Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN SRONO TAHUN 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2016 Gotong Royong Mewujudkan Pembangunan Daerah Berkelanjutan

EXECUTIVE SUMMARY PROGRES PENGEMBANGAN SANITASI SAMPAI SAAT INI. Tabel 1.1 Capaian Tingkat Pelayanan Sanitasi Sampai Akhir Tahun 2013

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN GENTENG TAHUN 2013

*) Bekerja di BPS Provinsi Kalimantan Tngah

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG

KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN PERUBAHAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2016

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

MUSRENBANG RKPD DI KECAMATAN (MUSRENBANGCAM) TAHUN 2013


PERDAGANGAN PERDAGANGAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS TINGKAT PERTUMBUHAN EKONOMI DAN POTENSI EKONOMI TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN PATI TAHUN

Produk Domestik Regional Bruto

MEMUTUSKAN: : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku surut terhitung mulai tanggal 1 Januari 2012.

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

MEMUTUSKAN. : Perolehan jasa giro atas rekening tersebut wajib disetorkan ke Rekening Kas Umum Daerah Kabupaten Banyuwangi.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

ANALISIS POTENSI WILAYAH SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN DAN PELAYANAN DI KABUPATEN BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA PONTIANAK DENGAN METODE LOCATION QUOTIENT, SHIFT SHARE DAN GRAVITASI

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DENGAN PENDEKATAN LOCATION QUATION KABUPATEN PELALAWAN. Anthoni Mayes, Yusni Maulida dan Toti Indrawati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

Nilai Investasi/ Invest Value

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR Salinan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Economics Development Analysis Journal

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.3

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

Identifikasi Potensi Ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu Identify of Economic s Potency in Rokan Hulu Regency.

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. memuat arah kebijakan pembangunan daerah (regional development policies)

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

ANALISA POTENSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN * Bambang Wicaksono ABSTRACT

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

ANALISIS LOCATION QUOTIENT SEKTOR DAN SUBSEKTOR PERTANIAN PADA KECAMATAN DI KABUPATEN PURWOREJO

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

Rata-rata Kelembaban Udara ( % ) The Average of Humidity (%) (1) (2) (3) (4) 01. Januari/January ,1 152,3

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

1.1. Latar Belakang I - 1 EXECUTIVE SUMMARY

III. METODE PENELITIAN. 2010, serta data-data lain yang mendukung. Data ini diperoleh dari BPS Pusat,

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG KODE WILAYAH KEARSIPAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

KONTRIBUSI SUB SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

BAB III METODE PENELITIAN. Grogol, Kecamatan Kartasura, Kecamatan Mojolaban, Kecamatan Nguter, sesuai untuk menggambarkan potensi nyata kecamatan.

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

Hak Cipta milik UPN "Veteran" Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

Economics Development Analysis Journal

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan bidang pertambangan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Transkripsi:

