PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

Oleh : I Nyoman Darmayasa, SE., M.Ak., Ak. BKP. Politeknik Negeri Bali

PEMOTONGAN/ PEMUNGUTAN PAJAK ATAS PENGGUNAAN DANA DESA

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH

SOSIALISASI SE-34/PJ/2017 TENTANG PENEGASAN PERLAKUAN PERPAJAKAN BAGI PTN-BADAN HUKUM NOPEMBER 2017

PPH 21 Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

KEWAJIBAN PERPAJAKAN ATAS PENGGUNAAN DANA HIBAH PENELITIAN KOPERTIS WILAYAH III JAKARTA TAHUN 2018

GAMBARAN BEBAN PAJAK DI RS. ISLAM DAN PROSPEK KEDEPANNYA SERTA KONSESI PAJAK *)

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

Perpajakan Bendahara Pengeluaran

PAJAK PAJAK DEPARTEMEN IKK - IPB

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PPh Pasal 21. Maksud. Dasar Hukum. Objek Pemotongan Pemotong PPh Pasal 21. Bukan Pemotong PPh Pasal 21. Penerima Penghasilan

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

PJ.091/PPh/S/002/ KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH BOGOR, 15 MEI 2017

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

BAB I PENDAHULUAN. Dokter merupakan seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kesehatan dan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/20

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

BAB III SISTEM PEMOTONGAN DAN PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) PADA KANTOR DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PAJAK OLEH BENDAHARA PEMERINTAH KPP PRATAMA JAKARTA SETIABUDI TIGA

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Subject 3. Nyoman Darmayasa Bali State Polytechnic Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa & Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

ASPEK PAJAK DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM OLEH INSTANSI PEMERINTAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1994 TENTANG

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

CATATAN SPI Subtitle

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

PANDUAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam Siti Resmi (2009: 1):

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

Pengertian Pajak Penghasilan 21

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II URAIAN TEORITIS

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN WP ORANG PRIBADI SEDERHANA (FORMULIR 1770 S DAN LAMPIRANNYA) (Sesuai PER-34/PJ./2009 dan PER-66/PJ.

BAB II LANDASAN TEORI

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

Tanggal Terbit : 01 Februari 2006 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Catatan: - Untuk Point 1, 3, 4 dan 5 dalam hal Wajib Pajak tidak mempunyai NPWP, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 20% (Dua puluh persen).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Tata Cara Pertanggungjawaban Kegiatan Penelitian & Kerjasama LPPM - ITS

PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. WORKSHOP PENYUSUNAN SPJ dan RAB PROGRAM PENELITIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN INOVASI

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

Transkripsi:

PANITIA SUMPAH PEMUDA KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2014

BUKTI PEMBAYARAN Bukti Pembayaran yang absah harus memuat : 1. Tanda Tangan Penerima 2. Tanda Tangan Bendaharawan 3. Tanda Tangan Ketua KNPI/OKP 4. Materai (Sesuai dengan aturan Bea Materai) 5. Surat Bukti Bernomor urut/no. Pagu 6. Stempel KNPI/Organisasi 7. Tanda Lunas 3

HONORARIUM Bukti Pembayaran Honorarium yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Daftar Pembayaran Honorarium Yang Telah Diotorisasi - Bukti Potong & setor PPh 21 - Khusus untuk Panitia, dilampirkan SK. Pembentukan Panitia dan hasil Pekerjaan. NB : Besarnya honorarium & lembur disesuaikan dengan SK. Ketua KNPI dengan memperhatikan standar honor Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur 4

UPAH LEMBUR Bukti Pembayaran Upah Lembur yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Surat Perintah Lembur - Daftar Hadir Lembur - Bukti Potong & setor PPh 21 NB : Besarnya honorarium & lembur disesuaikan dengan SK. Ketua KNPI dengan memperhatikan standar harga lembur Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. 5

BIAYA PERJALANAN DINAS DLM /LUAR DAERAH DAN LUAR NEGERI Bukti Pembayaran Biaya Perjalanan Dinas yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Undangan /Telaahan Staf - Surat Perintah Kerja/Tugas - Surat Perintah Perjalanan Dinas - Rincian Perhitungan Biaya Perjalanan Dinas - Kelengkapan SPPD ( Nama Jelas Penandatangan, Stempel instansi yang dituju) - Kwitansi,Tiket dan paspor - Laporan hasil Perjalanan Dinas Catatan : SPPD hanya dapat digunakan oleh Pengurus KNPI, dan sekretariat KNPI Provinsi Kalimantan Timur 6

