Sikap Ridha dan Stres Pascatrauma Korban Bencana Alam. Oleh : A. Jamil Wahab *)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN DAN DATA

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Dalam sub-bab ini akan dibahas landasan teori/ konsep tentang stres pascatrauma, ridha akan takdir dan tipe kepribadaian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan dilaporkan hasil penelitian yang meliputi pelaksanaan penelitian dan hasil analisis data penelitian.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

STRATEGI KOPING PADA KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS YANG MENGALAMI AMPUTASI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

SIKAP MUSLIM MENGHADAPI MUSIBAH. Ust. H. Ahmad Yani, MA. Kondisi Manusia Menghadapi Musibah

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian bencana yang datang silih berganti menimbulkan trauma pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB IV ANALISIS PROBLEM PSIKOLOGIS PASIEN PRA DAN PASCA MELAHIRKAN DAN PELAKSANAAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

BAB IV ANALISIS A. Analisis Pelaksanaan Metode SEFT Total Solution dalam Menangani Trauma Remaja Korban Perkosaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

Abstrak. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT STRES PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D IV FISIOTERAPI TINGKAT AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang besar pada setiap wanita yang normal, juga pada kedua orang

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB RI AYATUL HIMMAH KARYA KH. AHMAD RIFA I

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Koping Religius. menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan

SWT, baik itu berupa nikmat kesehatan, keamanan, maupun kebutuhan harian. Qona ah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan fisiologis seperti perasaan takut dan berdebar saat akan menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB IV ANALISIS MASALAH. dirasakan sebagai suatu gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang menarik dibanyak negara, termasuk negara-negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang ditandai dengan berbagai problematika, seperti perubahan kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Tuhan. Selain itu, orang tua juga menginginkan yang terbaik bagi anaknya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. perjalanan kronik dan berulang. Skizofrenia biasanya memiliki onset pada masa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami-istri. Bagi seorang wanita kehamilan merupakan suatu

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupannya. Seseorang yang mengalami peristiwa membahagiakan seperti dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kepuasan Hidup ( Life Satisfaction) seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Oleh: Drs. Abas Asyafah, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan suatu bisnis perusahaan membutuhkan berbagai

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

Modul 1 PENGERTIAN DAN MANFAAT PSIKOLOGI AGAMA

BAB IV ANALISIS Analisis Strategi Coping Stress yang dilakukan Masyarakat Desa Jati

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

??????????????????????????????????????????????? :????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

: inisial.co.cc : :

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tipe Kepribadian Tangguh (Hardiness) Istilah kepribadian ( personality) berasal dari bahasa Yunani kuno, persone

BAB V KESIMPULAN. masalah, maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama,

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. antara suami istri saja melainkan juga melibatkan anak. retardasi mental termasuk salah satu dari kategori tersebut.

Allah Al-Ghalib (Maha Menang) dan An-Nashir (Maha Penolong)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Sesungguhnya dengan dzikir tenteramlah segala qolbu. (Al-Ra du: 28). 2

MEMAHAMI KONFLIK, STRESS, DAN TRAUMA SERTA UPAYA PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di era modernisasi telah merambah ke seluruh. penjuru dunia. Hal ini membuat manusia terlena dengan kemegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan bentuk organisasi yang didirikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. keluarga telah mencapai resiliensi sebagaimana dilihat dari proses sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STRATEGI COPING ORANG TUA MENGHADAPI ANAK AUTIS

Transkripsi:

