PRA untuk Perencanaan Program

dokumen-dokumen yang mirip
PRA untuk Penjajakan Kebutuhan

Gambaran Umum Metode-metode/Teknik-Teknik PRA

Teknik Fasilitasi Diskusi dengan Metode PRA

PRA untuk Pendampingan Masyarakat

PRA untuk Monitoring-evaluasi Program

Kerangka Kerja PRA dalam Program Pengembangan Masyarakat

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BUPATI BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

B A B P E N D A H U L U A N

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Studio Driya Media Kupang (SDM Kupang)

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU Jl. Soekarno Hatta No. 17 Telp (0426) Kode Pos Mamuju

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan pada bab IV sebelumnya, maka penulis dapat

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN POLA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KABUPATEN

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RELEVANSI METODE PARTICIPATORY RURAL APPRAISAL DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

VI. SIMPULAN DAN SARAN. pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : belakang kualifikasi peserta, Jumlah peserta menurut gender; Jumlah

TEKNIK MEMFASILITASI KESEPAKATAN/ KESIMPULAN

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

ASESMEN MANDIRI. SKEMA SERTIFIKASI : Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat ( FPM ) FORM APL-02

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PERANGKAT KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN

BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN

RANCANGAN RENCANA KERJA KANTOR KECAMATAN TIRTOYUDO KABUPATEN MALANG TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

Bab I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung Tahun Latar Belakang. B a b I P e n d a h u l u a n 1

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KOTA PALU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALU,

BAB IV METODE PENELITIAN

Panduan Teknis Pra-Musrenbang Kelurahan Percontohan

Modul PENGENDALIAN DAN EVALUASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB III METODOLOGI KAJIAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA OLEH : BAPPEDA KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

PERATURAN DESA GIRIPANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG. RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKPDes)TAHUN 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

Tahapan Pemetaan Swadaya

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJMDes)

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA: PENDEKATAN COMMUNITY LEARNING AND PARTICIPATORY PROCESS (CLAPP) Oleh Utami Dewi 1

RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( RENJA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2015

TERMINOLOGI PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN PERKEMBANGAN KINERJA KOMITE PENANGGULANGAN KEMISKINAN

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN

BUPATI MALUKU TENGGARA

Transkripsi:

10 PRA untuk Perencanaan Program PENGERTIAN PERENCANAAN Apabila penjajakan kebutuhan (need assessment) semula berkembang sebagai wacana pengambilan keputusan publik di dalam kerangka demokrasi, maka perencanaan pada awalnya berkembang dalam wacana pengelolaan (manajemen) program Di kalangan pembangunan, perencanaan kemudian menjadi salah satu wilayah perdebatan ideologis mengenai siapa yang seharusnya memiliki inisiatif, merencanakan, dan melakukan tindakan dalam berbagai program yang diintervensi pihak luar Wacana mengenai program berbasis masyarakat (people centered approach) kemudian juga mendorong berkembangnya metodologi perencanaan partisipatif (participatory planning approach) dengan mengembangkan proses perencanaan dari bawah (bottom-up planning) Meskipun berbagai modifikasi dan adaptasi dilakukan untuk mengembangkan proses partisipatif bersama masyarakat, perencanaan tetap merupakan aspek pengelolaan (manajemen) program yang menggunakan logika dan kerangka pikir tertentu Perencanaan adalah proses pengambilan keputusan untuk menentukan tujuan kegiatan/program, memilih jenis-jenis kegiatan, menyiapkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan, dan menyiapkan kriteria/indikator capaian hasil kegiatan yang telah dilakukan Secara umum, perencanaan biasanya akan memuat unsur-unsur sebagai berikut: Mengapa Apakah Bagaimanakah Manakah Bagaimanakah Darimanakah Berapakah Mengapa program dikembangkan? (permasalahan/kebutuhan, tujuan jangka panjang, menengah dan pendek, pemanfaat program) Apakah yang ingin dihasilkan oleh program? (capaian atau hasil-hasil kegiatan) Bagaiamana program akan bekerja untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan tersebut? (strategi, kegiatan-kegiatan) Manakah faktor-faktor di luar kontrol program yang perlu diperhatikan, demi keberhasilan program? (asumsi-sumsi penting) Bagaimanakah keberhasilan program dapat dinilai? (indikator-indikator penilaian, baik untuk monitoring maupun evaluasi kegiatan/program) Darimanakah kita dapat memperoleh data yang diperlukan untuk menilai keberhasilan program? (sumber-sumber pembuktian dalam penilaian, baik saat monitoring maupun evaluasi kegiatan/program) Berapakah dan apa saja sumberdaya, sarana, biaya, waktu yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan program? (baik sumberdaya, sarana, biaya, waktu masyarakat maupun dukungan LSM atau pihak lain) Rencana adalah hasil dari proses perencanaan Perencanaan adalah proses penyusunan suatu rencana program/kegiatan, dengan tahap-tahap sbb:

