BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reza Saeful Rachman, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan dokumen sejarah yang sangat penting, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

I. PENDAHULUAN. baik itu masalah pribadi maupun masalah umum. Masalah pribadi adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Sumardjo (Mursini 2010:17) yang mengemukakan bahwa sastra adalah

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sekelilingnya. Menurut Oemarjati dalam Milawati (2011: 1) tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pengarang dan psikologi isi hatinya, yang diiringi dengan daya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

I. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tabel 1.1 Penggunaan Teks Puisi Di Kelas VII Panggih Cahyo Setiaji,2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai potret kehidupan masyarakat dapat dinikmati,

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Keingintahuan pada sesuatu hal yang baru merupakan reinkarnasi dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil dari kebudayaan. Kelahiran sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

Secara umum, pembelajaran bahasaindonesia terbagi menjadi empat. aspek keterampilan yang harus dikuasai siswa. Keempat keterampilan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, bahwa sastra merupakan cerminan. nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu.

ABSTRAK. Kata Kunci: kritik sosial, bentuk, masalah, syair.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar siswa terampil dalam berbahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teori sastra. Perkembangan kritik sastra akan menjadi catatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra menjadi lahan yang sangat luas untuk diteliti atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pengajaran sastra yang tercantum dalam kurikulum pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. manusiawi dan tidak adil di negerinya sendiri. Gesekan-gesekan sosial akibat

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa merupakan salah satu keterampilan yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah bentuk karya seni yang dituangkan melalui medium bahasa bahasa. Damono (1979, hlm. 1) menyebut sastra adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium dan bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sumardjo & Saini (1997, hlm. 3-4) menyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Lebih jauh Rusyana (1984, hlm. 311) menyebutkan bahwa sastra merupakan hasil kegiatan kreatif manusia, hasil proses pengamatan, tanggapan, fantasi, perasaan, fikiran, dan kehendak yang bersatu padu yang diwujudkan dengan menggunakan bahasa. Dari pendapat-pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tak dapat dipisahkan dan saling melengkapi. Hal tersebut sesuai dengan amanat UU No. 24 tahun 2009 Pasal 41 ayat 1 yang menyebutkan bahwa, pemerintah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra Indonesia agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sastra harus dijadikan sebagai salah satu hal penting yang harus dipelajari beriringan dengan pembelajaran kebahasaan. Sastra wajib untuk dipelajari di berbagai lembaga pendidikan karena dalam karya sastra dapat kita temukan berbagai hal positif yang mendidik, selain itu dalam karya sastra terdapat banyak nilai-nilai yang dapat dipelajari serta dijadikan sebagai pedoman hidup. Hal tersebut sesuai dengan salah satu fungsi sastra, yakni fungsi didaktis. Karya sastra berperan sebagai salah satu sarana untuk mendidik karakter manusia agar menjadi lebih baik. Namun sayangnya pembelajaran sastra di sekolah belum berjalan secara maksimal bila dibandingkan dengan porsi pembelajaran materi kebahasaan serta perkembangan sastra Indonesia saat ini. Masih terdapat jarak antara sastra

2 Indonesia dengan sastra Indonesia di sekolah. Pengajaran sastra di sekolah terkesan terbatas pada teori-teori serta apresiasi terhadap karya sastra yang sudah lampau. Siswa kurang diperkenalkan dengan karya-karya sastra Indonesia mutakhir. Pada akhirnya, para pengajar selalu dijadikan sebagai pihak yang disalahkan dalam permasalahan ini. Para pengajar dianggap tak dapat lagi mengikuti perkembangan sastra Indonesia, sehingga pengajaran sastra berjalan pada titik yang sama dari tahun ke tahun. Bahkan lebih jauh lagi, masalah ini sempat menjadi sorotan Wamendikbud Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti. Menurut beliau (dalam Harian Jambi Ekspress edisi 20/11/2012), kompetensi kesastraan yang dimiliki oleh para pengajar bahasa Indonesia masih sangatlah kurang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggembleng para pengajar untuk dididik ulang dalam materi kesastraan. Diharapkan para guru dapat menambah pengetahuan kesastraan mereka salah satunya adalah pengetahuan tentang karya sastra. Padahal jika kita cermati, pengajar bukan satu-satunya aspek penentu dalam keberhasilan kegiatan pembelajaran sastra. Selain pengajar, kurikulum juga merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran sastra. Siswa tidak akan menyenangi sastra jika porsi pembelajaran yang terdapat dalam kurikulum sangat sedikit. Dalam kurikulum 2013, porsi pembelajaran sastra lebih sedikit bila dibandingkan dengan KTSP. Salah satu faktor penentu keberhasilan lain dalam pengajaran sastra adalah tersedianya bahan ajar dalam pengajaran sastra. Bahan ajar tersebut berisi materimateri kesastraan seperti sejarah sastra, biografi sastrawan, karya sastra, apresiasi sastra dan lain sebagainya. Hal yang patut untuk disoroti adalah sedikitnya ketersediaan bahan ajar di sekolah. Sekolah hanya menerima bahan yang disediakan oleh kementerian terkait. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai alternatif bahan ajar lain dalam upaya memperbaiki mutu pembelajaran sastra di sekolah. Puisi merupakan salah satu genre karya sastra. Dalam konteks pembelajaran, puisi dapat dianggap sebagai materi strategis dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran puisi mencakup empat jenis keterampilan berbahasa yakni membaca, menulis, menyimak, serta berbicara. Lebih jauh lagi jika diaplikasikan dengan baik, puisi dapat dijadikan

