PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LAYANAN TERPADU BAGI PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 38 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 897 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

jttá ~ÅtÄtçt jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 92 TAHUN 2009 TENTANG DATABASE PENCATATAN DAN PELAPORAN PENANGGANAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBENUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PENYEDIA LAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR JAWA BARAT,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENEG PP. Perdagangan Orang. Saksi. Korban. Pelayanan. Minimal. Terpadu. Standar.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

BUPATI BA BUPATI BANYUWANGI NYUWANGI

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 30 TAHUN 2014

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONFLIK SOSIAL

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN ANAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

Institute for Criminal Justice Reform

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEPUTUSAN BUPATI MALANG NOMOR: 180/ 291 /KEP/421

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/110/KEP/ /2014 TENTANG

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIANJUR

4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on The Elimination of all Forms of

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

Transkripsi:

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak merupakan salah satu urusan wajib yang harus diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten; Mengingat : b. bahwa tindak kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan orang, dan eksploitasi seksual perempuan dan anak merupakan permasalahan bangsa yang memerlukan langkah-langkah pencegahan dan penanganan secara menyeluruh dan terpadu dengan melibatkan berbagai pihak dalam rangka menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab; c. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan dan perlindungan kepada perempuan dan anak di Kabupaten Luwu Timur sesuai Standar Pelayanan Minimal Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekekrasan, perlu keterlibatan dan peran Aktif masyarakat dalam penyelenggaraan perlindungan perempuan dan anak, dengan membentuk pusat pelayanan terpadu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak Kabupaten Luwu Timur; 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita (Convention on The Elimination of All Forms of Discrimination Againts Women), (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3277); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Nomor 3668); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3886); 1

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Pengesahan ILO Convention 182 Concerning the Prohibition and Unmediate Action for the Elimination of the Worst Forms of Child Labour (Konvensi ILO Nomor 182 mengenai Pelarangan dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-Bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 30, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3941); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419); 7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 8. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dankorban (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4635); 9. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4720); 10. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4606); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2

14. Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak (Convention on the Rights of the Child); 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 16. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 1 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal (Bidang Layanan Terpadu Bagi Perempuan dan Anak Korban Kekerasan; 17. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomor 2 Tahun 2010 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2007 tentang Penanganan dan Pencegahan Perdagangan (Traficking) Perempuan dan Anak (Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2007 nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah provinsi Sulawesi Selatan Nomor 234); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Luwu Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2009 Nomor 5); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN BUPATI TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK KABUPATEN LUWU TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Luwu Timur 2. Bupati adalah Bupati Luwu Timur 3. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah satuan kerja perangkat daerah lingkup Pemerintah Kab. Luwu Timur. 4. Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Luwu Timur yang selanjutnya disingkat P2TP2A adalah pusat layanan terpadu dan terintegrasi bagi perempuan dan anak korban tindak kekerasan meliputi pengaduan, pendampingan, rujukan kasus yang memerlukan penanganan medis, konseling psikologis, bantuan hokum, pemulanagan dan reintegrasi. 5. Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementara maupun berdasarkan penetapan pengadilan. 3

6. Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelami yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenangwenang baik yang terjadi di ranah public atau dalam kehidupan pribadi. 7. Kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, termasuk penelantaran dan perlakuan buruk yang mengancam integritas tubuh dan merendahkan martabat anak. 8. Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perermpuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. 9. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan kecuali dinyatakan lain dalam Undang-Undang. 10. Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berparisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 11. Korban adalah perempuan dan anak yang mengalami kekerasan dalam ranah publik atau domestik. 12. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah standar bidang layanan terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan adalah tolak ukur kinerja pelayanan unit pelayanan terpadu dalam memberikan pelayanan penanganan pengaduan, pelayanan kesehatan, rehabilitasi sosial, penegakan dan bantuan hukum, serta pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan. 13. Penanganan pengaduan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyelenggara layanan terpadu untuk menindaklanjuti laporan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak yang diajukan korban, keluarga atau masyarakat. 14. Pelayanan kesehatan adalah upaya yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. 15. Rehabilitasi Sosial adalah pelayanan yang ditujukan untuk memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar. 16. Penegakan Hukum adalah tindakan aparat yang diberi kewenangan oleh Negara untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan. 17. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh pendamping hukum atau advokat untuk melakukan proses pendampingan saksi dan/atau korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang sensitive gender. 4