Pengumpulan informasi yang biasanya juga disebut sebagai analisis situasi, telaah situasi, penjajakan kebutuhan (need assessment), dsb Penentuan masalah dan kebutuhan yang dianggap prioritas untuk ditangani yang biasanya disebut analisis pohon masalah, analisis pohon tujuan, analisis SWOT, identifikasi isu-isu strategis, dsb Perumusan tujuan-tujuan program yang ingin dicapai: jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek Tujuan jangka panjang biasanya disebut juga tujuan akhir program, tujuan umum (goal), tujuan kebijakan, dsb; yaitu tujuan yang ingin dicapai program dalam jangka waktu panjang, misalnya antara 5-10 tahun; tujuan jangka panjang biasanya disusun dalam kegiatan yang disebut perencanaan strategis (renstra); Tujuan jangka menengah biasanya disebut juga tujuan strategis (objective); yaitu tujuan yang ingin dicapai melalui perencanaan jangka menengah (strategi program), misalnya antara 3-5 tahun; tujuan jangka menengah biasanya disusun bersamaan dengan tujuan jangka panjang di dalam renstra; Keterkaitan antara berbagai jenis tujuan, dan pokok-pokok kegiatan, biasanya ditampilkan dalam bentuk kerangka kerja logis program (logical framework) Tujuan jangka pendek biasanya disebut juga sebagai tujuan kegiatan; yaitu tujuan sekelompok kegiatan dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah dan jangka panjang, biasanya dalam 1-3 tahun Penyusunan rencana program yang terdiri dari: tujuan yang ingin dicapai, kapan (waktu), dengan cara apa (uraian pokok-pokok kegiatan), siapa yang bertanggung jawab, sumberdaya yang dibutuhkan Penyusunan rencana aksi/tindakan (jangka pendek) yang merupakan rincian pelaksanaan kegiatan, terdiri dari: nama kegiatan, jadwal, anggaran, pendanaan, pengorganisasian pelaksana JENIS-JENIS DAN TINGKAT PERENCANAAN DALAM LSM Tabel berikut ini memperlihatkan 3 tingkat (level) perencanaan yang biasanya dilakukan oleh LSM-LSM di lingkungan jaringan Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara (KPMNT), yaitu: perencanaan tingkat masyarakat, perencanaan tingkat program, dan perencanaan tingkat lembaga Masing-masing level mengembangkan jenis perencanaan yang berbeda dan berkaitan satu sama lain Perencanaan di tingkat lembaga (perencanaan program maupun perencanaan lembaga/organisasi) di kalangan LSM yang mengadopsi metodologi-pendekatan partisipatif, seharusnya mencerminkan kebutuhan dan berbagai agenda yang dimunculkan dari masyarakat dampingannya

