NILAI MEKANISTIK BETON ASPAL LAPIS PERMUKAAN TERHADAP PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBEBANAN

dokumen-dokumen yang mirip
M. Sjahdanulirwan 1), Nono 2)

MODIFIKASI ASPAL KERAS STANDAR DENGAN BITUMEN ASBUTON HASIL EKSTRAKSI

STUDY KASUS DEFORMASI PLASTIS

KARAKTERISTIK CAMPURAN PANAS ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE MENGGUNAKAN PENGIKAT SEMARBUT TIPE II

PENGGUNAAN ALAT MARSHALL UNTUK MENGUJI MODULUS ELASTISITAS BETON ASPAL

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS AUS (AC- WC) MENGGUNAKAN ASPAL MODIFIKASI POLIMER NEOPRENE (253M)

ANALISIS PENGARUH SUHU PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

PENGARUH PENGGUNAAN POLIMER ELVALOY TERHADAP NILAI INDEX KEKUATAN SISA PADA CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP KUAT TARIK TIDAK LANGSUNG BETON ASPAL PADA CAMPURAN YANG MEMPERGUNAKAN HIGH STIFFNESS MODULUS ASPHALT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

Spesifikasi lapis tipis aspal pasir (Latasir)

ANALISIS BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SEMARANG)

BAB III METODELOGI PENELITIAN. (AASHTO,1998) dan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan tahun 2010.

Outline Bahan Ajar. Prasyarat : MK Perancangan Geometri Jalan (TKS 7311/2 sks/smt V) Dosen Pengampu : Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SEBAGAI FUNGSI KEPADATAN

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

EVALUASI VOLUMETRIK MARSHALL CAMPURAN ASPAL PANAS DENGAN ROADCELL-50 SEBAGAI BAHAN ADITIF

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

KINERJA LAPIS PENGIKAT MENGGUNAKAN ASPAL PEN 40/50 TANPA POLIMER (BAGIAN DARI STUDI PERPETUAL PAVEMENT DI INDONESIA)

ANALISIS ITS (INDIRECT TENSILE STRENGTH) CAMPURAN AC (ASPHALT CONCRETE) YANG DIPADATKAN DENGAN APRS (ALAT PEMADAT ROLLER SLAB) Naskah Publikasi

PENGARUH PENGGUNAAN ELVALOY TERHADAP KINERJA CAMPURAN ASPAL BETON LAPIS PENGIKAT (AC-BC)

Studi Pengaruh Temperatur terhadap Modulus Kekakuan Campuran Menggunakan Aspal Berpolimer BituBale

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARETMESH #80 PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

Spesifikasi lapis fondasi agregat dan campuran beraspal panas menggunakan batukarang kristalin

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

PENGARUH PENGGUNAAN ABU TERBANG BATUBARA SEBAGAI BAHAN PENGISI TERHADAP MODULUS RESILIEN BETON ASPAL LAPIS AUS

PERBANDINGAN KEPADATAN MARSHALL DAN KEPADATAN MUTLAK (PRD) PADA CAMPURAN BERASPAL

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PENENTUAN NILAI MODULUS KEKAKUAN ASPAL BETON TIPE AC-WC

Dani Hamdani 1), Nono 2) Pusat Litbang Jalan dan Jembatan 1),2) Jalan A.H. Nasution no.264, Bandung )

USULAN SPESIFIKASI CAMPURAN BERASPAL PANAS ASBUTON LAWELE UNTUK PERKERASAN JALAN

KARAKTERISTIK MARSHALL DALAM ASPAL CAMPURAN PANAS AC-WC TERHADAP VARIASI TEMPERATUR PERENDAMAN

Perbandingan Koefisien Kekuatan Relatif dan Umur Rencana Perkerasan Jalan Lapis Aus (AC-WC) menggunakan BNA Blend 75/25 dan Aspal Pen 60/70

KERUSAKAN BLEEDING PADA LAPISAN BERASPAL AKIBAT PENGARUH TEMPERATUR ASPAL SAAT PENCAMPURAN

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI PADA PERKERASAN JALAN

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

sebagai perbandingan antara tegangan yang bekerja dan regangan pada waktu pembebanan t : St = (2)

PENGARUH TIPE GRADASI AGREGAT TERHADAP SIFAT BETON ASPAL DENGAN BAHAN PENGIKAT ASPAL PERTAMINA PEN 60/70 DAN ASPAL STARBIT E-55 CAMPURAN AC-WC

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC SEMI SENJANG

Studi Alternatif Campuran Aspal Beton AC WC dengan Menggunaan Pasir Seruyan Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah

Lilies Widojoko, Baheram ABSTRAK

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

MODULUS KEKAKUAN LENTUR DAN SUDUT FASE CAMPURAN MATERIAL PERKERASAN DAUR ULANG DAN POLIMER ELASTOMER

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

Naskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

Pengaruh Temperatur Terhadap Penetrasi Aspal Pertamina Dan Aspal Shell

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

ANALISIS PENGARUH KONDISI PONDASI MATERIAL BERBUTIR TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN METODE ANALITIS

