BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2008 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR: 4 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

KEPALA DESA NITA KABUPATEN SIKKA PERATURAN DESA NITA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA NITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

T E N T A N G LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEKADAU,

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2013 SERI A NOMOR 24

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

KEPALA DESA MARGOMULYO KABUPATEN BLITAR PERATURAN KEPALA DESA MARGOMULYO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 38 SERI D

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN WIROSARI DESA KALIREJO PERATURAN DESA KALIREJO KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 01 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN (LPMK) DI KOTA MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

BUPATI SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DAN LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUSIN,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN

PERATURAN DESA BOJONGGENTENG KECAMATAN JAMPANGKULON KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2017

PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI KABUPATEN BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

Transkripsi:

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan, maka guna memperlancar pelaksanaannya perlu mengatur petunjuk pelaksanaan Peraturan Daerah dimaksud; b. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud huruf a di atas, perlu menetapkan Peraturan Bupati; Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah; 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548 ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587 ; 4. Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan (Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Tahun 2006 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kudus Nomor 87); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Bupati adalah Bupati Kudus. 2. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 3. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 4. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 5. Badan Permusyawaratan Desa yang selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 6. Tokoh/pemuka masyarakat adalah seorang yang terkemuka, dipercaya dan ditunjuk atau dipilih untuk memimpin kelompok masyarakat tertentu. 7. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat. 9. Rukun Tetangga yang selanjutnya disingkat RT adalah lembaga kemasyarakatan yang keanggotaannya terdiri dari penduduk setempat yang dibentuk untuk memelihara dan melestarikan nilai-nilai kehidupan masyarakat berdasarkan kegotong-royongan dan kekeluargaan serta membantu meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa. 10. Rukun Warga yang selanjutnya disingkat RW adalah lembaga kemasyarakatan yang keanggotaannya terdiri dari penduduk setempat yang tergabung dalam Rukun Tetangga. 11. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga yang selanjutnya disingkat PKK adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Maksud pembentukan Lembaga Kemasyarakatan adalah agar warga masyarakat setempat merasa memiliki dan bertanggung jawab untuk turut serta berperan aktif mewujudkan tercapainya pelayanan kepada masyarakat, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan dengan menumbuhkan prakarsa serta menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungannya secara berkeadilan serta mengatasi segala hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang muncul di desa.

3 Pasal 3 Tujuan pembentukan Lembaga Kemasyarakatan adalah membatu Pemerintah Desa dalam mendorong, menunjang dan meningkatkan partisipasi masyarakat guna kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa. BAB III TUGAS DAN FUNGSI Pasal 4 (1) Lembaga Kemasyarakatan mempunyai tugas membantu Pemerintahan Desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa. (2) Tugas Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif; c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya masyarakat; dan d. menumbuhkembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Pasal 5 Untuk melaksanakan tugas-tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Lembaga Kemasyarakatan mempunyai fungsi : a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat dalam pembangunan ; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia ; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintah kepada masyarakat; d. penyusunan rencana, pelaksanaan, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif ; e. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa, partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat ; f. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga ; dan g. pemberdayaan hak politik masyarakat. Pasal 6 Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesatuan masyarakat melalui : a. peningkatan pelayanan masyarakat ; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan ; c. pengembangan kemitraan ; d. pemberdayaan masyarakat ; dan e. pengembangan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Pasal 7 Lembaga Kemasyarakatan dapat bergerak di bidang pemerintahan, pembangunan, dan pembinaan kemasyarakatan.

4 BAB IV TATA CARA PEMBENTUKAN Bagian Kesatu Umum Pasal 8 (1) Di Desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan prakarsa masyarakat dengan tetap memperhatikan adat istiadat dan kondisi sosial budaya setempat. (2) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan didasarkan atas pertimbangan bahwa keberadaan lembaga tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat, maksud dan tujuannya jelas, bidang kegiatannya tidak tumpang tindih dengan lembaga lain yang sudah ada. (3) Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) misalnya RT, RW, PKK, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat atau sebutan lainnya. (4) Lembaga Kemasyarakatan yang harus dibentuk di Desa adalah RT, RW dan PKK. (5) Pembentukan dan nama Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Desa dengan memperhatikan usulan dari tokoh/pemuka masyarakat. Bagian Kedua Pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) Paragraf Kesatu Pembentukan Pasal 9 (1) Di Desa dibentuk Lembaga Kemasyarakatan RT dan RW. (2) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan RT dan RW ditetapkan dengan Peraturan Desa. (3) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga mengatur tentang susunan, jumlah dan masa jabatan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan RT dan RW. Pasal 10 Penetapan jumlah dan pembagian wilayah Desa dalam RT dan RW ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 11 (1) RT dibentuk sekurang-kurangnya terdiri dari 40 (empat puluh) Kepala Keluarga. (2) RW dibentuk sekurang-kurangnya terdiri dari 2 (dua) RT. (3) Setiap Dusun paling sedikit dibentuk 2 (dua) RW. Pasal 12 (1) Pembentukan, pemecahan atau penggabungan RT dan RW dilaksanakan atas dasar musyawarah RT atau RW dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. (2) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Desa oleh Pengurus RT atau RW.