Tingkat Perencanaan Jenis Perencanaan Proses PJ Perencanaan Tingkat Masyarakat Perencanaan individu/keluarga Perencanaan kelompok Semesteran, bulanan Pendampingan individu Individu dan PL Tahunan, semesteran, bulanan Pertemuan kelompok Perencanaan desa Tahunan Pertemuan antar kelompok tingkat desa Perencanaan wilayah (antar desa) Tahunan Perencanaan Tingkat Program 1 (Lembaga) Perencanaan pendampingan Bulanan, tigabulanan Pertemuan wakil-wakil kelompok Pertemuan staf pelaksana Pengurus/fasilitator lokal/pl Fasilitator lokal/pl di desa ybs Supervisor PL, supervisor Perencanaan bidang Tahunan Pertemuan bidang Koordinator program Perencanaan Tingkat Lembaga 2 Perencanaan lembaga Tahunan Pertemuan lintas bidang Perencanaan strategis Limatahunan Pertemuan lintas bidang Koordinator umum (pimpinan) Koordinator umum (pimpinan) Pertanyaannya adalah: mengapa di tingkat masyarakat tidak dilakukan perencanan strategis untuk menyusun program jangka panjang masyarakat sendiri? Kalau begitu, nampaknya program kelompok adalah sub-program LSM yang menyebabkan masyarakat adalah pelaksana program LSM meskipun kelihatannya proses perencanaan bersifat partisipatif Mengapa terjadi demikian? Seringkali hal ini terjadi karena LSM tidak mengembangkan suatu strategi agar masyarakat (kelompok) secara bertahap mengambil alih kontrol dengan menyerahkan inisiatif dan kemampuan mengelola program secara berkelanjutan Ini berarti termasuk mengambil alih kemampuan perencanaan yang baik METODOLOGI PERENCANAAN PARTISIPATIF Konsep dan Prinsip Perencanaan Partisipatif Secara umum, LSM menyatakan diri menggunakan metodologi partisipatif (participatory planning approach) dalam mengembangkan proses perencanaan di semua tingkat perencanaan Biasanya, LSM berusaha menyerap dan mengakomodir semua hasil perencanaan dari tingkat masyarakat sebagai konsekuensi dari proses 1 Perencanaan program dibedakan dengan perencanaan lembaga/organisasi: pada perencanaan program, masyarakat dilibatkan dalam setiap tahap prosesnya; sedangkan perencanaan lembaga/organisasi, merupakan proses untuk internal lembaga saja yang melibatkan semua jajaran staf (dari manajemen sampai staf lapangan) Dengan proses perencanaan dari bawah, perencanaan lembaga/organisasi dilakukan setelah perencanaan masyarakat dan perencanaan program 2 Dengan proses perencanaan dari bawah, perencanaan lembaga/organisasi biasanya dilakukan setelah perencanaan masyarakat dan perencanaan program Sedangkan renstra lembaga biasanya dilakukan untuk mereview trend kegiatan yang berkembang serta melakukan refleksi apakah perlu dirumuskan kembali visi dan misi lembaga berdasarkan perubahan yang terjadi, selain merumuskan rencana jangka panjang (strategis) ke depan

perencanaan dari bawah (bottom-up planning) Tetapi, seringkali terjadi, kelompok tidak dapat melaksanakan rencananya ketika lembaga pendamping tidak memiliki agenda program yang diusulkan Pada tahap awal program di suatu masyarakat, persoalan ini lumrah dihadapi LSM karena tingkat kemandirian (keswadayaan) kelompok masih rendah Tetapi, kalau selama bertahun-tahun LSM mendampingi dan persoalan ini masih terjadi: APA YANG SEBENARNYA SALAH dalam kerja LSM? Perencanaan partisipatif sebenarnya adalah salahsatu proses pembelajaran yang penting bagi masyarakat Perencanaan secara bertahap harus dialihkan LSM kepada masyarakat sehingga program menjadi milik masyarakat sendiri Keterampilan perencanaan karena itu dialihkan kepada masyarakat, mulai dari metodologi dan teknologi sederhana, berjangka pendek, sampai yang lebih komprehensif dan lebih strategis Perhatikan gambar berikut ini: 1 Sebelum pemberdayaan terjadi, perencanaan masyarakat sepenuhnya sama dengan program LSM 3 Program swadaya diperbesar, mengakses kerjasama dengan lembaga-lembaga lain M L M L M lain L lain 2 Perencanaan masyarakat: Sebagian besar Program LSM, sebagian kecil programswadaya 4 Semakin otonom, LSM sebagai mitra L L M M Ket: M = Masyarakat, L = LSM = Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) M lain L lain L lain

