BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam operasi normalnya, memiliki unsur yang terbatas, pada akhir masa manfaatnya harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aktiva, seluruhnya bersifat nonmoneter dan umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari aktiva tetap meliputi periode yang lebih panjang dari satu tahun. Aktiva tetap menurut Rudianto (2009:179) adalah : Aktiva tetap berwujud adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Menurut PSAK No.16 (IA1 2007), Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang : (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, (b) dipergunakan untuk operasional
perusahaan dan tidak untuk dijual, dan ; (c) diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap adalah aktiva yang relatif permanen, merupakan aktiva berwujud (tangible assets) karena terlihat secara fisik, dimiliki, digunakan oleh perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal perusahaan. Aktiva berwujud ini diperoleh baik dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun legih dahulu. Aktiva yang umum dilaporkan didalam kategori ini, meliputi tanah, bangunan, perabotan, peralatan, dan kendaraan bermotor. 2.2. Pengertian Penyusutan Setiap perusahaan tentunya mempunyai aktiva tetap, maka untuk dapat mempunyai aktiva tetap tersebut diperlukan adanya dana untuk membelinya. Dengan berjalannya waktu tentunya kita mengharapkan agar biaya yang telah kita investasikan kedalam aktiva tetap akan kembali jika umur dari aktiva tetap tersebut telah habis, hal ini dapat terjadi karena adanya penyusutan atau penghapusan atau sering juga disebut dengan depresiasi.
Pengertian penyusutan menurut Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati (2010:129) adalah : Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang disusutkan dari suatu aset selama umur manfaatnya. Sedangkan menurut PSAK No. 16 (2009:221) adalah : Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jika berdasarkan hal diatas maka penyusutan adalah proses alokasi harga pokok dari aktiva tetap menjadi biaya periode yang mendapatkan manfaat ekonomis dengan cara yang rasional dan hanya diterapkan pada aktiva tetap yang turut serta dalam kegiatan usaha. Beberapa faktor yang mempengaruhi depresiasi ini adalah aus karena dipakai (wear and tear), aus karena umur (deterioration and deray), kerusakan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan adanya kemajuan teknologi sehingga aktiva tersebut tidak ekonomis lagi.
2.2.1. Faktor-faktor Penyusutan Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban depresiasi setiap periode, menurut Achmad Tjahjono, Sulastiningsih (2009:110) yaitu : 1. Biaya awal aktiva tetap yaitu uang yang dikeluarkan atau hutang yang timbul dan biaya-biaya lain yang terjadi dalam memperoleh suatu aktiva dan menempatkannya agar dapat digunakan. 2. Estimasi nilai pada akhir umur manfaat (nilai sisa) yaitu nilai sisa suatu aktiva yang didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva itu dijual ditukarkan atau cara-cara lain ketika aktiva tersebut sudah tidak digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual atau menukarnya. 3. Umur manfaat yang diperkirakan yaitu taksiran masa manfaat dari aktiva tetap tersebut. Masa manfaat adalah taksiran umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut, bukan umur teknis. Taksiran masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi. Dari faktor-faktor diatas dapat dihitung biaya depresiasi tiap tahun. Biaya depresiasi ini merupakan suatu taksiran yang ketelitiannya sangat tergantung pada ketelitian
penentuan ke-3 faktor tersebut, ketelitian biaya depresiasi ini akan mempengaruhi besarnya rugi laba perusahaan setiap periode. Apabila depresiasi tidak dihitung dengan teliti, maka jumlah rugi laba perusahaan juga menjadi tidak teliti. 2.2.2. Macam-Macam Penyusutan a. Depresiasi Depresiasi adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang dengan masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan menurut James A. Hall 2011:408-413) adalah aktiva yang : 1. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi. 2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas. 3. Dimiliki oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan atau untuk dijual administrasi.
Misalnya : PT. Karya Gemilang sebuah mesin dengan harga perolehan Rp80.000.000,- nilai sisa atau (residu) diperkirakan Rp7.500.000,- dan taksiran umur manfaat 8 tahun. Biaya depresiasi setiap tahun sebesar: Harga perolehan - Nilai sisa = Rp80.000.000,- - Rp7.500.00,- Taksiran umur manfaat 8 tahun = Rp9.062.500,- Jurnal : Dr. Biaya depresiasi mesin Rp9.062.500,- Cr. Akumulasi depresiasi mesin Rp9.062.500,- b. Deplesi Deplesi adalah pengurangan nilai dari hak perusahaan sumber-sumber alam sebagai akibat proses menghasilkan pendapatan yang secara berkala akan dibebankan sebagai biaya. Untuk menghitung deplesi menurut James A. Hall (2011:408-413) ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu : 1. Harga perolehan aktiva. Dalam hal sumber-sumber alam, harga perolehannya adalah sejak memperoleh izin sampai sumber alam itu dapat diambil hasilnya.