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten (Analysis of Regional Development SubDistricts as The Economic Growth and of Service Center in ) Vika Viduri, Badjuri, Andjar Widjajanti Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 7, Jember 68 Email: v.viduri@gmail.com Abstrak Pembentukan Satuan Subwilayah Pengembangan merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam rangka pemerataan pembangunan wilayah guna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor yang menjadi basis ekonomi wilayah Kabupaten serta sinerginya dengan subwilayah pengembangan, interaksi Wilayah Pengembangan dengan daerah belakangnya serta interaksi antar masingmasing WP dan penyebaran sarana dan prasarana pembangunan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Location Quotient, gravitasi, dan skalogram. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat tiga sektor basis di Kabupaten yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Interaksi paling kuat antar wilayah pengembangan dan daerah belakangnya adalah WP dengan Kecamatan Giri, WP dengan Kecamatan Kabat, WP dengan Kecamatan Purwoharjo, WP dengan Kecamatan Sempu. Interaksi yang kuat antar WP adalah WP dengan WP, WP dengan WP. Pada penyebaran sarana prasarana pembangunan masih terakumulasi di daerah perkotaan yaitu di Kecamatan,, Muncar dan. Kata Kunci: Sektor dan Potensi Wilayah, Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan, Sinergi Pengembangan Abstract SubDistricts development is one of the goverment policy in order to even out area development to in improving public welfare. This research aims to serve as a identify leading sector and their synergies with subdistricts, the interaction of the region development with hinterlands and the interaction between region development and the spread development facilities. The methods Location Quotient, gravity, and scalogram. The study result show that there are three leading sector in, there are agricultural sector, mining and quarrying, and the financial, rent and business services sector. The interaction between growt pole and hinterlands is very strong, there are WP with Giri, WP with Kabat, WP with Purwoharjo, and WP with Sempu. The interaction of the region development is strong, there are WP with WP and WP with WP. The spread of facilities and infrastructure development is accumulating in the cities, there are at,, Muncar and. Keywords: Basic Sector and Regional Potentials, Growth Pole and Service Pole, Synergies Development Pendahuluan Perencanaan pembangunan daerah yang bersifat sektoral maupun regional mempunyai keterkaitan antar sektor maupun tingkat administratif suatu wilayah. Pembangunan yang diukur dari tingkat pertumbuhan ekonomi riil secara terus menerus ternyata telah mengakibatkan bertambah lebarnya kesenjangan atau ketimpangan antar golongan masyarakat (kaya dan miskin) dan kesenjangan atau ketimpangan antar daerah (yang maju dan yang tertinggal). Seperti yang dikemukakan oleh Perroux (dalam Adisasmita, 5:85) bahwa pembangunan tidak terjadi di seluruh daerah, akan tetapi terdapat batasan pada beberapa tempat tertentu dengan variabel yang intensitasnya berbedabeda. Oleh karena itu, dalam meningkatkan pembangunan daerah agar tercapai pertumbuhan ekonomi dan pemerataan maka pembangunan daerah dikonsentrasikan pada pusatpusat pertumbuhan. Pembangunan wilayah yang dikonsentrasikan pada pusatpusat pertumbuhan, mempertimbangkan hubungan ekonomi antar kota sebagai pusat dan wilayah sekitarnya sebagai wilayah belakang. Hubungan pusat dengan wilayah belakang akan membentuk arus barang, jasa, pergerakan orang (migrasi), arus modal dan arus informasi dari wilayah belakang ke pusat atau sebaliknya. Besar hubungan antara pusat dan wilayah belakang tergantung pada berbagai faktor seperti jarak. Jarak dalam hal ini dapat dinyatakan dalam satuan panjang (km), waktu tempuh, biaya untuk mencapainya atau kemudahan untuk mencapainya serta sarana dan prasarana. Artikel Ilmiah Mahasiswa 5

