Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi



dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 51 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA


Lampiran 1. Pengukuran Konsentrasi Logam Sebenarnya

Lampiran 1. Perhitungan Jumlah Zooplankton yang ditemukan. Jumlah Individu/l St 1 St 2 St 3 St 4 St 5


GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

3. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar Lembar Pengamatan yang digunakan (Mckenzie & Yoshida 2009)

Lampiran 1. Kep.Men. LH Nomor 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut

III. METODE PENELITIAN

BUPATI TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG

TARIF LINGKUP AKREDITASI

-2- dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah atas Laboratorium

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

BAB III METODE PENELITIAN. data sampel yaitu dengan pengamatan atau pengambilan sampel secara langsung,

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

III. METODE PENELITIAN

Lampiran 5. Baku Mutu Air laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Tahun 2004

DO = ml sampel. ml titran x Normalitas thiosulfat x 8 x (ml botol BOD ml reagen terpakai ) ml botol BOD

3. METODE PENELITIAN

PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian. menentukan kualitas air berdasarkan faktor fisika kimia.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH BERUPA LABORATORIUM

Lampiran A. Bagan Kerja Metode Winkler untuk Mengukur Kelarutan Oksigen (DO) 1 ml MnSO 4 1 ml KOH KI dikocok didiamkan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Penentuan Titik Sampling 3.3 Teknik Pengumpulan Data Pengambilan Contoh Air

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

3. METODE PENELITIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lampiran 1. Kebutuhan air di kampus IPB Dramaga saat libur

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

KAJIAN DISTRIBUSI FITOPLANKTON DAN PARAMETER KIMIA KUALITAS PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KELAYAKAN SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA KERANG MUTIARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

GUNAKAN KOP SURAT PERUSAHAAN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran A. Prosedur Analisa Logam Berat Pb dan Cd Dalam Kerang Bulu (Anadara inflata) Diambil daging. Ditambah 25 ml aquades. Ditambah 10 ml HNO 3

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

BAB III METODE PENELITIAN

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAB III METODE PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

SNI butir A Air Minum Dalam Kemasan Bau, rasa SNI butir dari 12

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan April 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemantauan kualitas udara. Kendala 25/10/2015. Hal yang penting diperhatikan terutama ialah aspek pengambilan sampel udara dan analisis pengukurannya

Jenis pengujian atau sifat-sifat yang diukur

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

111. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. kerapu macan ini berada di perairan sekitar Pulau Maitam, Kabupaten Pesawaran,

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - November 2007 bertempat

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

IDENTIFIKASI KUALITAS GAS SO 2 DI DAERAH INDUSTRI PENGECORAN LOGAM CEPER

LAMPIRAN 1 PENGOPERASIAN SPSS. Adapun langkah-langkah pengolahan data dengan menggunakan program SPSS adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan dari bulan Juni Juli 2015.

Lampiran 4. Tabel Hasil Analisa Pengambilan Sampel Air Laut Kota Surabaya Tahun 2012

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PERIZINAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE LAUT

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/231/KPTS/013/2005 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Tambak Cibalong (Sumber : Google Earth)

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 3. Alat-alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

III. METODE PENELITIAN

POTENSI HIDROLOGI DANAU DAN LAHAN GAMBUT SEBAGAI SUMBERDAYA AIR (STUDI KASUS: DANAU AIR HITAM, PEDAMARAN, OKI)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

Transkripsi:

Metode Pengumpulan Data Komponen Lingkungan Metode Analisis Dampak Lingkungan Metode dan Teknik Indentifikasi, Prediksi, Evaluasi dan Interpretasi Dampak

Mengetahui komponen dan parameter lingkungan yang diukur pada kegiatan AMDAL Mengerti metode pengukuran dan analisis data lingkungan yang digunakan pada kegiatan AMDAL

Komponen VS Parameter Komponen lingkungan dalam AMDAL Abiotic (Geofisik kimia) Biotic Culture (Sosial Budaya dan Kesehatan Masyarakat) Ada berapa banyak komponen dan parameter?? Leopold 88 komponen Battelle and Colombus 4 komponen, 17 sub kategori dan 78 paramater Canter and Hill 4 kategori, 15 sub kategori, 63 parameter

Parameter : suhu, kelembaban, curah hujan, jumlah hari hujan, dan kecepatan dan arah angin Pengumpulan data iklim : menghimpun data sekunder yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi/Klimatologi yang terdekat yaitu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan hasil survei Waktu data : rata-rata bulanan dengan rentang waktu 5 tahun terakhir. Analisis Data : dianalisis secara deskriptif. Data arah dan kecepatan angin diilustrasikan dalam gambar wind rose.

