BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Supriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan di Indinesia yang sering kali terjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar, terprogram

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan pendidikan nasional dan tuntutan masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM INKUIRI TERBIMBING PAD A TOPIK SEL ELEKTROLISIS

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar hingga. menghadapi masalah-masalah matematika yang disajikan.

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I. bekerjasama yang efektif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan. melalui belajar matematika karena matematika memiliki struktur dan

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. keliru, karena untuk mencapai suatu pola pikir yang baik membutuhkan proses

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gagasan dalam bentuk tulisan. Sejalan dengan pendapat Parera menulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

2015 PENGGUNAAN METODE SHOW AND TELL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

Metodi DIdaktik Vol. 10, No. 2, Januari 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi (High Order

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menemukan dan menjelaskan konsep-konsep, prinsip-prinsip dalam biologi.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

2015 PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENDAPATKAN MODEL DISCOVERY LEARNING DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

I. PENDAHULUAN. Dalam proses belajar mengajar di sekolah terdapat hubungan yang erat antara

BAB I PENDAHULUAN. memberikan konstribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari. Mengingat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB I PENDAHULUAN. Konsep matematika merupakan ilmu dasar bagi pengembangan sains dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

SP Natalina, et al. Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri-STAD untuk Meningkatkan KPS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersedia tidak memadai, kurang dana, keterbatasan keterampilan guru dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dampak globalisasi saat ini sangat berpengaruh bagi perkembangan IPTEK dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi segala jenis tantangan di era modern dewasa ini. Lebih lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading) dan menulis. penggunaan keempat keterampilan berbahasa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ardi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5)

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut sekolah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pertanyaan sering diajukan dan biasanya untuk mendapatkan informasi dan berguna hanya untuk si penanya. Kemampuan dalam mengajukan pertanyaan atau bertanya merupakan hal yang sangat baik dan mencerminkan tingkat intelektual yang tinggi seseorang. Hal ini disebabkan karena bertanya merupakan indikator dari berpikir, maksudnya dengan bertanya seseorang telah berpikir guna memenuhi apa yang ingin diketahuinya. Selain itu juga kemampuan seseorang dalam bertanya sangat dekat dengan kemampuan berkomunikasi karena dapat melatih seseorang dalam melakukan komunikasi satu dengan lainnya. Bertanya juga merupakan faktor yang paling utama dalam inkuiri sains. Cara yang ditempuh guru dalam mengajukan pertanyaan dan menanggapi pertanyaan mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran, pencapaian hasil belajar, kemampuan dalam mengemukakan pendapat dan peningkatan cara berpikir siswa. Namun, pengaruh positif tersebut tidak otomatis terjadi dan tidak mudah diperoleh jika pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan kualitas pertanyaan tidak efektif. Oleh karena itu penguasaan dan keterampilan guru dalam mengajukan pertanyaan dapat ditingkatkan. Hal ini dipertegas oleh pendapat Allen et.all dan Trowbridge dan Bybee (1990) (dalam Indrawati, 2005, hlm. 1) yang menyatakan bahwa pertanyaan memegang peranan penting dalam pembelajaran, terutama pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri.

2 Salah satu aspek yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran sejarah adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat. Kemampuan mengemukakan pendapat juga dapat melatih kemampuan berpikir siswa. Akan tetapi pada kenyataan di lapangan ternyata terdapat permasalahanpermasalahan dalam hal rendahnya aktivitas belajar yang salah satunya adalah mengemukakan pendapat. Ketika proses pembelajaran sejarah berlangsung siswa cenderung kurang aktif. Hal ini dapat dilihat pada saat siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya, menjawab, memberikan pernyataan maupun tanggapan terhadap materi pelajaran yang sedang dibahas, hanya sebagian kecil atau beberapa orang siswa saja yang aktif. Siswa yang lainnya hanya diam, tidak ikut aktif dan hanya memperhatikan guru saja. Jika kita melihat seberapa penting mengajukan pertanyaan atau bertanya, tentunya ini adalah aspek yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran sejarah. Hal ini dikarenakan, bagi siswa dengan bertanya dapat memenuhi rasa ingin tahu mengenai sesuatu hal dan memperjelas hal-hal yang kurang dipahaminya. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Hasyimi (2001, hlm. 247) yang menyatakan bahwa bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan karena bertanya merupakan bentuk dari usaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh dirinya sendiri. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bertanya merupakan awal dari perubahan sikap siswa yang memunculkan rasa ingin tahu dalam dirinya dan berusaha untuk mencari tahu dengan mengajukan pertanyaan terhadap guru, orang tua dan orang-orang yang ada disekelilingnya. Selain dari siswa hanya diam, tidak ikut aktif dan hanya memperhatikan guru saja ketika diminta untuk menjawab pertanyaan, memberikan pernyataan atau tanggapan yang diberikan oleh guru maupun siswa lain, sebagian dari mereka juga hanya sibuk membuka-buka buku pelajaran saja. Hanya satu sampai dua orang siswa saja yang memang mampu untuk memberikan jawaban, itu pun dilakukan dengan malu-malu dan hanya memberikan