5 (3) Berdasarkan laporan hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan pembentukan, pemecahan atau penggabungan RT dan RW serta menetapkan kembali jumlah dan pembagian wilayah desa dalam RT dan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. Pasal 13 Untuk Desa baru hasil pembentukan, penghapusan dan penggabungan Desa, penetapan jumlah dan pembagian wilayah desa dalam RT dan RW ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa melalui forum rapat desa yang dihadiri oleh Pemerintah Desa, BPD, Pengurus RT, RW serta Tokoh Masyarakat. Paragraf Kedua Kepengurusan Pasal 14 Susunan Kepengurusan RT dan RW dapat terdiri dari : a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara; dan d. Seksi-seksi, yang antara lain dapat terdiri dari : - Seksi Sosial. - Seksi Keamanan. - Seksi Pembangunan. - Seksi Umum. - dan Seksi-seksi lain sesuai kebutuhan. Pasal 15 (1) Kepengurusan RT dibahas dalam rapat musyawarah RT yang dihadiri oleh anggota RT yang bersangkutan. (2) Hasil rapat musyawarah RT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Desa melalui Ketua RW untuk mendapatkan pengesahan. (3) Pengesahan kepengurusan RT ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 16 (1) Kepengurusan RW dibahas dalam rapat musyawarah RW yang dihadiri oleh Pengurus RT dalam wilayah RW yang bersangkutan. (2) Hasil rapat musyawarah RW senagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan oleh Ketua RW kepada Kepala Desa untuk mendapatkan pengesahan. (3) Pengesahan kepengurusan RW ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. Pasal 17 Rapat musyawarah pembentukan kepengurusan RT dan RW dapat dilakukan dengan jalan musyawarah mufakat atau pemilihan. Pasal 18 Yang dapat dipilih menjadi Pengurus RT dan RW adalah warga anggota RT dan RW setempat yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang sah;

6 c. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap masyarakat; d. berstatus sebagai penduduk Desa yang bersangkutan dan bertempat tinggal tetap dalam wilayah RT atau RW yang bersangkutan; e. mempunyai kemampuan dan kemauan bekerja dan membangun; dan f. berusia sekurang-kurangnya 21 (dua puluh satu) tahun atau telah pernah kawin. Pasal 19 Masa jabatan Pengurus RT dan RW ditetapkan selama 5 (lima) tahun. Pasal 20 Setiap berakhirnya masa jabatan kepengurusan RT dan RW Pengurus berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban atas kepengurusan dan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada anggotannya. (1) Pengurus RT berhak : Paragraf Ketiga Hak dan Kewajiban Pengurus Pasal 21 a. menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Pengurus RW; b. memilih dan dipilih sebagai Pengurus RW; c. memperoleh informasi terhadap kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa. (2) Pengurus RW berhak : a. menyampaikan saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai halhal yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemerintahan desa; b. menyelenggarakan kegiatan yang sifatnya antar RT dalam wilayah RW yang bersangkutan; c. memperoleh informasi terhadap kegiatan-kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa. (3) Pengurus RT dan RW berkewajiban : a. melaksanakan tugas dan fungsi RT dan RW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dan dalam Pasal 6; b. membina kerukunan hidup bermasyarakat; c. memajukan kesejahteraan warganya dengan cara meningkatkan kehidupan gotong royong; d. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada warga; e. melaksanakan tugas kepengurusan dengan jujur, disiplin, tertib, cermat, penuh semangat pengabdian dan tanggung jawab; f. memberi keterangan pertanggungjawaban atas kepengurusan dan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada anggota; g. mendamaikan perselisihan atau persengketaan yang terjadi antara sesama warga; dan h. mengambil langkah-langkah demi kemajuan di lingkungan RT dan RW. Paragraf Keempat Musyawarah Anggota Pasal 22 (1) Musyawarah anggota RT dan RW adalah merupakan wadah permusyawaratan anggota dalam lingkungan RT dan RW.