Menurut PERDA (Peraturan Daerah) Nomor 8 Tahun tentang Rencana Tata Ruang (RTRW, ) Wilayah Kabupaten Pasal menjelaskan bahwa di dalam Wilayah Pengembangan sudah ditetapkan kota sebagai pusat pelayanan/ pusat pengembangan, dan beberapa wilayah kecamatan disekitarnya sebagai wilayah pengaruhnya atau wilayah yang dilayani. Pusatpusat pertumbuhan diharapkan berfungsi sebagai motor penggerak perkembangan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi wilayah disekitarnya. Dalam pengembangan wilayah Kabupaten dari Kecamatan, telah ditentukan Wilayah Pengembangan (WP) yang dijadikan sebagai pusat pertumbuhan yaitu WP Utara (Kecamatan ), WP Tengah Timur (Kecamatan ), WP Tengah Barat (Kecamatan ) dan WP Selatan (Kecamatan ).Keempat wilayah pengembangan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dibentuk dengan tujuan untuk mewujudkan keseimbangan pertumbuhan antar daerah yang efisien. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya menuju pemerataan pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih terarah. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: () Sektorsektor ekonomi apakah yang menjadi basis ekonomi di Kabupaten? () Bagaimana interaksi wilayah pusat pertumbuhan dan pelayanan dengan daerah sekitarnya di Kabupaten? () Bagaimana penyebaran sarana dan prasarana pembangunan di Kabupaten? Tujuan dalam penelitian ini adalah: () Mengidentifikasi sektor yang menjadi basis ekonomi wilayah Kabupaten. () Untuk mengetahui interaksi antara wilayah pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan dengan daerah sekitarnya di Kabupaten. () Mengidentifikasi penyebaran sarana dan prasarana pembangunan di Kabupaten. Jenis Penelitian Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Sumber dan Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui pihak yang berkepentingan dan berkaitan dalam penelitian ini. Sumber data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), dan BAPPEDA Kabupaten serta instansi terkait lainnya yang meliputi data PDRB ADHK, jumlah penduduk, jarak antar wilayah, jumlah produksi pertanian dan fasilitas sosial ekonomi dan data geografis wilayah Kabupaten. Metode Analisis Data. Location Quotient (LQ) Digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis dan non basis ekonomi Kabupaten. Indikator yang digunakan adalah PDRB persektornya dengan pertimbangan bahwa data kontribusi nilai PDRB per sektor lebih mendekati kondisi nyata perkembangan ekonomi wilayah. Formula matematis model pendekatan LQ dapat disajikan sebagai berikut (Tarigan, 5:8): Keterangan x i = Nilai tambah (PDRB) sektor i di suatu daerah PDRB = Produk domestik regional bruto daerah tersebut X i = Nilai tambah (PDRB) sektir i secara nasional PNB = Produk nasional bruto atau total nilai tambah (PDRB) Berdasarkan hasil perhitungan LQ dapat dianalisis dan disimpulkan bahwa jika LQ > berarti peranan sektor i di daerah tersebut lebih menonjol daripada peranan sektor tersebut secara nasional (sektor basis). Jika LQ < berarti peranan sektor i di daerah tersebut lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional (sektor non basis). Jika LQ =, berarti peranan sektor i relatif hampir sama dengan peranan sektor tersebut secara nasional.. Analisis Gravitasi Membahas mengenai ukuran dan jarak antara dua tempat, yaitu pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya, sampai berapa jauh sebuah daerah yang menjadi pusat pertumbuhan mempengaruhi dan berinteraksi dengan daerah sekitarnya. Model analisis yang digunakan (Warpani 98:): Keterangan: Tij : Interaksi antara wilayah i dan j Pi : penduduk wilayah i Pj : penduduk wilayah j d²ij : jarak antara wilayah i dan j Kriteria pengukuran dari analisis ini adalah apabila nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya. Apabila Tij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah i dan j semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya.. Metode Skalogram Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat perekonomian pada subwilayah pengembangan serta mengetahui penyebaran sarana prasarana tiaptiap kecamatan. Menentukan orde/ hierarki tingkat perekonomian subwilayah/ kecamatan di Kabupaten yakni dengan menskala tiap variabelnya. Hasil dikatakan paling baik, jika memiliki nilai skala yang mendekati (atau>,9). Penggunaan metode skalogram dalam menentukan penyebaran sarana dan prasarana lebih ditekankan kriteria Artikel Ilmiah Mahasiswa 5

