I. PENDAHULUAN. yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

II. TELAAH PUSTAKA. Ketersediaan Karbohidrat. Chrysolaminarin (= leukosin)

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

TINJAUAN PUSTAKA. Fitoplankton adalah alga yang berfungsi sebagai produsen primer, selama

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. fotosintesis (Bold and Wynne, 1985). Fitoplankton Nannochloropsis sp., adalah

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Volvocales. : Tetraselmis. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN. Unsur Hara

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

2. TINJAUAN PUSTAKA. Chaetoceros sp. adalah salah satu spesies diatom. Diatom (filum

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRODUKTIVITAS DAN KESUBURAN PERAIRAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. kesuksesan budidaya. Kebutuhan pakan meningkat seiring dengan meningkatnya

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang umumnya dikenal dengan nama fitoplankton. Organisme ini merupakan

n, TINJAUAN PUSTAKA Menurut Odum (1993) produktivitas primer adalah laju penyimpanan

TINJAUAN PUSTAKA. Rawa merupakan sebutan untuk semua daerah yang tergenang air yang. mencapai kedalaman > 50 cm dari permukaan tanah (Noor, 2004).

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. keseimbangan ekologi dan tata air. Dari sudut ekologi, waduk dan danau

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

I. PENDAHULUAN. mikroalga dikenal sebagai organisme mikroskopik yang hidup dari nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. NUTRISI DAN MEDIUM KULTUR MIKROBA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau Lido 2.2. Kesuburan Perairan

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang memiliki

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

TINJAUAN PUSTAKA. pembagian tugas yang jelas pada sel sel komponennya. Hal tersebut yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ganggang Mikro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Primer

I. PENDAHULUAN. Mikroalga merupakan jasad renik dengan tingkat organisasi sel yang

BAB VIII PROSES FOTOSINTESIS, RESPIRASI DAN FIKSASI NITROGEN OLEH TANAMAN

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Deskriptif Fisika Kimia Air dan Sedimen

I. PENDAHULUAN. perikanan. Pakan juga merupakan faktor penting karena mewakili 40-50% dari

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan dalam sistem budidaya dapat dipengaruhi oleh kualitas air, salah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Terlibat langsung dalam fungsi metabolisme tanaman (involved in plant metabolic functions).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN KUALITAS AIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemna minor adalah salah satu spesies Duckweed (Family Lemnaceae)

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan (Botes, 2001) adapun Nitzschia sp. dapat diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

Fosfor ditemukan oleh Hennig Brandt padat ahun 1669 di Hamburg, Jerman. Namanya berasal dari bahasa Latin yaitu phosphoros yang berarti 'pembawa

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

I. PENDAHULUAN. besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-layang dalam

Gambar 1. Ikan lele dumbo (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

DAUR BIOGEOKIMIA 1. DAUR/SIKLUS KARBON (C)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salju. Air tawar terutama terdapat di sungai, danau, air tanah (ground water), dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang s

2. TINJAUAN PUSTAKA. kondisi yang sulit dengan struktur uniseluler atau multiseluler sederhana. Contoh

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien di suatu perairan merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton. Nutrien dapat menyediakan energi dan digunakan sebagai komponen untuk struktur sel (Richtel, 2007). Nutrien di perairan terdapat dalam bentuk makro maupun mikro. Nutrien dalam bentuk makro terdiri dari: C, H, O, N, S, P, K, Mg, Ca, Na, dan Cl, sedangkan yang termasuk dalam bentuk mikro terdiri dari Fe, Co, Zu, B, Si, Mn, dan Cu (Bold dan Wayne 1985 dalam Yazwar 2008). Nutrien yang paling dibutuhkan oleh organisme adalah unsur karbon, nitrogen, dan fosfor. Risamasu dan Prayitno (2011) juga menyatakan bahwa nitrogen (N) dan fosfor (P) berperan penting dalam pertumbuhan dan metabolisme fitoplankton termasuk tumbuhan autotrof. Keberadaan karbon jumlahnya sangat melimpah sebagai karbondioksida (CO2), sehingga dianggap bahwa nitrogen dan fosfor yang paling dipertimbangkan. Nitrogen dan fosfor yang merupakan makro nutrien, keduanya mempunyai manfaat sebagai nutrien pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton (Suthers dan Rissik, 2008). Fitoplankton membutuhkan nitrogen untuk pertumbuhannya. Komponen utama penyusun dalam tubuh fitoplankton berupa protein, karena di dalam sel fitoplankton terkandung 50 % protein dan 7% - 10% nitrogen (Nemerrow, 1991). Nitrogen juga diperlukan oleh organisme fitoplankton untuk pembentukan seluruh dinding sel dan jaringan (Ranoemiharjo et al., 1985). Pratiwi et al., (2007) juga menyatakan bahwa, nitrogen merupakan komponen penting yang dibutuhkan

