PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI TINGKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 9 SERI D

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA BLITAR

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUTAI KARTANEGARA,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 89 ayat (1) dan Pasal Pasal 90 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan, maka pengaturan lebih lanjut mengenai proses pembentukan dan pengorganisasian lembaga kemasyarakatan perlu diatur agar lebih terarah dan bermanfaat bagi masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b di atas, perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Pedoman pembantukan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4422); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 7. Peraturan Menteri Sosial Nomor 83/HUK Tahun 2005 tentang pedoman Dasar Karang Taruna; 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Kelembagaan Kemasyarakatan; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2000 tentang Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Dalam Negeri. Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MAJENE DAN BUPATI MAJENE MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Majene; 2

2. Pemerintah Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintahan Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi yang seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Bupati adalah Bupati Majene; 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disebut DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Majene; 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia ; 6. Kelurahan adalah Wilayah kerja Lurah sebagai Perangkat Daerah Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan; 7. Lembaga Kemasyarakatan adalah atau suatu disebut dengan nama lain adalah Lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Desa Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat; 8. Partisipasi adalah keikutsertaan dan keterlibatan masyarakat secara aktif dalam proses perencanaan, pelaksanaan serta pelestarian pembangunan; 9. Pembangunan adalah upaya untuk melakukan proses perubagan sosial daerah yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat disegala bidang bail di Desa maupun Kelurahan; 10. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat untuk selanjutnya disingkat LPM adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Desa dan Kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan; 11. Lembaga Adat adalah Lembaga Kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku; 12. Tim Penggerak Pemberdayaan dan kesejahteraan Keluarga Desa dan Kelurahan, untuk selanjutnya disebut TP PKK Desa dan Kelurahan sebagai mitra kerja Pemerintah dan organisasi kemasyarakatan lainnya, yang berfungsi sebagai fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali dan penggerak masing-masing jenjang Pemerintahan untuk terlaksananya program PKK; 13. Rukun Warga untuk selanjutnya disingkat RW atau sebutan lainnya adalah bagian wilayah kerja Kelurahan dan merupakan Lembaga yang dibentuk melalui musyawarah RT diwilayah kerjanya yang ditetapkan oleh Lurah; 14. Rukun Kampung untuk selanjutnya disingkat RK atau sebutan lainnya adalah bagian wilayah kerja pemerintah desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah RT diwilayah kerjanya yang ditetapkan melalui peraturan desa; 15. Rukun tetangga, untuk selanjutnya disingkat RT atau sebutan lainnya adalah Lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan Pemerintahan dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Peraturan Desa dan/ atau Kelurahan; 3

16. Karang Taruna adalah Lembaga Kemasyarakatan yang merupakan wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan atau masyarakat terutama generasi muda wilayah Desa dan Kelurahan atau yang bergerak dibidang usaha kesejahteraan sosial yang secara fungsional dibina dan dikembangkan oleh Departemen Sosial; 17. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, penelitian, supervise, monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggara Pemerintah Desa dan Kelurahan. BAB II PEMBENTUKAN Pasal 2 (1) Di Desa dan di Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan atas prakarsa masyarakat dan/ atau prakarsa masyarakat yang difasilitasi oleh Pemerintah melalui musyawarah dan mufakat; (2) Pembentukan lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah; (3) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dalam Keputusan Kepala Kelurahan dengan berpedoman pada Peraturan Daerah. BAB III KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 3 Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud Pasal 2 berkedudukan di Desa dan di Kelurahan. Pasal 4 (1) Lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Pemerintahan Desa dan merupakan mitra dalam pemberdayaan masyarakat Desa; (2) Tugas lembaga kemasyarakatan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; 4

b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. mengembangkan dan menggerakkan kegotongroyongan dan swadaya masyarakat; d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan. (3) Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (3) mempunyai fungsi : a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam rangka memperkokoh Negara kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah pada masyarakat; d. penyusunan rencana, pelaksana dan pengendali pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; e. penumbuhkembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; f. penggalih, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup; g. pengembangan kreativitas, pencegahan kenakalan, penyelahgunaan obat terlarang ( Narkoba ) bagi remaja; h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialisasi antar Pemerintah Kelaurahan dan masyarakat. Pasal 5 Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (1) diajukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui : a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Pasal 6 Lembaga Kemasyarakatan dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibantu kader pemberdayaan masyarakat. 5