kuantitatif dari pada kriteria kualitatif yang menyangkut derajat fungsi fasilitas pelayanan pembangunan. Metode ini tidak mempertimbangkan aspek distribusi penduduk dan luas jangkauan pelayanan fasilitas pembangunan secara spasial, tetapi dapat memberikan informasi tentang hirarki pusatpusat pengembangan yang disebabkan oleh penyebaran fasilitas pelayanan pembangunan dalam tata ruang dan hirarki fasilitas pelayanan pembangunan yang terdapat dalam wilayah tersebut. Hasil Penelitian Hasil Analisis Location Quotient Hasil perhitungan analisis potensi wilayah Kabupaten periode tahun 9 dengan metode LQ diperoleh adanya (tiga) sektor basis ekonomi yang menjadi potensi perekonomian. Ketiga sektor basis tersebut adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor keuangan persewaan dan jasa perusahaan, dengan ratarata nilai LQ masingmasing adalah,;, dan,7. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan Kabupaten terhadap produk ketiga sektor tersebut dapat dipenuhi sendiri, bahkan mampu mengekspor kelebihan produk pada sektorsektor ini ke luar daerah/ wilayah lain. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. Analisis LQ Kabupaten Lapangan Usaha 9 Ratarata Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan &Komunikasi Keu., Sewa & Js. Perusahaan Jasajasa,,97,5,6,8,6,,59,,9,,6,8,6,8,6,,97,7,8,58,7,6,9,5,8,8,56,5,6,6,8,6,8,85,5,6,6,,,,7,8,58,7,6 Agar terjadi hubungan yang saling terkait dan saling mendukung antara kabupaten dengan wilayah pengembangan dalam meningkatkan sektor basis, maka perlu diketahui sektor basis pada masingmasing wilayah pengembangan. Berdasarkan hasil perhitungan potensi wilayah empat kecamatan (WP) Kabupaten periode 9 dapat diketahui bahwa nilai ratarata LQ masingmasing wilayah adalah sebagai berikut: Tabel. Analisis LQ Wilayah Pengembangan Sektor Nilai Ratarata LQ Hasil analisis menunjukkan bahwa dari keempat kecamatan mempunyai sektor basis yang hampir sama, namun apabila diintegrasikan antara potensi wilayah pengembangan dengan wilayah kabupaten, maka akan diketahui kekuatan potensi masingmasing wilayah pengembangan untuk mendukung sektor basis kabupaten. Adanya suatu sektor basis sebagai potensi yang dimiliki setiap wilayah dalam pembangunan akan lebih dapat dikembangkan melalui interaksi antara daerah/wilayah lain yang ada disekitarnya. Untuk mensinergikan antara wilayah pengembangan dengan kabupaten, maka dengan mengintegrasikan antar potensi ekonomi akan diketahui kekuatan potensi pada masingmasing WP untuk mendukung kegiatan basis kabupaten. Hasil integrasi adalah sebagai berikut: Tabel. Integrasi Potensi Ekonomi Kabupaten dengan Wilayah Pengembangan Wilayah Pengembanga n Sektor Kab. Sektor Tingkat Integras i (%),67 Keterangan: () Pertanian, () Pertambangan & Penggalian, () Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa potensi ekonomi masingmasing wilayah kecamatan (WP) pada jangka waktu 9 berdasarkan kontribusi nilai sektor terhadap PDRB, tidak sama dengan potensi kabupaten. Integrasi potensi dimasingmasing wilayah kecamatan hampir sama yaitu sebesar dan,67. Sektor yang terintegrasi tersebut adalah sektor pertanian yang kuat pada WP, sektor pertambangan dan penggalian kuat pada WP, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah WP, dan. Hasil Analisis Gravitasi Konsep gravitasi sederhana dilandaskan pada asumsi bahwa banyaknya trip antara satu tempat dengan tempat lainnya yang berada dalam satu sistem (saling berhubungan. Untuk mengetahui interaksi antar Wilayah Pengembangan (WP) dengan daerah belakangnya adalah sebagai berikut: Tabel. Indeks Gravitasi WP dengan hinterland No Wilayah Pengembangan Interaksi Kuat Interaksi Lemah Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdag., Hotel & Restoran Pengangkutan &Komunikasi Keu., Sewa & Js. Perusahaan Jasajasa,,,,69,96,,98,95,8,96,,7,,6,,57,6,9,8,8,5,7,,,8,8,85,,,7,,,,67,85 WP WP WP WP Kec. Giri (69,) Kec. Kabat (56,5) Kec. Sempu (667977,) Kec. Purwoharjo (979,) Kec. Wongsorejo (895959,9) Kec. Songgon (86,) Kec. Kalibaru (9955,7) Kec. Tegaldlimo (557,6) Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan daya tarik atau interaksi antara subwilayah atau kecamatan dengan daerah belakangnya sangat besar pengaruhnya. Beberapa hal Artikel Ilmiah Mahasiswa 5