Adanya Dukungan Program LSM yang Akomodatif terhadap Perencanaan dari Bawah Dengan demikian, lembaga pendamping seharusnya menghindari pengembangan pokok-pokok program yang terlalu teknis dan sempit sehingga tidak memberi peluang terhadap keberagaman perencanaan masyarakat Lembaga bisa menimbang batas-batas keluasan isu program yang ditanganinya dan melakukan perluasan kompetensi (scaleup) secara optimal Apabila perluasan itu dianggap menurunkan kualitas atau performa lembaga, sebaiknya dijadikan pertimbangan untuk menentukan batas-batas keluasan isu program yang ditangani lembaga Intinya, jangan menjadi LSM yang mengelola program teknis secara sempit, tetapi juga jangan menjadi LSM pasar swalayan (serba ada) yang masing-masing berjalan sendiri-sendiri Pengertian scale-up Banyak LSM yang berorientasi pada upaya perluasan wilayah program (scale-up diartikan dengan penambahan kuantitas); Sebenarnya, scale-up perlu ditekankan pada upaya perluasan jenis kemampuan dan layanan LSM sehingga bisa menangani persoalan secara komprehensif (scale-up dalam arti memperluas mutu pelayanan); Syarat agar proses scale-up bisa terjadi adalah adanya kultur pembelajaran di LSM itu ADOPSI PRA DALAM PERENCANAAN PARTISIPATIF Pengunaan Metode/Teknik-teknik PRA dalam Perencanaan Kebanyakan, metode-metode PRA digunakan dalam tahap penjajakan kebutuhan dalam proses perencanaan program Karena itu, kita bisa mengadopsi metode-metode perencanaan dari sumber-sumber lain dan membingkainya dengan filosofi dan kerangka kerja PRA sebagai metodologi partisipatif/pemberdayaan Dengan pemikiran ini, maka perencanaan itu sendiri menjadi suatu forum atau agenda penguatan kemampuan masyarakat untuk menganalisis situasi, merumuskan kebutuhan dan mempertimbangkan kemampuannya Karena itu, metode-metode yang digunakan dalam perencanaan sebaiknya bertahap, mulai dari teknologi perencanaan yang sederhana sehingga mudah diambil alih oleh masyarakat, sampai yang lebih luas atau komprehensif Misal: Perencanaan Kebun dan Kalender Musim (untuk merencanakan tahapan kegiatan pengelolaan kebun), yang dianggap metode/teknik perencanaan yang tepatguna untuk petani, bisa menjadi teknologi perencanaan untuk permulaan (baik individu/keluarga maupun kelompok) Tetapi kemudian dikembangkan dan diperkenalkan lagi dengan kerangka kerja perencanaan yang lebih luas dan lebih strategis Perhatikan gagasan mengenai skema proses perencanaan sebagai berikut: (ada di halaman dan ) Perencanaan strategis di tingkat masyarakat (Skema-2) dan pengkaitan perencanaan kelompok dampingan LSM dengan perencanaan tingkat desa (Skema-3), masih dalam tahap gagasan karena hal ini masih belum terjadi di kalangan LSM Sedangkan Skema-1, sudah umum dilakukan di kalangan LSM (paling tidak LSM mitra KPMNT)