BAB IV JENIS LEMBAGA KEMASYARAKATAN Jenis lembaga kemasyarakatan terdiri dari : Pasal 7 a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan (LPMK) atau Lembaga Ketahanan Masyarakat kelurahan (LKMK) atau sebutan nama lain; b. Lembaga Adat; c. Tim penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK); d. Rukun Kampung (RK) di Desa; e. Rukun Warga (RW) di Kelurahan; f. Rukun Tetangga (RT); g. Karang Taruna; dan h. Lembaga Kemasyarakatan lainnya. Pasal 8 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan (LPMD/LPMK) atau dengan nama lain dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a mempunyai tugas penyusunan perencanaan pembangunan secara partisipatif, menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. Pasal 9 Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) atau Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMD) atau sebutan nama lain dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 mempunyai fungsi: a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pengendali, pelestarian dan pengembangan hasilhasil pembangunan secara partisipatif; e. penumbuh kembangkan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat; dan f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi Sunber Daya Alam serta keserasian lingkungan hidup. Pasal 10 Lembaga adat sebagaimana dimaksud pada pasal 7 huruf b mempunyai tugas untuk membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan antar tokoh adat dengan Pemerintah Desa dan Kelurahan. 6

Pasal 11 Lembaga adat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 9 mempunyai fungsi : a. penampung dan penyalur pendapat atau aspirasi masyarakat terhadap kepada pemerintah Desa dan Kelurahan serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat; b. pemberdayaan, kelestarian dan pengembangan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya masyarakat serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan Desa dan Kelurahan, melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; c. penciptaan hubungan yang demokratis dan harmonis serta objektif antara kepala adat/pemangku adat/ ketua adat atau pemuka adat dengan aparat pemerintah Desa dan Kelurahan; Pasal 12 (1) Tim penggerak PKK Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada pasal 7 huruf c, mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa/ Kelurahan dan merupakan mitra dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga; (2) Tugas tim penggerak PKK Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. menyusun rencana kerja PKK Desa dan Kelurahan, sesuai dengan hasil rapat kerja daerah Kabupaten; b. melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang disepakati; c. menyuluh dan menggerakkan kelompok-kelompok PKK Dusun/ Lingkungan, RK, RW, RT dan dasa wisma agar dapat mewujudkan kegiatan-kegiatan yang telah disusun dan disepakati; d. menggalih, menggerakkan dan mengembangkan potensi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan; e. melaksanakan kegiatan penyuluhan kepada keluarga-keluarga yang mencakup kegiatan bimbingan dan motivasi dalam upaya mencapai keluarga sejahtera; f. mengadakan pembinaan dan bimbingan mengenai pelaksanaan program kerja; g. berpartisipasi dalam pelaksanaan program instansi yang berkaitan dengan kesejahteraan keluarga di Desa/ Kelurahan; h. membuat laporan hasil kegiatan kepada tim penggerak kecamatan dengan tembusan kepada ketua dewan penyantun tim penggerak PKK setempat; i. melaksanakan tertib administrasi; dan j. mengadakan konsultasi dengan ketua dewan penyantun penggerak PKK setempat. 7