Contoh Windrose

Parameter No. Parameter Metode Analisis Alat Analisis 1 Sulfur Dioksida (SO 2 ) Pararosanilin Spektrofotometer 2 Karbon monoksida (CO) NDIR NDIR Analyzer 3 Nitrogen Dioksida (NO 2 ) Saltzman Spektrofotometer 4 Oksidan (O 3 ) Chemiluminescent Spektrofotometer 5 Hidrokarbon (HC) Flame Ionization Gas Chromatography 6 Partikel <10µm (PM10) Gravimetrik Timbangan Analitik Kuantitatif, Dust Sampler 7 Debu Gravimetrik Timbangan Analitik Kuantitatif, Dust Sampler Data kualitas udara merupakan data primer yang diperoleh dari pengukuran di lapangan Waktu data : Ambient Air Quality Analisis : membandingkan antara data yang diperoleh hasil sampling dan analisis laboratorium dengan baku mutu kualitas udara ambien yang mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Kep Men LH No.50 tahun 1996.

Dust sampler Impinger air sampling

Parameter No. Parameter Metode Analisis Fisika 1 Kecerahan Visual 2 Kekeruhan Turbidimetrik 3 Padatan Tersuspensi Total Gravimetrik 4 Suhu Termometri 5 Lapisan Minyak Pengamatan visual Kimia 1 ph Elektrometrik 2 Salinitas Elektrometrik/refraksi 3 Oksigen terlarut (DO) Potensiometrik 4 BOD 5 Titrimetrik/Potensiometrik Inkubasi 5 Ammonia Total (NH 3 -N) Spektrofotometrik 6 Fosfat (PO 4 -P) Spektrofotometrik 7 Nitrat (NO 3 -N) Spektrofotometrik 8 Minyak dan Lemak Spektrofluorimetrik 9 Raksa (Hg) Spektrofotometrik Serapan Atom 10 Krom (Cr) Spektrofotometrik Serapan Atom 11 Arsen (As) Spektrofotometrik Serapan Atom 12 Kadmium (Cd) Spektrofotometrik Serapan Atom 13 Tembaga (Cu) Spektrofotometrik Serapan Atom 14 Timbal (PB) Spektrofotometrik Serapan Atom 15 Seng (Zn) Spektrofotometrik Serapan Atom 16 Nikel (Ni) Spektrofotometrik Serapan Atom Biologi 1 Plankton Sel. Hitung Sedwick-Rafter

Pengumpulan data :merupakan data primer yang diperoleh dari pengukuran di lapangan Waktu : kondisi perairan sesaat yang mewakili satu musim pada waktu pengambilan sampel. Parameter kualitas air laut yang akan dianalisis sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut (Lampiran 3. Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut).

Gelombang Pengumpulan data gelombang diperoleh dari data sekunder Pasut Pengumpulan data pasang surut diperoleh dari data sekunder Arus Pengumpulan data arus diperoleh dari data sekunder hasil survei Batimetri Pengumpulan data batimetri diperoleh dari data sekunder hasil survei. Data tersebut selanjutnya diverifikasi dengan data dari Dishidros TNI AL.

Parameter : Fitoplankton dan zooplankton, nekton Pengumpulan data : data primer yang diperoleh dari pengukuran di lapangan (survei dan wawancara) Waktu : kondisi perairan sesaat yang mewakili satu musim pada waktu pengambilan sampel

Analisis Data Kelimpahan plankton Yaitu jumlah sel plankton jenis ke-i pada volume air tertentu A Oi Op Vt 1 Vo Vs n p dimana; A = kelimpahan plankton (individu/liter atau individu/m 3 ) O i = luas gelas penutup (mm 2 ) O p = luas satu lapang pandang (mm 2 ) V t = volume air contoh yang tersaring (ml) V o = volume satu tetes air contoh (ml) V s = volume air sampel yang tersaring dengan jaring plankton (liter atau m 3 ) n = jumlah plankton pada seluruh lapang pandang p = jumlah lapang pandang yang diamati

Indeks keanekaragaman H = n i=1 ni N ln ni N dimana; H = indeks Keanekaragaman ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Nilai indeks keanekaragaman ini kemudian dikelompokkan secara empiris menjadi: Normal/murni = H > 4,6 Tercemar ringan = 4 < H 4,6 Tercemar sedang = 3 < H 4 Tercemar berat = 1,5 < H 3 Azoic = 0 < H 1,5

Indeks Keseragaman Nilai indeks keseragaman dalam suatu komunitas menunjukkan tingkat kesamaan kondisi ekologi antar masing-masing jenis plankton. Indeks ini dihitung dengan menggunakan rumus: E H' Hmaks Dimana; E = Indeks Keseragaman H = Indeks Keanekaragaman H maks = Indeks keseragaman maksimum yang sama dengan log 2 S, dimana S adalah jumlah jenis (plankton) Apabila nilai E mendekati 1, maka sebaran individu-individu antar jenis (species) relatif merata. Tetapi jika nilai E mendekati 0, maka sebaran individu antar jenis sangat tidak merata.