Sikap Ridha dan Stres Pascatrauma Korban Bencana Alam Oleh : A. Jamil Wahab *) Pendahuluan Bencana alam dapat menjadi stresor atau faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan psikologis, para korban bencana umumnya mengalami gangguan psikologis yang disebut stres pascatrauma.gangguan psikologis tersebut bisa berkembang bertahun-tahun setelah suatu peristiwa traumatis. Tanggapan-tanggapan dan reaksi-reaksi setelah terjadinya suatu bencana bisa berlangsung sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan tapi sering menunjukan penurunan relatif cepat setelah dampak langsungnya surut (Albano, 2006). Menurut definisinya, stressor adalah faktor penyebab utama dalam perkembangan gangguan stres pascatrauma. Tetapi tidak setiap orang mengalami stres pascatraumasetelah mengalami peristiwa traumatik; walaupun stresor adalah menentukan, stresor tidak cukup untuk menyebabkan gangguan, faktor biologis individual yang telah ada sebelumnya juga harus dipertimbangkan, termasuk faktor psikososial sebelum dan setelah peristiwa trauma. Sebagai contohnya, menjadi bagian dari suatu kelompok yang dapat bertahan hidup setelah suatu bencana seringkali dapat memungkinkan seseorang mengatasi trauma karena ada orang lain yang mengalaminya bersama-sama. Tetapi, rasa bersalah orang yang dapat bertahan hidup kadang-kadang mempersulit penatalaksanaan gangguan stres pascatrauma(kaplan, Sadock, and Grebb, 1997). Gangguan Stres Pascatrauma

Lazarus dan Folkman (1980) menyebutkan dua bentuk coping, yaitu problemfocused coping dan emotion-focused coping. Problem-focused coping adalah strategi dengan cara mengurangi atau menghilangkan stressor, sedangkan emotion-focused coping merupakan strategi kognitif/emosional yang mengubah cara melihat situasi yang menyebabkan stres (Rice, P.L. 1999). Kaplan, Sadock dangrebb (1977) juga menyebutkan bahwa penelitian terakhir pada gangguan stres pascatrauma telah sangat menekankan pada respon subjektif seseorang terhadap trauma ketimbang beratnya stresor itu sendiri. Walaupun gejala gangguan stres pascatrauma pernah dianggap secara langsung sebanding dengan beratnya stresor, penelitian empiris telah membuktikan sebaliknya. Sebagai akibatnya, konsensus yang tumbuh adalah gangguan memiliki pengaruh pada arti subjektif bagi pasien.bahkan jika dihadapkan dengan trauma yang berat, sebagian besar orang tidak mengalami gangguan gejala gangguan stres pascatrauma. Demikian juga, peristiwa yang mungkin nampaknya biasa atau kurang berbahaya bagi kebanyakan orang mungkin menyebabkan gangguan stres pascatrauma pada beberapa orang karena arti subjektif dari peristiwa tersebut Dampak stres juga tidak akan sama pada setiap orang, peristiwa yang sama akan mendapatkan reaksi secara berbeda oleh orang yang berbeda-beda, sebagaimana telah dijelaskan bahwa dampak stres sebagian berhubungan dengan persepsi dan toleransi individu terhadap stres,yaitu terkait dengan perbedaan cara pandang seseorang dalam menafsirkan situasi-situasi yang sama. Yang dimaksud dengan persepsi dan toleransi individu terhadap stres adalah bahwa yang menentukan beratnya stres itu bukan dalam pengertian obyektif, melainkan bersifat subyektif. Kalau sumber stres itu dipersepsi sebagai sesuatu yang membahayakan atau sangat penting, sekalipun hal yang kecil atau kejadian itu tidak dapat ditoleransikan, maka ketegangan yang diakibatkannya akan sangat besar. Jadi jika persepsi orang bersifat negatif terhadap sumber stres maka orang ini akan mengalami stres yang berat. Begitu pula orang-orang yang tidak toleran atau tidak bisa menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya atau dengan apa yang diinginkannya, akan mudah terkena stres. Dengan demikian maka dampak stres tidak akan sama pada setiap orang, peristiwa yang sama akan mendapatkan reaksi secara berbeda oleh orang yang berbeda-beda. Orang yang memiliki keyakinan agama yang kuat akan memiliki persepsi dan toleransi yang positif terhadap sumber stres, dalam pandangan para ahli sufi misalnya; keyakinan bahwa musibah/bencana itu dari Allah dan terjadi karena adanya kekuasaan Allah maka sumber stres itu akan dipersepsikan sebagai suatu ujian yang akan menambah pahala dan kedudukan (derajat) mereka di sisi Allah apabila dapat diterima dengan penuh ridha dan sabar, secara tidak langsung hal tersebut akan meningkatkan daya toleransi sehingga relatif korban bencana akan bisa menerima musibah/cobaan tersebut. Ridha akan Takdir Banyak definisi yang diberikan para ulama terkait apa dan bagaimana sikap Ridha. Berikut ini beberapa definisi dan pendapat tentang ridha yang telah dikemukakan oleh para ulama Islam (lihat tabel):

