QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2008

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BANJARMASIN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA PANGKALPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PEMERINTAH BUPATI MUSI RAWAS,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 34 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARAAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2008

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI PAKPAK BHARAT. 2. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DI KABUPATEN BARITO UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2008

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 09 TAHUN 2012

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 12 TAHUN 2008 PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH (PPNSD) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TENGAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G. Nomor : 2 TAHUN 2002 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BENER MERIAH QANUN KABUPATEN BENER MERIAH NOMOR : 19 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DALAM KABUPATEN BENER MERIAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2002 RETRIBUSI PELAYANAN IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG POTENSI KETENAGALISTRIKAN DAERAH

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 09 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

NOMOR 1 TAHUN 2014 KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan BUPATI BULUNGAN MEMUTUSKAN :

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 07 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 04 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 14 TAHUN TENTANG WAJIB DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BISMILLAHHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA BUPATI ACEH UTARA,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2009 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN

1 of 10 02/09/09 10:54

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAN PEMANFAATAN ENERGI

WALIKOTA JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

PERATURAN BUPATI ACEH UTARA NOMOR 1 TAHUN 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 4 SERI C

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

Transkripsi:

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TENGAH, Menimbang : a. bahwa dengan mempertimbangkan perkembangan di sektor industri dimasa yang akan datang, maka Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri bagi sektor industri menjadi sangat penting; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di dalam wilayah kerjanya, salah satunya dengan memberikan izin usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b tersebut, perlu ditetapkan dalam Qanun. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 (drt) Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1974 tentang Pembentukan Kabupaten Aceh Tenggara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1107); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893); 4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4226); - 1-5. Undang-Undang

4 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4458); 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848); 6 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4633); 7 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 3258); 8 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3394); 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 10 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur Penyusunan Produk Hukum Daerah; 11 Qanun Aceh Nomor 3 Tahun 2007 tentang Tata cara Pembentukan Qanun. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH dan BUPATI ACEH TENGAH MEMUTUSKAN : Menetapkan : QANUN TENTANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI. - 2 - BAB I..

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Qanun Daerah ini, yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kabupaten Aceh Tengah; b. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat Daerah lain sebagai Badan Eksekutif Daerah; c. Bupati adalah Bupati Aceh Tengah; d. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan adalah Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan Kabupaten Aceh Tengah; e. Kantor Lingkungan Hidup adalah Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Aceh Tengah; f. Izin usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri, yang selanjutnya disebut IUKS adalah izin yang diberikan oleh Bupati kepada BUMN/BUMD, Koperasi, Badan Usaha Milik Swasta untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri; g. Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan, selanjutnya disebut Instalasi, adalah bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin dan perlengkapan lainnya untuk pemanfaatan tenaga listrik; h. Perizinan merupakan salah satu kebijakan yang digunakan sebagai alat yang efektif untuk menggerakkan perkembangan usaha di bidang yang benar-benar mendukung pembangunan; i. Jaringan distribusi adalah jaringan tenaga listrik yang bertegangan kerja di atas 7000 volt; j. Jaringan transmisi adalah jaringan tenaga listrik yang bertegangan kerja di atas 7000 volt; k. Penggunaan utama adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan secara terus menerus untuk melayani kepentingan sendiri; l. Penggunaan cadangan adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan sewaktu-waktu dengan maksud menjamin keandalan tenaga listrik; m. Penggunaan darurat adalah penggunaan tenaga listrik yang di bangkitkan hanya pada waktu terjadi gangguan suplai tenaga listrik dari pemegang kuasa usaha ketenagalistrikan (PKUK) atau pemegang izin usaha ketenagalistrikan untuk kepentingan umum (PIUKU); n. Penggunaan sementara adalah penggunaan tenaga listrik yang di bangkitkan sewaktu-waktu bersifat sementara dan relatif dipindah-pindahkan; o. Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri yang selanjutnya disebut (UKS) adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang memberikan kegunaan bagi kepentingan sendiri; BAB II BADAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Pasal 2 Untuk kepentingan sendiri dapat diselenggarakan oleh Badan Pemerintah, BUMN/BUMD, yang lapangan usahanya di luar usaha penyediaan tenaga listrik, Koperasi dan Badan Usaha Milik Swasta Pasal 3 Jenis-jenis UKS meliputi : 1. Pembangkit Tenaga Listrik; 2. Transmisi Tenaga Listrik; 3. Distribusi Tenaga Listrik; BAB III.. - 3 -