BIAYA TUNJANGAN RAPAT/ BIAYA RAPAT (KONSUMSI RAPAT) Bukti Pembayaran Biaya Tunjangan, Biaya Konsumsi Rapat dll yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Undangan Rapat - Daftar Hadir/Absensi Rapat - Permohonan dana - Kwitansi Pengadaan barang/bahan rapat (Invoice) - Laporan Hasil Rapat - Bukti potong pajak yang terkait - SSP Pasal 21/26, Pasal 22, Pasal 23 dan PPN 7

PENGADAAN BARANG & JASA Bukti Pembayaran Pengadaan Barang & Jasa yang sah harus dilengkapi bukti Pendukung berupa: - Kwitansi/Nota/Invoice - Berita Acara Pemeriksaan Barang/ Penyelesaian Pekerjaan (Jika nominal diatas Rp 250.000,-) - Bukti Potong & setor PPh & PPN (Jika nominal diatas Rp 1.000.000,-) - Surat Pemesanan Barang (Jika nominal diatas Rp 5.000.000,-) - Surat Perintah Kerja (Jika nominal diatas Rp 5.000.000,-) - Dokumen Lelang, Surat Penawaran dan Surat Penunjukan (Jika nominal diatas Rp 50.000.000,-) NB : Prosedur Pengadaan barang dan jasa mengacu pada Keppres No.80 Tahun 2003 dan perubahannya 8

ADMINISTRASI BENDAHARAWAN DALAM HAL PERPAJAKAN

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK Bendahara dan Pajabat yang melakukan pembayaran yang dananya berasal dari APBN/APBD, ditetapkan sebagai Pemungut ; Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan Pasal 22 Pajak Penghasilan Pasal 23 dan, Pajak Penghasilan Pasal 21/26 Selain Memungut bendahara juga berkewajiban menyetor dan melaporkannya. 10

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21/26 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 21/26 terhadap honorarium, uang lembur, uang hadir, imbalan prestasi kerja dan imbalan lainnya. Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS dan anggota ABRI dan para Pensiunan, kecuali PNS golongan II-d kebawah dan Anggota ABRI berpangkat Pembantu Letnan Satu kebawah. Dipotong PPh psl 21 sebesar 15% x jumlah bruto dan bersifat final. Selain Pejabat Negara, PNS dan anggota ABRI dan para Pensiunan. Dipotong PPh psl 21 berdasarkan penerapan tarif pasal 17 x jumlah bruto. ( PP RI 45 tn 1994 ) 11

JENIS-JENIS PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH PASAL 21 (Lanjutan) Penghasilan Sehubungan dengan pekerjaan, jasa,atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun diantaranya : Penghasilan pegawai atau penerima pensiun secara teratur. Penghasilan Pegawai, penerima pensiun atau. mantan pegawai secara tidak teratur. Upah harian, mingguan, satuan, borongan. Uang tebusan pensiun,tabungan hari tua atau jaminan, uang pesangon. Honorarium, uang saku, hadiah, komisi, bea siswa, dan imbalan lain sehubungan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang terdiri dari tenaga ahli, pemusik, penyanyi, olahragawan,pengajar, penceramah, penyuluh, peserta sidang dsb. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan-tunjangan lain yang terkait dengan gaji dan honorarium atau imbalan lain. 12

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 21/26 (Lanjutan) Honorarium atau imbalan lainnya yg dibayarkan kepada tenaga ahli, dipotong sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto (50%). Kecuali jika mempekerjakan orang lain dikenakan PPh Psl 23 ( Per-DJP 15/PJ/2006 ) NB : Setiap pemotongan PPh psl 21 Bendaharawan wajib membuat bukti potong PPh psl 21 Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 20% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 21 (5a) UU PPh) 13

PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK Untuk Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Sebesar Rp. 24.300.000,00/Tahun atau Sebesar Rp.2.025.000,00/bulan. Tambahan untuk Wajib Pajak Yang Kawin Sebesar Rp. 2.025.000,00/Tahun atau Sebesar Rp.168.750./bulan Tambahan untuk Seorang Istri yang Penghasilannya Digabung dengan Penghasilan Suami Sebesar Rp. 24.300.000,00/Tahun atau Sebesar Rp.2.050.000,00/bulan (pasal 8 Ayat (1)) Tambahan untuk setiap Anggota Keluarga Sedarah dan Keluarga Semenda dalam garis Keturunan lurus serta anak angkat (3 Orang) sebesar Rp. 2.025.000,00/Tahun atau sebesar Rp. 168.750,00/bulan Catatan : Pengurang selain PTKP adalah Biaya Jabatan sebesar 5% dari Gaji 14

