BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

MAKALAH PENGATAR PAJAK. Diajukan Untuk Mmenuhi Tugas Pengantar Pajak

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Akuntansi yang mengatur tentang aset tetap. Aset tetap adalah aset berwujud yang

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian aset tetap (fixed asset) menurut Reeve (2012:2) adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI. equipment, machinery, building, and land.

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan Terhadap Pengelolaan Aset Tetap Pt.Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 2 Bandung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

DEPRESIASI DAN AMORTISASI FISKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERTEMUAN KEENAM. Pengertian Aktiva Tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVA TETAP (FIXED ASSET)

Implementasi PSAK 16 Tentang Aset Tetap pada PT. SBP

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PEMILIHAN METODE DEPRESIASI / PENYUSUTAN AKTIVA TETAP TERHADAP PENGARUH PENINGKATAN LABA PADA PT. KOMPAS SIRKULASI SEMARANG SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP BERWUJUD PADA PT HERFINTA FRAM AND PLANTATION

AKTIVA TETAP BERWUJUD (TANGIBLE ASSETS) DAN AKTIVA TETAP TAK BERWUJUD (INTANGIBLE ASSETS)

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang dampak metode

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL AKTIVA TETAP PADA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN ASAHAN

AKTIVA TETAP. Prinsip Akuntansi => Aktiva Tetap harus dicatat sesuai dengan Harga Perolehannya.

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB II LANDASAN TEORI. adalah bahasa bisnis(business language). Akuntansi menghasilkan informasi yang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem berasal dari bahasa Latin (systẻma) dan bahasa Yunani (sustẻma),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jangka panjang, artinya perusahaan harus terus mempertahankan kelangsungan operasinya melalui

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Aset Tetap Pengertian Aset Tetap

BAB I PENDAHULUAN. yang didirikan harus memiliki suatu tujuan agar dapat membuat perusahaan

Aktiva tetap yang ada di perusahaan haruslah benar-benar diperhatikan karena itu bila

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

BAB II BAHAN RUJUKAN

AKTIVA TETAP BERWUJUD (FIXED ASSETS)

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal usaha yaitu aktiva yang menpunyai umur ekonomis lebih da

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. skripsi ini, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB II BAHAN RUJUKAN

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI BERDASARKAN SAK ETAP DAN SAK IFRS ATAS PEROLEHAN ASET TETAP DAN KAITANNYA DENGAN ASPEK PERPAJAKAN.

FAKTOR-FAKTOR DALAM PENGHITUNGAN DEPRESIASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB ASET TETAP. relatif memiliki sifat permanen seperti peralatan, mesin, gedung, dan tanah. Nama lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X SISTEM AKUNTANSI PENYUSUTAN ASET TETAP DAN AMORTISASI ASET TIDAK BERWUJUD

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

BAB II LANDASAN TEORI. keharusan untuk berhubungan dengan pihak pihak lain yang terkait dengan

Materi: 12 ASET: PENGHENTIAN. (Dihapus, Dijual, Ditukar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam penyajian laporan keuangan. Didalam mencapai tujuan

BAB II LANDASAN TEORI

PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS AKTIVA TETAP BERWUJUD PT. GEMA KARYA ABADI

Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap Berdasarkan SAK ETAP Pada CV. Sekonjing Ogan Ilir

BAB III SISTEM INFORMASI AKUNTANSI ASET TETAP PADA BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. entitas pada tanggal tertentu. Halim (2010:3) memberikan pengertian bahwa

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya membutuhkan peralatan dan sarana-sarana yang mendukung

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

AKTIVA TETAP & PENYUSUTAN

BAB XVIII AKUNTANSI ASET TETAP

Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap Berwujud Ditinjau Dari Sudut Pandang Akuntansi dan Perpajakan Pada PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENYUSUTAN DAN AMORTISASI KELOMPOK 5

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Dan Latar Belakang Konvergensi. usaha harmonisasi) standar akuntansi dan pilihan metode, teknik