PERBEDAAN GRADASI TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN BETON ASPAL LAPIS PENGIKAT (AC-BC)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN DINI PADA PERKERASAN JALAN

PENGARUH PEMADATAN DENGAN GYRATORY TESTING MACHINE (GTM) TERHADAP KINERJA LABORATORIUM DARI CAMPURAN ASBUTON BERGRADASI SUPERPAVE TESIS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK ASPAL DENGAN BAHAN TAMBAH PLASTIK DAN IONERJANYA DALAM CAMPURAN HRA OLEH YOLLY DETRA ASRAR NIM :

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

HASIL DAN PEMBAHASAN

TKS 4406 Material Technology I

BAB I PENDAHULUAN. terjadi berlebihan (overload) atau disebabkan oleh Physical Damage Factor (P.D.F.)

PENGARUH PENUAAN ASPAL TERHADAP KARAKTERISTIK ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE

KAJIAN PROPERTIES DARI AGREGAT BATU GUNUNG YANG DIGUNAKAN SEBAGAI MATERIAL CAMPURAN BERASPAL

Muhammad Rizal Permadi, Retno Handayani Prastyaningrum, Bagus Hario Setiadji *), Supriyono *)

PEMANFAATAN TANAH DOMATO SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS-WC

Islam Indonesia, maka dapat diketahui nilai-nilai yang berpengaruh terhadap

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 4 No. 1, April 2012, halaman: 1

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013, 1-9

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

PERENCANAAN DAN PENGUJIAN ASPAL PENETRASI 60/70 YANG DIMODIFIKASI DENGAN ETYHLENE VINYL ACETATE (EVA)

KAJIAN SUHU OPTIMUM PADA PROSES PEMADATAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI BITUMEN LIMBAH PLASTIK

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kekentalan

PENGARUH GETAH PINUS PADA STABILITAS, PELELEHAN, DAN DURABILITAS LAPIS PENGIKAT BETON ASPAL (ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE/AC-BC) ABSTRAK

ANALISA KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN DAN PERBANDINGAN STABILITAS ASPAL EMULSI DINGIN DENGAN LASTON

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Contoh perencanaan asbuton campuran panas. Sample of Design Mix with Asbuton

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

Perbaikan Sifat Reologi Aspal Dengan Penambahan Asbuton Murni Dalam Tinjauan Modulus Kekakuan dan Kriteria Kerusakan Perkerasan

PEMANFAATAN TRAS SEBAGAI FILLER DALAM CAMPURAN ASPAL PANAS HRS -WC

konstruksi lapisan perkerasan dimaksudkan agar tegangan yang terjadi sebagai

KINERJA ASPAL PERTAMINA PEN 60/70 DAN ASPAL BNA BLEND 75/25 PADA CAMPURAN ASPAL PANAS AC-WC

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

PENGARUH PENAMBAHAN BUTON GRANULAR ASPHALT PADA CAMPURAN BETON ASPAL TERHADAP MODULUS RESILIEN DAN GRADASI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENGARUH GRADASI PADA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) YANG MENGGUNAKAN ADITIF ASBUTON MURNI UNTUK PERKERASAN BANDARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

NILAI MEKANISTIK BETON ASPAL LAPIS PERMUKAAN TERHADAP PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU PEMBEBANAN M. Sjahdanulirwan 1), Nono 2) 1, 2) Pusat Litbang Jalan dan Jembatan 1, 2) Jl. A.H. Nasution 264 Bandung E-Mail : sunaryono_nn@yahoo.com 2) Diterima : 12 Mei 2009; Disetujui : 31 Juli 2009 ABSTRAK Kinerja beton aspal sangat tergantung terhadap kualitas agregat, kekakuan aspal dan kekakuan campuran beraspal. Tulisan ini khusus membahas tentang pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap nilai mekanistik beton aspal lapis permukaan (ACWC). Beberapa literatur menyatakan bahwa kekakuan aspal dipengaruhi waktu pembebanan dan temperatur sehingga dapat mempengaruhi nilai mekanistik beton aspal lapis permukaan. Untuk mengevaluasi pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap kekakuan aspal dan campuran beraspal, yaitu dengan mensimulasikan model Van Der Poel. Sedangkan untuk mengevaluasi pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap regangan tarik ijin beton aspal lapis permukaan adalah menggunakan model Shell. Hasil analisis diperoleh bahwa kekakuan aspal pen 60 sensitif terhadap pengaruh temperatur di atas 25 o C. Untuk mempertahankan kekakuan aspal sebesar 5 MPa dengan waktu pembebaban 0,011 detik (kecepatan, V = 80 km/jam) adalah 29,5 o C. Pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap kekakuan campuran beraspal adalah sama seperti terhadap kekakuan aspal, yaitu, sangat sensitif terhadap temperatur di atas 25 o C. Mengacu terhadap kekakuan bitumen minimum 5 MPa, maka kekakuan campuran lapis permukaan (ACWC) adalah sekitar 2250 MPa. Umur kelelahan beton aspal lapis permukaan (ACWC) akan semakin pendek apabila temperatur semakin rendah dan waktu pembebanan semakin lama. Kata kunci : nilai mekanistik, beton aspal lapis permukaan, temperatur, waktu pembebanan 1 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