Pasal 13 Tim penggerak PKK Desa/ Kelurahan dalam melaksakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 mempunyai fungsi : a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat agar mau dan mampu melaksanakan program PKK; dan b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing penggerak PKK. Pasal 14 RT/RW sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 huruf d dan huruf e, mempunyai tugas membantu Pemerintah Desa dan Lurah dalam penyelenggaraan urusan pemerintah. Pasal 15 RT/RW dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 mempunyai fungsi : a. pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya; b. pemeliharaan keamanan, ketentraman, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga; c. pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat; dan d. penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat; e. mengkoordinir pelaksanaan tugas Rukun Tetangga (RT) yang ada diwilayahnya; f. menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis antara Rukun Tetangga (RT) dan hubungan antara masyarakat dengan Pemerintah Desa/ Kelurahan. Pasal 16 Karang taruna sebagaimana dimaksud dengan Pasal 7 huruf g, mempunyai tugas menanggulangi berbagai masalah kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi muda, baik yang bersifat preventif, rehabilitatif, maupun pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. Pasal 17 Karang taruna dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal 15 mempunyai fungsi : a. penyelenggara usaha kesejahteraan sosial; b. penyelenggara pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat; c. penyelenggara pemberdayaan masyarakat terutama generasi muda dilingkungannya secara komprehensif, terpadu dan terarah serta berkesinambungan; d. penyelenggara kegiatan pengembangan jiwa kewirausahaan bagi generasi muda dilingkungannya; 8

e. penanaman pengertian, memupuk dan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab sosial generasi muda; f. penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan, jiwa kekeluargaan, kesetiawanan sosial dan memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia; g. pemupukan kreatifitas generasi muda untuk dapat mengembangkan tanggung jawab sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukatif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lainnya dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial dilingkungannya secara swadaya; h. penyelenggara rujukan, pendampingan dan advokasi sosial bagi penyandang masalah kesejahteraan sosial; i. penguatan sistem jaringan komunikasi, kerja sama, informasi dan kemitraan dengan berbagai sektor lainnya; j. penyelenggara usaha-usaha pencengahan permasalahan yang aktual; k. mengembangkan kreatifitas remaja, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (narkoba) bagi remaja; dan l. penanggulangan masalah-masalah sosial, baik secara prepentif, rehabilitatif dalam rangka pencegahan kenakalan remaja, penyalahgunaan obat terlarang ( Narkoba ) bagi remaja. Pasal 18 (1) Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Desa sebagaimana dimaksud dengan Pasal 7 huruf h yang diakui oleh masyarakat ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan Daerah; (2) Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan sebagaimana dimaksud dengan Pasal 7 huruf h yang diakui oleh masyarakat ditetapkan dengan Keputusan Kepala Kelurahan dengan berpedoman pada Peraturan Daerah. BAB V KEPENGURUSAN DAN TATA KERJA Pasal 19 Pengurus Lembaga Kemasyarakatan memenuhi persyaratan : a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. Setia kepada Pancasila sebagai dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. Berkelakuan baik, jujur, adil, cakap dan penuh pengabdian kepada masyarakat; d. Sebagai warga yang bertempat tinggal tetap di Desa atau di Kelurahan; e. Sehat jasmani dan rohani; f. Mengenal dan dikenal oleh warga Desa/ Kelurahan; 9

g. Berusia paling rendah 25 ( dua puluh lima ) tahun; h. Mempunyai kemauan, kemampuan dan kepedulian; dan i. Dipilih secara musyawarah dan mufakat. Pasal 20 (1) Pengurus Lembaga Kemasyarakatan terdiri atas : a. Ketua sebagai pimpinan dan penanggung jawab; b. Sekretaris sebagai pembantu pimpinan dalam penyelenggaraan administrasi; c. Bendahara sebagai penyelenggara administrasi keuangan; dan d. Bidang-bidang atau seksi-seksi sesuai kebutuhan, sebagai pembantu, sebagai pembantu pimpinan dan pelaksana teknis. (2) Masa bhakti Pengurus Lembaga Kemasyarakatan di Desa selama 5 (lima) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya; (3) Masa bakti pengurus Lembaga Kemasyarakatan di kelurahan selama 3 (tiga) tahun terhitung sejak pengangkatan dan dapat dipilih kembali untuk tahun periode berikutnya. BAB VI HUBUNGAN KERJA Pasal 21 (1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan Pemerintahan Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif; (2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif; (3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Desa dengan pihak ketiga di Desa bersifat kemitraan. Pasal 22 (1) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan Pemerintah Kelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif; (2) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan Lembaga Kemasyarakatan lainnya di Kelurahan bersifat koordinatif dan konsultatif; (3) Hubungan kerja Lembaga Kemasyarakatan Kelurahan dengan pihak ketiga di Kelurahan bersifat kemitraan. 10