2 fitoplankton untuk metabolisme sel, selain itu nitrogen juga digunakan untuk pembentukan asam amino. Nitrogen di perairan terdiri dari dua golongan yang berbeda bentuknya yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik (Boyd, 1988). Tebutt (1994) menyatakan bahwa, nitrogen organik di perairan adalah nitrogen yang terikat dengan senyawa organik dalam bentuk protein, asam amino, dan urea. Sedangkan nitrogen anorganik adalah nitrogen yang tidak dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik dan harus mengalami fiksasi terlebih dahulu menjadi amonia (NH3), amonium ( NH4 + ), nitrit (NO2) dan nitrat (NO3). Nitrogen ammonia, yaitu nitrogen berupa garam-garam ammonia, ammonium serta ammonia bebas ((NH 4)2CO3). Nitrogen nitrit, tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Alaert dan Santika (1987) menyatakan bahwa, nitrogen nitrit merupakan bentuk nitrogen yang tidak stabil dan merupakan keadaan sementara proses oksidasi antara ammonia dan nitrat. Nitrogen nitrat dapat dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan (Effendi, 2003). Nitrat adalah bentuk senyawa stabil yang merupakan zat hara penting bagi organisme autotrof dan diketahui sebagai faktor pembatas pertumbuhan (Eaton et al.,1995). Nitrat pada konsentrasi yang tinggi dapat mengakibatkan blooming alga dan proses eutrofikasi (Rohmah et al., 2010). Fosfor sangat penting untuk kehidupan organisme perairan karena berfungsi dalam penyimpanan dan transfer energi dalam sel dan berfungsi dalam sistem genetik (Cole, 1983). Fosfor di perairan dalam bentuk senyawa fosfat, yang terdiri atas fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terbagi atas fosfat organik dan fosfat anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat (Rumhayati, 2010). Ortofosfat merupakan bentuk fosfat yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh fitoplankton, sedangkan polifosfat sebelum dimanfaatkan sebagai sumber fosfor harus terlebih 2

3 dahulu dihidrolis membentuk ortofosfat. Ortofosfat adalah senyawa-senyawa seperti monofosfat (HPO4 2- ) dan dihidrogen fosfat (H2PO4 - ), sedangkan polifosfat merupakan senyawa-senyawa polimer seperti heksametafosfat ((PO3)6 3 ), pirofosfat (P2O7 4 ), dan tripolifosfat (P3O10 5 ) (Alaert dan Santika, 1987). Kadar fosfor di perairan alami biasanya relatif kecil dengan kadar yang lebih sedikit dibandingkan dengan sumber nitrogen (Effendi, 2003). Perbandingan nitrogen dan fosfor (N/P) dalam perairan dapat digunakan sebagai suatu cara untuk menilai jenis atau macam populasi fitoplankton yang mungkin ada atau dominan di suatu perairan (Haarco rryti, 2008). Menurut Ryding dan Rast (1989) untuk mengetahui nutrien yang menjadi faktor pembatas digunakan dua pendekatan yaitu: melalui nilai konsentrasi masing-masing nutrien (dalam hal ini N dan P) atau melalui perbandingan keduanya. Nitrogen dan fosfor bila dilihat dari konsentrasi masing-masing dapat menjadi faktor pembatas jika fosfor kurang dari 0,005 mg/l dan nitrogen kurang dari 0,02 mg/l. Nitrogen dan fosfor apabila berada dalam konsentrasi yang melebihi nilai batas tersebut maka faktor pembatas ditentukan dengan perbandingan keduanya (Ryding dan Rast, 1989). Sulastri et al. (2007) menyatakan bahwa pada umumnya bila nilai rasio total N dan total P < 12 mengindikasikan bahwa nitrogen merupakan faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton sedangkan rasio total N dan total P > 12 mengindikasikan bahwa fosfor merupakan faktor pembatas pertumbuhan fitoplankton. Dengan demikian konsentrasi N dan P di suatu perairan akan berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan. Fitoplankton yang hidup di perairan terdiri dari tujuh kelompok besar divisio, yaitu: Cyanophyta (alga b iru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan Euglenophyta (Reynolds, 1984). 3

