NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM*

dokumen-dokumen yang mirip
PERKARA PIDANA DI PENGADILAN AGAMA. Oleh: Ahsan Dawi Mansur. Bagi sebagian orang judul di atas terasa aneh, atau bahkan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA. MALANG NOMOR 0038/Pdt.P/2014/PA.Mlg

BAB III PERKAWINAN SIRI DI INDONESIA. A. Upaya Pemerintah Dalam Menangani Maraknya Perkawinan Siri

BAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bagian hidup yang sakral, karena harus

BAB IV ANALISIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TERHADAP PENENTUAN PATOKAN ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA

BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

II. TINJAUAN PUSTAKA. UU Perkawinan dalam Pasal 1 berbunyi Perkawinan adalah ikatan lahir batin

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

PENETAPAN Nomor 49/Pdt.P/2015/PA.Lt DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

SOAL SEMESTER GANJIL ( 3.8 )

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB III K E A D A A N P E R K A R A

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. pada tingkat pertama, telah melaksanakan sidang keliling bertempat di Desa

P U T U S A N. Nomor: XX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Cilacap

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

P U T U S A N Nomor : 773/Pdt.G/2011/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PENGAJUAN ITSBAT/PENGESAHAN NIKAH

Oleh Administrator Kamis, 15 Januari :42 - Terakhir Diupdate Rabu, 22 Desember :51

BAB II NIKAH SIRRI. A. Pengertian Nikah Sirri Kata sirri berasal dari kata assirru yang mempunyai arti rahasia.

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. sahnya perkawinan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di

PENETAPAN. NOMOR XXXX/Pdt.P/2014/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

diajukan oleh pihak :

BAB IV WALI NIKAH PEREMPUAN HASIL PERNIKAHAN SIRI MENURUT UNDANG-UNDANG PERKAWINAN. Undang-undang perkawinan di Indonesia, adalah segala

TENTANG DUDUK PERKARA

BAB I PENDAHULUAN. menginginkan bahagia dan berusaha agar kebahagiaan itu tetap menjadi

P E N E T A P A N. Nomor : 7/Pdt.P/2013/PA.Gst BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP A. Ikhtisar

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

RINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Suryani 2. Materi pasal yang diuji:

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN

BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA TENTANG DUDUK PERKARANYA

Kepastian Hukum Itsbat Nikah Terhadap Status Perkawinan, Status Anak dan Status Harta Perkawinan Oleh: Prof. Dr. H. Suparman Usman, S.H.

P E N E T A P A N Nomor : 275/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

A. KATA-KATA YANG DIGUNAKAN DI PENGADILAN

P E N E T A P A N Nomor : 320/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 012/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENDAFTARAN ITSBAT NIKAH DI KJRI CHICAGO

PENETAPAN. Nomor /Pdt.P/2015/PA.Sgr. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Hakim dalam memutuskan suatu perkara yang ditanganinya, selain. memuat alasan dan dasar dalam putusannya, juga harus memuat pasal atau

P E N E T A P A N Nomor : 277/Pdt.P/2013/PA.SUB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA JEMBER

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

P E N E T A P A N Nomor: 0096/Pdt.P/2014/PA Pas.

Contoh Surat Gugatan

BAB IV ANALISIS PENETAPAN PA SIDOARJO NOMOR. 94/PDT.P/2008/PA.SDA TENTANG PERUBAHAN NAMA SUAMI DALAM PERKAWINAN

IMPLIKASI PERKAWINAN YANG TIDAK DI DAFTARKAN DI KANTOR URUSAN AGAMA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

BAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan

BAB II KAJIAN TEORI. dibahas lebih rinci sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia secara bersih dan terhormat.

P E N E T A P A N NOMOR 01/Pdt.P/2013/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul

P U T U S A N Nomor : 1125/Pdt.G/2010/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

BAB IV ANALISIS YURUDIS TERHADAP KEBIJAKAN KEPALA DESA YANG MENAMBAH USIA NIKAH BAGI CALON SUAMI ISTRI YANG BELUM

BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1

BAB II TINJAUAN UMUM PENCATATAN PERNIKAHAN DAN IS BAT NIKAH. pejabat Negara terhadap peristiwa perkawinan.

