashback (percikan balik)], salah satunya dengan memakai alat yang bernama swirler seperti pada Gambar 2.6. Gambar 2.6 Swirler 13

2.3.1 Pembakaran Gas Gasifikasi Gasifikasi menghasilkan gas CO,H 2, CH 4 sebagai bahan bakar. Pada pembakaran gas hasil gasifikasi, reaksi yang terdapat adalah: CO + ½ O 2 CO 2 H 2 + O 2 H 2 O CH 4 + 2 O 2 CO 2 + 2H 2 O Pembakaran gas-gas tersebut harus dilakukan dengan perbandingan udara dan bahan bakar (AFR) yang sesuai, tidak boleh terlalu berlebih ataupun kurang. Gas-gas hasil gasifikasi ini sangat bergantung dengan reaksi kimia pada keadaan stoikiometri. 2.3.2 Flammability Limit Flammbility limit menggambarkan komposisi antara gas dan oksidator pada keadaan di mana gas bisa tergambar. LFL (Lower Flammability Limit) menggambarkan campuran udara-gas yang paling miskin yang masih memungkinkan pembakaran yang terjadi. Sedangkan UFL (Upper Flammability Limit) menggambarkan campuran udara-gas yang paling kaya yang masih memungkinkan pembakaran terjadi. Flammability limit untuk campuran beberapa gas dapat dihitung dengan persamaan Le Chatelier [10], yaitu: LFL ; Dengan x i adalah fraksi volume. Rumus yang sama berlaku juga untuk UFL. Tabel 2.1 menggambarkan LFL dan UFL dari bensin dan gas-gas hasil gasifikasi. Terlihat betapa jauhnya jangkauan dari gas hasil gasifikasi. Ini juga menjadi salah satu penyebab sulitnya pembakaran dapat terjadi pada gas hasil gasifikasi. Tabel 2.1 Flammability Limit untuk Beberapa Bahan Bakar Bensin CH 4 CO H 2 LFL 1,3% 5,3% 12,5% 4% UFL 6% 17% 74% 75% 14

2.4 Pembakar (Burner) Pembakar (burner) adalah alat yang digunakan untuk mereaksikan secara baik antara bahan bakar dengan oksidator sehingga dapat terjadi proses pembakaran. Pembakar (burner) merupakan komponen yang penting dalam Industri, karena tanpa pembakar (burner) yang baik, akan terjadi pemborosan dari bahan bakar yang akan dipakai. Menurut C.E. Bauekal [9], pembakar (burner) menurut tipe pencampurannya dapat dibagi menjadi: 1. Premixed Burner (Gambar 2.7). Pencampuran antara oksidator dan bahan bakar pada pembakar (burner) tipe ini dilakukan sebelum dipantik. Hasil dari pembakar (burner) tipe ini adalah api yang lebih pendek dan intens jika dibandingkan dengan pembakaran secara difusi. Temperatur hasil pembakaran dengan premixed burner ini lebih tinggi dibandingkan dengan difusi. Kerugian pembakar (burner) tipe ini adalah besarnya kadar emisi gas buang NO x. Oksidator yang biasa dipakai pada pembakar (burner) ini adalah udara. Gambar 2.7 Premixed Burner [9] 2. Diffusion-mixed Burner (Gambar 2.8). Pada pembakar (burner) tipe ini, tidak dilakukan pencampuran terlebih dahulu sebelum campuran dipantik. Keuntungan dari pembakar (burner) ini adalah api yang lebih panjang dan temperatur api lebih seragam. Jika oksidator yang digunakan adalah oksigen murni, biasanya menggunakan pembakar (burner) tipe ini untuk menghindari adanya percikan balik (flashback). Gambar 2.8 Diffusion-mixed Burner [9] 15

3. Partially Premixed Burner (Gambar 2.9). Merupakan gabungan antara premixed dan diffusion-mixed burner. Pada awal/bagian depan pembakar (burner), ada sebagian oksidator dan bahan bakar yang telah dicampur terlebih dahulu sedangkan pada ujung pembakar (burner) (ketika akan dipantik) ada saluran untuk suplai oksidator dan bahan bakar. Gambar 2.9 Partially Premixed Burner [9] 4. Staged Burner (Gambar 2.10). Pembakar (burner) ini memiliki banyak tingkat/tahap pencampuran antara udara dan bahan bakar. Pembakar (burner) ini bertujuan untuk mengontrol perpindahan panas, membuat api menjadi lebih panjang, dan mengurangi emisi gas buang seperti NO x. Jenis pembakaran ini memiliki kelemahan, yaitu bisa terjadinya interaksi antara masing-masing tahap sehingga pembakaran akan makin tidak stabil dan susah diprediksi. Gambar 2.10 Staged Burner [9] 16