7 (2) Musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk : a. memilih pengurus; b. menentukan dan merumuskan program kerja; dan c. menerima dan mengesahkan pertanggungjawaban pengurus. (3) Musyawarah anggota RT dan RW untuk menentukan dan merumuskan program kerja diadakan sekurang-kuranggya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. Paragraf Kelima Pemberhentian Pengurus Pasal 23 Pengurus RT dan RW berhenti atau diberhentikan karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. berakhir masa jabatannya; dan/atau d. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18. Bagian Ketiga Pembentukan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Paragraf Kesatu Pasal 25 (1) Di Desa dibentuk Lembaga Kemasyarakatan PKK. (2) Kelembagaan PKK berpedoman pada ketentuan Tim Penggerak PKK Pusat. (3) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan PKK Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Bagian Keempat Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan Lainnya Paragraf Kesatu Pembentukan Pasal 26 (1) Di Desa dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan lainnya selain RT, RW dan PKK. (2) Lembaga Kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain dapat berupa Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa atau sebutan lainnya. (3) Pembentukan dan nama Lembaga Kemasyarakatan selain yang dimaksud pada ayat (1) dan (2) memperhatikan usulan dari tokoh/pemuka masyarakat. (4) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan lainnya ditetapkan dengan Peraturan Desa. (5) Peraturan Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) juga mengatur tentang susunan, jumlah dan masa jabatan pengurus Lembaga Kemasyarakatan. Pasal 27 Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan lainnya didasarkan atas permohonan anggota/kelompok masyarakat. Pasal 28 Dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah Desa dapat memfasilitasi pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).

8 Pasal 29 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan yang berdasarkan atas permohonan anggota/kelompok masyarakat didasarkan atas pengajuan permohonan secara tertulis oleh anggota/kelompok masyarakat kepada Kepala Desa. (2) Berdasarkan ajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala Desa membahas dalam rapat desa dengan menghadirkan unsur Pemerintah Desa, BPD, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan dan Tokoh Masyarakat yang lain. (3) Berdasarkan persetujuan dalam rapat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan Peraturan Desa tentang pembentukan Lembaga Kemasyarakatan. Pasal 30 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dibahas dalam musyawarah tingkat desa yang dihadiri oleh unsur Pemerintah Desa, BPD, Pengurus Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Tokoh Masyarakat lainnya, yang hasilnya dituangkan dalam berita acara. (2) Berdasarkan berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk Lembaga Kemasyarakatan dengan Peraturan Desa. Paragraf Kedua Kepengurusan Pasal 31 Kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-seksi. Pasal 32 (1) Kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan lainnya yang didasarkan atas permohonan anggota/kelompok masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 untuk pertama kali disahkan dengan Keputusan Kepala Desa. (2) Pengesahan kepengurusan selanjutnya didasarkan atas hasil musyawarah anggota Lembaga Kemasyarakatan yang bersangkutan. Pasal 33 Pengurus Lembaga Kemasyarakatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 disahkan dengan Keputusan Kepala Desa atas hasil musyawarah tingkat desa. Pasal 34 Peraturan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4) memuat antara lain : a. nama Lembaga Kemasyarakatan; b. maksud dan tujuan; c. keanggotaan; d. kepengurusan; e. masa jabatan pengurus; dan f. sumber dana. Pasal 35 Yang dapat dipilih menjadi Pengurus Lembaga Kemasyarakatan lainnya adalah anggota masyarakat yang memenuhi syarat sebagai berikut : a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