3 sebagai sarana untuk mempelajari berbagai hal, mulai dari hubungan antara manusia dengan penciptanya, hubungan sosial antar manusia, permasalahan sosial dan lain sebagainya. Melalui pembelajaran puisi, siswa dapat memahami gagasan serta makna dari karya tersebut, serta siswa diharapkan dapat menangkap pemikiran sang pengarang, kemudian siswa dapat mengaplikasikan hasil pembelajaran tersebut dalam kehidupannya. Salah satu tema dalam puisi adalah tema keadilan sosial (Waluyo, 1987, hlm. 118). Tema keadilan sosial dapat berisi protes atau kritik sosial. Tema tersebut ditampilkan oleh puisi-puisi yang menuntut keadilan bagi kaum yang tertindas. Puisi jenis ini juga disebut puisi protes sosial karena mengungkapkan protes terhadap ketidakadilan di dalam masyarakat yang dilakukan oleh kaum kaya, penguasa bahkan Negara terhadap rakyat jelata. Puisi-puisi tersebut bertujuan untuk mengetuk nurani pembaca agar keadilan sosial harus ditegakkan dan diperjuangkan. Lebih jauh, Waluyo (dalam Yudiono, 2007, hlm. 281) menyebutkan bahwa ketika politik dan penguasa cenderung menyimpang, puisi memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan teguran atau kritik agar para penguasa kembali ke jalan yang benar dengan memperhatikan etika politik dan kekuasaan. Puisi bertema kritik sosial dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar dalam pembelajaran sastra di sekolah karena dalam kehidupan sehari-hari, seringkali ditemukan permasalahan-permasalahan sosial di masyarakat. Hal ini bertujuan untuk membentuk siswa menjadi lebih peka terhadap situasi sosial di sekitarnya. Dalam aplikasinya, siswa diharapkan dapat lebih mudah dan cepat mengapresiasi puisi jika tema yang disajikan berisi permasalahan sosial yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga cenderung tidak berjarak. Selain itu, mempelajari puisi-puisi bertema sosial pada suatu masa dapat dianggap juga sebagai upaya alternatif dalam mempelajari sejarah bangsa agar kita menjadi bangsa yang lebih kuat dan berkarakter. Karya-karya yang dihasilkan dalam suatu masa merupakan cerminan dari sebuah situasi sosial, budaya, serta politik di mana karya tersebut dihasilkan. Ini sesuai dengan yang disampaikan oleh A. Teew (1980, hlm. 11) bahwa sebuah karya sastra tidak diciptakan dalam kekosongan budaya. Karya sastra merupakan

4 bagian dari kebudayaan, kelahirannya berada di tengah-tengah suatu kelompok masyarakat yang tidak mungkin luput dari pengaruh sosial dan budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Karya sastra yang ditulis oleh seorang pengarang pada rentang waktu tertentu, secara tidak langsung mewakili situasi serta kondisi sosial, budaya, politik yang terjadi pada rentang waktu tersebut. Dalam khazanah sastra Indonesia terdapat banyak puisi dengan tema tersebut. Pada masa terdahulu kita mengenal nama Rendra, Taufik Ismail, Mansur Samin, serta Toto S. Bahtiar, pada masa awal reformasi kita mengenal nama Agus R. Sardjono, Acep Zamzam Noor, Ahmadun Yosi Herfanda, Sihar Ramses Simatupang, Hamid Jabbar, dan Jose Rizal Manua sebagai penyair-penyair yang lantang menyuarakan kritik sosial pada masa itu, kini muncul nama-nama seperti Matdon, Heri Latief, Tulus Wijanarko, Asep Sambodja (alm.), Adie Massardi, serta banyak penyair muda seperti Heri Maja Kelana, Fikar W., Ririe Rengganis yang turut mengangkat permasalahan-permasalahan sosial seperti ketidakadilan sosial, korupsi, kesewenang-wenangan penguasa, kemiskinan, kerusakan lingkungan hidup, dan lain sebagainya. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam suatu kurun waktu atau periode angkatan dalam sejarah sastra Indonesia selalu terdapat karya yang menjadikan kritik sosial sebagai temanya. Jika dahulu kita mengenal Rendra, kini salah satunya muncul nama Adie Massardi Salah satu karyanya yang berisi tentang kritik sosial adalah sajak yang berjudul Negeri Para Bedebah (dikutip dari situs internet www.puisiindonesiamodern.blogspot.com, diakses 10/03/2014 12:57). Negeri Para Bedebah Ada satu negeri yang dihuni para bedebah 1 Lautnya pernah dibelah tongkat Musa Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah? 5 Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