3 jawaban singkat. Dalam hal ini siswa kurang memberikan jawaban yang baik. Dapat diindikasikan ternyata apa yang terjadi pada siswa dikarenakan kurangnya guru untuk memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan kepada siswa untuk aktif dengan mengajukan serangkaian pertanyaan lanjutan yang sifatnya menggali dari seorang siswa yang bertujuan untuk meningkatkan respon siswa menuju kepada jawaban yang lebih benar dan luas terhadap setiap jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Kurikulum 2013 menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran diterapkan pendekatan saintifik dengan lima pengalaman belajar pokok yang dikenal dengan istilah 5M. Kelima aspek tersebut yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan atau mengolah informasi dan mengkomunikasikan. Salah satu dari lima kegiatan dalam pendekatan saintifik adalah menanya. Kegiatan menanya seperti mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati merupakan kegiatan yang tidak boleh terlewat dalam pendekatan saintifik. Hal ini dikarenakan kegiatan menanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lima pengalaman belajar pokok (5M ) dalam kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya lebih menekankan pada pembelajaran pengetahuan untuk mengasah keterampilan dan pembentukan sikap. Selain itu juga siswa harus bisa memanfaatkan sumber belajar seperti buku, alam sekitar, surat kabar atau majalah, internet, dan lain sebagainya. Pembelajaran sejarah di kelas, siswa lebih ditekankan pada high order thinking atau berpikir tingkat tinggi, bukan lagi berpikir tingkat rendah atau low order thinking. Termasuk dalam kegiatan bertanya, dalam proses pembelajaran di samping pertanyaan guru yang memegang peranan penting, juga harus diciptakan agar siswa dapat mengajukan pertanyaan. Untuk menciptakan suasana yang mendukung bagi siswa untuk bertanya, maka guru perlu membuat atau menciptakan kerangka

4 pertanyaan dengan cara memberi kesempatan kepada siswa untuk berhubungan langsung dengan benda-benda yang merangsang rasa ingin tahu siswa. Pembelajaran berbasis aktivitas juga perlu diterapkan, guru juga perlu menuntun siswa untuk mencari tahu mengenai informasi-informasi yang diperlukan atau yang berkenaan dengan materi pelajaran bukan diberi tahu oleh guru (discovery learning). Menekankan kemampuan berbahasa sebagai alat komunikasi, pembawa pengetahuan dan berpikir logis, sistematis dan kreatif juga merupakan hal yang perlu diterapkan. Meskipun tujuan dari kurikulum 2013 sendiri dalam implementasinya adalah agar siswa yang lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti yang tertuang pendekatan saintifik dan guru hanya bertugas sebagai fasilitator namun, dikarenakan adanya kendala-kendala atau permasalahan-permasalahan yang terjadi di dalam kelas, aspek yang diharapkan dalam kurikulum 2013 pada kegiatan pembelajaran kadang tidak sesuai dengan kenyataannya atau tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor dari siswa dan dari gurunya sendiri. Sejarah dalam jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas merupakan suatu mata pelajaran yang menanamkan nilai-nilai mengenai proses perkembangan dan perubahan seluruh masyarakat dari masa ke masa. Mengkaji sejarah (peristiwa-peristiwa sejarah) sendiri sebenarnya sangat memerlukan kemampuan untuk dapat mengolah informasi atau data yang diperoleh sehingga informasi tersebut dapat dipahami secara mendalam dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan suatu solusi dengan suatu cara yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapatnya. Dalam mengemukakan pendapat juga siswa perlu dilatih dalam menggunakan katakata yang tepat dan dapat menyusunnya menjadi kalimat yang baik, runtut, dan jelas. Hal ini bertujuan agar pendapatnya dapat dipahami oleh orang lain.

5 Sejalan dengan pendapat Parera (1984, hlm. 156) yang mengemukakan bahwa: Untuk dapat mengutarakan pendapat dengan jelas sehingga mudah dimengerti itu, orang perlu belajar dan melatih diri menggunakan katakata yang tepat dan menyusunnya menjadi kalimat yang baik disamping ia harus dapat pula mengutarakan gagasan itu dalam urutan yang logis. Kemampuan mengemukakan pendapat (menyatakan dengan benar) melalui jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru maupun siswa, adalah salah satu aspek yang penting diterapkan dalam proses pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran sejarah ketika mengkaji peristiwa-peristiwa sejarah. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hasan (dalam Suprihatna, 2013, hlm. 2) bahwa: Tujuan pendidikan sejarah dimasa mendatang hendaklah berkenaan dengan: keterampilan sejarah yang dapat digunakan siswa dalam mengkaji berbagai informasi, memahami, dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di sekitarnya, dan digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis. Jika seorang siswa mampu untuk mengemukakan pendapat maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah memahami suatu permasalahan atau materi pelajaran yang sedang dibahas. Setelah memahami barulah siswa tersebut berpikir untuk mencari jawabannya, dan jawaban dari hasil pemikiran tersebut disalurkan melalui pendapatnya. Selain itu juga dengan mengemukakan pendapat dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analitis karena berkaitan dengan cara berpikir yang dilakukan oleh siswa dalam mengkaji informasi yang diperolehnya. Kemampuan mengemukakan pendapat juga merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbicara. Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Akan tetapi, pada kenyataannya pembelajaran sejarah di sekolah-sekolah tidak demikian. Umumnya banyak siswa kurang mampu untuk mengemukakan pendapat atau bahkan kurang