4 Chrysophyta merupakan fitoplankton yang mempunyai peranan penting di berbagai perairan tawar. Chrysophyta memiliki pigmen warna yang terdiri atas karoten dan xantofil yang berwarna kuning (Bold dan Wayne 1985 dalam Yazwar 2008). Chrysophyta mempunyai ciri-ciri antara lain berflagel tidak sama panjang dan tidak selalu sama bentuknya (Heterokontae ), dinding sel diperkuat dengan bahan silika dan berpori (Davis, 1955). Davis (1955) menyatakan bahwa Chrysophyta mempunyai pori-pori dengan bentuk yang terdiri dari 2 bagian yaitu tutup (epiteka) dan wadah (hipoteka) yang mudah membuka sehingga memudahkan ikan untuk mencerna isi sel dengan bantuan enzim pencernaan. Chrysophyta biasanya melimpah di perairan yang relatif tenang seperti danau dan waduk. Chrysophyta digolongkan kedalam 3 kelas yaitu Xantophyceae, Chrysophyceae dan Bacillariophyceae (Diatome). Chrysophyta di perairan dapat diketahui dengan cara menghitung kelimpahan. Kelimpahan menurut Odum (1993) yaitu jumlah individu persatuan volume. Kelimpahan Chrysophyta dapat digunakan sebagai parameter biologi yang dapat dijadikan indikator untuk mengevaluasi kualitas dan tingkat kesuburan suatu perairan (bioindikator) (Wijaya et al., 2011). Kelimpahan jenis Chrysophyta disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan karakteristik fisiologinya. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan fitoplankton yaitu karbondioksida bebas, oksigen terlarut, suhu, cahaya, dan nutrien (Garno, 2008). Nutrien yang juga dibutuhkan oleh Chysophyta adalah silika, terutama Diatome (Bacillariophycae) membutuhkan silika untuk membentuk frustule atau dinding sel (Effendi, 2003). Banyaknya Chrysophyta akan berguna bagi perikanan hal ini sesuai dengan pendapat Davis (195 5) yang menyatakan bahwa Chrysophyta merupakan komponen yang penting dalam rantai makanan di perairan tawar, sebagai pakan alami 4

