PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN KEGIATAN PPM

biasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Negara Indonesia ini banyak sekali terdapat benda-benda

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. menerus meningkat, memerlukan modal yang besar jumlahnya. Pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu alternatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan nasional merupakan sesuatu hal yang penting bagi Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

b. bahwa untuk menjaga kelestarian benda cagar budaya diperlukan langkah pengaturan bagi penguasaan, pemilikan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, maupun dari manca negara. dll) menjadi sesuatu yang bernilai penting bagi banyak pihak dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Ketentuan dalam pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

PERSEBARAN SITUS DI KABUPATEN BANTUL DAN ANCAMAN KERUSAKANNYA 1 OLEH: RIRIN DARINI 2

BAB I PENDAHULUAN. sepatutnyalah potensi Sumberdaya Budaya (Culture Resources) tersebut. perlu kita lestarikan, kembangkan dan manfaatkan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

MASYARAKAT ADVOKASI WARISAN BUDAYA (MADYA)

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Prosedur. Status. Kapal Tenggelam.

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran jati diri bangsa dan kepentingan nasional. Inilah salah satu isi

BAB I PENDAHULUAN. Museum merupakan tempat yang sangat bernilai dalam perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semangat untuk melestarikan nilai-nilai kultural dan sosial dapat

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di bidang kebudayaan.

LAMPIRAN PERTANYAAN WAWANCARA BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1995 TENTANG PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN BENDA CAGAR BUDAYA DI MUSEUM

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA LEMBAR PENGESAHAN.. HALAMAN PENETAPAN PANITIA UJIAN UCAPAN TERIMKASIH ABSTRACT...

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

KEBIJAKAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DI INDONESIA. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman 2013

BAB 3: TINJAUAN LOKASI

Undang-undang untuk mengatur pelindungan, pengembangan, dan pemanfaatan tinggalan purbakala. Oleh Junus Satrio Atmodjo

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan hukum lingkungan tidak dapat dipisahkan dari gerakan sedunia

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1

4. Pelaksanaan kebijakan nasional/provinsi dan penetapan kebijakan daerah mengenai kerja sama luar negeri di bidang kebudayaan skala daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah, pada titik-titik tertentu terdapat peninggalanpeninggalan

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

Q. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. ternilai harganya, baik yang berupa budaya materi (tangible) maupun budaya non materi

UPAYA PELESTARIAN PENINGGALAN PURBAKALA DI WILAYAH PROPINSI MALUKU. Drs. M. Nendisa 1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PPM)

LAMPIRAN XVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PERANSERTA STAKEHOLDER DALAM REVITALISASI KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA TUGAS AKHIR. Oleh: YANTHI LYDIA INDRAWATI L2D

Pelestarian Cagar Budaya

Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya

I.PENDAHULUAN. provinsi di Indonesia. Sebagai bagian dari Indonesia, Lampung tak kalah

'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEPURBAKALAAN, KESEJARAHAN, NILAI TRADISIONAL DAN PERMUSEUMAN

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 15 TAHUN

REVITALISASI BANGUNAN MEGARIA SEBAGAI PUSAT SINEMA

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

ARAHAN KONSEP PERANCANGAN KAWASAN KONSERVASI BENTENG MARLBOROUGH KOTA BENGKULU TUGAS AKHIR

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

EKSPRESI KARYA SENI TRADISIONAL SEBAGAI KEKAYAAN INTELEKTUAL BANGSA. Oleh: Etty S.Suhardo*

NILAI-NILAI BUDAYA YANG TERDAPAT PADA BENDA-BENDA PENINGGALAN PURBAKALA DAN UPAYA PELESTARIANNYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

EKSISTENSI SANGGAR TARI KEMBANG SORE PUSAT - YOGYAKARTA Theresiana Ani Larasati

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata pelajaran sejarah merupakan mata pelajaran yang dipelajari oleh

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : 42 TAHUN 2009 NOMOR : 40 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN PENINGGALAN SEJARAH DAN PURBAKALA KABUPATEN SIAK

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

DINAS KEBUDAYAAN. Tugas Pokok dan Fungsi :

BAB V KESIMPULAN. menjalar ke Suriah merupakan akar dari konflik berkepanjangan yang terjadi di Suriah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TATA CARA SELEKSI DEKAN FIB UGM 2016