2. Taksiran nilai sisa apabila sumber alam sudah selesai dieksploitasi. 3. Taksiran hasil ekonomis dapat dieksploitasi. Seperti halnya aktiva tetap berwujud, biayabiaya sehubungan dengan pengusahaan sumber-sumber alam juga akan makin berkurang nilainya. Dalam hal ini terutama disebabkan oleh ditambangnya sumber-sumber tersebut. Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal sumbersumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengan penyusutan pada aktiva tetap berwujud. Pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi. Misalnya : Sebidang tanah tambang dengan harga perolehan Rp20.000.000,- taksiran isi sebesar 150.000 ton. Tanah tersebut sesudah dieksploitasi ditaksir senilai Rp2.000.000,- deplesi per ton dihitung sebagai berikut :
= Harga perolehan Taksiran nilai sisa setelah dieksploitasi Taksiran hasil ekonomis dapat dieksploitasi = Rp20.000.000,- - Rp2.000.000,- 150.000 ton = Rp120 perton Jika pada tahun pertama bias dieksploitasi sebanyak 40.000 ton, maka deplesi untuk tahun tersebut : 40.000 x Rp120 = Rp4.800.000,- Jurnal : Dr. Deplesi Cr.Akumulasi Deplesi Rp4.800.000,- Rp4.800.000, c. Amortisasi Amortisasi adalah pengurangan nilai dari suatu aktiva tak berwujud juga harus disusutkan, yang dalam hal ini disebut amortisasi. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasi, aktiva tak berwujud menurut James A. Hall (2011:408-413) dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan UU, peraturan atau persetujuan seperti misalnya : hak paten, hak cipta dan hak merek. 2. Aktiva tak berwujud yang tidak terbatas waktunya
dan yang pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usia yang terbatas. Seperti misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi. Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha mendirikan perusahaan. Sedangkan biaya pra operasi adalah biaya-biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Misalnya : PT. Karya Gemilang memiliki hak paten untuk suatu barang tertentu, harga perolehan hak paten tersebut adalah Rp25.000.000,- akan disusutkan selama 5 tahun. Amortisasi hak paten tersebut setiap tahun sebesar ; Harga perolehan = Rp25.000.000,- = Rp 5.000.000,- Tahun penyusutan 5 tahun 2.3. Metode Penyusutan Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh perusahaan berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri. Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus dapat ditetapkan secara konsisten dari periode ke
periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan. Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimiliki. Beberapa metode tersebut yaitu : Hery (2008:101). a.) Metode Garis Lurus (Straight Line Method). b.) Metode Unit Produksi (Unit-of-production Method). c.) Metode Saldo Menurun (Declining-Balance Method). Berikut ini penjelasan masing-masing metode : a.) Metode Garis Lurus (Straight Line Method) Metode ini merupakan metode penyusutan yang menghasilkan beban penyusutan yang sama selama umur ekonomis aktina tetap. Metode ini sangat tepat digunakan apabila jasa yang diberikan oleh aktiva tetap relatif sama pada tiap-tiap tahun selama umur ekonomis. Besarnya penyusutan tahunan dihitung dengan membagi aktiva yang disusutkan (Harga perolehan-nilai residu) dengan taksiran umur ekonomis. Dalam perhitungan depresiasi dengan metode garis lurus ini
didasarkan pada anggapan-anggapan sebagai berikut : 1. Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva akan menurun serta proporsional setiap periode. 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan tiap-tiap metode jumlahnya relatif tetap. 3. Kegunaan ekonomis berkurang karena lewatnya waktu. 4. Penggunaan (kapasitas) aktiva tiap-tiap periode relatif tetap. Contoh : Asumsikan bahwa biaya akuisisi aktiva tetap adalah $24.000, estimasi nilai sisa adalah $2.000, dan estimasi umurnya adalah 5 tahun. Maka penyusutan aktiva tersebut dihitung sebagai berikut : $24.000 biaya - $2.000 estimasi nilai sisa = $4.400 penyusutan tahunan 5 tahun estimasi umur b.) Metode Unit Produksi (Unit-of-production Method) Dalam metode ini umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan jumlah unit hasil produksi. Bahan depresiasi dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, sehingga depresiasi tiap metode akan fluktuasi sesuai dengan fluktuasi dalam hasil produksi. Dasar teori yang dipakai adalah bahwa suatu aktiva itu dimiliki untuk menghasilkan produk, sehingga depresiasi juga didasarkan pada jumlah produk yang dihasilkan.
Contoh : Asumsikan bahwa sebuah mesin yang berbiaya $24.000 dan estimasi nilai sisa $2.000 diperkirakan memiliki estimasi umur manfaat 10.000jam operasi. Penyusutan per jam dihitung sebagai berikut: $24.000 biaya - $2.000 estimasi nilai sisa = $2,20 penyusutan perjam 1.000 estimasi jam Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka penyusutan untuk tahun tersebut adalah $4.620 ($2,20 x 2.100jam). c.) Metode Saldo Menurun (Declining-Balance Method) Metode saldo menurun menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aktiva. Untuk menerapkan metode ini, tarif penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Tarif penyusutan saldo menurun atas suatu aktiva yang dimiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40%, yaitu dua kali tarif garis lurus sebesar 20% (100% / 5). Untuk tahun pertama, biaya aktiva dikalikan dengan tarif saldo menurun. Setelah tahun pertama, nilai buku (book
value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan) dikalikan dengan tarif yang dimaksud. Contoh : memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 sebagai berikut: Akumulasi Nilai Buku Penyusutan Nilai Buku Tahun Harga Penyusutan Awal Tarif Tahunan Akhir Perolehan Awal tahun Tahun Tahun 1. $ 24.000 $ 24.000,00 40% $ 9.600,00 $ 14.400,00 2. 24.000 $ 9.600,00 14.400,00 40% 5.760,00 8.640,00 3. 24.000 15.360,00 8.640,00 40% 3.456,00 5.184,00 4. 24.000 18.816,00 5.184,00 40% 2.073,60 3.110,40 5. 24.000 20.889,60 3.110,40-1.110,40 2.000,00 Dari contoh diatas, estimasi nilai sisa adalah $2.000. Jadi, penyusutan untuk tahun ke-5 adalah $1.110,40 ($3.110,40 - $2.000), bukan $1.244,16 (40% x $3.110,40).