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 22 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 22 terhadap pembayaran atas pembelian barang yg didanai dari APBN/D sebesar 1,5% x nilai pembelian (tidak termasuk PPN). Pembayaran yg dikecualikan dari pemotongan PPh 22 adalah : - Pembayaran atas penyerahan barang (bukan jumlah yg dipecah-pecah) paling banyak Rp1.000.000,- - Pembayaran atas pembelian BBM, listrik, gas, air minum/pdam, benda-benda pos. - WP yg dapat menunjukkan Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh psl 22 ( 210/PMK.03/2008 ) NB : Dalam pengisian SSP untuk pemungutan PPh psl 22, NPWP yang dicantumkan adalah NPWP rekanan. Bendaharawan hanya menandatangani saja. Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 100% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 22 (5a) UU PPh) 15

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23 Bendaharawan wajib memotong PPh pasal 23 terhadap pembayaran : - Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn harta, kecuali sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan sebesar 2% dari penghasilan bruto. - Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa konstruksi, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21. Sebesar 2% dari penghasilan bruto. ( Psl 23 (1c) UU PPh ) NB : Besarnya tarif sebagaimana dimaksud diatas, dikenakan lebih tinggi 100% kepada WP yang tidak memiliki NPWP (Psl 23 (1a) UU PPh) 16

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMOTONG PPh PASAL 23 (Lanjutan) Contoh : 1. Sewa Khusus Angkutan Darat dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 2. Sewa Selain Angkutan Darat dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 3. JasaTeknik/Manajemen/Konsultan/Akuntansi/Aktuaris/ dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 2% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) 4. Jasa Catering dikenakan tarif = 20% x 10% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) atau 20% x jumlah bruto(tdk termasuk PPN) SewaTanah dan atau Bangunan dikenakan PPh psl 4 (2) sebesar 10% dari jumlah bruto(tdk termasuk PPN) ( S-239/PJ.332/2005 ) 17

BENDAHARAWAN SEBAGAI PEMUNGUT PPN Bendaharawan wajib memungut PPN yg terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau JKP kepada instansi pemerintah. PPN yg dipungut wajib disetorkan paling lambat 7 hari setelah bulan terjadinya pembayaran tagihan. PPN tidak dipungut jika : - Bukan merupakan BKP dan/atau JKP - Harga jual/penyerahannya tidak melebihi dari Rp1.000.000,- - PPN ditanggung pemerintah 18

Jenis barang yang tidak dikenai Pajak Pertamabahan Nilai Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau ketering Uang, emas batangan, dan surat berharga. UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 2 ( 1 April 2010) 19

Jenis Jasa yang tidak dikenai Pajak Pertamabahan Nilai Jasa Pelayanan Kesehatan Medis. Jasa Pelayanan Sosial Jasa Pengiriman Surat dengan perangko. Jasa Keuangan Jasa Asuransi Jasa Keagamaan Jasa Pendidikan Jasa Kesenian dan hiburan UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 3 ( 1 April 2010) 20

Jenis Jasa yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai (Lanjutan) Jasa Penyiaran yang tidak bersifat iklan. Jasa angkutan umum didarat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri. Jasa tenaga kerja. Jasa perhotelan Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum Jasa penyedia tempat parkir. Jasa telephone umum dengan menggunakan uang logam Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; Jasa Boga atau katering. UU No. 42 Tahun 2009 Pasal 4A Ayat 3 ( 1 April 2010) 21

BEA MATERAI Dokumen yang dikenakan Bea Meterai Berdasarkan UU No 13 Thn 1985 ttg Bea Meterai adalah dokumen yang berbentuk surat yang memuat jumlah uang, yaitu: yang menyebutkan penerimaan uang; yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di Bank; yang berisi pemberitahuan saldo rekening di Bank; atau yang berisi pengakuan bahwa hutang yang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi atau diperhitungkan. 22

BEA MATERAI yang mempunyai harga nominal sampai dengan Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah), tidak dikenakan Bea Meterai yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) sampai dengan Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah); yang mempunyai harga nominal lebih dari Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), dikenakan Bea Meterai dengan tarif sebesar Rp. 6.000,00 (enam ribu rupiah); 23

24