ABSTRACT Performance of asphalt concrete largely depends on quality of aggregate, stiffness of bitumen and asphalt mixtures. This paper specifically discusses the effect of temperature and the loading time on mechanistic value of Asphalt Concrete Wearing Course (ACWC). Accoding to several literatures, in most ways asphalt stiffness is influenced by the time of loading and temperature which can influence mechanistic value of ACWC. To evaluate the effect of temperature and loading time on stiffness of asphalt and asphalt mixtures, Van Der Poel s Model is simulated. To evaluate the effect of temperature and loading time on tensile strain of ACWC, Shell s model is applied.. Based on the analysis result, it is found that the effect of temperature on stiffness of asphalt penetration grade 60 is very significant, especially at temperature of more than 25 C. To maintain asphalt stiffness of 5 Mpa with loading time of 0.011 second (speed, V=80 km/hour) is 29.5 C. The effect of temperature and loading time on the stiffness of asphalt and asphalt mixtures is the same, both are very sensitive to the temperature of more than 25 C. Referring to Asphalt stiffness with minimum 5 Mpa, stiffness of ACWC is approximately 2250 Mpa.. ACWC fatigue will be sharter when temperature is colder and loading time is longer. Key words : mechanistic value, asphalt concrete wearing course, temperature, time of loading. PENDAHULUAN Campuran beraspal panas didefinisikan sebagai kombinasi antara agregat yang dicampur merata dan dilapis dengan aspal keras. Untuk mengeringkan agregat dan mencairkan aspal agar mudah dicampur dan dipadatkan dengan baik maka bahan tersebut harus dipanaskan sebelum pencampuran. Hal ini sejalan dengan sifat yang dimiliki aspal, yaitu sangat dipengaruhi oleh temperatur. Disamping itu, kekakuan aspal dipengaruhi juga oleh lamanya waktu pembebanan. Berhubung aspal merupakan bagian dari campuran beraspal yang berfungsi sebagai bahan pengikat butiran agregat maka sifat campuran pun akan mengalami perubahan sejalan dengan berubahnya temperatur dan lamanya waktu pembebanan. Pada penelitian ini, penulis akan mencoba mengevaluasi pengaruh variasi waktu pembebanan dan temperatur terhadap kekakuan aspal dan kekakuan campuran beraspal dengan menggunakan rumus Van Der Poel. Di samping itu, dilakukan analisis terhadap pengaruh variasi waktu pembebanan dan temperatur terhadap regangan tarik ijin campuran beraspal. Adapun jenis aspal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Aspal Keras Pen 60 yang umum digunakan di lingkungan Bina Marga. 2 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengaruh variasi temperatur dan waktu pembebanan terhadap kekakuan aspal serta nilai mekanistik campuran beraspal lapis permukaan (ACWC). Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam perencanaan perkerasan. KAJIAN PUSTAKA Aspal Berdasarkan NAPA (1996) yang dicuplik dari Epps, J.A (1986) mengatakan bahwa aspal yang ideal adalah dapat memperbaiki atau meningkatkan sifat atau karakterisrik campuran beraspal dan kemudahan kerja. Yaitu aspal yang memiliki karakteristik sebagai berikut: (a) Kekakuan rendah atau viskositas yang relatif tinggi sehingga tidak memerlukan temperatur tinggi untuk pemompaan aspal, pencampuran dan pemadatan. (b) Kekakuan tinggi pada saat temperatur tinggi (musim panas) untuk menghindari alur (rutting) dan sungkur (shoving). (c) Kekakuan rendah pada saat temperatur rendah (musim dingin) untuk menghindari retak. (d) Kelekatan terhadap agregat yang tinggi untuk menghindari pengelupasan (stripping). Beberapa negara telah mengembangkan model atau hubungan antara jumlah repetisi beban (umur layan) dengan karakteristik campuran, seperti model yang dikembangkan oleh Shell sebagaimana ditunjukkan pada persamaan 1. Pada persamaan 1 terlihat bahwa keruntuhan campuran beraspal erat kaitannya dengan volumetrik campuran dan kekakuan campuran. Sedangkan kekakuan campuran selain dipengaruhi oleh volumetrik campuran juga oleh kekakuan aspal (persamaan 2 dan 3). N 6918 V B + 1.08 = 0.36 S mix μ h...(1) keterangan: N = Jumlah repetisi beban, Esa V B = Volume aspal, % μ h = Regangan horizontal, mikrostrains S = Kekakuan campuran, MPa mix = 257,5 2,5VMA Sb 1 + n( VMA 3)...(2) 4 4 x n = 0,83 log... (3) S b keterangan: - VMA = Rongga dalam agregat, % (12% < VMA < 30%) - S b = Kekakuan aspal, MPa > 5 MPa Adapun model kekakuan aspal dicuplik dari Collop A C (1994) yaitu sebagai berikut: 5 (R) ( T T ) 5 0,368 (R) 7 PI t1 2,716..(4) RB asp Sb = 1, 157x keterangan: S b = Kekakuan aspal (MPa) (R) T RB = Titik lembek setelah pemulihan ( o C) T = Temperatur lapis beraspal ( o C) asp ( R ) PI = Penetrasi Indeks setelah pemulihan t = Waktu pembebanan (detik) 1 Persamaan di atas berlaku apabila: n 3 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

