ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PEWARNA RHODAMIN B DALAM ARUM MANIS SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis DI DAERAH SUKOHARJO DAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riset Informasi Kesehatan, Vol. 5, No. 2 Juni Identifikasi rhodamin B pada kembang gula yang beredar di Kota Jambi ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang Jl. Kedungmundu Raya

GAMBARAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA KOSMETIK PEMERAH BIBIR YANG BEREDAR DIPASAR BERINGHARJO YOGYAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK IMPOR YANG BEREDAR DI KOTA MAKASSAR

BAB 3 METODE PERCOBAAN. Yang dilakukan mulai 26 Januari sampai 26 Februari Pemanas listrik. 3. Chamber. 4. Kertas kromatografi No.

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA KANDUNGAN RHODAMIN B SEBAGAI PEWARNA PADA SEDIAAN LIPSTIK YANG BEREDAR DI MASYARAKAT TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA KERUPUK YANG BEREDAR DI KOTA MANADO ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kandungan rhodamin

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dalam makanan. Kurangnya perhatian terhadap hal ini telah sering

ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA KUE KU YANG BEREDAR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA CABAI MERAH GILING DI PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan deskriptif laboratorium yaitu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memerlukan makanan untuk menunjang kelangsungan hidupnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA SAUS TOMAT YANG BEREDAR DI PASAR PAGI SAMARINDA. Eka Siswanto Syamsul, Reny Nur Mulyani, Siti Jubaidah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah survai yang bersifat deskriptif yaitu menganalisa

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Adapun lokasi dan waktu penelitian ini yakni sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. mikrobiologisnya. Secara visual faktor warna yang tampil terlebih dahulu terkadang

BAB 1 PENDAHULUAN. alami tersebut, sekarang marak dipakai pewarna sintetik/buatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

INTISARI ANALISIS KUALITATIF RHODAMIN B PADA MINUMAN RINGAN BERKEMASAN YANG DIJUAL DI PASAR SEKTOR II KECAMATAN BANJARMASIN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan selalu dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari. Cara penyajian

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh mayoritas masyarakat Indonesia, karena rasanya yang gurih dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Seluruh masyarakat merupakan konsumen dari makanan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan menimbulkan penyakit bagi yang mengkonsumsinya (Fardiaz, 1993).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kita hidup di dunia ini dilengkapi dengan lima indra yaitu penglihatan,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA KUE KU YANG DIJUAL DI PASAR AGUNG DESA PENINJOAN DENPASAR

UJI EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS SEBAGAI PEWARNA ALAMI MINUMAN DENGAN METODE MASERASI (Studi Penelitian Di Pasar Buah Kota Gorontalo)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah adalah kebiasaan jajan dikantin atau warung di sekitar

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B PADA KUE BERWARNA MERAH DI PASAR ANTASARI KOTA BANJARMASIN

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

SOAL UJIAN OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2014

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

ANALISIS KEBERADAAN RHODAMIN B PADA IKAN CAKALANG FUFU YANG BEREDAR DI PASARAN KOTA MANADO ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan dan kosmetik di berbagai negara. Pangan yang ditemukan

ANALISIS RHODAMIN B PADA MAKANAN JAJANAN ANAK DI SEKITAR SDN 2 DAN SDN 3 KOTA PEKANBARU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

IDENTIFIKASI DAN PENETAPAN KADAR RHODAMIN B DALAM KERUPUK BERWARNA MERAH YANG BEREDAR DI PASAR ANTASARI KOTA BANJARMASIN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

ANALISIS ZAT PEWARNA RHODAMIN B PADA SAOS BAKSO TUSUK YANG BEREDAR DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang luas wilayahnya 64,79 km atau sekitar 0,58 % dari luas Provinsi Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Pengambilan sampel buah Debregeasia longifolia dilakukan di Gunung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN ANALISIS KUALITATIF PARASETAMOL PADA SEDIAAN JAMU SERBUK PEGAL LINU YANG BEREDAR DI PURWOKERTO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ilotidea, Tualango, Tabumela, Tenggela dan Tilote. Kecamatan Tilango memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 3 METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI KANDUNGAN BAHAN KIMIA OBAT PARASETAMOL PADA JAMU ASAM URAT YANG BEREDAR DI KECAMATAN SUNGAI KUNJANG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan terpenuhi. Menurut UU No.7 tahun 1996 menyebutkan bahwa

Jurnal Analis Laboratorium Medik, 30/11 (2016), IDENTIFIKASI FORMALIN PADA IKAN ASIN YANG DIPERJUAL BELKAN DI PUSAT PASAR SAMBU MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. antar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut juga

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. kebanyakan masyarakat. Meskipun memiliki beberapa keunggulan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah keamanan pangan khususnya penggunaan bahan kimia. berbahaya pada bahan pangan masih menjadi masalah besar di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan dalam Peraturan Menteri Kehatan RI No.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi untuk dapat memenuhi fungsinya dan aman dikomsumsi karena