yang menyebabkan interaksi antara wilayah pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya dinilai kuat sekali, yakni karena jumlah penduduk, jarak antar wilayah, fasilitas yang ada, dan arus perdagangan. Penggunakan variabel jumlah penduduk dan jarak untuk mengetahui interaksi masingmasing wilayah pengembangan yang saling terkait yaitu sebagai berkut: Tabel 5. Indeks Gravitasi antar Wilayah Pengembangan Wilayah Pengembangan Penduduk 7.5 9.56 8.5 6.9 Banyuwang i 67 67766 6668 Indeks Gravitasi Rogojamp i 67 65895 8597 67766 65895 58 6668 8597 58 Berdasarkan hasil analisis tersebut disimpulkan bahwa WP memiliki interaksi paling besar dengan WP, begitupun juga sebaliknya. WP memiliki interaksi terbesar dengan WP, begitupun sebaliknya. Secara keseluruhan disimpulkan bahwa jarak dan jumlah penduduk pada suatu wilayah memiliki pengaruh terhadap terjadinya interaksi antar wilayah tersebut. Hasil Analisis Skalogram Untuk melihat kemampuan Wilayah Pengembangan sebagai pusat pertumbuhan, maka harus diketahui tingkat perekonomian masingmasing WP. Hasil analasis skalogram menunjukkan sebagai berikut: Tabel 6. Analisis Tingkat Perekonomian Wilayah Pengembangan Hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa potensi ekonomi keempat kecamatan di wilayah Kabupaten berbeda satu sama lain. Hasil identifikasi berdasarkan luas wilayah, jumlah produksi pertanian, perkebunan dan populasi ternak, Kecamatan menempati hirarki I. Berdasarkan luas lahan dan jumlah produksi perikanan, Kecamatan yang menempati hirarki I. Kecamatan menempati hirarki I berdasarkan luas areal budidaya ikan. Kecamatan menempati hirarki I berdasarkan jumlah penduduk. Namun secara keseluruhan kecamatan yang berpotensi sebagai pusat pertumbuhan baru di wilayah Kabupaten dilihat dari potensi perekonomiannya adalah WP Bagian Tengah Timur dengan pusat pertumbuhan Kecamatan. Kecamatan memiliki hirarki paling tinggi dibandingkan tiga subwilayah/kecamatan lainnya. Penyebaran sarana dan prasara sosial ekonomi yang mendukung dalam pembangunan ekonomi Kabupaten diketahui bahwa masih terakumulasi di daerah perkotaan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Identifikasi Penyebaran Sarana dan Prasarana No Kecamatan Penduduk 5 6 7 8 9 5 6 7 8 9 Pesanggaran Siliragung Purwoharjo Tegaldlimo Muncar Cluring Gambiran Tegalsari Glenmore Kalibaru Srono Kabat Singojuruh Sempu Songgon Glagah Licin Giri Kalipuro Wongsorejo Pembahasan 9.9 5. 6.9 65.79 6.987.7 7.6 59.55 6.8 7.97 6.8 8.5 88.5 9.56 67.778 5.85 7.6 5.878.59 8.8 7.5 8.866 76.8 75.8 Jenis 8 7 6 7 8 9 9 8 9 9 6 9 6 Fasilitas.58 6.5 995..766.5. 9.8.6.7.59.8.555 67. 785 697 67.877 8.668.7 Hirarki 8 7 5 9 7 6 8 9 6 5 Perkotaan (wilayah pusat) mempunyai keterkaitan atau interkoneksi yang sangat erat dengan pedesaan (daerah belakang) dalam arus tenaga kerja, barangbarang dan jasa (Adisasmita, 6:89). Keadaan tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam rangka membentuk sinergitas pengembangan wilayah ke depan, maka yang dapat dilakukan adalah mensinergikan sektorsektor basis subwilayah/kecamatan yang terintegrasi atau dipadukan dengan potensi sektor basis ekonomi wilayah Kabupaten. Berdasarkan hasil penelitian pada empat kecamatan (Wilayah Pengembangan), maka potensi ekonomi yang paling menguntungkan untuk dikembangkan di masingmasing WP adalah sektor pertanian pada WP, sektor pertambangan dan penggalian di WP serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan di WP, dan. John Friedman mengungkapkan bahwa adanya hubungan yang erat dan saling mempengaruhi antara pembangunan kota dan desa, maka dengan mengetahui interaksi antar wilayah akan diketahui seberapa besar wilayah tersebut saling mendukung. Interaksi yang terjadi antara Wilayah Pengembangan dengan daerah hinterland di Kabupaten dilihat dengan menggunakan variabel jumlah Artikel Ilmiah Mahasiswa 5