5 Di negeri para bedebah Orang baik dan bersih dianggap salah 10 Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah Karena hanya penguasa yang boleh marah Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah Maka bila negerimu dikuasai para bedebah 15 Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya Maka bila negerimu dikuasai para bedebah Usirlah mereka dengan revolusi 20 Bila tak mampu dengan revolusi, Dengan demonstrasi Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan 2009 Puisi di atas berisi tentang kritik penyair terhadap sebuah Negara yang dipimpin oleh pemerintahan yang sewenang-wenang yang cenderung anti kritik serta tidak peduli dengan kondisi rakyatnya yang hidup dalam garis kemiskinan (larik 1 sampai larik 7). Selain itu, puisi ini juga memotret kondisi para warga Negara yang menjadi tenaga kerja di luar negeri yang menjadi korban ekploitasi para majikannya (larik 8). Riuhnya puisi yang bertema kritik sosial dalam panggung sastra Indonesia hendaknya menjadi inspirasi untuk berbagai elemen bangsa untuk memperbaiki negeri ini. Hal ini senada dengan pendapat Nyoman Kutha Ratna (2005) bahwa kaitan antara sistem estetika dan sistem sosial tampak apabila karya sastra dilihat melalui dimensi-dimensi sosiokulturalnya. Artinya, karya sastra dianggap melalui manifestasi intensi-intensi struktur sosial tertentu, baik sebagai afirmasi (pengakuan), restorasi (pengembalian pada semula), dan inovasi (pembaruan), maupun negasi (pengingkaran).

6 Melalui medium bahasa, karya sastra menampilkan ekspresi kolektivitas tertentu, sebagai pandangan dunia. Hal ini menjadi spirit penyajian refleksi melalui lorong sastra. Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya, serta didasari oleh niat luhur untuk turut berpartisipasi dalam upaya pengkajian karya sastra Indonesia serta pemanfaatannya sebagai alternatif bahan ajar pembelajaran sastra di sekolah, juga sebagai bentuk kecintaan terhadap bahasa dan sastra Indonesia, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Kritik sosial dalam Puisi-puisi Indonesia Pada Masa Reformasi (Kajian Struktur dan Sosiologi Sastra terhadap Karya sastra sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA). Setelah melakukan penelusuran di berbagai sumber, penelitian ini merupakan penelitian yang masih jarang dilakukan. Adapun objek untuk penelitian ini adalah puisi-puisi karya para penyair Indonesia yang bertema kritik sosial. Rentang waktu yang dipilih adalah masa reformasi yakni sejak tahun 1998 sampai tahun 2013 karena pada rentang waktu tersebut telah terjadi berbagai peristiwa sosial, budaya, serta politik di Indonesia. Pergeseran dan perubahan situasi politik dari masa Orde baru ke era reformasi telah menumbuhkan paradigma baru di bidang sastra Indonesia yang pantas disimak oleh masyarakat Indonesia khususnya para mahasiswa, dosen, peneliti, kritikus, pengarang, serta para pengajar bahasa dn sastra Indonesia. Selain itu pada masa ini, upaya pemasyarakatan karya sastra banyak dilakukan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya penerbitan buku-buku karya sastra berbagai genre, penerbitan kajian-kajian dan teori sastra, serta banyak dimuatnya karya sastra terutama puisi pada rubrik-rubrik sastra di media massa. Hal tersebut berbeda dengan masa orde baru yang cenderung membatasi aktifitas kesastraan terutama bagi karya sastra bertema kritik sosial karena penguasa pada saat itu cenderung otoriter dan represif. Puisi-puisi yang menjadi objek penelitian adalah puisi-puisi yang terdapat dalam buku antologi puisi baik pribadi maupun bersama, majalah dan jurnal sastra, surat kabar, serta situs sastra di internet. Kajian yang pertama kali dilakukan dalam penelitian ini adalah mengkaji struktur puisi dalam upaya membedah unsur-unsur pembangun dan hubungan antar unsur dalam puisi-puisi tersebut. Adapun pendekatan struktural yang