No Nama Tokoh 01 Dzu an-nun al-misri 02 Al- Muhasibi 03 Al- Ghazali 04 Al-Qusyairi Abu Ali ad- Daqaq Abu Sulaiman ad- Daroni Abu Abdullah bin Khafif 05 Ibn Taimiyah 07 Ibnu Qayyim Al- Jauziyah 08 Abdul Qadir Isa Definisi/Pendapat Ridla adalah menerima qada dan qadar dengan kerelaan hati. Ridha adalah tenangnya hati di bawah ketetapan-ketetapan Allah yang berlaku Sabar yang terus menerus dan sungguhsungguh akan menghasilkan ridha Sikap ridha juga ditandai dengan tidak mengeluh, sikap mengeluh menggugurkan ridha. Bersyukur dengan lisan adalah bagian dari menunjukan sikap ridha terhadap Allah. Ridha adalah buah dari tawakal, karena orang yang tawakal akan ridha terhadap apa yang diperbuat oleh wakilnya Dapat disebut ridha jika seseorang tidak menentang hukum dan keputusan Allah Jika hamba meninggalkan syahwat (hawa nafsu), maka dia adalah orang yang ridha Qana ah adalah awal dan bagian dari ridha. Ridha dengan Allah swt, ridha terhadap apa yang datang dari-nya berkaitan dengan apa yang telah ditetapkan- Nya. Sikap ridha akan sempurna sekalipun ia merupakan salah satu amalan hati- dengan cara memuji Allah. Ridha pada Allah terhadap qada dan qadar-nya, adalah ridha terhadap hukumhukum Allah dan ketetapan-nya. Ridha adalah buah dari tawakal, karena orang yang tawakal akan ridha terhadap apa yang diperbuat oleh wakilnya Ridha merupakan kondisi hati. Jika seorang mukmin dapat merealisasikannya, maka dia akan mampu menerima semua kejadian yang ada di dunia dan berbagai macam bencana dengan iman yang mantap, jiwa yang tentram dan hari tenang. Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sikap ridha memiliki beberapa komponen, seseorang yang disebut memiliki sikap ridha adalah bila di dalam dirinya telah terintegrasi sikap menerima segala kejadian yang menimpa, bersikap tenang dan sabar, bersyukur, serta mampu mengendalikan hawa nafsu. Ridha akan takdir menghasilkan positif thingking kepada Allah. Perasaan ini menghantarkan seorang muslim pada kerendahan hati (tawadhu ), kepasrahan yang utuh pada Khaliq serta semangat untuk melihat masa depan (optimisme) karena tidak larut dengan keadaan atau musibah yang terjadi. Optimisme sebagaimana