1 SKEMA-1: Proses Penjajakan Kebutuhan dan Perencanaan Kelompok (tahunan) 2 SKEMA-2: Proses Perencanaan Strategis Kelompok (3 5 tahun) 3 SKEMA-3: Proses Perencanaan Kelompok yang Dikaitkan dengan Perencanaan Desa (tahunan) Pada tahap awal pendampingan, biasanya LSM memfasilitasi perencanaan kegiatan tingkat kelompok (per kelompok) dengan jangka waktu 1 tahun Perencanaan kelompok bisa mengacu pada hasil penjajakan kebutuhan (meskipun biasanya merumuskan kebutuhan tingkat desa) untuk menentukan kegiatan Jenis kebutuhan yang dimunculkan dalam need assessment tahap ini, biasanya adalah kebutuhan-kebutuhan teknis-praktis berjangka pendek Secara bertahap, LSM sebaiknya mendorong masyarakat untuk memperbesar skala perencanaan (isu maupun jangka waktu) sehingga kegiatan tidak hanya berorientasi pada tujuan praktis melainkan juga pada tujuan jangka panjang (strategis) Secara bertahap, dimensi dan skala program juga bergeser dari isu spesifik menjadi multi-isu dan dari tingkat kelompok ke tingkat komunitas, meskipun LSM masih bekerja dengan cara pendampingan kelompok Bahkan di tingkat individu/keluarga petani pun sebaiknya demikian Petani harus mengembangkan kemampuan analisa dan perencanaan jangka panjang dalam pengelolaan kebunnya, sehingga tidak hanya melakukan pilihan kegiatan berdasarkan respon jangka pendek (misal karena tertarik dengan melambungnya harga suatu komiditi tertentu), teknis, sempit, dan parsial Apabila kelompok dampingan LSM telah semakin kuat dan memiliki pengaruh terhadap program-program yang berjalan di suatu desa (baik dari lembaga/instansi lain maupun dari Pemerintah Desa), sebaiknya LSM mendorong proses terjadinya sinergi antara berbagai program yang ada di desa menjadi program pembangunan desa Dengan berkembangnya perspektif masyarakat tentang pembangunan menjadi multidimensi dan multiskala, masyarakat akan terdorong untuk memikirkan pembangunan komunitas/desa secara keseluruhan; LSM sebaiknya bergeser dari pendampingan kelompok ke pendampingan komunitas yang berarti juga bekerja dalam kerangka pembangunan desa secara formal Pertanyaannya adalah: Berapa lama yang dibutuhkan untuk menggeser perspektif teknis dan sempit (kebutuhan praktis, per individu) ke perspektif yang lebih luas (kebutuhan strategis, perubahan komunitas)? Berapa waktu yang dibutuhkan untuk membangun kemampuan masyarakat dalam mengambil alih dan mengembangkan kemampuan perencanaan pembangunannya? Hanya praktek dan pengalaman di lapangan yang dapat menguji bagaimana proses pemberdayaan bisa bekerja dan berapa lama (waktu) yang dibutuhkan Proses Umum (Langkah-langkah) Perencanaan Partisipatif Mengembangkan rancangan (disain) perencanaan partisipatif

Latarbelakang: Tujuan Perencanaan: Keluaran: Metode: Tempat dan Waktu: Proses: Pelaksana: Ringkasan jenis perancanaan yang akan dilaksanakan, untuk apa perencanaan dibuat, dalam konteks program apa, biasanya dilakukan setiap kapan, siapa yang akan menjadi pelaksana hasil perencanaan, dan lembaga yang mendampingi Rumusan tujuan perencanaan yang akan dilaksanakan Rumusan keluaran perencanaan Metode-metode yang akan digunakan dalam perencanaan Perencanaan dilakukan dimana dan kapan (dilengkapi dengan jadwal umum sebagai lampiran) Langkah-langkah bagaimana melaksanakan perencanaan: mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan rencana tindak lanjut perencanaan Siapa yang menjadi peserta perencanaan, siapa yang menjadi pemandu, siapa pihak lain yang perlu dilibatkan (misalnya: pemerintah desa atau lembaga mitra yang diharapkan bekerjasama) Menentukan dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan Jenis Informasi Data sekunder Potret situasi, masalah, potensi masyarakat Data program Cara Memperoleh dan Penggunaan Metode PRA Misalnya, profil desa (monografi desa) bisa diperoleh dari kantor desa Penjajakan Kebutuhan dengan menggunakan sejumlah metode PRA (lihat contoh pada buku PRA Berbuat Bersama Berperan Setara ) Untuk perencanaan lanjutan, dihimpun dokumentasi program lembaga antara lain: catatan pelaksanaan kegiatan, catatan monitoring, laporan evaluasi Mengadaptasi metode-metode PRA yang bisa digunakan dalam perencanaan bersama masyarakat Jenis Perencanaan Perencanaan perorangan/keluarga Perencanaan kelompok: Perencanaan program kelompok Perencanaan kegiatan kelompok Metode yang Digunakan dan Penggunaan Metode PRA (CONTOH) Pendampingan perorangan/keluarga, misalnya untuk perencanaan kebun perorangan; digunakan metode Gambar Kebun dan Kalender Musim; Lihat contohnya pada buklet Perencanaan Kebun yang diterbitkan oleh KPMNT Pertemuan kelompok (musyawarah/diskusi) untuk perencanaan tahunan dan semesteran kelompok dengan tahap-tahap: presentasi, diskusi, penggunaan matriks ranking untuk penyepakatan isu-isu kegiatan (kebutuhan bersama), penyusunan Rencana Tindak Lanjut/RTL Pertemuan kelompok untuk perencanaan kegiatan pengelolaan kebun kelompok; digunakan metode Gambar Kebun, Kalender Musim, analisa biaya usaha pertanian