7 digunakan adalah pendekatan struktur puisi menurut Jan Van Luxemburg, dkk. Setelah dilakukan kajian struktur puisi, selanjutnya dilakukan kajian sosiologi sastra untuk mengungkap kritik sosial yang terdapat dalam karya-karya tersebut. Setelah didapatkan hasil kajian terhadap struktur dan aspek kritik sosial dalam puisi-puisi tersebut, selanjutnya dilakukan penulisan alternatif bahan ajar untuk pembelajaran sastra di SMA. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Masih kurangnya penyediaan bahan ajar berupa karya sastra berupa puisi bertema kritik sosial; 2. Pengetahuan serta kemampuan bersastra para pengajar mengenai puisi bertema kritik sosial masih kurang; 3. Struktur Puisi-puisi Indonesia bertema kritik sosial belum diketahui; 4. Puisi-puisi Indonesia bertema kritik sosial pada masa reformasi belum teridentifikasi seluruhnya; 5. Terdapat nilai-nilai dalam puisi Indonesia bertema kritik sosial yang dapat dipelajari; 6. Puisi Indonesia bertema Kritik Sosial dalam dimanfaatkan sebagai bahan ajar di sekolah. C. Batasan Masalah Penelitian Agar pembahasan terfokus dan tidak terlalu jauh, peneliti hanya akan meneliti ihwal kritik sosial yang terdapat dalam puisi-puisi karya para penyair Indonesia pada masa reformasi (1998-2013) dengan menggunakan pendekatan struktural dan sosiologi sastra untuk kemudian ditelusuri pemanfaatannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah disampaikan sebelumnya, adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana struktur puisi-puisi Indonesia masa reformasi yang bertema kritik sosial?

8 2. Bagaimana representasi kritik sosial dalam Puisi-puisi Indonesia masa reformasi? 3. Bagaimana pemanfaatan puisi-puisi Indonesia masa reformasi bertema kritik sosial sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA? E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. mendeskripsikan struktur puisi-puisi Indonesia masa reformasi yang bertema kritik sosial; 2. mendeskripsikan representasi kritik sosial dalam Puisi-puisi Indonesia masa reformasi; 3. mendeskripsikan pemanfaatan puisi-puisi Indonesia masa reformasi bertema kritik sosial sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA. F. Manfaat Penelitian 1. Secara teoretis Adapun manfaat penelitian ini secara teoretis penelitian adalah: a. sebagai sarana peneliti dalam mengaplikasikan teori pengkajian sastra yang dipelajari dalam perkuliahan; b. sebagai sarana dalam memperkaya khazanah penelitian terhadap karya sastra Indonesia; c. sebagai sarana dalam memperkaya referensi penelitian terhadap karya sastra dengan pendekatan structural dan sosiologi karya; d. sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang mempergunakan pendekatan maupun objek penelitian yang sama. 2. Secara Praktis Selain bermanfaat secara teoretis, penelitian ini juga memiliki manfaat secara praktis. Adapun manfaat tersebut antara lain: a. sebagai sarana memperkaya bahan ajar dalam pembelajaran sastra Indonesia di sekolah; b. sebagai referensi bagi peserta didik dalam mempelajari serta memahami karya sastra khususnya puisi dengan tema kritik sosial;

9 c. sebagai sarana untuk memahami bagaimana kehidupan sosial serta permasalahannya dari masa ke masa, juga sebagai acuan dalam menjalani hidup; d. sebagai referensi dalam menulis sebuah karya sastra juga melakukan penelitian lainnya. G. Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini mengacu pada pedoman sistematika yang terdapat dalam buku pedoman penulisan karya ilmiah UPI tahun 2014. Penulisan penelitian ini terbagi ke dalam enam bab dengan rincian sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, batasan masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan; Bab II Landasan Teoretis yang terdiri atas hakikat sastra, pengkajian sastra, kajian sosiologi sastra, puisi, kritik sosial, serta puisi sebagai bahan ajar; Bab III Metode penelitian yang terdiri atas metode penelitian, objek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data; Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri atas hasil proses pengolahan dan analisis data; Bab V merupakan penulisan bahan ajar berdasarkan hasil penelitian; Bab VI Simpulan dan saran.