BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

dokumen-dokumen yang mirip
BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. internasional. Setiap individu dan masyarakat dunia tahun bahwa merokok

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentu. Menurut Sarwono (2001) definisi remaja untuk masyarakat Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa yaitu masa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Diajukan Oleh: AYU ANGGARWATI F

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB II ROKOK DI KALANGAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara. Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, Southeast Asia Tobacco Control Alliance, dan Komisi Nasional

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari beberapa sudut pandang perilaku merokok sangatlah negatif karena perilaku tersebut merugikan, baik untuk diri individu itu sendiri maupun bagi orang yang berada di sekitarnya. Perilaku merokok sama saja melakukan secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti individu tersebut secara sadar memasukkan racun kedalam tubuhnya dengan cara menghisap asap rokok tersebut kemudian asap rokok meninggalkan racun pada tubuhnya. Hal ini akan bertambah negatif ketika perilaku merokok dilakukan individu secara terus-menerus. Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kebiasaan merokok bukan saja merugikan si perokok, tetapi juga bagi orang di sekitarnya. Selain itu, asap rokok merupakan polusi bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Ada sebagian individu yang sudah tahu akibat negatif rokok akan menghindari rokok, namun ada sebagian individu yang lain tetap berkecenderungan untuk merokok dengan mengabaikan segala hal negatif yang diakibatkan oleh rokok bila dihisap. Hal ini terbukti bahwa sudah banyak pengetahuan tentang bahaya merokok dan kerugian yang ditimbulkan oleh tingkah

2 laku merokok, namun tingkah laku ini tetap saja dilakukan. Lebih-lebih yang mencolok adalah merokok di tempat-tempat yang jelas terpampang himbauan untuk tidak merokok. Meski semua orang tahu akan bahaya merokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih ditolerir oleh masyarakat. Perilaku merokok itu sendiri menurut penelitian Smet (dalam Komalasari dan Helmi, 2000) bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan pada umumnya mereka merokok pada usia sebelum 18 tahun. Di Indonesia jenjang pendidikan anak usia 11-13 tahun rata-rata sedang menduduki bangku SD. Jadi berdasarkan pernyataan di atas seseorang akan merokok pertamakali ketika mereka duduk dibangku SD dan sudah merokok ketika di bangku SMA pada usia ± 18 tahun. Ketika perilaku merokok sudah di mulai usia anak-anak, maka akan sangat berpengaruh negatif pada perkembangan bangsa dan negara dimana anak-anak, remaja, dan dewasa merupakan tunas-tunas dan harapan penerus perjuangan bangsa. Dengan demikian sebagai penerus perjuangan bangsa tersebut harus dipersiapkan sedini mungkin, salah satunya dengan menjaga potensi anak-anak, remaja dan dewasa agar terbebas dari perilaku merokok. Tahun 2006 The Jakarta Global Youth Survey melaporkan lebih dari sepertiga pelajar (30%) biasa merokok. Anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan (Sukendro dalam Nugroho, 2008). Pada tahun 2030 diperkirakan kematian akibat rokok didunia akan meningkat menjadi 10 juta orang didunia (Firmansyah, 2009). Di Surakarta sendiri menurut Penelitian Murti (2003) di tiga daerah di

3 Jawa yaitu Surakarta, Pati dan Tulungagung didapatkan 59% laki-laki dewasa merokok, sedangkan penelitian Hasan (2005) di Surakarta menunjukkan 16% pelajar SMP merokok dan usia pertama kali merokok dibawah 10 tahun 36,9%. Sebenarnya dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia yang berbahaya untuk kesehatan, dua diantaranya adalah Karbon Monoksida (CO), Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik (Bahar, 2002). Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. Namun masih banyak individu yang tidak mempedulikan bahaya akibat merokok. Ditegaskan oleh WHO bahwa rokok merupakan salah satu pembunuh yang paling berbahaya didunia. Pada tahun 2008, lebih dari 5 juta orang mati karena penyakit yang disebabkan oleh rokok. Dengan demikian bisa diperkirakan dalam waktu 1 menit tidak kurang dari 9 orang meninggal dunia akibat dampak racun pada rokok. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat kematian karena dampak rokok lebih tinggi dari total tingkat kematian manusia akibat HIV/AIDS, tubercolis, malaria, dan flu burung (Sukma, 2011). Mengingat begitu bahayanya akibat merokok maka diharapkan individu, terutama masyarakat Indonesia dapat menghentikan kebiasaan dan perilakunya merokok, atau paling tidak dapat mengurangi perilaku merokok agar tingkat kesejahteraan bangsa dari segi ekonomi yakni penghematan terjadi dan kesehatan juga meningkat, yang pada gilirannya membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat. Perilaku merokok rendah apabila individu merokok hanya pada peristiwa tertentu saja, dan sehari hanya menghabiskan kurang dari 4 batang