5 bagi ikan. Salah satu badan perairan yang dimanfaatkan untuk usaha perikanan antara lain adalah waduk. Waduk adalah sebuah bangunan besar yang dibuat oleh manusia dengan membendung sungai (Wetzel, 2001). Waduk juga merupakan sistem peralihan (intermediet system) antara sungai (lotic waters) dan danau (lentic waters). Pembuatan waduk pada umumnya mempunyai beberapa tujuan dan fungsi yaitu untuk pengairan, pengendalian banjir, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), kebutuhan air minum untuk Perusahaan Air Minum ( PAM), pariwisata, dan perikanan. Dalam bidang perikanan keberadaan Chrysophyta di waduk sangat menguntungkan sebagai pakan alami ikan-ikan terutama pada stadium larva (Davis, 1955). Waduk Panglima Besar Soedirman (P.B Soedirman) terletak di dua kecamatan yaitu Kecamatan Bawang dan Kecamatan Wanadadi, Kabupaten Banjarnegara. Tepatnya pada 7 0 7 LS - 7 0 30 LS dan 109 o 31' BT 109 o 8' BT, dan terletak pada ketinggian 239 dpl. Waduk P.B Soedirman mempunyai luas genangan sebesar 8.415.875 m 2 dengan kapasitas sebesar 141.247.087 m 3. Sumber utama air waduk P.B Soedirman berasal dari Sungai Serayu, Sungai Lumajang dan Sungai Kandangwangi. Waduk P.B Soedirman mulai beroperasi pada tahun 1989 dan berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), irigasi, perikanan, pariwisata, dan pertanian (Widyastuti, 2005). Dalam bidang pertanian, penggunaan lahan di sekitar DTA Waduk P.B Soedirman juga semakin berkembang dari waktu ke waktu sehingga dapat menyebabkan nutrien yang ada di perairan Waduk P.B Soedirman selalu berubah-ubah khususnya nitrogen dan fosfor, sehingga perlu adanya monitoring unsur hara nitrogen dan fosfor terhadap Chrysophyta. Penelitian tentang hubungan total nitrogen dan total fosfor terhadap kelimpahan fitoplankton di perairan Waduk P. B. Soedirman Banjarnegara telah 5

6 dilakukan oleh Sulistiati (2011). Hasil penelitian tersebut Chrysophyta yang didapatkan 19 spesies dengan kelimpahan rata-rata 6.931 ind/l (41,87%). Kandungan nitrogen berkisar antara 6,66 8,24 mg/l dan kandungan fosfor berkisar antara 0,56 0,62 mg/l. Hasil analisis korelasi antara pengaruh total nitrogen dan total fosfor terhadap kelimpahan Chrysophyta ditunjukkan dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0, 6825 artinya hubungan yang didapatkan adalah kuat. Menurut Arikunto (2006) menyatak an, jika nilai r diantara 0,60-0,799 antar variabel memiliki hubungan kuat. Besarnya kehandalan pengaruh antara total nitrogen dan total fosfor terhadap kelimpahan Chrysophyta ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 46,58 %. Hal ini menunjukkan bahwa kelimpahan Chrysophyta di Waduk P. B. Soedirman dipengaruhi oleh besarnya total N/P dengan kehandalan sebesar 46,58 %, sisanya sebesar 53,42% ditentukan oleh faktor lain. Kondisi lingkungan di daerah tangkapan air (DTA ) yang masuk ke perairan Waduk P.B Soedirman yang dinamis dapat menyebabkan perubahan pada total N/P. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian hubungan perbandingan total nitrogen dan total fosfor dengan kelimpahan Chrysophyta. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kelimpahan Chrysophyta di perairan 2. Bagaimana hubungan total nitrogen (TN) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan 3. Bagaimana hubungan total fosfor (TP) dengan kelim pahan Chrysophyta di perairan 6

7 4. Bagaimana hubungan perbandingan total nitrogen dan total fosfor (TN/TP) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan 5. Bagaimana hubungan total nitrogen (TN), total fosfor (TP), dan perband ingan total nitrogen total fosfor (TN/TP) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan Waduk P.B Soedirman. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui kelimpahan Chrysophyta di perairan 2. Mengetahui hubungan total nitrogen (TN) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan 3. Mengetahui hubungan total fosfor (TP) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan 4. Mengetahui hubungan perbandingan total nitrogen dan total fosfor (TN/TP) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan 5. Mengetahui hubungan total nitrogen (TN), total fosfor (TP), dan perbandingan total nitrogen total fosfor (TN/TP) dengan kelimpahan Chrysophyta di perairan Waduk P.B Soedirman. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan total nitrogen dan total fosfor terhadap kelimpahan Chrysophyta, sehingga dapat bermanfaat dalam upaya monitoring Waduk P.B Soedirman dan dapat dijadikan dasar pengembangan pengetahuan tentang Chrysophyta. 7