ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE BAB I KETENTUAN UMUM

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN UMUM PELAKSANAAN ORGANISASI ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION LOCAL CHAPTER UNIVERSITAS DIPONEGORO BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Indonesian Public Health Student Executive Board Association

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TATA TERTIB SIDANG KONGRES MAHASISWA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) IKATAN ALUMNI STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO (IKALISTA UNDIP)

KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MUSYAWARAH UMUM MAHASISWA FAKULTAS (MUMF) 2015

ISMKMI Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Indonesia Association Indonesian Of Public Health Student Organization

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KOORDINASI KEGIATAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA INDONESIA BAB I STATUS DAN KEANGGOTAAN PASAL 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

Pasal 4 Kewajiban anggota : 1. Setiap anggota HMTI UGM wajib menaati segala ketentuan yang tercantum dalam AD/ART HMTI UGM. 2. Setiap anggota HMTI UGM

MAJELIS PERWAKILAN MAHASISWA

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN INTERNAL OLAHRAGA DAN SENI FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I KETENTUAN UMUM

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016.

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOALISI INDONESIA UNTUK KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN BAB I UMUM. Pasal 1 Nama dan Sifat Organisasi

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA (PPI) DELFT

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA PERIODE 2018

Bab I LAMBANG ASASI. Pasal 1. Lambang ASASI berupa perpaduan simbol toga dan buku dengan tulisan ASASI di tengahnya, dengan warna hitam putih.

KETETAPAN KONGRES XXXII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 05/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/VIII/2012

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA U-GREEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN TEKNIK INDUSTRI (AD HMJ-TI) FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNISSULA SEMARANG

RANCANGAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI HSINCHU TAHUN 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 25 MARET 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI ARUNG JERAM INDONESIA

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO NO.01 / TAP / SM FEB UNDIP / 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

PANITIA MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA KE-V TAHUN

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN (Indonesian Students Association in Leiden)

MUSYAWARAH DAN RAPAT KERJA NASIONAL IKATAN LEMBAGA MAHASISWA PSIKOLOGI INDONESIA ( ILMPI ) PSIKOLOGI BERSATU DEMI NUSANTARA

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA No.: 06/TAP/BPM FMIPA UI/III/13.

K O M I S I I N F O R M A S I

KETETAPAN MUSYAWARAH ANGGOTA XVIII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA UNIVERSITI TEKNOLOGI MALAYSIA (PPI UTM) Nomor: 005/MAXVIII/PPI-UTM/X/2014 TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KOORDINASI KEGIATAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA INDONESIA BAB I STATUS DAN KEANGGOTAAN PASAL 1

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) IV FEDERASI SERIKAT PEKERJA PERKAYUAN PERHUTANAN DAN UMUM SELURUH INDONESIA

HIMPUNAN MAHASISWA (... sebutkan...) UNIVERSITAS DHYANA PURA ANGGARAN DASAR

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA TURKI

SURAT KEPUTUSAN KONGRES PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI KOREA 2014 No. : 017/A1.IX/DAGRI/SuratKeputusan/2014. Tentang

ANGGARAN DASAR APMMI

ANGGARAN RUMAH TANGGA

Anggaran Dasar & Anggaran Rumah Tangga Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA PERIODE FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 10/ TAP / DPM UI / III / 2014

PERATURAN TATA TERTIB SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

YAYASAN BHAKTI TRI DHARMA KOSGORO JAKARTA ( KESATUAN ORGANISASI SERBAGUNA GOTONG ROYONG ) SURAT KEPUTUSAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA TAHUN 2017

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/TAP/BPM FMIPA UI/III/16.