18. Pemulangan adalah upaya mengembalikan perempuan dan anak korban kekerasan dari luar negeri ke titik debarkasi/entry point, atau dari daerah penerima ke daerah asal. 19. Reintegrasi sosial adalah upaya penyatuan kembali korban dengan pihak keluarga, keluarga pengganti, atau masyarakat yang dapat memberi perlindungan dan pemenuhan kebutuhan bagi korban. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud P2TP2A adalah merupakan suatu lembaga Non Pemerintah yang melakukan pelayanan secara terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Pasal 3 Tujuan P2TP2A adalah sebagai berikut: a. memberikan acuan bagi pengelola P2TP2A untuk memberikan pelayanan secara terpadu kepada perempuan dan anak yang mengalami tindak kekerasan; b. peningkatan pelayanan dan perlindungan kepada perempuan dan anak di Kabupaten Luwu Timur sesuai SPM Bidang Layanan Terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan; c. meningkatkan peran serta dan kemandirian lembaga yang menangani korban kekerasan bagi perempuan dan anak; dan d. penyelenggaraan rujukan kasus yang memerlukan pelayanan kesehatan dan konseling bagi perempuan dan anak korban kekerasan bertindak sesuai prosedur dengan mengacu pada SPM Bidang Layanan Terpadu bagi perempuan dan anak korban kekerasan; BAB III PEMBENTUKAN DAN KEDUDUKAN Pasal 4 (1) Dengan Peraturan Bupati ini dibentuk P2TP2A, yang merupakan organisasi non struktural. (2) P2TP2A merupakan mitra Pemerintah Daerah di dalam penyelenggaraan pelayanan terpadu bagi korban kekerasan. BAB IV TUGAS DAN FUNGSI Pasal 5 Tugas P2TP2A adalah menyelenggarakan layanan terpadu terhadap korban kekerasan. 5

Pasal 6 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, P2TP2A mempunyai fungsi: a. penanganan pengaduan dan pendampingan perempuan dan anak korban kekerasan; b. penyelenggaraan rujukan kasus yang memerlukan pelayanan kesehatan dan konseling bagi perempuan dan anak korban kekerasan; c. memfasilitasi rehabilitasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan; d. penegakan dan bantuan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan; e. pemulangan dan reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak korban kekerasan; dan f. pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pengambilan keputusan dalam rangka terwujudnya Kesetaraan dan Keadilan Gender. BAB V RUANG LINGKUP Pasal 7 (1) Ruang Lingkup P2TP2A meliputi penanganan korban kekerasan yang melibatkan lintas Kabupaten/Kota dan lintas Kecamatan, Kabupaten dan lintas Provinsi yang mebutuhkan fasilitasi P2TP2A. (2) Apabila terdapat kasus yang melibatkan lintas Negara, akan dikoordinasikan melalui Pemerintah Pusat maupun lembaga non pemerintah terkait. BAB VI STRUKTUR ORGANISASI Pasal 8 (1) Susunan Organisasi P2TP2A terdiri atas: a. Pengarah; b. Penanggung jawab; c. Ketua Umum; d. Ketua Harian; e. Sekretaris; f. Bendahara; dan g. Divisi-Divisi. (2) Susunan organisasi P2TP2A sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tercantum dalam lampiran adalah yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. 6

Pasal 9 Pengarah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf a, mempunyai tugas sebagai berikut: a. memberikan arahan, nasehat, pembinaan dan petunjuk terhadap pelaksanaan P2TP2A; dan b. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan P2TP2A. Pasal 10 Penanggung Jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf b mempunyai tugas sebagai berikut: a. bertanggung jawab terhadap pelaksanaan P2TP2A; b. memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program dan kegiatan; dan c. melaporkan hasil pelaksanaan P2TP2A kepada Bupati secara periodik. Pasal 11 Ketua Umum sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf c, mempunyai tugas sebagai berikut:: a. mengkoordinasikan tugas dan fungsi dari P2TP2A dan divisi-divisi agar dapat berjalan dengan baik; b. memfasilitasi ketersediaan sarana, prasarana dan pembiayaan bagi pelaksanaan P2TP2A; dan c. mediator dana katalisator dalam mensinergikan antar lembaga pemerintah dan non pemerintah Pasal 12 Ketua Harian sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf d mempunyai tugas: a. memfasilitasi dan mensinergikan antar lembaga pemerintah dan non pemerintah; b. memimpin pelaksanaan tugas harian dan fungsi P2TP2A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan pasal 6; dan c. melaporkan kegiatan P2TP2A kepada Ketua Umum. Pasal 13 Sekretaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e mempunyai tugas; a. melaksanakan tugas dan fungsi administrasi P2TP2A agar dapat berjalan dengan baik; b. mendistribusikan laporan kasus kepada divisi-divisi;dan c. sekretaris dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua Harian. 7