4 rokok (Aritonang dalam Nasution, 1997) Namun pada kenyataannya, di negara industri maju, kini justru mengarah pada perilaku berhenti merokok, sedangkan di negara berkembang, khususnya Indonesia, malah cenderung timbul peningkatan kebiasaan merokok. Peningkatan perilaku merokok di negara berkembang, salah satu alasannya yakni karena banyak negara berkembang yang menjadi tempat pelemparan komoditi tembakau. Seperti laporan WHO tahun 1983 menyebutkan, bahwa jumlah perokok meningkat 2,1 persen per tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun. Menurut Hawari (2012) bahwa kenaikan konsumsi rokok di Indonesia adalah tertinggi di dunia yakni hingga mencapai 44% dan tercatat bahwa di seluruh dunia 10.000 mati per hari, dan 57.000 orang mati per tahun di Indonesia. Demikian juga hasil observasi penulis pada komunitas vespa Scoul yang ada di Jl. Slamet Riyadi 392, depan Restaurant Diamond, bahwa perilaku merokok mereka cukup tinggi, yakni setiap kali berkumpul selama 3 jam, kirakira tiap anggota komunitas dapat menghabiskan rokok sekitar 2 sampai 5 batang rokok. Hal tersebut diperkuat dengan hasil wawancara kepada dua anggota komunitas dengan tingkat pendidikan berbeda. Satu anggota komunitas adalah lulusan SLTA sedangkan satu lagi adalah lulusan S1. Dikatakan bahwa kalau sedang berkumpul maka anggota yang lulusan SLTA tersebut mengaku bisa menghabiskan rokok hingga 5 batang rokok, sedangkan anggota yang lulusan Sarjana bisa menghabiskan rokok sekitar 1-2 batang rokok saja. Diterangkan bahwa Individu yang perilaku merokoknya tinggi dapat

5 menghisap rokok 5 batang lebih dalam sehari. Adapun faktor yang mendorong individu, terutama remaja untuk merokok yakni perilaku coba-coba, pengaruh sosial, sikap terhadap iklan, keyakinan akan bahaya merokok serta minat untuk merokok. Lewin (dalam Komalasari dan Helmi, 2000) mengatakan bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Dalam hal ini berarti bahwa perilaku merokok dapat disebabkan dari beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut dan dapat juga berasal dari luar atau dari faktor lingkungan sekitarnya. Menurut Erikson (dalam Komalasari dan Helmi, 2000) faktor dari dalam remaja dapat dilihat dari kajian remaja yaitu remaja mulai merokok berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu pada masa dimana ketika seorang remaja sedang mencari jati dirinya. Pada masa dimana remaja mencari jati diri tersebut sering digambarkan dengan masa yang berkobar-kobar karena tidak sesuainya perkembangan psikis dan sosial, sehingga perjalanan dalam rangka mencari jati diri tersebut sering kali tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat. Merokok bagi remaja merupakan simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap lawan jenis (Brimingham dalam Komalasari dan Helmi, 2000). Dalam penelitiannya, Komalasari dan Helmi (2000) merumuskan bahwa faktor bagi perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok, dan teman sebaya. Faktor yang memberikan kontribusi terbesar adalah kepuasan yang diperoleh setelah merokok, dan rokok dianggap memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan emosional