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN MUKADIMAH Berkat Rahmat Allah SWT. Bahwasanya manusia dituntut

ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN DASAR dan ANGGARAN RUMAH TANGGA AD & ART LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT NUSANTARA CORRUPTION WATCH LSM NCW

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) YAYASAN KESEJAHTERAAN DAN PENDIDIKAN ISLAM PONDOWAN TAYU PATI

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI SMA NEGERI DELAPAN JAKARTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

KETETAPAN MUSYAWARAH BESAR MAHASISWA IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/MUBESMA IKM FIK UI/IV/2014

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

PERATURAN SENAT MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS DIPONEGORO NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATA TERTIB SENAT MAHASISWA

A N G G A R A N D A S A R

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR: 214 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN DEWAN KERJA PRAMUKA PENEGAK DAN PRAMUKA PANDEGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR 01/TT/DPM FE UNY/II/2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

PERHIMPUNAN MAHASISWA INDONESIA DI RUSIA

BAB III KEANGGOTAAN Pasal 4 Syarat Keanggotaan

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA IMKP (IKATAN MAHASISWA KULON PROGO ) BAB I KEANGGOTAAN DAN KEPENGURUSAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

PENGUKUHAN 16 Oktober 2016 JAKARTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA (ILUNI PPs UI)

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

RANCANGAN PEDOMAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

Anggaran Rumah Tangg a Keluarga Mahasiswa Politeknik Keuang an Negara STAN ART KM PKN STAN

BAB II ASAS ANGGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) MAHASISWA BUMI SRIWIJAYA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG. PASAL 2 MUSI-ITB berasaskan :

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

DAFTAR ISI. 1 Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Republik Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. 2 2 UUD REMA UPI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN MUSYAWARAH MUSEA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I LAMBANG DAN DUAJA

ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER 2015/2016

Transkripsi:

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE 2016-2017 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Rumah Tangga ini yang dimaksud dengan: 1. ALSA National Chapter Indonesia yang selanjutnya disebut National Chapter Indonesia merupakan lembaga tertinggi ALSA di Indonesia. 2. ALSA National Board Indonesia yang selanjutnya disebut National Board adalah pengurus National Chapter. 3. ALSA Local Chapter Indonesia yang selanjutnya disebut Local Chapter adalah lembaga yang merupakan bagian dari dan berada satu tingkat di bawah National Chapter. 4. ALSA Local Board Indonesia yang selanjutnya disebut Local Board adalah pengurus Local Chapter. 5. Musyawarah Nasional adalah forum musyawarah pemegang kekuasaan tertinggi di dalam National Chapter. 6. Musyawarah Nasional Istimewa adalah forum musyawarah yang diadakan sehubungan dengan keadaan memaksa yang mempunyai kedudukan dan kekuasaan yang sejajar dengan Musyawarah Nasional. 7. Presiden National Board adalah ketua National Chapter yang merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di bawah Musyawarah Nasional dalam ALSA di Indonesia. 8. Pra-Musyawarah Nasional adalah forum musyawarah yang hasil-hasilnya akan ditindaklanjuti pada Musyawarah Nasional.

BAB II NATIONAL CHAPTER Pasal 2 Tempat dan kedudukan National Chapter mengikuti asal presiden National Board yang terpilih dalam Musyawarah Nasional. Pasal 3 (1) National Board terdiri dari: a. Presiden b. Staf (2) Staf sekurang-kurangnya terdiri dari: a. Divisi Internal b. Divisi Eksternal BAB III NATIONAL BOARD Bagian Pertama Fungsi, Tugas, Wewenang Pasal 4 Presiden National Board mempunyai fungsi: a. Memberikan arahan bagi kegiatan Local Chapter; b. Menjembatani kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh ALSA; c. Memonitor program kerja setiap Local Chapter dan mengumpulkan laporan pertanggung jawabannya;

d. Menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang sejalan dengan tujuan organisasi ALSA; e. Memimpin delegasi National Chapter dalam forum nasional dan internasional; f. Membantu Local Chapter dalam menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diatasi oleh Local Chapter khususnya dalam mempertahankan eksistensinya; g. Mengarsipkan seluruh dokumen tentang ALSA selama periode kepengurusan; dan h. Memberikan arahan dan mengawasi persiapan, pelaksanaan serta pasca kegiatan nasional. Pasal 5 Presiden National Board mempunyai tugas: a. Menjalankan Constitution of ALSA; b. Menjalankan Anggaran Rumah Tangga dan Garis-Garis Besar Haluan Kerja ALSA National Chapter Indonesia; dan c. Menjalankan putusan Musyawarah Nasional dan Pra-Musyawarah Nasional. Pasal 6 Presiden National Board mempunyai wewenang: a. Memilih, mengangkat dan memberhentikan staf; b. Mengkoordinasikan delegasi National Chapter; c. Memberikan koordinasi terhadap calon Local Chapter yang ingin mengajukan diri menjadi anggota National Chapter dalam Musyawarah Nasional; d. Membuat kegiatan-kegiatan yang dianggap perlu dan sesuai dengan fungsinya; e. Menjatuhkan sanksi yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 19; f. Membuat panitia khusus/ad hoc yang bertugas membuat peraturan pelaksanaan; g. Mengesahkan anggota kehormatan Local Chapter yang telah ditetapkan oleh Local Chapter; h. Merekomendasikan anggota Local Chapter untuk menduduki posisi International Board yang belum terisi dalam International Board; dan i. Mendelegasikan sebagian dan/atau seluruh fungsi dan tugas kepada staf.

Bagian Kedua Masa Jabatan dan Rangkap Jabatan Pasal 7 (1) Masa jabatan National Board adalah 1 (satu) tahun kepengurusan. (2) Presiden National Board hanya dapat dipilih untuk 1 (satu) periode kepengurusan. Pasal 8 (1) Presiden National Board tidak dapat merangkap jabatan apapun dalam ALSA dan tidak sedang menduduki jabatan pengurus dalam organisasi selain ALSA. (2) Presiden National Board yang sedang menjabat berhak untuk diangkat menjadi ALSA International Board dalam ALSA Forum. (3) Presiden National Board yang diangkat menjadi ALSA International Board harus meletakkan jabatan Presiden National Board. (4) Sehubungan dengan ayat (3) di atas, Presiden National Board wajib menunjuk salah satu National Board pada saat itu sebagai pengganti sementara sampai diadakan Musyawarah Nasional Istimewa. BAB IV KEANGGOTAAN Pasal 9 Anggota National Chapter terdiri dari: a. Anggota Local Chapter, yaitu semua mahasiswa Fakultas Hukum di Indonesia yang menjadi anggota Local Chapter; dan b. Anggota Kehormatan, yaitu anggota yang disahkan Musyawarah Nasional atas kontribusinya yang besar terhadap National Chapter.

BAB V BADAN KELENGKAPAN Bagian Pertama Badan Kelengkapan Pasal 10 Badan Kelengkapan terdiri dari : a. Musyawarah Nasional; b. Musyawarah Nasional Istimewa; dan c. Pra-Musyawarah Nasional. Bagian Kedua Musyawarah Nasional Pasal 11 (1) Musyawarah Nasional mempunyai tugas: a. Menetapkan agenda Musyawarah Nasional; b. Menetapkan Tata Tertib Musyawarah Nasional; c. Meminta Pertanggungjawaban National Board; d. Menetapkan Anggaran Rumah Tangga dan Garis-garis Besar Haluan Kerja ALSA National Chapter Indonesia; e. Memilih dan mengangkat Presiden National Board; dan f. Menentukan tuan rumah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional dan Pra-Musyawarah Nasional.

(2) Musyawarah Nasional mempunyai wewenang : a. Menerima atau menolak laporan pertanggungjawaban dari National Board; b. Mengubah Anggaran Rumah Tangga dan Garis-garis Besar Haluan Kerja ALSA National Chapter Indonesia; c. Mengesahkan dan mencabut status anggota kehormatan National Chapter; d. Menerima, mengesahkan, dan mencabut status Local Chapter; e. Memberi rekomendasi untuk dibawa ke Governing Council dan National Chapter; dan f. Mencabut Peraturan Pelaksana yang disahkan oleh National Board. (3) Musyawarah Nasional diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepengurusan. (4) Musyawarah Nasional dihadiri oleh delegasi dari tiap-tiap Local Chapter dan peninjau. Bagian Ketiga Musyawarah Nasional Istimewa Pasal 12 (1) Dalam keadaan memaksa, dapat diadakan Musyawarah Nasional Istimewa yang disetujui sekurang-kurangnya ½ + 1 Local Chapter yang ada. (2) Yang dimaksud keadaan memaksa adalah : a. Presiden National Board meninggal dunia; b. Presiden National Board menderita sakit yang tidak memungkinkan lagi untuk menjalankan tugas; c. Presiden National Board tidak lagi menjadi mahasiswa Fakultas Hukum pada Perguruan Tinggi, di mana ia terdaftar pada saat diangkat; d. Presiden National Board melakukan perbuatan menyimpang; e. Presiden National Board karena suatu hal tidak dapat melaksanakan tugas; f. Presiden National Board diangkat menjadi International Board ALSA; dan/atau