6 memaksimalkan kemampuannya dalam mengemukakan pendapat. Kebanyakan siswa merasa malu dan takut pendapat yang disampaikannya itu salah. Tentunya hal ini menyebabkan kemampuan siswa untuk mengemukakan pendapat menjadi rendah, semua ini lebih menitikberatkan kepada aspek psikologi siswa sendiri. Keadaan seperti ini juga dialami oleh siswa kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung. Oleh karena itu, perlu kiranya seorang guru bisa mengoptimalkan aktivitas dan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dengan sebuah cara yang dapat menstimulasi siswa untuk dapat mengemukakan pendapatnya. Selain itu juga guru harus mendorong dan memotivasi siswa agar berani atau tidak takut untuk mengemukakan pendapatnya dihadapan guru dan siswa lainnya. Untuk itu peneliti menerapkan teknik bertanya sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat pada pelajaran sejarah. Alasan dipilihnya teknik ini adalah teknik ini dapat menstimulasi siswa agar mampu mengemukakan pendapat dalam kegiatan belajar mengajar, selain itu juga untuk mengecek pemahaman siswa tentang pokok bahasan tertentu. Adapun judul penelitian yang diangkat oleh peneliti berdasarkan uraian diatas adalah Penerapan Teknik Bertanya Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung. B. Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang, diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu Bagaimana penerapan teknik bertanya dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? Agar permasalahan dapat terarah, maka permasalahan tersebut akan dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

7 1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas sebelum diterapkannya teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? 2. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? 3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? 4. Bagaimana peningkatan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dengan menerapkan teknik bertanya di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? 5. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa di kelas X MIA 2 SMA Negeri 26 Bandung? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam sebuah penelitian. Tujuan merupakan arah dalam pelaksanaan penelitian. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentang penerapan teknik bertanya dalam pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kondisi awal pembelajaran sejarah di kelas sebelum diterapkannya teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa.

8 2. Membuat perencanaan pembelajaran sejarah yang akan dilaksanakan dengan menerapkan teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. 3. Melaksanakan dan mengkaji teknik bertanya yang diterapkan di kelas untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. 4. Mendeskripsikan peningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dengan menerapkan teknik bertanya. 5. Memberikan solusi-solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik bertanya untuk meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam dunia pendidikan, khususnya pada pendidikan Sekolah Menengah Atas dalam mata pelajaran sejarah. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini secara khusus adalah: 1. Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai masukan dan perbandingan dalam melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada penerapan teknik bertanya. 2. Bagi guru, dengan menerapkan teknik bertanya dalam pembelajaran sejarah diharapkan dapat memberikan suatu alternatif dalam

9 pembelajaran sejarah di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai dengan baik. 3. Bagi siswa, untuk mengembangkan daya pikir siswa dalam memahami pelajaran sejarah dan meningkatkan keaktifan siswa dalam mendalami mata pelajaran sejarah melalui penerapan teknik bertanya. 4. Bagi peneliti, akan berdampak pada pengembangan kualitas diri dan profesionalitas, untuk terus mengembangankan proses pembelajaran sejarah selanjutnya. E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi dijadikan pedoman penelitian agar dalam penulisan skripsi ini lebih terarah dan sesuai dengan pedoman penulisan karya tulis ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2013. Oleh karena itu, diperlukan pembagian penulisan kedalam lima bab yang berisi sebagai berikut: Bab I yaitu berisi mengenai pemaparan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Bab II yaitu berisi kajian pustaka, berisi mengenai berbagai literatur yang digunakan dalam penelitian upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat siswa dengan menggunakan teknik bertanya. Bab III yaitu berisi metode penelitian yang memuat tentang metode penelitian dan desain penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dengan menggunakan teknik bertanya. Bab IV yaitu pembahasan yang berisi uraian mengenai pembahasan dan hasil penelitian yang merupakan uraian penjelasan terhadap aspek-aspek

10 yang dijadikan rumusan masalah dalam penelitian upaya meningkatkan meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dengan menggunakan teknik bertanya. Bab V yaitu berisi kesimpulan yang memuat pemaparan mengenai kesimpulan dari penelitian upaya meningkatkan kemampuan mengemukakan pendapat dengan menggunakan teknik bertanya.