9 b. setia dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Pemerintah yang sah; c. berkelakuan baik, jujur, adil, cakap, berwibawa dan penuh pengabdian terhadap masyarakat; d. berstatus sebagai penduduk Desa yang bersangkutan dan bertempat tinggal tetap; dan e. mempunyai kemampuan dan kemauan untuk bekerja dan membangun. Pasal 36 Masa jabatan Pengurus Lembaga Kemasyarakatan lainnya ditetapkan dalam Peraturan Desa. Pasal 37 Setiap berakhirnya masa jabatan kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan lainnya, Pengurus berkewajiban memberikan keterangan pertanggungjawaban atas kepengurusan dan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada anggotannya. Paragraf Ketiga Pemberhentian Pengurus Pasal 38 Pengurus Lembaga Kemasyarakatan lainnya berhenti atau diberhentikan karena : a. meninggal dunia; b. mengundurkan diri; c. berakhir masa jabatannya; dan/atau d. tidak lagi memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35. BAB IV SUMBER DANA Pasal 39 (1) Dana kegiatan Lembaga Kemasyarakatan dapat bersumber dari : a. Swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; c. Bantuan Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten; dan/atau d. Bantuan lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Pengelolaan keuangan dibukukan secara tertib dan teratur. BAB V TATA KERJA DAN HUBUNGAN KERJA Pasal 40 Dalam melaksanakan tugasnya pengurus Lembaga Kemasyarakatan mengutamakan musyawarah untuk mufakat.

10 Pasal 41 (1) Lembaga Kemasyarakatan yang ditunjuk untuk mengelola kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah, Pemerintah Propinsi, dan/atau Pemerintah Kabupaten bertanggung jawab kepada Bupati melalui Pemerintah Desa. (2) Lembaga Kemasyarakatan yang ditunjuk untuk mengelola kegiatan yang dibiayai oleh Pemerintah Desa bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Pasal 42 Hubungan kerja antara Lembaga Kemasyarakatan dengan Pemerintah Desa bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. BAB VI PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN Pasal 43 Pembinaan dan pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan dilakukan oleh Bupati, Camat dan Kepala Desa. Pasal 44 Pembinaan dan pemberdayaan terhadap Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, diarahkan kepada hal-hal sebagai berikut : a. pembangunan sumber daya manusia seutuhnya melalui penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku; b. terwujudnya peran serta masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan secara berkeadilan serta kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi segala hambatan, tantangan, ancaman dan gangguan yang muncul di desa; c. terwujudnya kondisi dan situasi lingkungan yang menjamin ketentraman dan ketertiban bagi masyarakat; d. terwujudnya sikap demokratis, adil dan obyektif di kalangan aparat pemerintah, tokoh/pemuka masyarakat dan masyarakat yang bersangkutan; e. terwujudnya komunikasi dua arah yang terpadu; f. terwujudnya persatuan dan kesatuan masyarakat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di Desa; g. terwujudnya suasana yang dapat mendorong peningkatan peranan dan fungsi Lembaga Kemasyarakatan dalam upaya : 1) meningkatkan harkat dan martabat manusia Indonesia dalam memperkuat jati diri dan kepribadian daerah dan bangsa; 2) meningkatkan sikap kerja keras, jujur, adil, disiplin dan tanggung jawab sosial, menghargai prestasi, berani bersaing, mampu bekerja sama dan menyesuaikan diri serta kreatif, untuk memajukan kehidupan masyarakat; 3) mendukung dan berpartisipasi aktif dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintah, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan pada semua tingkatan pemerintahan. Pasal 45 Dalam usaha melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Bupati, Camat dan Kepala Desa memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.

11 BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 46 Lembaga Kemasyarakatan yang diakui dan dibina oleh Pemerintah yang telah ada selama ini tetap diakui sebagai Lembaga Kemasyarakatan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Bupati ini. Pasal 47 Pengaturan mengenai Lembaga Kemasyarakatan yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Peraturan Bupati ini, masih tetap berlaku selama Peraturan Desa yang mengatur mengenai Lembaga Kemasyarakatan yang berpedoman kepada Peraturan Daerah Kabupaten Kudus Nomor 14 Tahun 2006 tentang Lembaga Kemasyarakatan dan Peraturan Bupati ini belum ditetapkan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 48 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. Pasal 49 Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Bupati Kudus Nomor 12 Tahun 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lembaga Kemasyarakatan di Desa, yang bertentangan dengan Peraturan Bupati ini dinyatakan tidak berlaku. Pasal 50 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dalam Berita Daerah Kabupaten Kudus. Ditetapkan di Kudus pada tanggal 4 April 2007 BUPATI KUDUS, Ttd. Diundangkan di Kudus pada tanggal 5 April 2007 MUHAMMAD TAMZIL SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUDUS, Ttd. BADRI HUTOMO BERITA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2007 NOMOR 8