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak gelombang reformasi bergulir wacana yang berkembang di kalangan

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah tentang pelestarian warisan budaya di Indonesia sudah dimulai sejak akhir abad 19 sampai awal abad 20. Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu sudah berpikir tentang perlunya upaya penyelamatan situs dan benda cagar budaya dengan membentuk lembaga Oudheidkundige Dienst in Nederlansch-Indie pada tahun 1913 yang dipimpin oleh N.J Krom. Lembaga yang terbentuk telah memulai mengadakan identifikasi dan penyelamatan beberapa situs di wilayah Hindia Belanda. Bahkan, pada masa kepemimpinan F.D.K. Bosch (tahun 1916 1936), Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie mengeluarkan Undang-Undang tentang penanganan peninggalan purbakala, yaitu Monumenten Ordonantie Staatsblad 1931 No.238. Dengan adanya undang-undang tersebut, pengawasan dan perlindungan peninggalan purbakala, mempunyai kepastian hukum. Monumenten Ordonantie ini kemudian tetap diberlakukan ketika Indonesia merdeka sampai lahirnya undang-undang tentang benda cagar budaya tahun 1992. * Disampaikan dalam kegiatan PPM, Universitas Negeri Yogyakarta, di SMP N 1 Sewon Bantul pada tanggal 13 Oktober 2010. Dosen Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE, Universitas Negeri Yogyakarta.

B. Pengertian Benda Cagar Budaya Pengertian benda cagar budaya menurut undand-undang No 5 Tahun 1992 adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan; Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, sehingga perlu dilindungi dan dilestarikan demi pemupukan kesadaran jatidiri bangsa dan kepentingan nasional. Perlindungan benda cagar budaya dan situs bertujuan melestarikan dan memanfaatkannya untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Benda cagar budaya mempunyai arti penting bagi kebudayaan bangsa, khususnya untuk memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jatidiri bangsa. Oleh karena itu, Pemerintah berkewajiban untuk berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku melindungi benda cagar budaya sebagai warisan budaya bangsa Indonesia. Sejauh peninggalan sejarah merupakan benda cagar budaya maka demi pelestarian budaya bangsa, benda cagar budaya harus dilindungi dan di lestarikan; untuk keperluan ini maka benda cagar budaya perlu dikuasai oleh Negara bagi pengamanannya sebagai milik bangsa. Upaya melestarikan benda cagar budaya dilaksanakan, selain untuk memupuk rasa kebanggaan nasional dan memperkokoh kesadaran jati diri sebagai bangsa yang

berdasarkan Pancasila, juga untuk kepentingan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta pemanfaatan lain dalam rangka kepentingan nasional. C. Fenomena di Lapangan. Kejadian-kejadian terhadap benda cagar budaya di Indonesia, adalah fenomena yang sangat menarik untuk menjadi sebuah perenungan dalam melestarikan peninggalan budaya yang kita miliki. Kita memiliki banyak sekali peninggalan budaya yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan saksi keberadaan bangsa ini. Misalnya gedung-gedung bersejarah, monumen, prasasti, naskah lama, candi, situs-situs purbakala, bangunan istana/keraton, dll. Peninggalan-peninggalan itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dan sejarah bangsa yang tidak ternilai harganya. Sejarah emas dan kelam tercatat dalam peninggalan-peninggalan itu. Ilmu pengetahuan asli peninggalan nenek moyang, ciri khas sebuah bangsa yang pernah hidup sebelum kita, dan catatan dari masa ke masa tergores di dalamnya. Beberapa masalah yang mengancam kelestarian benda cagar budaya oleh manusia antara lain: 1. Perusakan benda peninggalan sejarah, misalnya penghancuran pada bekas keraton kuno untuk diambil materialnya seperti yang terjadi di Kota Gede atau grafiti pada bangunan-bangunan candi. 2. Pencurian dan penyelundupan benda-benda peninggalan sejarah, misalnya pencurian sejumlah arca pada Candi Prambanan