0,01 detik < t 1 < 0,1 detik, ( R ) -1,0 < PI < 1,0, ( R ) T T < 60 o C 20 o C < ( ) RB Untuk memperoleh besaran ( ) T R dan PI ( R ) dapat diestimasi dengan RB (1) nilai penetrasi aspal awal ( P ), persamaannya adalah sebagai berikut: (R ) (1) P = 0,65P..... (5) (R ) (R ) T = 98,4 26,35 log P...(6) RB asp ( ) (R ) 27 log P 21,65 PI =..(7) (1) 76,35 log P 232,82 keterangan: (1) P = Penetrasi aspal awal Adapun waktu pembebanan yang efektif t 1 dapat diestimasi dengan rumus sebagai berikut : 4 log ( t1) = 5x hasp 0,2 0,94log( V)...(8) keterangan: h asp = Tebal lapis beraspal (mm) V = Kecepatan kendaraan (km/jam) Kekakuan aspal sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 4 adalah sangat tergantung terhadap waktu pembebanan dan terperatur lapangan. Namun bila memperhatikan batasanbatasannya maka Persamaan 4 hanya berlaku untuk waktu pembebanan paling lama < 0,1 detik (kecepatan kendaraan > (R) km/jam) dan bila T RB = 60 o C maka hanya berlaku untuk temperatur lapangan maksimum 40 o C. Shell (1995) mengilustrasikan tentang hubungan antara kekakuan aspal dengan variasi temperatur dan waktu pembebanan, yang diillustrasikan pada Gambar 1. (1) Adapun kekakuan aspal yang disarankan untuk memperoleh kekakuan campuran yang memiliki elastisitas yang diharapkan adalah sebesar 5 MPa atau sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2 (S.F. Brown, 1980). The Asphalt Institute (1993) menyatakan bahwa pemilihan aspal harus disesuaikan dengan kondisi temperatur lapangan. Untuk temperatur lapangan yang panas atau temperatur udara ratarara tahunan lebih besar atau sama dengan 24 o C maka disarankan menggunakan AC- 20, AR-8000 dan Aspal Keras Pen 60 atau AC-40, AR-16000 dan Aspal Keras Pen 40. Sedangkan The Asphalt Institute (1997) menyarankan bahwa untuk kecepatan kendaraan yang lambat atau waktu pembebanan yang relatif lama sebaiknya menggunakan aspal dengan PG 64. Sedangkan untuk waktu pembebanan lama (beban statis) dan temperatur lapangan tinggi, disarankan menggunakan aspal dengan PG 70. Persyaratan Aspal Sebagai acuan dalam pengujian, spesifikasi aspal yang diacu adalah RSNI S-01-2003 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1. HIPOTESIS Kekakuan aspal sangat dipengaruhi oleh temperatur dan waktu pembebanan. Untuk itu, apabila aspal yang digunakan memiliki kekakuan tinggi maka campuran beraspal tersebut tidak peka terhadap pengaruh temperatur tinggi dan lamanya waktu pembebanan, namun umur kelelahannya lebih pendek. 4 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Gambar 1. Ilustrasi hubungan antara kekakuan aspal dengan waktu pembebanan dan temperatur (sumber : Shell Bitumen, 1995) Gambar 2. Batas elastisitas atau kekakuan aspal (Sumber : Brown SF, 1980) Tabel 1. Persyaratan aspal keras pen 60 No. Jenis Pengujian Satuan Metode Persyaratan 1. Penetrasi, 25 º C, 0 gr, 5 detik 0,01 mm SNI 06-2456-1991 60-79 2. Titik Lembek º C SNI 06-2434-1991 (50-58) 3. Titik Nyala º C SNI 06-2433-1991 Min. 200 4. Daktilitas, 25 º C cm SNI 06-2432-1991 Min. 0 5. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99 6. Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2441-1991 Max. 0,8 7. Penetrasi setelah penurunan berat % asli SNI 06-2456-1991 Min. 54 8. Daktilitas setelah penurunan berat cm SNI 06-2432-1991 Min. 50 9. Berat jenis SNI 06-2488-1991 Min. 1,0. Uji bintik AASHTO T. 2 - Standar Naptha - Naptha Xylene - Hephtane Xylene - Negatif Sumber : RSNI S-01-2003. 5 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