dikatakan oleh Taylor (1999)mempunyai pengaruh terhadap coping. Sikap ridha juga merupakan bagian dari emotion-focused coping, karena ridha akan meningkatkan daya toleransi danakan mengubah cara individu dalam melihat situasi yang menyebabkan stres sehinggarelatif akan bisa menerima suatu musibah. Larson (1992) menyatakan bahwa di dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks ini dengan segala keterkaitannya, hendaknya komitmen agama sebagai suatu kekuatan (spiritual power) jangan diabaikan begitu saja. Agama dapat berperan sebagai pelindung dari berbagai penyebab masalah (Religion may have actually been protective rather than problem producing). (Hawari, 2004, p.31). Pendapat serupa dikemukakan oleh Snyderman (1996), hasil riset menyatakan terapi medik tanpa agama, tidak lengkap; sedangkan agama tanpa terapi medik, tidak efektif (Hawari, 2004, p.41) Dalam agama Islam terdapat pengamalan agama yang disebut sufisme, Wilcox (2006) menyebutkan bahwa sufisme adalah makna psikotrapi yang sesungguhnya, jika psikotrapi mengkaji kesehatan mental maka sufisme adalah penyembuhan luka dengan cara mencapai penyatuan dengan Yang Dicintai. Hasil perubahan psikotrapi biasanya kecil, mencakup penyesuaian diri, Sedangkan jalan sufisme lebih mendalam, berupa pengalaman transformasi yang bersifat permanen. Dalam psikologi dan psikotrapi, fokus utama adalah manusia. Dalam sufisme, fokusnya adalah Tuhan. Dengan demikian maka pendekatan agama sangat dibutuhkan termasuk dalam penanggulangan stres pascatrauma. Ridha akan takdir adalah salah satu bagian penting dalam ajaran agama Islam, memiliki sikap ridha sangat dianjurkankan agar seseorang dapat memperoleh ketenangan batin, ketenteraman dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Sikap ridha akan takdir juga akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk beradaptasi dalam menanggulangi tekanan mental atau beban kehidupan (stresor psikososial) yang dihadapinya.dengan demikian maka ridha akan takdir sangat dibutuhkan karena memiliki peranan yang besar dalam mengurangi dan mengatasi stres pascatrauma. Tentang seberapa besar pengaruh dan bagaimanakah korelasi ridha terhadap stres pascatrauma pernah dilakukan penelitian oleh A. Jamil Wahab(2008), denganpopulasi penelitian adalah masyarakat Kecamatan Sewon Kabupaten Bantul Prop. DI Yogyakarta dengan pertimbangan mereka adalah korban gempa pada Mei 2006, sehingga berpotensi mengalami stres pascatrauma, adapun sampel berjumlah 100 orang dengan kriteria mengalami, menyaksikan kejadian gempa bumi yang dapat menyebabkan kematian dan cedera serius pada diri sendiri atau orang lain pada saat terjadinya gempa yaitu tanggal 27 Mei 2006. Desain penelitian adalah non-eksperimen dengan pendekatan kuantitatif menggunakan purposive sampling, regresi linier digunakan untuk menganalisa data. Hasil penelitian menunjukan bahwa kedua variable yaitu ridha akan takdir dan tipe kepribadian secara signifikan membawa pengaruh terhadap stres pascatrauma sebesar 34,7% dengan hubungan korelasi negatif, sementara sisanya (65,3%) adalah dipengaruhi oleh adanya faktor-faktor lain. Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka peneliti memberikan saran untuk dilakukan pengembangan penelitian, serta perlu dilakukan program pengembangan metode untuk mengatasi stres pascatrauma para korban bencana melalui

peningkatan ridha akan takdir Kesimpulan Bencana alam dapat menjadi stresor bagi gangguan stres pascatrauma, akan tetapi faktor biologis individual,faktor psikososial sebelum dan setelah peristiwa setelah trauma harus tetap dipertimbangkan. Stres pascatrauma adalah dipengaruhi respon subjektif seseorang, sikap ridha akan takdir dalam menerima stresor (bencana) merupakan respon subjektif yang turut mempengaruhi intensitas gangguan stres pascatrauma. Hasil penelitian menunjukan bahwa ridha akan takdir secara signifikan memberikan kontribusi terhadap stres pascatrauma maka harus ada upaya bagaimana agar secara maksimal sikap ridha dapat diinternalisasikan kepada para korban, dengan dikembangkannya sikap ridha terhadap takdir oleh korban maka akan membantu mereka untuk dapat lebih resilient (bertahan) menjalani dan menghadapi kesulitan-kesulitan hidup yang diakibatkan oleh bencana. Untuk itu individu atau lembaga yang bekerja untuk membantu para korban bencana perlu untuk mengembangkan metode-metode, bagaimana agar ridha akan takdir dapat diyakini dan menjadi sikap hidup para korban sebagai bagian mekanisme coping dalam mengatasi gangguan stres pascatrauma, diketahui bahwa adanya realisasi atau menerima kenyataan pahit tentang apa yang dialami adalah proses penting yang akan dapat mempercepat pemulihan stres pascatrauma. - *) Peneliti pada Puslitbang Kehidupan Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dan Direktur Riset dan Pengembangan PP LPBI NU