Pasal 14 (1) Bendahara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf f, mempunyai tugas sebagai berikut:: a. melaksanakan pengelolaan keuangan P2TP2A dengan baik dengan sesuai peraturan perundang-undangan; dan b. membuat laporan pertanggungjawaban keuangan P2TP2A secara periodik. (2) Bendahara dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab kepada Ketua Umum melalui Ketua Harian. Pasal 15 Divisi-divisi sebagaimaan dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) huruf g terdiri dari: a. Divisi Pengaduan dan Pendampingan; b. Divisi Kesehatan dan Konseling; c. Divisi rehabilitasi Sosial, Pemulangan dan Reintegrasi; d. Divisi Bantuan dan Pendampingan Hukum; dan e. Divisi Kerjasama dan Pengembangan. Pasal 16 Divisi Pengaduan dan pendampingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf a bertugas: a. menerima pengaduan, melakukan registrasi data korban; b. melakukan penilaian terhadap kondisi korban kekerasan dan kebutuhan pelayanan; dan c. memberikan informasi terkait layanan yang akan diberikan kepada korban dan atau keluarga serta pendampingan kepada korban kekerasan. Pasal 17 Divisi Kesehatan dan konseling, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf b, mempunyai tugas menyelenggarakan system rujukan kasus yang membutuhkan tindakan medis, konseling melalui kerjasama dengan berbagai rumah sakit dan pusat pelayananan lainnya. Pasal 18 Divisi Rehabilitasi Sosial, Pemulangan dan Reintegrasi dimaksud dalam Pasal 15 huruf c, mempunyai tugas: sebagaimana a. memfasilitasi dan menyediakan pelayanan rumah aman (shelter) bagi korban kekerasan; b. memfasilitasi pemulihan social bagi korban tindak kekerasan; c. memberikan bimbingan rohani, bimbingan sosial bagi korban; d. memfasilitasi dan melaksanakan pemulangan korban ke daerah asal;dan e. memfasilitasi reintegrasi sosial. 8

Pasal 19 Divisi Bantuan dan Pendampingan Hukum, sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 huruf d mempunyai tugas: a. memfasilitasi bantuan perlindungan hukum bagi korban tindak kekerasan; b. melakukan pendampingan ke lembaga terkait seperti lembaga yang bergerak di bidang bantuan hukum, Kepolisian, Pengadilan; dan c. memfasilitasi perlindungan dan pengamanan terhadap orang yang mengalami tindak kekerasan maupun orang yang melaporkan terhadap ancaman dan intimidasi dari berbagai pihak. Pasal 20 Divisi Kerjasama dan Pengembangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 huruf e mempunyai tugas: a. melakukan kerjasama antar Institusi Pemerintah, SKPD, Lembaga Non- Pemerintah, Swasta dan masyarakat; dan b. mengembangkan program-program pemberdayaan perempuan dan anak korban kekerasan dengan lembaga-lembaga yang memiliki kegiatan pemeberdayaan perempuan. BAB VII KEPENGURUSAN Pasal 21 (1) P2TP2A ini terdiri dari unsur Instansi Pemerintah/SKPD (Dinas/Badan/Kantor) yang terkait, Lembaga/Organisasi Peduli Perempuan dan Anak, Lembaga Bantuan Hukum, Organisasi Profesi, swasta serta masyarakat yang memiliki perhatian terhadap masalah perempuan dan anak. (2) Kepengurusan P2TP2A diangkat dan diberhentikan oleh Bupati dengan Keputusan Bupati. BAB VIII TATA KERJA Pasal 22 Dalam melaksanakan tugas dan fungsi, kepengurusan P2TP2A wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, transparansi dan akuntabilitas baik dalam lingkup kepengurusan maupun dengan instansi/organisasi lainnya sesuai peraturan perundang-undangan. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 23 Segala Biaya Penyelenggaraan P2TP2A dibebankan kepada Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten Luwu Timur tahun anggaran berkenaan/berjalan dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat 9

BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal yang diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan perundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Luwu Timur. Ditetapkan di Malili pada tanggal 12 Maret 2013 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M. Diundangkan di Malili pada tanggal 12 Maret 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR, BAHRI SULI BERITA DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2013 NOMOR 6 10