METODOLOGI Untuk mencapai tujuan dari penelitian maka dilakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: Melakukan pengujian sifat fisik beberapa aspal kelas Aspal keras pen 60. Tahapan berikutnya adalah melakukan analisa terhadap hasil pengujian beberapa kelas aspal keras pen 60 tersebut dengan menggunakan model kekakuan aspal (Sb) dan kekakuan campuran beraspal untuk variasi temperatur dan waktu pembebanan. Tahapan kegiatan akhir dari penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap model kelelahan campuran beraspal dengan menggunakan kekakuan campuran beraspal yang telah diperoleh. Model kelelahan yang diacu adalah sesuai model Shell untuk variasi temperatur dan waktu pembebanan. HASIL DAN ANALISIS beton aspal lapis permukaan (ACWC), yaitu: Tebal lapis beton aspal lapis permukaan setebal 5 cm. Rongga dalam agregat (VMA) sebesar 15% Kadar aspal (Vb) sebanyak 6%. Sifat-sifat Aspal Sesuai hasil pengujian yang telah dilakukan, sifat aspal pen 60 disajikan pada Tabel 2. Terlihat bahwa untuk beberapa contoh aspal pen 60 yang telah dilakukan pengujian ternyata dapat memenuhi persyaratan sesuai spesifikasi. Hubungan kekakuan aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan Dengan menggunakan model yang telah dikembangkan oleh Van der Poel maka diperoleh hubungan antara kekakuan aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan, yaitu sebagaimana disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4. Untuk keperluan analisis maka ada beberapa asumsi yang ditetapkan untuk JENIS PENGUJIAN Tabel 2. Sifat aspal pen 60 Hasil pengujian Asp-1 Asp-2 Asp-3 Asp-4 Asp-5 1. Penetrasi, 25 º C, 0 gr, 5 detik 65 65 68 70 71 2. Titik Lembek º C 49 49 48 48,4 48 3. Daktilitas, 25 º C (cm) >140 >140 >140 >140 >140 4. Kelarutan dalam Trichlor Ethylen (%) 99,81 99,29 99 99,76 99,92 5. Titik Nyala º C 287 292 328 298 285 6. Berat Jenis 1,0411 1,05 1,03 1,04 1,039 6 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Tabel 3. Hubungan kekakuan aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan P (1) (0,01 mm) P (R) (0,01 mm) SP/T RB (R) ( o C) 1. t = 0,077 detik (V = km/jam) PI (R) Kekakuan aspal, Sb (MPa) Temperatur ( o C) 50 45 40 35 30 25 20 65 42,25 55,56-0,29 0,001 0,029 0,203 0,818 2,429 5,934 12,659 65 42,25 55,56-0,29 0,001 0,029 0,203 0,818 2,429 5,934 12,659 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,023 0,170 0,713 2,171 5,393 11,645 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,019 0,151 0,651 2,017 5,067 11,029 71 46,15 54,55-0,31 0,000 0,017 0,142 0,623 1,945 4,914,737 Rata-rata 0,001 0,023 0,174 0,725 2,198 5,449 11,746 2. t = 0,040 detik (V = 20 km/jam) 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,037 0,258 1,041 3,091 7,551 16,9 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,037 0,258 1,041 3,091 7,551 16,9 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,029 0,216 0,907 2,762 6,863 14,819 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,024 0,192 0,829 2,566 6,448 14,035 71 46,15 54,55-0,31 0,001 0,022 0,181 0,793 2,475 6,253 13,663 Rata-rata 0,001 0,030 0,221 0,922 2,797 6,933 14,947 3. t = 0,027 detik (V = 30 km/jam) 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,043 0,299 1,203 3,572 8,727 18,616 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,043 0,299 1,203 3,572 8,727 18,616 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,033 0,250 1,048 3,192 7,931 17,125 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,028 0,222 0,958 2,966 7,452 16,219 71 46,15 54,55-0,31 0,001 0,025 0,209 0,916 2,860 7,226 15,789 Rata-rata 0,001 0,034 0,256 1,065 3,232 8,013 17,273 4. t = 0,021 detik (V = 40 km/jam) 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,047 0,328 1,319 3,918 9,572 20,420 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,047 0,328 1,319 3,918 9,572 20,420 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,036 0,274 1,150 3,501 8,700 18,785 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,030 0,243 1,051 3,253 8,174 17,790 71 46,15 54,55-0,31 0,001 0,028 0,229 1,005 3,137 7,926 17,319 Rata-rata 0,001 0,038 0,280 1,169 3,545 8,789 18,947 5. t = 0,014 detik (V = 60 km/jam) 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,055 0,380 1,532 4,548 11,112 23,706 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,055 0,380 1,532 4,548 11,112 23,706 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,042 0,318 1,335 4,065,0 21,807 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,035 0,282 1,220 3,777 9,489 20,653 71 46,15 54,55-0,31 0,001 0,032 0,266 1,166 3,642 9,202 20,6 Rata-rata 0,002 0,044 0,325 1,357 4,116,203 21,996 6. t = 0,011 detik (V = 80 km/jam) 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,060 0,416 1,674 4,970 12,144 25,906 65 42,25 55,56-0,29 0,002 0,060 0,416 1,674 4,970 12,144 25,906 68 44,20 55,04-0,30 0,001 0,046 0,347 1,459 4,442 11,037 23,831 70 45,50 54,71-0,31 0,001 0,039 0,309 1,333 4,127,370 22,570 71 46,15 54,55-0,31 0,001 0,035 0,291 1,274 3,980,056 21,972 Rata-rata 0,002 0,048 0,356 1,483 4,498 11,150 24,037 7 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