THE IDENTIFICATION OF SYNTHETIC DYES IN RENGGINANG CRACKERS BY PAPER CHROMATOGRAPHY. Jatmiko Susilo, Agitya Resti Erwiyani, Lelie Amaliatusshaleha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

: Jamu Flu Tulang. Jamu. Jamu Metampiron. Metampiron ekstraksi. 1-bubuk. Jamu. 2-bubuk. Tabel 1 Hasil Reaksi Warna Dengan pereaksi FeCl3

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yaitu SMPN 1 Gorontalo, SMPN 2 Gorontalo, SMPN 3 Gorontalo,

BAB 1 PENDAHULUAN. aman dapat menimbulkan gangguan kesehatan bahkan keracunan. Penentuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Balai Laboratorium Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara yang

ANALISIS BAHAN KIMIA BERBAHAYA PADA KRIM PENCERAH WAJAH YANG BEREDAR DI KOTA SAMARINDA. Muhammad Ardan*, Risna Agustina, Muhammad Amir Masruhim

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Analisis Rhodamin B Cabai Giling di Pasar Segiri dengan metode Kromatografi Lapis Tipis. Azhari

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

balado yang beredar di Bukittinggi, dalam Majalah Kedokteran Andalas, (vol.32, No.1, Januari-juni/2008), hlm. 72.

Analisis Zat Aditif Rhodamin B dan Methanyl Yellow pada Makanan yang Dijual di Pasaran Kota Tasikmalaya Tahun 2016

Transkripsi:

ANALISIS PENGGUNAAN RHODAMIN B PADA CABE GILING BASAH YANG DIJUAL DI PASAR KOTA YOGYAKARTA Sholihatil Hidayati Akademi Analis Farmasi Al-Islam Yogyakarta ABSTRAK Rhodamin B merupakan zat warna sintetis yang menunjukkan warna merah jika dilarutkan. Rhodamin B ini biasa digunakan sebagai pewarna tekstil dan sangat berbahaya bila digunakan dalam pangan. Namun seringkali Rhodamin B digunakan untuk mewarnai beberapa makanan, salah satunya cabe giling basah. Cabe giling merupakan salah satu bentuk olahan cabe yang digiling halus dan dijual di pasar-pasar. Cabe giling banyak digunakan para ibu rumah tangga sebagai bumbu tambah untuk masakan. Penambahan zat warna Rhodamin B dalam cabe giling basah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas warna dan daya tarik konsumen. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan Rhodamin B pada cabe giling basah yang dijual di Pasar Kota Yogyakarta. Analisis dilakukan menggunakan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Desain penelitian yang digunakan eksperimental dengan pemeriksaan langsung terhadap 25 sampel pada Cabe Giling Basah di Pasar Kota Yogyakarta. Berdasarkan data sampel Cabe Giling Basah yang dijual oleh pedagang di Pasar Kota Yogyakarta, diperoleh 25 sampel Cabe Giling Basah dan 5 diantaranya positif mengandung zat warna Rhodamin B sehingga sebanyak 20 % penjual Cabe Giling Basah menggunakan Rhodamin B sebagai penambahan warna. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak penggunaan zat warna Rhodamin B dalam pangan. Kata Kunci : Rhodamin B, KLT, Cabe PENDAHULUAN Keamanan pangan merupakan syarat penting yang harus melekat pada pangan yang hendak dikonsumsi oleh semua masyarakat di Indonesia. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, beberapa zat pewarna juga telah mengalami perkembangan

seperti halnya zat pewarna hasil rekayasa teknologi. Pemakaian zat pengawet, pemanis dan pewarna sintetik pada makanan dan minuman telah banyak digunakan. Pemakaian zat pewarna berbahaya pada makanan masih banyak ditemukan diantaranya: Rhodamin B, Sudan I, Metanil Yellow, Citrus Red, Violet dan lain-lain. Pewarna-pewarna tersebut dinyatakan berbahaya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 722/ Menkes/Per/IX/88 (Yamlean, 2011). Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) dalam tahun (2006-2010) menemukan sebanyak 48 persen jajanan anak di sekolah tidak memenuhi syarat keamanan pangan karena mengandung bahan kimia yang berbahaya. Hasil penelitian Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo dari 65 sampel jajanan yang diambil dari sejumlah sekolah menunjukkan bahwa sosis dan tempura berwarna merah positif mengandung bahan baku pewarna pakaian Rhodamin B (Ambarwati, 2013). Penggunan Rhodamin B pada bumbu cabe giling di jual dipasaran saat ini marak terdengar. Berdasarkan penelitian di pasar DKI Jakarta terdapat 60% pedagang cabe merah tidak mengetahui tentang bahaya zat warna sintetis terhadap kesehatan. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan 63% sampel positif menggunakan zat warna Rhodamin B dalam cabe merah giling (Djarismawati dkk, 2004). Penelitian lain menunjukkan bahwa terdapat 36% cabe giling yang dinyatakan positif mengandung zat Rhodamin B (Rosaria&Winarti, 2008). Berdasarkan uraian di atas terkait adanya kandungan Rhodamin B pada bumbu cabe giling merah, maka peneliti