Indeks Dominansi Untuk melihat seberapa besar tingkat pendominasian pada sebuah komunitas oleh suatu jenis plankton tertentu. C ni/n 2 dimana; C = indeks dominansi ni = jumlah individu jenis ke-i N = jumlah total individu Interpretasi data Indeks dominansi (C), bila nilai C mendekati 1 berarti ada yang mendominansi dan bila mendekati nol berarti tak ada yang mendominansi.

Parameter

No Aspek Studi Jenis Data Alat Pengumpul Data 1. Kependudukan (demografi) a. Jumlah penduduk Sekunder Dokumentasi b. Kepadatan Penduduk Sekunder Dokumentasi c. Perkembangan Penduduk Sekunder Dokumentasi 2. Sosial Ekonomi a. Kesempatan Kerja Primer Kuesioner b. Mata Pencaharian Sekunder/Primer Dokumentasi/ Kuesioner c. Pendapatan dan Pengeluaran Penduduk Primer Kuesioner d. Kegiatan Usaha Perikanan Sekunder Dokumentasi/ Wawancara e. Sistem Pranata (kelembagaan) Sosial Ekonomi Nelayan Sekunder/Primer Dokumentasi/ Wawancara/ Kuesioner f. Sarana dan Prasarana Perekonomian Sekunder Dokumentasi 3. Sosial Budaya a. Adat Istiadat Penduduk, Norma, Tata Nilai dan b. c. d. Sangsi yang Berlaku Pola Kebiasaan Penduduk, seperti sistem gotong royong dan tolong menolong Tingkat Pendidikan (formal dan non formal) Jenis-Jenis Budaya Setempat Sekunder/Primer/ Observasi Sekunder/Primer/ Observasi Sekunder Sekunder/Observasi/Prim er Dokumentasi/Kuesioner/ Wawancara Dokumentasi/ Kuesioner/ Wawancara Dokumentasi Dokumentasi/ Kuesioner/ Wawancara e. f. Sikap dan Persepsi Penduduk Terhadap Rencana Kegiatan Saran - Saran dan Harapan Penduduk Terhadap Rencana Kegiatan Primer Dengar Pendapat/ Kuesioner Primer Dengar Pendapat/ Kuesioner

Pengumpulan data Primer Survei Perhitungan statistik lebih spesifik, ex: kuesioner Teknik non survei Wawancara mendalam Observasi Sekunder Data dapat dibagi ke dalam aras makro (kabupaten dan kecamatan) dan aras mikro (wilayah desa/dusun, rumah tangga, dan individu).

Lembaga untuk pengumpulan data sekunder Kantor Biro Pusat Statistik Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kantor BLH Kantor Kecamatan PUSKESMAS Kantor Desa yang termasuk lokasi studi.

Metode pemilihan sampel Pemilihan anggota sampel dilakukan secara purposive karena ada pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan tujuan penelitian Pemilihan anggota sampel dilakukan terhadap penduduk yang diprakirakan terkena dampak langsung dari proyek yaitu : Penduduk terdekat dengan lokasi proyek. Tokoh masyarakat dan aparat setempat yang terkait dengan kegiatan proyek.

Penentuan jumlah sampel yang paling sesuai dengan lingkungan pemukiman penduduk di sekitar rencana wilayah studi dilakukan dengan menarik jumlah sampel secara 3 tahap dimana tahapan kegiatannya adalah sebagai berikut : Sampling tahap pertama, yaitu memilih psu (primary sampling unit) Sampling tahap kedua, yaitu memilih unit elementer yang ada dalam psu yang terpilih pada sampling. Sampling tahap ketiga, yaitu memilih anggota sampel dari unit elementer yang ada dari psu yang terpilih pada sampling tahap kedua dengan menggunakan sample fraction secara berimbang.

Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang telah diketahui akan ditarik lagi menjadi sampel secara berdasarkan sample fraction yang telah ditentukan dengan rumus sebagai berikut : f m M atau m f x M dimana : f = sample fraction M = jumlah total populasi m = jumlah KK yang dijadikan anggota sampel Besarnya sample fraction (f) untuk menentukan jumlah KK yang akan dijadikan responden di masing-masing desa ditentukan secara purposive yaitu sebesar 10% untuk desa. Pertimbangan sample fraction didasarkan pada jumlah KK

(6) Metode Analisis Laju pertumbuhan penduduk r = laju Pertumbuhan Penduduk L n = logaritma natural P t = jumlah Penduduk tahun ke-n P 0 = jumlah Penduduk tahun ke-0 t = waktu antara P t dan P 0 (tahun) r LnP t/p t o Kepadatan Penduduk Jumlah Penduduk(Jiwa) K 2 Luas Wilayah(Km )

Rasio Beban Tanggungan P(0-14) P(56 ) RasioBeban Tanggungan 100 P(15-55) P (0-14) = jumlah penduduk usia 0-14 tahun P (15-55) = jumlah penduduk dalam usia 15-55 tahun P(56+) = jumlah penduduk dalam usia 56 tahun ke atas Rasio Jenis Kelamin Jumlahpenduduklaki - laki Rasio JenisKelamin 100 Jumlahpendudukperempuan

Terima kasih