BAB III PERIZINAN Pasal 4 (1) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 hanya dapat dilakukan berdasarkan IUKS untuk pembangkit diatas kapasitas 200 KVA ; (2) Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri dengan kapasitas 25 sampai dengan 200 KVA harus terdaftar pada Pemerintah Daerah ; Pasal 5 (1) Permohonan IUKS diajukan secara tertulis kepada Bupati melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan cq. Bidang Pertambangan dan Energi dengan melampirkan : a. akte pendirian perusahaan; b. gambar tata letak lingkungan; c. gambar denah instalasi; d. gambar diagram garis tunggal instalasi; e. uraian kebutuhan tenaga listrik dan f. persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) atau upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL) sesuai dengan undang-undang yang berlaku; (2) Permohonan IUKS diajukan secara tertulis dengan melampirkan hasil uji kelayakan operasi yang dilakukan sebelum IUKS diterbitkan Pasal 6 (1) Permohonan IUKS wajib membayar biaya administrasi yang besarnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas. (2) Biaya pendaftaran sebesar Rp. 1500,-/KVA (3) Biaya IUKS sebesar Rp. 2500,-/KVA (4) UKS yang diadakan oleh Badan Pemerintah untuk kepentingan sendiri dan untuk kepentingan umum tidak dikenakan biaya pendaftaran dan biaya IUKS. Pasal 7 (1) Bupati memberikan IUKS kepada pemohon IUKS yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 5 dan Pasal 6 dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja (2) Dalam hal permohonan IUKS sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 tidak disetujui, Bupati memberikan pemberitahuan kepada pemohon IUKS yang bersangkutan dengan alasan penolakan dan disampaikan secara tertulis kepada pemohon dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima secara lengkap Pasal 8 (1) IUKS diberikan menurut sifat penggunaan tenaga listrik yang dipergunakan untuk : a. penggunaan utama; b. penggunaan cadangan; c. penggunaan darurat dan d. penggunaan sementara (2) Dikatagorikan pembangkit bagi penggunaan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf d adalah pengoperasian pembangkit jenis portabel; (3). IUKS.. - 4 -

(3) IUKS sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) harus diperbaharui apabila : a. diadakan perubahan sifat penggunaan maupun jumlah kapasitas terpasangnya; b. ada penggantian nama/kepemilikan perusahaan. Pasal 9 IUKS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) Tahun dan dapat diperpanjang atas permohonan pemegang izin. Pasal 10 (1) IUKS berakhir karena : a. habis masa berlakunya ; b. dikembalikan dan c. dibatalkan ; (2) IUKS yang berakhir masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, karena tidak diberikan perpanjangan atau pemegang IUKS tidak mengajukan perpanjangan; (3) IUKS yang berakhir masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b, apabila pemegang IUKS menyerahkan kembali IUKS nya kepada Bupati secara tertulis disertai dengan alasan yang cukup dan sah setelah disetujui oleh Bupati; (4) IUKS yang berakhir masa berlakunya sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, apabila pemegang IUKS tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku atau tidak mentaati petunjuk yang diberikan oleh Bupati; (5) Sebelum membatalkan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) Bupati memberikan peringatan tertulis kepada pemegang IUKS yang bersangkutan. Pasal 11 (1) Permohonan perpanjangan IUKS sebagaimana dimaksud pada pasal 10 diajukan secara tertulis kepada Bupati dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sebelum IUKS berakhir. (2) Perpanjangan IUKS sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 harus disertai dengan alasan-alasan tertulis. (3) Tata cara perpanjangan IUKS mengikuti tata cara permohonan dan pemberian IUKS sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, 5, 6, 7, dan Pasal 8 ayat (1). (4) Setiap perpanjangan IUKS yang ditolak, diberitahukan secara tertulis dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan diterima Pasal 12 IUKS hanya dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapat persetujuan tertulis dari Bupati BAB IV PENGOPERASIAN INSTALASI Pasal 13 (1) Instalasi UKS hanya dapat dioperasikan setelah dilakukan uji layak operasi oleh UPTL dengan disaksikan oleh petugas dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Uji Kelayakan Operasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan IUKS ; (2) Segala. - 5 -