ingin mengetahui ada tidaknya zat warna Rhodamin B pada cabe giling basah yang dijual di Pasar Kota Yogyakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian eksperimental laboratorik pada sampel cabe giling basah yang chamber (bejana kromatografi), UV box. Reagensia yang digunakan dalam penelitian ini meliputi asam asetat 10%, ammonia 2% dalam alkohol 70%, metanol, akuades, eluen = n-butanol:air:asam asetat glassial (25ml: 20ml:5ml), standar warna Rhodamin B. dijual di pasar kota Yogyakarta Penelitian dilakukan untuk mengetahui kandungan zat pewarna sintetik Rhodamin B. Penelitian dilaksankan di Laboratorium Kimia Akademi Analis Farmasi Al Islam Yogyakarta pada bulan Maret- April 2015. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 25 sampel yang diambil dari 20 pasar di Kota Yogyakarta. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi Erlenmeyer, waterbath, kertas whattman, pipet kapiler, cawan isat, benang wool, dengan menimbang 20 gram sampel dan rendam pada 50 ml ammonia 2% dalam alkohol 70% dan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian tuang cairan kedalam cawan dan diuapkan diatas waterbath. Residu yang dihasilkan dilarutkan dalam 30 ml air yang mengandung asam asetat. Masukkan benang wool ke dalam 30 ml larutan sampel yang sudah diasamkan setelah itu didihkan sehingga pewarna akan mewarnai benang wool. Cuci benang wool dengan air lalu masukkan ke dalam ammonia 10% dan didihkan.

Warna akan masuk ke dalam larutan basa dan larutan diuapkan diatas penangas air 25 o C sampai kering. Residu dilarutkan dalam sedikit methanol dan dilakukan KLT. migrasi sampai garis akhir. Kemudian plat dikeluarkan dan dibiarkan kering. Spot dilihat dengan mengukur jarak migrasi sampel (Rf). Kemudian dilihat dibawah sinar lampu UV, bila Penotolan sampel sampel mengandung Rhodamin dilakukan dengan cara memberi tanda pada kertas whatmann 1,5 cm dari tepi bawah tanpa digaris. Kemudian pada bagian atas digaris dengan jarak 10 cm dari garis mula. Pada garis mula ditotolkan sampel yang sudah diekstraksi dan dilarutkan dalam methanol dengan bantuan pipa kapiler. Diameter noda tidak boleh lebih dari 0,5 cm. Kemudian dengan jarak 1 cm ditotolkan pula sampel yang lain dan selanjutnya ditotolkan larutan standar Rhodamin B. Setelah noda pada garis mula mengering, lapisan kaca kemudian dimasukkan ke dalam bejana Kromatografi yang sudah berisi eluen dan dibiarkan B maka spot akan berpendar pink (berfluoresensi pink). Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Data didapatkan dengan membaca Rf dalam bentuk spot berwarna yang sesuai dengan standar, kemudian disajikan dalam bentuk tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada 25 sampel cabe giling basah yang dijual di pasar kota Yogyakarta. Hasil pemeriksaan terhadap 25 sampel cabe giling basah didapaktan 5 sampel yang positif mengandung zat warna Rhodamin B hal ini terlihat dari pengukuran hasil kromatografi lapis tipis yang dibandingkan

dengan standar Rhodamin B. Hasil pemeriksaan 25 sampel pasar kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel 1. cabe giling basah yang dijual di Tabel 1. Hasil pemeriksaan zat warna Rhodamin B pada cabe giling basah yang dijual di pasar Kota Yogyakarta. No Kode Sampel Warna Rf Hasil 1 A1 Kuning Pudar 0,21 Negatif 2 A2 Pink Berpendar 0,82 Positif 3 A3 Pink Pudar 0,61 Negatif 4 A4 Orange Pudar 0,43 Negatif 5 B1 Orange Pudar 0,45 Negatif 6 B2 Orange Pudar O,40 Negatif 7 B3 Orange Pudar 0,42 Negatif 8 B4 Pink Berpendar 0,80 Positif 9 C1 Orange Pudar 0,43 Negatif 10 C2 Orange Pudar 0,38 Negatif 11 D1 Orange Pudar 0,40 Negatif 12 D2 Orange Pudar 0,43 Negatif 13 E1 Pink Pudar 0,50 Negatif 14 E2 Pink Pudar 0,50 Negatif 15 E5 Pink Berpendar 0,85 Positif 16 E6 Orange Pudar 0,43 Negatif 17 E7 Pink Pudar 0,51 Negatif 18 F1 Kuning Pudar 0,25 Negatif 19 F2 Orange Pudar 0,38 Negatif 20 F3 Orange Pudar 0/38 Negatif 21 F4 Orange Pudar 0,40 Negatif 22 G1 Pink Berpendar 0,84 Positif