3. Transaksi jual beli benda-benda kuno yang merupakan peninggalan sejarah. Misalnya raibnya beberapa arca di museum Rongowarsito, yang ternyata aslinya telah terjual di luar negeri. 4. Penemuan-penemuan benda bersejarah yang tidak dilaporkan kepada pemerintah. Masyarakat yang menemukan benda benda bersejarah masih enggan melaporkan kepada pemerintah karena beberapa hal seperti tingkat kesadaran, imbalan yang relatif kecil dan prosedur yang kurang jelas. 5. Pembongkaran bangunan bersejarah untuk tujuan ekonomis seperti yang terjadi di Keraton Surakarta. Bangunan keraton ada yang bungkar yang konon akan digunakan untuk sebuah pusat perdagangan. D. Kedudukan Guru Tujuan dari pengabdian ini adalah membawa guru ke dalam peran sebagai agen pelestarian benda cagar budaya. Guru punya peran untuk mempersiapkan anak-anak bangsa yang memiliki perasaan dan pemahaman kelestarian benda cagar budaya yang baik. Guru yang menjadi pendamping separuh jam kehidupan siswa pada setiap harinya selama bertahun-tahun itu tentu saja menjadi penting untuk dikuatkan perannya; membentuk karakter siswa atau manusia seutuhnya. Kelestarian benda cagar budaya di masa depan akan ditentukan oleh keberhasilan pendidikan karena di masa depan, merekalah yang akan menjadi pengelola beragam benda cagar budaya yang mempengaruhi hajat hidup bangsa itu. Menyadarkan bahwa ada begitu banyak ragam benda cagar budaya, yang harus dilestarikan, kepada masyarakat melalui peran guru di sekolah adalah visi yang harus dijaga

keberlangsungannya. Guru bisa menjadi perantara antara pemerintah dan pemerhati benda cagar budaya kepada masyarakat pada umumnya. Guru bisa berhadapan langsung dengan masyarakat sekitarnya atau melalui siswa didiknya untuk menyadarkan siswa dan masyarakat pada umumnya tentang pentingnya pe;lestarian cagar budaya. Kepada para guru, diharapkan bagaimana BCB itu bisa diberikan kepada siswanya dalam muatan lokal, dan bagaimana guru dan siswa dapat menjadi agent yang bisa mengawasi dan bisa mengambil nilai-nilai yang ada di balik BCB tersebut. Eksplorasi Sejarah Lokal Sebuah Upaya Penanaman Nilai-nilai Kepahlawanan Melalui Pembelajaran Sejarah Berbasis Contextual Teaching and Learning, menyoroti bagaimana sejarah lokal dapat dijadikan sebagai sarana belajar sejarah. Mengenalkan BCB yang ada melalui kegiatan kokurikuler. Pengenalan artefak dan peninggalan budaya itu sangat penting bagi siswa. Jika mereka sudah mendapatkan pengenalan tentang BCB maka sejak awal telah memahami betapa pentingnya makna sebuah BCB bagi keberadaan sebuah bangsa. Mengenalkan BCB yang ada melalui kegiatan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan kemah budaya dan jelajah lingkungan maka siswa dapat diperkenalkan dengan berbagai BCB yang ada di wilayah Bantul. Kemah budaya mengajak anak didik mengenal BCB dalam kurun waktu tiga sampai lima hari, dan dalam program jelajah desa, siswa dikenalkan pada BCB dalam format jalan-jalan santai, lintas alam dan mengenal lingkungan. Memberikan sosialisasi secara resmi pada kegiatan sarasehan atau workshop yang melibatkan sejarawan, arkeolog, guru sejarah, budayawan, seniman, dan masyarakat umum di mana materinya berkaitan dengan BCB

Daftar Pustaka Elanto Wijoyono dan Laretna T. Adishakti, Memmbangun Strategi Pelestarian Pusaka melalui Jalur Sekolah, Makalah dalam rangka Seminar Internasional Pendidikan Pusaka untuk Sekolah dasar di Indonesia, University Club Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, 23 Januari 2010. Soekmono. 1981. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius. Suhartati, Sri. 1994. Petunjuk singkat Objek Wisata Peninggalan Sejarah dan Purbakala Jawa Tengah. Semarang: Proyek Inventarisasi Sejarah dan Peninggalan Purbakala Jawa Tengah. Tjahjono, Baskoro Daru. 2000. Laporan Penelitian Arkeologi Budaya Marginal Masa Klasik di Jawa Tengah Bagian Barat Laut. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta. UURI N0MOR 5 TAHUN 1992 Tentang BENDA CAGAR BUDAYA. Yogyakarta, 10 Oktober 2010.