...Humas Kanwil Kemenag Prov. Jabar

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

P U T U S A N Nomor 153/Pdt.G/2014/PA.Mtk

IMPLIKASI PERKAWINAN DI BAWAH TANGAN DALAM PRESFEKTIF HUKUM ISLAM DAN UU NO. 1 TAHUN 1974

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM MENGABULKAN CERAI GUGAT DENGAN SEBAB PENGURANGAN NAFKAH TERHADAP ISTERI

P U T U S A N. NOMOR XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA

Munakahat ZULKIFLI, MA

P U T U S A N NOMOR : XXX/Pdt.G/2012/PA.GM

SALINAN PENETAPAN Nomor : 09/Pdt.P/2011/PA.Pkc.

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. menganjurkan manusia untuk hidup berpasang-pasangan yang bertujuan untuk

TENTANG DUDUK PERKARANYA

PERATURAN PEMERINTAHREPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1975 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI

SURAT PERJANJIAN KAWIN ADAT DAYAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM PERDATA ISLAM DI INDONESIA *)

bismillahirrahmanirrahim

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan, LN tahun 1974 Nomor 1, TLN no. 3019, Perkawinan ialah ikatan

Transkripsi:

NIKAH SIRI DARI SUDUT PANDANG HUKUM ISLAM* Mohamad Hasib Dosen STKIP PGRI Tulungagung ABSTRAKSI : Pada prinsipnya dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, kemudian dilanjutkan dalam ayat (2) bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Sebagai salah satu lembaga hukum dalam bidang peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu, maka Peradilan Agama dapat memeriksa suatu kasus seperti tersebut diatas yang berkaitan dengan melegalkan pernikahan yang tidak tercatat atau dalam istilah hukumnya Pengesahan Nikah atau Istbat Nikah (pasal 7 Kompilas Hukum Islam). Kata Kunci : Nikah Siri A. Latar Belakang Keinginan pemerintah untuk memberikan fatwa hukum yang tegas terhadap pernikahan siri kini telah dituangkan dalam rancangan undang-undang tentang perkawinan yang akan memperketat pernikahan siri, kawin kontrak dan poligami. Berkenaan dengan nikah siri dalam RUU yang baru sampai di meja Setneg, pernikahan dianggap perbuatan illegal, sehingga pelakunya akan dipidanakan dengan sanksi penjara maksimal 3 bulan dan denda 5 juta rupiah. Tidak hanya itu saja, sanksi juga berlaku bagi pihak yang mengawinkan atau yang dikawinkan secara nikah siri, poligami maupun nikah kontrak. Setiap penghulu yang menikahkan seseorang yang bermasalah misalnya masih terikat dalam perkawinan sebelumnya, akan dikenai sanksi pidana 1 tahun penjara. Pegawai Kantor Urusan Agama yang menikahkan mempelai tanpa syarat lengkap juga diancam denda Rp. 6 Juta dan 1 tahun penjara. Pada prinsipnya dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 pada Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu, kemudian dilanjutkan dalam ayat (2) bahwa tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam Negara Demokrasi yang berdasar atas hukum baik dalam konsepsi nomocracy, rechstaat maupun rule of law adalah lembaga pemerintah yang telah ditetapkan Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 20

untuk mencatatakan perkawinan sebagaiamana dimaksud pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, yaitu KUA setempat bagi yang beragama Islam dan Kantor Catatan Sipil bagi Non Islam B. Landasan Hukum Yang menjadi landasan hukum adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) 3. Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 jo. Undangundang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. 4. Kompilasi Hukum Islam C. Surat Keputusan dan Surat Edaran serta kebijaksanaan Pimpinan Mahkamah Agung R.I., dan Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama, serta Pimpinan Pengadilan Agama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab Pengadilan Agama. D. Permasalahan Pernikahan siri sering diartikan oleh masyarakat umum dengan berbagai pemikiran dan doktrin seperti yang kita sering dengar, yakni: 1. Pernikahan tanpa wali. Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri) dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju, atau kaena menganggap absah Pernikahan tanpa wali; atau hanya karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa mengindahkan lagi ketentuanketentuan Syariat. 2. Pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan Negara, banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan sipil Negara. Ada yang karena faktor biaya, alias tidak mampu membayar administrasi pencatatan; ada pula yang disebabkan karena Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 21