6 lebih menonjol dibandingkan pertimbangan rasional bagi seorang perokok. Selain itu masih banyak faktor yang mendorong seseorang untuk memilih kearah perilaku merokok. Mulai dari harga rokok, pendapatan, pekerjaan, usia dan tempat tinggal. Pada dasarnya pemerintah sudah menaikkan harga rokok bagi konsumen, tetapi hal itu belum menjadi suatu aspek yang menggoyahkan niat bagi perokok. Hal ini berarti keberadaan rokok masih sangat bebas dan sangat mudah untuk didapatkan, karena juga tidak dapat di pungkiri bahwa kontribusi industri rokok sangatlah besar dalam membantu perekonomian negara melalui pembayaran cukai. Selain itu faktor tingkat pendidikan juga sangat mempengaruhi pada perilaku merokok. Hal itu ditunjukkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ergin dkk (2010) bahwa kelaziman merokok pada saat kehamilan lebih tinggi 22% dari angka kelaziman sebuah negara. Ibu muda yang berusia kurang dari 20 tahun, dengan pendidikan rendah dan sebagai migran menjadi faktor utama dalam penyebab kebiasaan merokok selama kehamilan. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi/kelaziman merokok selama kehamilan ditentukan oleh faktor sosial pada khususnya tingkat pendidikan dan kelas sosial, yaitu semakin rendah pendidikannya dan belum matangnya usia seorang ibu lebih besar akan kecenderungan memiliki kebiasaan merokok selama kehamilan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Susenas (dalam Sukma, 2011) bahwa kelaziman perokok berdasarkan tingkat pendidikan yaitu, pada laki-laki yang berpendidikan dibawah SD sekitar 74%, SLTP 70%, SMU 61%, dan setara perguruan tinggi sebesar 44%. Riskesdas (dalam Ahsan, 2006) mengatakan bahwa

7 prevalensi perokok tidak sekolah/tidak tamat SD meningkat menjadi 35% selama periode tahun 2004-2007. Hal itu menggambarkan bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah mempunyai kecenderungan lebih tinggi pada perilaku merokoknya. Studi baru yang dilaksanakan U.S. Center for Disease Control and Prevention (dalam Ahsan, 2006) menekankan bahwa betapa sulitnya orang untuk berhenti dari kebiasaan merokok. Dinyatakan dari 69% perokok di Amerika Serikat yang ingin berhenti, hanya 6% yang benar-benar berhasil melakukannya. Menurut hasil studi tersebut bahwa pria dan wanita kulit putih lebih mudah untuk berhenti merokok, sedangkan orang dengan pendidikan tinggi memiliki tingkat keberhasilan sebesar 8,9% dibandingkan orang dengan pendidikan rendah yang hanya memiliki tingkat keberhasilan sebesar 3,2%. Dengan demikian bahwa bertambahnya pengetahuan seseorang tentang bahaya merokok maka kemampuan rasionalitas dalam memutuskan untuk menghindari rokok juga meningkat, sehingga perilaku merokok semakin rendah. Pendapat lain menjelaskan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang, maka permasalahan yang dihadapi juga meningkat. Banyak anggapan bahwa seseorang yang sedang mengalami banyak masalah memerlukan suatu relaksasi dengan cara merokok untuk dapat mengurangi beban dari masalah yang sedang dihadapinya. Berdasarkan uraian di atas peneliti mengajukan rumusan masalah sebagai berikut: apakah ada perbedaan perilaku merokok ditinjau dari tingkat pendidikan yang berbeda. Peneliti tertarik meneliti dengan mengambil judul Perbedaan Perilaku Merokok Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan.

8 B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan perilaku merokok antara anggota komunitas vespa Scoul tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. 2. Untuk mengetahui tingkat perilaku merokok pada anggota komunitas vespa Scoul. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi subjek penelitian, agar dapat memberikan informasi tentang bahaya dari perilaku merokok sehingga dapat mengurangi perilaku merokok. 2. Bagi pendidik, agar mampu terus memberikan kesadaran tentang bahaya merokok sehingga perilaku merokok dapat diturunkan di kalangan remaja yang pada akhirnya setelah dewasa juga tidak mempunyai perilaku meokok. 3. Bagi masyarakat, agar lebih memperhatikan kesadaran dalam menjaga kenyamanan dan kesehatan lingkungan melaui gerakan tanpa asap rokok.