BAB VII PEMBINAAN Pasal 23 (1) Pemerintah Kabupaten dan Camat wajib membina dan mengawasi Lembaga kemasyarakatan; (2) Pembinaan dan pengawasan pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; b. Memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; c. Memberikan bimbingan, supervise dan konsultasi terhadap lembaga kemasyarakatan; d. Memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan lembaga kemasyarakatan. BAB VIII PENDANAAN Pasal 24 Pendanaan lembaga kemasyarakatan Desa bersumber dari : a. swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/ Kota dan/ atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; d. bantuan Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; dan e. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. Pasal 25 Pendanaan lembaga kemasyarakatan Kelurahan bersumber dari : a. swadaya masyarakat; b. bantuan dari anggaran belanja Kelurahan; c. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota; dan d. bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. 11

BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 26 Lembaga Kemasyarakatan yang ada pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, tetap menjalankan tugasnya sampai berakhirnya masa kerjanya. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 27 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka Peraturan Daerah Kabupaten Majene Nomor 10 Tahun 2002 tentang Lembaga Kemasyarakatan Di Desa, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 28 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 29 Peraturan Daerah ini berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Majene. Ditetapkan di Majene pada tanggal 7 Juli 2009 BUPATI MAJENE, Diundangkan di Majene pada tanggal 9 Juli 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MAJENE H. KALMA KATTA H. MUHAMMAD RIZAL S. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2009 NOMOR 5. 12

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN I. PENJELASAN UMUM Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di desa dan Kelurahan dilaksanakan atas parakarsa masyarakat dalam rangka membantu Pemerintah Desa dan Pemerintah Kelurahan sebagai mitra dalam memberdayakan masyarakat. Lembaga masyarakat di desa dan Kelurahan berfungsi sebagai wadah partisipasi dalam pengelolaan pembangunan pada tingkat masyarakat serta mendorong, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan. Pembentukan lembaga kemasyarakatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan kondisi Desa dan Kelurahan dan diberi nama sesuai dengan tugas dan fungsinya. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Ayat (1) Ayat (2) Ayat (3) Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dapat dibentuk adalah didasarkan atas pertimbangan bahwa kehadiran lembaga yang sudah sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maksud dan tujuannya jelas, bidang kegiatannya tidak tumpang dengan lembaga yang sudah ada. Huruf a Yang dimaksud dengan penyusunan rencana pembangunan secara partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur masyararakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan. 13

Pasal 5 Ayat (3) Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf b Yang dimaksud dengan melaksanakan, mengendalikan, mamanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif adalah dengan melibatkan masyarakat secara demokratis, terbuka dan bertanggung jawab untuk memperoleh manfaat yang maksimal bagi masyarakat serta terselenggara pembangunan berkelanjutan. Huruf c Yang dimaksud dengan mengembangkan dan menggerakkan kegotongroyongan dan swadaya masyarakat adalah menumbuhkembangkan dan menggerakkan prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat yang dilakukan oleh kader pemberdayaan masyarakat atau sebutan lain. Huruf d Yang dimaksud dengan menumbuhkembangkan kondisi dinamis adalah untuk mempercepat terwujudnya kemandirian masyarakat. Yang dimaksud dengan pengembangan kemitraan adalah mengembangkan kerjasama yang saling menguntungkan saling percaya dan saling mengisi. Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Huruf e Yang dimaksud dengan menyusun rencana pembangunan secara partisipatif adalah proses perencanaan pembangunan yang melibatkan berbagai unsur masyarakat terutama kelompok masyarakat miskin dan perempuan. 14 2

Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Huruf a Huruf b Huruf c Huruf d Huruf e Huruf f Huruf g Huruf h Yang dimaksud dengan mempuyai kemauan adalah minat dan sikap seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan dengan sukarela. Yang dimaksud dengan kemampuan adalah kesadaran atas keyakinan pada dirinya bahwa dia mempunyai kemampuan, biasa berupa pikiran, tenaga/ waktu atau sarana dan materialnya. 15 3

Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 15. 16 4