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I

AKUNTANSI PERPAJAKAN. Akuntansi Pajak atas Aktiva Berwujud

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normalnya, memiliki unsur yang terbatas, pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aktiva, seluruhnya bersifat nonmoneter dan umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari aktiva tetap meliputi periode yang lebih panjang dari satu tahun. Aktiva tetap menurut Rudianto (2009:179) adalah : Aktiva tetap berwujud adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Menurut PSAK No.16 (IA1 2007), Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, (b) dipergunakan untuk operasional

perusahaan dan tidak untuk dijual, dan ; (c) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah aktiva yang relatif permanen, merupakan aktiva berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik, dimiliki, digunakan oleh perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal perusahaan. Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun legih dahulu. Aktiva yang umum dilaporkan didalam kategori ini, meliputi tanah, bangunan, perabotan, peralatan, dan kendaraan bermotor. 2.2. Pengertian Penyusutan Setiap perusahaan tentunya mempunyai aktiva tetap, maka untuk dapat mempunyai aktiva tetap tersebut diperlukan adanya dana untuk membelinya. Dengan berjalannya waktu tentunya kita mengharapkan agar biaya yang telah kita investasikan kedalam aktiva tetap akan kembali jika umur dari aktiva tetap tersebut telah habis, hal ini dapat terjadi karena adanya penyusutan atau penghapusan atau sering juga disebut dengan depresiasi.

Pengertian penyusutan menurut Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati (2010:129) adalah : Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Sedangkan menurut PSAK No. 16 (2009:221) adalah : Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika berdasarkan hal diatas maka penyusutan adalah proses alokasi harga pokok dari aktiva tetap menjadi biaya periode yang mendapatkan manfaat ekonomis dengan cara yang rasional dan hanya diterapkan pada aktiva tetap yang turut serta dalam kegiatan usaha. Beberapa faktor yang mempengaruhi depresiasi ini adalah aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and deray), kerusakan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi.

2.2.1. Faktor-faktor Penyusutan Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode, menurut Achmad Tjahjono, Sulastiningsih (2009:110) yaitu : 1. Biaya awal aktiva tetap yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. 2. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat (nilai sisa) yaitu nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya. 3. Umur manfaat yang diperkirakan yaitu taksiran masa manfaat dari aktiva tetap tersebut. Masa manfaat adalah taksiran umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut, bukan umur teknis. Taksiran masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi. Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian

penentuan ke-3 faktor tersebut, ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya rugi laba perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti, maka jumlah rugi laba perusahaan juga menjadi tidak teliti. 2.2.2. Macam-Macam Penyusutan a. Depresiasi Depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang dengan masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan menurut James A. Hall 2011:408-413) adalah aktiva yang : 1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi. 2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas. 3. Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk dijual administrasi.

Misalnya : PT. Karya Gemilang sebuah mesin dengan harga perolehan Rp80.000.000,- nilai sisa atau (residu) diperkirakan Rp7.500.000,- dan taksiran umur manfaat 8 tahun. Biaya depresiasi setiap tahun sebesar: Harga perolehan - Nilai sisa = Rp80.000.000,- - Rp7.500.00,- Taksiran umur manfaat 8 tahun = Rp9.062.500,- Jurnal : Dr. Biaya depresiasi mesin Rp9.062.500,- Cr. Akumulasi depresiasi mesin Rp9.062.500,- b. Deplesi Deplesi adalah pengurangan nilai dari hak perusahaan sumber-sumber alam sebagai akibat proses menghasilkan pendapatan yang secara berkala akan dibebankan sebagai biaya. Untuk menghitung deplesi menurut James A. Hall (2011:408-413) ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu : 1. Harga perolehan aktiva. Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah sejak memperoleh izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya.

2. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi. 3. Taksiran hasil ekonomis dapat dieksploitasi. Seperti halnya aktiva tetap berwujud, biayabiaya sehubungan dengan pengusahaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya. Dalam hal ini terutama disebabkan oleh ditambangnya sumber-sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumbersumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengan penyusutan pada aktiva tetap berwujud. Pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi. Misalnya : Sebidang tanah tambang dengan harga perolehan Rp20.000.000,- taksiran isi sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir senilai Rp2.000.000,- deplesi per ton dihitung sebagai berikut :