takut ketahuan melanggar aturan yang melarang pegawai negeri nikah nikah lebih dari satu; dan lain sebagaianya. 3. Pernikahan yang dirahasiakan karena pertimbanganpertimbangan tertentu, misalnya karena takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat yang terlanjur menganggap tabu pernikahan siri atau karena pertimbangan-perimbangan rumit yang memaksa seseorang untuk merahasiakan pernikahannya. Dalam pandangan Islam bahwa Pernikahan siri adalah pernikahan yang sah menurut ketentuan syariat meskipun tidak dicatatkan pada lembaga Perkawinan. Dan sesungguhnya ada dua hukum yang harus dikaji secara berbeda berkaitan dengan Pernikahan siri tersebut, yakni (1) Hukum Pernikahannya dan (2) Hukum tidak mencatatkan pernikahan di lembaga pencatatan Negara. Dan aspek Pernikahannya, nikah siri tetap sah menurut ketetntuan syariat, dan pelakunya tidak boleh dianggap melakukan tindak kemaksiatan, sehingga berhak dijatuhi sanksi hukum. Pasalanya, suatu perbuatan baru dianggap kemaksiatan dan berhak dijatuhi sanksi di dunia dan di akhirat, ketika perbuatan tersebut terkategori mengerjakan yang haram dan meninggalkan yang wajib. Seseorang baru abash dinyatakan melakukan kemaksiatan ketika ia telah mengerjakan perbuatan yang haram, atau meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syariat. Begitu pula orang yang meninggalkan atau mengerjakan perbuatan-perbuatan yang berhukum sunnah, mubah, dan makruh, maka orang tersebut tidak boleh dinyatakan telah melakukan kemaksiatan, sehingga berhak mendapatkan sanksi di dunia maupun di akhirat. Untuk itu seorang qadliy tidak boleh menjatuhkan sanksi kepada orangorang yang meninggalkan perbuatan sunnah, dan mubah atau mengerjakan perbuatan mubah atau makruh. Seseorang baru berhak dijatuhi sanksi hukum didunia ketika orang tersebut, pertama, Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 22

meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan sholat, jihad dan lain sebagainya. Kedua, mengerjakan tindak haram, seperti minum khamer dan mencaci Rasulullah SAW, dsb, Ketiga, melanggar aturan-aturan administrasi Negara, seperti melanggar peraturan lalu lintas, perijinan mendirikan bangunan, dan aturan-aturan lain yang telah ditetapkan oleh Negara. E. Pembahasan Dari permasalahan tersbut diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Pernikahan yang tidak dicatatkan di lembaga pencatatan Negara tidak boleh dianggap sebgai tindakan kriminal, sehingga pelakunya berhak mendapatkan dosa dan sanksi di dunia. Pasalnya, Pernikahan yang ia lakukan telah memenuhi rukunrukun pernikahan yang digariskan oleh Allah SWT. Adapun rukunrukun Pernikahan adalah sebagai berikut : (1) Wali, (2) dua orang saksi, (3) ijab qabul. Jika tiga hal ini telah dipenuhi maka Pernikahan seseorang dianggap sah secara syariat walupun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan perkawinan. Adapun berkaitan hukum tidak mencatatkan Pernikahan di lembaga pencataana Negara, maka kasus ini dapat dirinci sebagai berikut: Pertama : pada dasarnya, fungsi pencatatan pernikahan pada lembaga pencatatan sipil adalah agar seseorang memiliki alat bukti (bayyinah) untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar telah melakukan pernikahan dengan orang lain. Sebab, salah bukti yang dianggap absah sebagai bukti syar iy (bayyinah syar iyyah)adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh negara. Ketika pernikahan dicatatkan pada lembaga pencatatan perkawinan, tentunya seseorang telah memiliki sebuah dokumen resmi yang bisa ia dijadikan sebagai alat bukti (bayyinah) di hadapan majelis peradilan, ketika ada sengketa yang berkaitan dengan pernikahan, maupun sengketa yang lahir akibat pernikahan, seperti waris, hak asuh anak, perceraian, nafkah dan lain sebagainya. Hanya saja,dokumen resmi yang dikeluarkan oleh Negara, bukanlah satu-satunya alat bukti syar iy. Kesaksian dari saksi-saksi pernikahan atau orang-orang yang Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 23