Jenis Perencanaan Perencanaan desa: wilayah dampingan PL Metode yang Digunakan dan Penggunaan Metode PRA (CONTOH) Pertemuan masyarakat (musyawarah/diskusi) untuk evaluasi dan perencanaan tahunan desa; proses dan metode yang dilakukan al: 1 presentasi, diskusi, penggunaan matriks ranking untuk penyepakatan isu-isu kegiatan (kebutuhan bersama), penyusunan Rencana Tindak Lanjut/RTL 2 penjajakan kebutuhan-pengorganisasian masalah-perencanaan program tingkat desa seperti yang dicontohkan pada buku PRA Berbuat Bersama Berperan Setara yang diterbitkan KPMNT 3 penjajakan kebutuhan dengan metode PRA-perencanaan tingkat desa dengan metode ZOPP 3 (lihat contoh penerapan oleh mitra FADO-Bali atau modul-modul metode ZOPP) 4 4 penjajakan kebutuhan dengan 3 metode PRA-perencanaan desa dengan metode ZOPP yang diterapkan dalam mekanisme perencanaan formal musbangdes (lihat modul P3MD 5 ) Catatan: Penjajakan kebutuhan yang dicontohkan pada buku PRA biasanya hanya dilakukan 1x pada awal pengembangan program di satu desa, sedangkan perencanaannya dilakukan tahunan; Penjajakan kebutuhan yang dikombinasikan dengan metode ZOPP (baik untuk mitra FADO di kalangan LSM, maupun yang terdapat dalam modul P3MD) dilakukan setiap sebelum perencanaan tahunan; karena itu, untuk menyederhanakan proses, modul P3MD hanya membatasi penggunaan 3 metode PRA untuk penjajakan kebutuhan, yaitu: kalender musim, gambar desa, dan diagram venn 3 Ziel Orientierte Project Planung (Objective Oriented Project Planning/OOPP atau perencanaan proyek berbasis tujuan) 4 FADO sekarang berganti nama menjadi VECO, sebuah LSM internasional di Bali yang mengembangkan metodologi perencanaan dengan mengkombinasikan metode ZOPP dan metode PRA (ZOPP marries PRA) 5 Perencanaan Partisipatif Pembangunan Masyarakat Pedesaan (modul yang dikembangkan Ditjen PMD Depdagri, untuk proses perencanaan desa/musbangdes dengan mengadopsi metode PRA - ZOPP)

SKEMA-1: PROSES PENJAJAKAN KEBUTUHAN PERENCANAAN KELOMPOK (TAHUNAN) Proses Penemuan Kebutuhan (awal program) Pengkajian Desa Identifikasi masalah dan potensi Masalah/ potensi siapa? Pengorga -nisasian masalah Pengelompokan Analisa sebabakibat Alternatif pemecahan masalah Potensi/ sumber daya Prioritas pemecahan = Kebutuhan Dimana? Penentuan akar masalah Waktu Proses Perencanaan Tahunan Kelompok (setiap tahun) Pembahasan Akar masalah Prioritas pemecahan masalah Perumusan Tujuan Program Tahunan Pengisian Tabel Rencana Program Tahunan Penyusunan Agenda (kalender) Kegiatan Setahun

SKEMA-2: PROSES PERENCANAAN STRATEGIS KELOMPOK (UNTUK 3-5 TAHUN) Analisa SWOT Desa Analisa Pohon Masalah Desa Analisa Pohon Tujuan Desa Penentuan isu-isu strategis untuk ditangani kelompok Pengisian Kerangka Kerja Program Kelompok untuk 3-5 Tahun Pengisian Tabel Rencana Program Tahunan SKEMA-3: PROSES PERENCANAAN KELOMPOK YANG DIKAITKAN DENGAN PERENCANAAN DESA (TAHUNAN) Kerangka Kerja Program Kelompok untuk 3-5 Tahun Pertemuan Tahunan Kelompok Musbang Desa Rencana Program Tahunan Kelompok Rencana Program Tahunan Desa Pelaksanaan Tahun Depan Kerangka Kerja Program Desa (diturunkan dari hasil RENSTRA Kabupaten Musyawarah Pembangunan (Musbang) dusun Program kelompok ambil bagian dalam Pembangunan Desa