g. Hal-hal yang mendesak berdasarkan pertimbangan Presiden National Board. (3) Musyawarah Nasional Istimewa mempunyai wewenang melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi keadaan memaksa seperti yang tercantum dalam ayat (2) di atas. Bagian keempat Pra-Musyawarah Nasional Pasal 13 (1) Pra-Musyawarah Nasional mempunyai tugas : a. Menetapkan rancangan agenda Musyawarah Nasional; b. Membahas kinerja dan program kerja National Board; c. Membahas batas maksimal biaya peserta Musyawarah Nasional dan Pra- Musyawarah Nasional. (2) Pra-Musyawarah Nasional mempunyai wewenang: a. Membahas hal-hal lain yang berkaitan dengan Musyawarah Nasional; b. Membuat keputusan yang berhubungan dengan kinerja dan program kerja National Board; c. Membahas hal-hal lain yang dianggap perlu. (3) Pra-Musyawarah Nasional diadakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun kepengurusan. (4) Pra-Musyawarah Nasional dihadiri oleh delegasi dari masing-masing Local Chapter. BAB VI LOCAL CHAPTER Bagian Pertama Hak dan Kewajiban

Pasal 14 Local Chapter berhak : a. Menetapkan kebijakan dalam rangka mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Local Chapter yang bersangkutan selama tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang lebih tinggi; b. Menetapkan ketentuan-ketentuan otonom bagi Local Chapter masing-masing selama tidak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang lebih tinggi; dan c. Menjalankan otonomi pengaturan Local Chapter masing-masing. Pasal 15 Local Chapter berkewajiban : a. Membantu pendanaan National Chapter dengan memberikan iuran wajib sebagaimana yang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ALSA National Chapter Indonesia; b. Mengirimkan delegasi pada Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Istimewa, Pra-Musyawarah Nasional, dan Rapat Pimpinan Nasional; c. Menaati hasil Musyawarah Nasional, Musyawarah Nasional Istimewa, dan Pra- Musyawarah Nasional; d. Membuat rencana kerja secara tertulis dan mengkoordinasikannya dengan National Board selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah kepengurusan terbentuk; e. Memberikan laporan tertulis secara berkala kepada National Board dari kegiatan yang telah dilaksanakan; dan f. Menjalankan dan bertanggungjawab atas kebijakan yang telah ditetapkan. Bagian Kedua Syarat-Syarat Menjadi Local Chapter Pasal 16 (1) Syarat-syarat untuk disahkan menjadi Local Chapter : a. Memiliki rancangan struktur keorganisasian yang jelas; b. Memperoleh surat keterangan untuk menjadi Local Chapter dari pihak Fakultas

dengan sepengetahuan Senat Mahasiswa masing-masing / badan setingkat lainnya di masing-masing fakultas; c. Mengajukan surat permohonan menjadi Local Chapter kepada National Board; d. Direkomendasikan oleh Presiden National Board; e. Dua kali berturut-turut menjadi peninjau pada Musyawarah Nasional; f. Mengajukan laporan kesiapan pembentukan Local Chapter; dan g. Diterima oleh Musyawarah Nasional. (2) Apabila calon Local Chapter telah memenuhi syarat-syarat tersebut pada ayat (1), maka pada Musyawarah Nasional kedua yang dihadiri oleh calon Local Chapter tersebut dapat disahkan menjadi Local Chapter. BAB VII PENDANAAN Pasal 17 (1) Pendanaan National Chapter diperoleh dari : a. Iuran wajib masing-masing Local Chapter; b. Sumbangan tidak mengikat; dan/atau c. Usaha-usaha yang sah dan halal serta tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan, Constitution of ALSA dan Anggaran Rumah Tangga ALSA National Chapter Indonesia. (2) Pembahasan lebih lanjut mengenai iuran wajib dari setiap Local Chapter dilakukan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Presiden National Board terpilih.