menyaksikan pernikahan, juga absah dan harus diakui oleh Negara sebagai alat bukti syar iy. Negara tidak boleh menetapkan bahwa satusatunya alat bukti untuk membuktikan keabsahan pernikahan seseorang adalah dokumen tertulis. Pasalnya, syariat telah menetapkan keabsahan alat bukti lain selain dokumen tertulis, seperti kesaksian saksi, sumpah, pengakuan (iqrar), dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan ini dapatlah disimpulkan bahwa, orang yang menikah siri tetap memiliki hubungan pewarisan yang sah, dan hubungan-hubungan lain yang lahir dari pernikahan. Selain itu, kesaksian dari saksi-saksi yang menghadiri pernikahan siri tersebut sah dan harus diakui sebagai alat bukti syar iy. Negara tidak boleh menolak kesaksian mereka hanya karena pernikhan tersebut tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan sipil; atau tidak mengakui hubungan pewarisan, nasab, dan hubunganhubungan lain yang lahir dari pernikahan siri tersebut. Kedua: pada era keemasan Islam, dimana sistem pencatatan telah berkembang dengan pesat dan maju, tidak pernah kita jumpai satupun pemerintahan Islam yang memeidanakan orang-orang yang melakukan pernikahan yang tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan resmi Negara. Lebih dari itu, kebanyakan masyarakat pada saat itu, melakukan pernikahan tanpa dicatat di lembaga pencatatan perkawinan. Tidak bisa dinyatakan bahwa pada saat itu lembaga pencatatan belum berkembang, dan keadaan masyarakat saat itu belumnya sekompleks keadaan masyarakat sekarang. Pasalanya, para penguasa dan ulama-ulama kaum Muslim saat itu memahami bahwa hukum asal pencatatan perkawinan bukanlah wajib, akan tetapi mubah. Mereka juga memahami bahwa pembuktian syar iy bukan hanya dokumen tertulis. Sebagai salah satu lembaga hukum dalam bidang peradilan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam mengenai perkara tertentu, maka Peradilan Agama dapat memeriksa suatu kasus seperti tersebut diatas yang berkaitan dengan melegalkan pernikahan yang tidak tercatat atau dalam istilah Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 24

hukumnya Pengesahan Nikah atau Istbat Nikah (pasal 7 Kompilas Hukum Islam), perkara-perkara tertentu yang menjadi kekuasaan absolute Lingkungan Pengadilan Agama adalah sebagai berikut; 1. Ijin poligami 2. Pencegahan Perkawinan 3. Penolakan Perkawinan 4. Pembatalan Perkawinan 5. Kelalaian kewajiban suami dan istri 6. Cerai Talak 7. Cerai Gugat 8. Harata Bersama 9. Penguasaan Anak 10. Nafkah oleh Ibu 11. Hak-hak Bekas Istri 12. Pengesahan Anak 13. Pencabutan Kekuasaan Orang Tua 14. Perwalian 15. Pencabutan kekuasaan wali 16. Penunjukan Orang Lain sebagai Wali 17. Ganti Rugi terhadap Wali 18. Asal Usus Anak 19. Penolakan Kawin Campur 20. Istbat Nikah 21. Izin Kawin 22. Dispensasi Kawin 23. Wali Adhal 24. Ekonomi Syar ah 25. Kewarisan 26. Wasiat 27. Hibah 28. Wakaf 29. Shadaqah 30. Lain-lain Meskipun dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) telah ditetapkan untuk itu, pengesahan nikah tidak semata-mata daris suatu pernikhan siri karena pembuktian untuk kasus tersebut juga tidak mudah, seperti saksi-saksi pernikhan dahulu siapa, maharnya berapa, wali nikahnya siapa dan yang mengijabkan dari penghulu mana. Seperti yang dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) KHI, bahwa istbat nikah (pengesahan nikah) yang dapat diajukan ke Pengadilan Agama terbatas mengenai hal-hal yang berkenaan dengan : a. Adanya perkawinan dalam rangka peneyelesaian perceraian; b. Hilangnya Akta Nikah; c. Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat perkawinan; Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 25

d. Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan ; e. Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai halangan perkawinan menurut UU No. 1 Tahun 1974; Maka disini pengadilan agama akan sangat jeli melihat apakah mereka yang mengajukan Pengesahan Nikah betul-betul yang menikah menurut syariat atau aturan yang telah ditentukan ataukah tidak. Daftar Pustaka Edisi 2009, Buku II, Pedoman Teknis Administrasi dan Teknis Peradilan Agama, Jakarta: Mahkamah Agung RI. Kehakiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4358) Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009 jo. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Zainal Abidin Abu Bakar, SH. Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, Soesilo, R. 1995. Kompilasi Hukum Islam. Bogor: Politeia. Surat Keputusan dan Surat Edaran serta kebijaksanaan Pimpinan Mahkamah Agung R.I., dan Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya, serta Pimpinan Pengadilan Agama yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab Peradilan Agama. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Mohamad Hasib: Nikah Siri Dari Sudut Pandang Hukum Islam, April 2014 26