23 G2 Orange Pudar 0,41 Negatif 24 H1 Orange Pudar 0,40 Negatif 25 H2 Orange Pudar 0,40 Negatif Standar Rhodamin B Pink Berpendar 0,85 Positif

Berdasarkan pemeriksaan toksik bila masuk ke dalam tubuh tersebut dari 25 sampel cabe giling basah didapatkan 5 sampel positif mengandung zat warna sintetis yaitu Rhodamin B atau 20 %. Hal ini menandakan bahwa masih ada penggunaan zat warna Rhodamin B dalam pangan. Zat warna sintetis Rhodamin B merupakan zat warna yang dilarang penggunanya baik di makanan, minuman, manusia. Penyebab lain senyawa ini begitu berbahaya jika dikonsumsi adalah senyawa tersebut adalah senyawa yang radikal. Senyawa radikal adalah senyawa yang tidak stabil. Dalam struktur Rhodamin kita ketahui mengandung klorin (senyawa halogen) yang mudah bereaksi atau memiliki reaktivitas yang tinggi. Oleh karena itu, senyawa kosmetika dll, walaupun dalam radikal akan berusaha mencapai takaran yang sedikit menurut kestabilan dalam tubuh dengan Dirjen POM No. 00386/C/SK/II/1990, tetang berikatan dengan senyawasenyawa dalam tubuh sehingga perubahan lampiran Peraturan Mentri Kesehastan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/85. Bahaya yang sama antara Rhodamin B dan Klorin menunjukkan bahwa atom Klorin yang ada pada Rhodamin B yang menyebabkan terjadinya efek pada akhirnya akan memicu kanker pada manusia (Devianti et al., 2008). Tanda dan Gejala Akut bila terpapar Rhodamin B yakni dapat menimbulkan iritasi pada saluran pencernaan dan menimbulkan gejala keracunan serta air seni

berwarna merah atau merah muda bila tertelan. Jika terkena kulit dapat menimbulkan iritasi pada kulit dan jika terkena mata dapat menimbulkan iritasi pada mata, mata kemerahan, dan edema pada kelopak mata. Rhodamin B yang dikonsumsi dalam jumlah besar dan berulang-ulang akan menyebabkan iritasi pada saluran penapasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, ritasi pada pencernaan, keracunan, gangguan fungsi hati dan kanker hati (Wijaya, 2011). Ciri-ciri makanan yang mengandung Rhodamin B yaitu warna kelihatan cerah dan mencolok sehingga tampak menarik, ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun), kemudian muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya (Devianti, 2008). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap sampel Cabe Giling Basah yang dijual di Pasar Kota Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa ada kandungan zat warna Rhodamin B pada Cabe Giling Basah yang dijual di Pasar Kota Yogyakarta sebanyak 5 sampel positif atau 20 %. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, F., 2013. Identifikasi Zat Warna Rhodamin B dalam Sosis Tempura Di Sekolah Dasar Desa Bedan Banyudono Boyolali. Karya Tulis Ilmiah, Akademi analis Kesehatan Manggala,Yogyakarta. Departemen, Kesehatan RI, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan No.033 Menkes /Per/II/12 tentang Bahan Tambah Pangan.Jakarta: Depkes. Devianti, 2008. Ciri Makanan Yang Mengandung Rhodamin B. Farmasi UNISBA. Diunduh Tanggal 16 januari 2012 dari http://catatankimia.com/catata n/rhodamin-b.html Djarismawati., Sugiharti., Riris, N., 2004. Pengetahuan dan perilaku Pedangan Cabe Merah Giling Dalam Penggunaan Rhodamin B di Pasar Tradisiona Di DKI Jakarta. JEkologi Kesehatan. 1 (3) : 7 12.

Rosaria., Rahayu, W. P., 2008. Studi Keamanan Dan Daya Simpan Cabe Giling. J Teknologi dan Industri Pangan. 1 (19) : 8-18 Wijaya, D., 2011. Waspada Zat Adiktif Dalam Makanan. Cetakan Pertama. Buku Biru, Yogyakarta. Yamlean, P.V.Y., 2011. Identifikasi Dan penetapan Kadar Rhodamin B Pada Jajanan Kue Berwarna Merah Muda Yang Beredar Di Kota Manado. J Ilmiah Sains 11(2) : 290-295