25,000 Kekakuan / Modulus Aspal, Sbit. (MPa) 20,000 15,000,000 5,000-20 25 30 35 40 45 50 Temperatur Perkerasan (oc) t = 0,077 detik (V = km/jam) t = 0,027 detik (V = 30 km/jam) t = 0,014 detik (V = 60 km/jam) t = 0,040 detik (V = 20 km/jam) t = 0,021 detik (V = 40 km/jam) t = 0,011 detik (V = 80 km/jam) Gambar 4. Hubungan Kekakuan Aspal dengan Temperatur dan Waktu Pembebanan 6.500 6.000 Kekakuan / Modulus Campuran, Smix (MPa) 5.500 5.000 4.500 4.000 3.500 3.000 2.500 2.000 1.500 1.000 500-20 25 30 35 40 45 50 Temperatur Perkerasan (oc) t = 0,077 detik (V = km/jam) t = 0,027 detik (V = 30 km/jam) t = 0,014 detik (V = 60 km/jam) t = 0,040 detik (V = 20 km/jam) t = 0,021 detik (V = 40 km/jam) t = 0,011 detik (V = 80 km/jam) Gambar 5. Hubungan Kekakuan Campuran Beton Aspal dengan Temperatur dan Waktu Pembebanan Hubungan kekakuan campuran beton aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan Kekakuan campuran beton aspal lapis permukaan (ACWC) dengan menggunakan variasi aspal sebagai bahan pengikat untuk variasi temperatur perkerasan dan waktu pembebanan adalah seperti disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5. 8 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

P (1) (0,01 mm) Tabel 4. Hubungan kekakuan campuran beton aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan P (R) (0,01 mm) SP/T RB (R) ( o C) 1. t = 0,077 detik (V = km/jam) PI (R) KEKAKUAN CAMPURAN, S MIX (MPa) Temperatur ( o C) 50 45 40 35 30 25 20 65 42,25 55,56-0,29 6 69 278 721 1.472 2.586 4.094 65 42,25 55,56-0,29 6 69 278 721 1.472 2.586 4.094 68 44,20 55,04-0,30 4 57 245 657 1.369 2.438 3.895 70 45,50 54,71-0,31 3 50 225 618 1.306 2.345 3.771 71 46,15 54,55-0,31 3 47 216 600 1.276 2.300 3.7 2. t = 0,040 detik (V = 20 km/jam) Rata-rata 4 59 248 663 1.379 2.451 3.913 65 42,25 55,56-0,29 7 83 329 846 1.718 2.999 4.719 65 42,25 55,56-0,29 7 83 329 846 1.718 2.999 4.719 68 44,20 55,04-0,30 5 68 290 772 1.599 2.828 4.493 70 45,50 54,71-0,31 4 60 267 727 1.525 2.722 4.352 71 46,15 54,55-0,31 3 56 256 706 1.490 2.671 4.283 3. t = 0,027 detik (V = 30 km/jam) Rata-rata 5 70 294 780 1.6 2.844 4.513 65 42,25 55,56-0,29 8 92 363 931 1.883 3.275 5.135 65 42,25 55,56-0,29 8 92 363 931 1.883 3.275 5.135 68 44,20 55,04-0,30 6 76 321 850 1.753 3.090 4.891 70 45,50 54,71-0,31 4 67 295 801 1.673 2.975 4.738 71 46,15 54,55-0,31 4 63 284 777 1.635 2.919 4.664 4. t = 0,021 detik (V = 40 km/jam) Rata-rata 6 78 325 858 1.765 3.7 4.912 65 42,25 55,56-0,29 9 98 387 990 1.996 3.463 5.417 65 42,25 55,56-0,29 9 98 387 990 1.996 3.463 5.417 68 44,20 55,04-0,30 6 81 342 904 1.859 3.268 5.161 70 45,50 54,71-0,31 5 72 315 852 1.775 3.147 5.001 71 46,15 54,55-0,31 4 67 302 827 1.734 3.089 4.923 5. t = 0,014 detik (V = 60 km/jam) Rata-rata 7 83 347 912 1.872 3.286 5.184 65 42,25 55,56-0,29 9 429 1.092 2.192 3.788 5.902 65 42,25 55,56-0,29 9 429 1.092 2.192 3.788 5.902 68 44,20 55,04-0,30 7 91 379 997 2.043 3.577 5.626 70 45,50 54,71-0,31 5 80 349 940 1.950 3.445 5.453 71 46,15 54,55-0,31 5 75 335 913 1.906 3.381 5.369 6. t = 0,011 detik (V = 80 km/jam) Rata-rata 7 93 384 1.007 2.057 3.596 5.650 65 42,25 55,56-0,29 11 117 456 1.157 2.317 3.994 6.209 65 42,25 55,56-0,29 11 117 456 1.157 2.317 3.994 6.209 68 44,20 55,04-0,30 7 97 403 1.057 2.160 3.772 5.920 70 45,50 54,71-0,31 6 85 371 997 2.062 3.634 5.738 71 46,15 54,55-0,31 5 80 357 968 2.016 3.567 5.651 Rata-rata 8 99 409 1.067 2.174 3.792 5.945 9 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Hubungan regangan tarik beton aspal lapis permukaan (ACWC) dengan temperatur dan waktu pembebanan Regangan tarik beton aspal lapis permukaan (ACWC) berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model dari Shell (lihat persamaan 1) disajikan pada Gambar 6. Terlihat pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap regangan tarik maksimum beton aspal lapis permukaan (ACWC). 1.000 Regangan Tarik (meh) 0 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA ) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC Gambar 6a. Regangan tarik ijin untuk t = 0,077 detik (V = km/jam) 1.000 Regangan Tarik (meh) 0 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA ) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC Gambar 6b. Regangan tarik ijin untuk t = 0,040 detik (V = 20 km/jam) 1.000 Regangan Tarik (meh) 0 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA ) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC 20oC