BAB VIII SANKSI Pasal 18 Sanksi kepada Presiden National Board : a. Sanksi diberikan kepada Presiden National Board yang melakukan penyimpangan terhadap: 1. Constitution of ALSA; 2. Anggaran Rumah Tangga dan/atau Garis-Garis Besar Haluan Kerja ALSA National Chapter Indonesia. b. Pemberian sanksi kepada Presiden National Board dilakukan pada Musyawarah Nasional Istimewa; dan c. Sanksi yang diberikan berupa pencabutan jabatan yang disetujui sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah Local Chapter yang hadir di Musyawarah Nasional Istimewa. Pasal 19 Sanksi kepada Local Chapter : a. Sanksi diberikan kepada Local Chapter yang melanggar kewajiban yang ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga ALSA National Chapter Indonesia; b. Pemberian sanksi pada Local Chapter dilaksanakan oleh Presiden National Board; dan c. Sanksi terhadap local chapter dilakukan melalui tahap-tahap: 1. Teguran lisan; 2. Peringatan tertulis; 3. Pencabutan sebagian atau seluruh hak untuk sementara dengan persetujuan ½ +1 dari jumlah Local Chapter yang ada dalam bentuk tertulis; 4. Pencabutan sebagian atau seluruh hak secara permanen dengan persetujuan ½ +1 dari jumlah Local Chapter yang ada dalam bentuk tertulis; d. Adapun jika pelanggaran yang dilakukan Local Chapter tergategorikan berat, tidak menutup kemungkinan dijatuhkan sanksi tanpa melalui tahapan yang telah diatur.

BAB IX ATURAN PERUBAHAN Pasal 20 (1) Usulan perubahan yang diajukan harus disetujui sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah delegasi yang hadir. (2) Putusan harus disetujui sekurang-kurangnya ½ + 1 dari jumlah delegasi yang hadir. BAB X ATURAN TAMBAHAN Pasal 21 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini, akan ditentukan kemudian dalam peraturan pelaksanaan. (2) Peraturan pelaksanaan dibuat oleh sebuah panitia khusus/ad hoc yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada Presiden National Board. (3) Anggota panitia khusus/ad hoc adalah perwakilan dari National Board dan/atau Local Board yang ada. BAB XI PENUTUP Pasal 22 Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak disahkan dalam Musyawarah Nasional XXIII ALSA National Chapter Indonesia.

PENJELASAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASIAN LAW STUDENTS ASSOCIATION (ALSA) NATIONAL CHAPTER INDONESIA PERIODE 2016-2017 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Cukup jelas; 2. Cukup jelas; 3. Cukup jelas; 4. Cukup jelas; 5. Cukup jelas; 6. Cukup jelas; 7. Cukup jelas 8. Ditindaklanjuti dengan harus berpedoman kepada tugas dan wewenang Pra- Musyawarah Nasional BAB II Cukup jelas. Pasal 2 Pasal 3 (1) Pengangkatan staf dilaksanakan dengan surat keputusan Presiden National Board; (2) Cukup jelas.

BAB III Pasal 4 a. Garis koordinatnya saja; c. Presiden National Board mempunyai hak prerogratif; d. Cukup jelas; e. Cukup jelas; f. Cukup jelas; g. Cukup jelas; h. Cukup jelas; a. Cukup jelas; Pasal 5 b. Seorang Presiden National Board berkewajiban untuk menjalankan ketentuan dalam ART termasuk di dalamnya sedapat mungkin melaksanakan rekomendasi; c. Cukup jelas; Pasal 6 a. Cukup jelas; b. Rekomendasi untuk menghadiri kegiatan nasional dan internasional; c. Cukup jelas; d. Cukup jelas; e. Cukup jelas; f. Cukup jelas; g. Cukup jelas; h. Cukup jelas.