5 penduduk dan jarak antar wilayah dapat disimpulkan bahwa interaksi yang terjadi sangat kuat. Keterkaitan antar masingmasing Wilayah Pengembangan yang saling mendukung dilihat dari interaksinya dapat diketahui bahwa interaksi paling kuat terjadi pada WP dengan WP yang jarak antar wilayah tersebut tidak terlalu jauh, begitupun pada WP dengan WP. Dalam hal ini adanya keterkaitan antar wilayah, diharapkan timbulnya kegiatan ekonomi yang saling mendukung pada masingmasing wilayah. Adanya pusat pertumbuhan dan pelayanan diharapkan mampu mempunyai peran dan fungsi sesuai dengan basis ekonomi wilayah serta potensi wilayah belakangnya. Untuk melihat kemampuan kecamatan sebagai fungsi pusat pengembangan wilayah sekitarnya, maka perlu pula dilihat tingkat perekonomian wilayah tersebut sebagai daya tarik wilayah. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Kecamatan memiliki potensi perekonomian paling tinggi diantara seluruh kecamatan di Kabupaten berdasarkan variabel luas wilayah, jumlah penduduk, luas lahan dan nilai tambah produksi. Dalam pemanfaatan potensi sumberdaya serta mendukung kegiatan ekonomi suatu wilayah maka diperlukan penyediaan fasilitas sosial ekonomi pembangunan yang mendukung. Berdasarkan hasil penelitian, penyebaran sarana prasarana masih terakumulasi di daerah perkotaan. Wilayah pusat pelayanan yang memiliki fasilitas dan unit terbanyak adalah Kecamatan dan Kecamatan. Kesimpulan Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:. Sektor yang menjadi sektor basis keempat kecamatan yang telah terintegrasi dengan potensi ekonomi wilayah Kabupaten adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor pertanian merupakan sektor basis di Kecamatan, sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor basis Kecamatan, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa keuangan merupakan sektor basis Kecamatan, dan.. Secara keseluruhan daya tarik atau interaksi antara subwilayah pengembangan dengan daerah sekitarnya sangat besar pengaruhnya. Beberapa hal yang menyebabkan interaksi antara wilayah pertumbuhan dengan wilayah sekitarnya dinilai kuat, yakni karena jumlah penduduk, jarak antar wilayah, fasilitas yang ada, dan arus perdagangan. Berdasarkan tingkat perekonomian dan penyediaan fasilitas yang cukup memadai, Kecamatan memiliki daya tarik yang besar sebagai pusat pertumbuhan dan pusat pelayanan. Berdasarkan tersedianya jenis fasilitas, Kecamatan merupakan penyedia jenis fasilitas terlengkap.. Secara umum keberadaan dan kelengkapan sarana dan prasarana pembangunan di wilayah Kabupaten, menurut jenisnya relatif memadai. Namun masih terakumulasi di daerahdaerah perkotaan, seperti Kota,, Muncar dan. Saran Penelitian Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :. Dalam rangka meningkatkan perekonomian lokal Kabupaten maka Pemerintah Daerah Kabupaten diharapkan mampu menopang perekonomian masyarakatnya dengan memprioritaskan sektor basis perekonomian dalam pembangunan wilayah dengan memanfaatkan sinergitas antar subwilayah dan antara kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dalam satuan wilayah pengembangan. Serta dapat mendukung perkembangan perekonomian yang bukan basis menjadi basis dimasa mendatang.. Pengembangan pusatpusat pertumbuhan dan pelayanan dengan penyebaran sarana dan prasarana pelayanan di Kabupaten perlu lebih mempertimbangkan jumlah penduduk, distribusi spasial dan mobilitas atau interaksi penduduk serta jangkauan pelayanan dari setiap fasilitas.. Lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas fasilitas atau sarana dan prasarana yang telah ada, agar masingmasing fasilitas atau sarana dan prasarana tersebut masih tetap pada fungsinya atau dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan masyarakat. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak BPS, BAPPEDA Kabupaten yang telah bersedia memberikan datadata yang diperlukan dalam penelitian, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Daftar Pustaka Adisasmita, R. H. 5. DasarDasar Ekonomi Wilayah. Yogyakarta: Graha Ilmu., R. H. 6. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. BAPPEDA.. PDRB ADHK Menurut Kecamatan Tahun 9. : BAPPEDA Kabupaten. BPS.. PDRB Provinsi Jawa Timur Menurut Lapangan Usaha Tahun 9. Surabaya: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur.. Dalam Angka Tahun. : Badan Pusat Statistik Kabupaten. Artikel Ilmiah Mahasiswa 5

6 Lembaran Daerah Kabupaten.. Peraturan Daerah Kabupaten tentang RTRW Tahun. Kabupaten. Tarigan, R. 5. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: PT Bumi Aksara., R. 5. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Bumi Aksara. Warpani, S. 98. Analisis Kota dan Daerah. Bandung: Penerbit ITB. Artikel Ilmiah Mahasiswa 5