= Harga perolehan Taksiran nilai sisa setelah dieksploitasi Taksiran hasil ekonomis dapat dieksploitasi = Rp20.000.000,- - Rp2.000.000,- 150.000 ton = Rp120 perton Jika pada tahun pertama bias dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk tahun tersebut : 40.000 x Rp120 = Rp4.800.000,- Jurnal : Dr. Deplesi Cr.Akumulasi Deplesi Rp4.800.000,- Rp4.800.000, c. Amortisasi Amortisasi adalah pengurangan nilai dari suatu aktiva tak berwujud juga harus disusutkan, yang dalam hal ini disebut amortisasi. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasi, aktiva tak berwujud menurut James A. Hall (2011:408-413) dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan UU, peraturan atau persetujuan seperti misalnya : hak paten, hak cipta dan hak merek. 2. Aktiva tak berwujud yang tidak terbatas waktunya

dan yang pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usia yang terbatas. Seperti misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi. Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha mendirikan perusahaan. Sedangkan biaya pra operasi adalah biaya-biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Misalnya : PT. Karya Gemilang memiliki hak paten untuk suatu barang tertentu, harga perolehan hak paten tersebut adalah Rp25.000.000,- akan disusutkan selama 5 tahun. Amortisasi hak paten tersebut setiap tahun sebesar ; Harga perolehan = Rp25.000.000,- = Rp 5.000.000,- Tahun penyusutan 5 tahun 2.3. Metode Penyusutan Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh perusahaan berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri. Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus dapat ditetapkan secara konsisten dari periode ke

periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan. Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimiliki. Beberapa metode tersebut yaitu : Hery (2008:101). a.) Metode Garis Lurus (Straight Line Method). b.) Metode Unit Produksi (Unit-of-production Method). c.) Metode Saldo Menurun (Declining-Balance Method). Berikut ini penjelasan masing-masing metode : a.) Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode ini merupakan metode penyusutan yang menghasilkan beban penyusutan yang sama selama umur ekonomis aktina tetap. Metode ini sangat tepat digunakan apabila jasa yang diberikan oleh aktiva tetap relatif sama pada tiap-tiap tahun selama umur ekonomis. Besarnya penyusutan tahunan dihitung dengan membagi aktiva yang disusutkan (Harga perolehan-nilai residu) dengan taksiran umur ekonomis. Dalam perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus ini

didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut : 1. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun serta proporsional setiap periode. 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap metode jumlahnya relatif tetap. 3. Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu. 4. Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap. Contoh : Asumsikan bahwa biaya akuisisi aktiva tetap adalah $24.000, estimasi nilai sisa adalah $2.000, dan estimasi umurnya adalah 5 tahun. Maka penyusutan aktiva tersebut dihitung sebagai berikut : $24.000 biaya - $2.000 estimasi nilai sisa = $4.400 penyusutan tahunan 5 tahun estimasi umur b.) Metode Unit Produksi (Unit-of-production Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Bahan depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap metode akan fluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan.

Contoh : Asumsikan bahwa sebuah mesin yang berbiaya $24.000 dan estimasi nilai sisa $2.000 diperkirakan memiliki estimasi umur manfaat 10.000jam operasi. Penyusutan per jam dihitung sebagai berikut: $24.000 biaya - $2.000 estimasi nilai sisa = $2,20 penyusutan perjam 1.000 estimasi jam Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka penyusutan untuk tahun tersebut adalah $4.620 ($2,20 x 2.100jam). c.) Metode Saldo Menurun (Declining-Balance Method) Metode saldo menurun menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini, tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Tarif penyusutan saldo menurun atas suatu aktiva yang dimiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40%, yaitu dua kali tarif garis lurus sebesar 20% (100% / 5). Untuk tahun pertama, biaya aktiva dikalikan dengan tarif saldo menurun. Setelah tahun pertama, nilai buku (book

value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan) dikalikan dengan tarif yang dimaksud. Contoh : memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 sebagai berikut: Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Nilai Buku Tahun Harga Penyusutan Awal Tarif Tahunan Akhir Perolehan Awal tahun Tahun Tahun 1. $ 24.000 $ 24.000,00 40% $ 9.600,00 $ 14.400,00 2. 24.000 $ 9.600,00 14.400,00 40% 5.760,00 8.640,00 3. 24.000 15.360,00 8.640,00 40% 3.456,00 5.184,00 4. 24.000 18.816,00 5.184,00 40% 2.073,60 3.110,40 5. 24.000 20.889,60 3.110,40-1.110,40 2.000,00 Dari contoh diatas, estimasi nilai sisa adalah $2.000. Jadi, penyusutan untuk tahun ke-5 adalah $1.110,40 ($3.110,40 - $2.000), bukan $1.244,16 (40% x $3.110,40).