Gambar 6c. Regangan tarik ijin untuk t = 0,027 detik (V = 30 km/jam) 1.000 Regangan Tarik (meh) 0 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA ) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC 20oC Gambar 6d. Regangan tarik ijin untuk t = 0,021 detik (V = 40 km/jam) 1.000 0 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC 20oC Gambar 6e. Regangan tarik ijin untuk t = 0,014 detik (V = 60 km/jam) Regangan Tarik (meh) 1.000 Regangan Tarik (meh) 0 11 Volume 26 No. 2, Agustus 2009 0.000 1.000.000.000.000 Repitisi Beban Kendaraan (ESA ) 50oC 45oC 40oC 35oC 30oC 25oC 20oC

Gambar 6f. Regangan tarik ijin untuk t = 0,011 detik (V = 80 km/jam) PEMBAHASAN Hubungan antara kekakuan aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan seperti disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 4, terlihat bahwa rata-rata untuk ke lima contoh aspal pen 60 diperoleh bahwa aspal masih memiliki kekakuan > 5 MPa untuk variasi waktu pembebanan sehingga batas temperatur perkerasan yang diijinkan adalah sebagai berikut: Waktu pembebanan (t) = 0,077 detik (V = km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 26 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,040 detik (V = 20 km/jam) adalah untuk tempera tur perkerasan maksimum 27 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,027 detik (V = 30 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 27,5 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,021 detik (V = 40 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 28 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,014 detik (V = 60 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 29 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,011 detik (V = 80 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 29,5 o C. Hubungan antara kekakuan campuran beton aspal dengan temperatur dan waktu pembebanan seperti disajikan pada Tabel 4 dan Gambar 5 menunjukkan bahwa pengaruh temperatur disertai waktu pembebanan terhadap perubahan kekaku an atau modulus campuran beraspal lapis permukaan (ACWC) adalah perubahannya cukup signifikan. Apabila mengacu terhadap kekakuan bitumen yang disyarat kan, yaitu minimum 5 MPa, maka kekaku an campuran lapis permukaan (ACWC) yang memenuhi syarat adalah sekitar 2250 MPa. Batas temperatur perkerasan yang diijinkan untuk kekakuan campuran lapis permukaan (ACWC) sekitar 2250 MPa adalah sebagai berikut: Waktu pembebanan (t) = 0,077 detik (V = km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 26 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,040 detik (V = 20 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 27 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,027 detik (V = 30 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 27,5 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,021 detik (V = 40 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 28 o C. Waktu pembebanan (t) = 0,014 detik (V = 60 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 29 o C. 12 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Waktu pembebanan (t) = 0,011 detik (V = 80 km/jam) adalah untuk temperatur perkerasan maksimum 29,5 o C. Hubungan regangan tarik beton aspal lapis permukaan (ACWC) dengan temperatur dan waktu pembebanan seperti yang disajikan pada Gambar 6, menunjukkan pengaruh temperatur dan waktu pembebanan terhadap regangan tarik maksimum beton aspal lapis permukaan (ACWC). Semakin tinggi temperatur perkerasan dan semakin lama waktu pembebanan maka untuk regangan tarik maksimum yang diijinkan semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan campuran beton aspal lapis permukaan (ACWC) akan semakin cepat tercapai apabila temperatur semakin tinggi dan waktu pembebanan semakin lama. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil kajian pustaka, pengujian laboratorium serta berdasarkan hasil analisis terhadap model kekakuan aspal (Sb) dan model kekakuan campuran beraspal yang dikembangkan oleh Van Der Poel serta model kriteria keruntuhan campuran beraspal yang dikembangkan Shell untuk variasi temperatur perkerasan dan waktu pembebanan menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bila menggunakan batasan kekakuan aspal (Sb) minimum 5 MPa maka aspal keras pen 60 yang umum digunakan dilingkungan Bina Marga untuk berbagai variasi waktu pembebanan, maka temperatur perkerasan maksimum yang diijinkan adalah sebagai berikut: Untuk waktu pembebanan (t) = 0,077 detik (V = km/jam) temperatur perkerasan maksimum 26 o C. Untuk waktu pembebanan (t) = 0,040 detik (V = 20 km/jam) temperatur perkerasan maksimum 27 o C. Untuk waktu pembebanan (t) = 0,027 detik (V = 30 km/jam) temperatur perkerasan maksimum 27,5 o C. Untuk waktu pembebanan (t) = 0,021 detik (V = 40 km/jam) temperatur perkerasan maksimum 28 o C. Untuk waktu pembebanan (t) = 0,014 detik (V = 60 km/jam) temperatur perkerasan maksimum 29 o C. Untuk waktu pembebanan (t) = 0,011 detik (V = 80 km/jam) temperatur perkerasan maksimum 29,5 o C. Apabila mengacu terhadap kekakuan bitumen yang disyaratkan minimum 5 MPa, maka kekakuan campuran lapis permukaan (ACWC) yang diijinkan adalah 2250 MPa. Batas temperatur perkerasan yang diijinkan untuk kekakuan campuran lapis permukaan (ACWC) yang diijinkan sebesar 2250 MPa adalah sebagai berikut: Maksimum 26 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,077 detik. Maksimum 27 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,040 detik. Maksimum 27,5 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,027 detik. Maksimum 28 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,021 detik. Maksimum 29 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,014 detik. 13 Volume 26 No. 2, Agustus 2009

Maksimum 29,5 o C untuk waktu pembebanan (t) = 0,011 detik. Umur kelelahan beton aspal lapis permukaan (ACWC) akan semakin cepat apabila temperatur semakin tinggi dan waktu pembebanan semakin lama. Saran Sesuai hasil analisis di atas, maka terdapat beberapa hal yang dipandang perlu untuk dipertimbangkan penggunaan aspal dan pemilihan metoda perencanaan perkerasan, yaitu: Penggunaan aspal pada pelaksanaan kostruksi, sebaiknya dipilih kualitas aspal yang sesuai dengan kondisi temperatur lapangan dan kecepatan kendaraan rencana. Superpave Series No.1 (SP-1) menyarankan bahwa untuk kecepatan kendaraan yang lambat atau waktu pembebanan yang relatif lama, disarankan menggunakan aspal dengan PG 64. Adapun lokasi yang memiliki temperatur tinggi dan waktu pembebanan lama atau beban statis, seperti untuk persimpangan, sebaiknya aspal yang digunakan aspal PG 70. DAFTAR PUSTAKA College Park: The Asphalt Institute. Bina Marga, 2008. Spesifikasi Campuran Beraspal Panas, Seksi 6.3 Buku V, Jakarta: Bina Marga. Brown SF, 1980. An Introduction To The Analytical design Of Bitumeminous Pavement. London: University Of Nottingham. Collop, A.C 1994. Effects of Traffic and Temperature on Flexible Pavement Wear. Cambridge: Cambridge University Engineering Department. Departemen Pekerjaan Umum, RSNI S- 01-2003. Spesifikasi Aspal berdasarkan penetrasi, Jakarta: Departemen PU. National Asphalt Pavement Association, Research and Education Foundation, 1996. Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design and Construction, Second Edition, Lanham, Maryland: NAPA. Shell Bitumen, 1995. The Shell Bitumen Industrial HandBook, London: Shell. Strategic Highway Research Program, 1994. Superior Performing Asphalt Pavements (Superpave): The Product of the SHRP Asphalt Research Program, SHRP-A-4. Washington DC: National Researh Council. Asphalt Institute s, 1993. Mix Design Methods for Asphalt Concrete and Others Hot Mix Types, Manual Series No. 2. Second Edition, College Park: The Asphalt Institute. Asphalt Institute-Superpave Series No.1, SP-1, 1997. Performace Grade binder Specification and Testing, 14 Volume 26 No. 2, Agustus 2009