(2) Segala biaya untuk uji layak operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibebankan pemegang IUKS. (3) Apabila Pemegang IUKS mengoperasikan pembangkitnya tanpa izin dan tidak dilakukan uji layak operasi maka dapat dikenakan sanksi pidana dan/atau sanksi administrative sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB V HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 14 Pemegang IUKS berhak melakukan kegiatan usahanya sesuai dengan IUKS yang telah diberikan Pasal 15 (1) Pemegang IUKS wajib bertanggung jawab atas segala akibat yang timbul dari pelaksanaan IUKS yang diberikan. (2) Pemegang IUKS wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada Bupati mengenai usahanya setiap 6 (enam) bulan sekali (3) Pemegang IUKS wajib melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap instalasi sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagalistrikan. BAB VI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 16 (1) Pembinaan dan pengawasan atas pelaksaan IUKS dilakukan oleh Bupati melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan dan Kantor Lingkungan Hidup sesuai dengan kewenangannya. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi : a. keselamatan dan keamanan bagi manusia dan pada keseluruhan sistem penyediaan tenaga listrik; b. optimalisasi pemanfaatan sumber energi domestik, termasuk pemanfaatan sumber energi terbaru; c. perlindungan lingkungan; d. pemanfaatan proses teknologi yang bersih, ramah lingkungan dan berefisiensi tinggi pada pembangkit tenaga listrik; e. pemanfaatan barang dan jasa dalam negeri, termasuk kompetensi engineering; f. keandalan penyediaan tenaga listrik dan g. tercapainya standarisasi dalam bidang ketenagalistrikan. Pasal 17 Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Bupati dapat : (1) Menetapkan pedoman teknis dengan memperhatikan standar, keselamatan ketenagalistrikan, dan lingkungan di bidang ketenagalistrikan. (2) Memberikan bimbingan dan pelatihan. (3) Melakukan inspeksi teknik terhadap instalasi PIUKS. Pasal 18.. - 6 -

Pasal 18 Dalam keadaan terjadi kekurangan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum atau membahayakan keamanan umum, Bupati dapat mengambil tindakan untuk memerintahkan mengoperasikan atau tidak mengoperasikan instalasi milik PIUKS. BAB VII KETENTUAN SANKSI Pasal 19 (1) PIUKS yang melakukan pelanggaran dapat diberikan sanksi administratif berupa : a. peringatan tertulis atau b. pencabutan sementara iuks atau c. pencabutan IUKS (2) Pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VIII KETENTUAN PIDANA Pasal 20 (1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar Qanun ini diancam pidana kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah Tindak Pidana Pelanggaran. (3) Denda sebagaimana dimaksud ayat (1) disetor ke Kas Daerah melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pertambangan BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 21 (1) PIUKS yang dalam usahanya ternyata mempunyai kelebihan tenaga listrik, dapat menjual kelebihan tenaga listriknya kepada umum. (2) Kelebihan tenaga listrik yang dijual kepada umum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) tidak boleh melebihi 30% dari jumlah pemakaian sendiri. (3) Harga jual tenaga listrik didasarkan pada kesepakatan kedua belah pihak dan setinggi-tingginya sama dengan harga jual Listrik Perusahaan Listrik Negara (PLN). BAB X - 7 -

BAB X PENUTUP Pasal 22 Hal-hal yang belum diatur dalam Qanun ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya, akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati Pasal 23 (1) Qanun Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. (2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Qanun Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Tengah. Disahkan di Takengon Pada tanggal 14 M a r e t 2008 M 06 Rabi ul Awal 1429 H WAKIL BUPATI ACEH TENGAH, Dto, DJAUHAR ALI Diundangkan di Takengon Pada tanggal 15 M a r e t 2008 M 07 Rabi ul Awal 1429 H Sekretaris Daerah, Dto, MUHAMMAD IBRAHIM LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH TENGAH TAHUN 2008 NOMOR : 17 Disalin sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Hukum Dto, MURSIDI.M.SALEH, S.H Nip. 390 012 944-8 -