Pasal 7 (1) Cukup jelas; (2) Cukup jelas. Pasal 8 (1) Cukup jelas; (2) Apabila terjadi keadaan yang mendesak; (3) ALSA International Board adalah lembaga tertinggi ALSA di tingkat internasional sesuai dengan definisi pada pasal 6 Constitution of ALSA. (4) Cukup jelas. BAB IV Pasal 9 a. Local Chapter yang dimaksud adalah Universitas Padjajaran, Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gajah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya, Universitas Hasanudin, Universitas Jember, Universitas Samratulangi, Universitas Sriwijaya, Universitas Jenderal Soedirman, Universitas Syiahkuala, UNiversitas Udayana. b. Anggota Kehormatan adalah setiap orang setiap orang yang tidak memiliki status sebagai anggota Local Chapter namun memberikan kontribusi yang besar bagi National Chapter maksud dr diadakan anggota kehormatan ini adalah sebagai sebuah penghargaan atas dedikasinya terhadap National Chater. Penghargaan ini melekat seumur hidup pada pemegang penghargaan namun dapat dicabut kembali melalui munas. anggota kehormatan tidak memiliki hak dan kewajiban seperti anggota Local Chapter.

BAB V Pasal 10 Badan kelengkapan adalah organ kelengkapan yang dibentuk dan diselelengarakan untuk menjalankan tugas dan fungsi kepengurusan National Chapter untuk mencapai tujuannya. a. Cukup jelas; c. Cukup jelas. Pasal 11 (1) a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; d. Cukup jelas; e. Cukup jelas. (2).a. Cukup jelas; c. Pencabutan status anggota kehormatan dilakukan : - Jika yang bersangkutan mencemarkan nama baik ALSA; - Jika dianggap menyalahi ketentuan yang terdapat dalam organisasi ALSA. d. 1. Musyawarah Nasional berwenang untuk menerima dan mengesahkan calon anggota baru sebagai Local Chapter maupun anggota lama yang karena suatu hal memerlukan pengesahan kembali oleh Musyawarah Nasional ; 2. Pencabutan status Local Chapter dilakukan jika Local Chapter yang bersangkutan melanggar kewajiban sebagaimana ditetapkan ART, dan atas pelanggaran tersebut telah diberikan sanksi oleh presiden National Board. e. Cukup jelas; f. Cukup jelas.

(3). Cukup jelas; (4). Cukup jelas. Pasal 12 (1) Cukup jelas; (2) a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; d.menyimpang terhadap ketentuan dasar ALSA pada pasal 18 ditambah peraturan perundangan yang berlaku; e. Cukup jelas; f. Cukup jelas; g. Hal-hal yang mendesak : kondisional (3) Cukup jelas. Pasal 13 (1) Cukup jelas; a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; d. Cukup jelas; e. Cukup jelas. (2) Cukup jelas; (3) Cukup jelas.

BAB VI Pasal 14 a. Cukup jelas; c. Cukup jelas. Pasal 15 a. Cukup jelas; c. Cukup jelas. d. Cukup jelas; e. Cukup jelas; f. Cukup jelas. Pasal 16 (1) a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; d. Rekomendasi dibuat dalam bentuk tertulis dan surat tembusannya diberikan kepada seluruh Local Chapter; e. Cukup jelas; f. Laporan kesiapan pembentukan Local Chapter adalah laporan yang disampaikan oleh calon Local Chapter pada saat Musyawarah Nasional kedua dan sekurangkurangnya memuat hal-hal sebagai berikut : 1. Daftar calon anggota 2. ART 3. Daftar calon pengurus

Dan beberapa hal lain yang akan ditambahkan kemudian merupakan hak prerogatif Presiden NB. g. Cukup jelas; (2) Cukup jelas. BAB VII Pasal 17 (1) a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; (2) Cukup jelas; a. Cukup jelas; c. Cukup jelas; BAB VIII Pasal 18 a. Cukup jelas; c. Angka (1), (2), (3) : Cukup jelas. Pasal 19 BAB IX (1) Cukup jelas; (2) Cukup jelas. Pasal 20

BAB X Pasal 21 (1) Cukup jelas; (2) Cukup jelas; (3) Cukup jelas. BAB XI Pasal 22 Cukup jelas.