KARAKTERISTIK BETON NON STRUKTUR DARI BAHAN LOKAL DI DISTRIK MUTING MERAUKE PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PAPUA NEUGINI

dokumen-dokumen yang mirip
SIFAT - SIFAT MORTAR DARI PASIR MERAUKE DI KABUPATEN MERAUKE PAPUA. Daud Andang Pasalli, ST., M.Eng

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Kontruksi

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Gradasi Pasir. Berat. Berat. Tertahan Tertahan Tertahan Komulatif

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Pasir Samboja dan Kerikil Dari Palu Sebagai Bahan Pembuatan Beton Normal

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus (Pasir) Tabel 1. Hasil Analisis Kadar Air Agregat Halus (Pasir)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB V HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran A Berat Jenis Pasir. Berat pasir kondisi SSD = B = 500 gram. Berat piknometer + Contoh + Air = C = 974 gram

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

STUDI ESKPERIMENTAL SETTING TIME BETON MUTU TINGGI MENGGUNAKAN ZAT ADIKTIF FOSROC SP 337 & FOSROC CONPLAST R

LAMPIRAN I PEMERIKSAAN BAHAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PERSENTASE BATU PECAH TERHADAP HARGA SATUAN CAMPURAN BETON DAN WORKABILITAS (STUDI LABORATORIUM) ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Fakultas Teknik Program Studi S-1 Teknik Sipil Laboratorium Struktrur Dan Bahan Kontruksi

1.2. Tujuan Penelitian 4

PENGGUNAAN PASIR DAN KERIKIL LOKAL DI KABUPTEN SUMENEP SEBAGAI BAHAN MATERIAL BETON DI TINJAU DARI MUTU KUAT BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Nilai kuat tekan beton rerata pada umur 28 hari dengan variasi beton SCC

Heri Sujatmiko Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB III LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A.

PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

BAB IV METODE PENELITIAN

Transkripsi:

KARAKTERISTIK BETON NON STRUKTUR DARI BAHAN LOKAL DI DISTRIK MUTING MERAUKE PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PAPUA NEUGINI Daud Andang Pasalli daudandang.pasalli@gmail.com Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Musamus ABSTRAK Pemenuhan pembangunan untuk masyarakat di Kabupaten Merauke khususnya pembangunan perumahan masyarakat dan fasilitas umum yang berada di daerah perbatasan perlu dukungan teknologi dibidang bahan bangunan guna memberikan pedoman dan masukan teknik khususnya syarat mutu dan kualitas terhadap bahan dan material yang akan digunakan dalam pembangunan perumahan dan fasilitas umum yang menggunakan beton non struktur. Agregat Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Neugini yang merupakan bahan lokal perlu pengujian untuk membuktikan secara teknis apakah memiliki sifat agregat yang baik untuk membuat beton non struktur, meliputi sifat-sifat fisika agregat antara lain berat jenis, berat satuan, gradasi, kandungan lumpur, kandungan zat organik, kekuatan/kekerasan agregat kasar, kuat tekan beton dan modulus elastisitas beton. Dalam penelitian ini digunakan Agregat Lokal di Distrik Muting-Merauke, semen Portland type I merk Semen Gresik dan air dari Loratorium Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Universitas Musamus. Untuk perancangan adukan beton ditetapkan nilai faktor air semen 0,45, 0,50 dan 0,55 serta nilai slump 10±1. Gradasi pasir dapat digolongkan ke dalam daerah III (agak halus), modulus halus butirnya berkisar 1,4-2,3. Untuk butir maximum 4,8 mm dan 2,4 mm modulus halus butirnya berturut-turut 1,96 dan 1,4. Berat satuan pasir butir maksimum 4,8 mm dan 2,4 mm berturut-turut sebesar 1,58 dan 1,56 gr/cm3. Berat jenis pasir antara 2,6-2,8 dan daya serap airnya antara 3,1 % - 4,7 %. Kadar lumpur rata-rata pasir sebesar 2,6 % dan kandungan zat organiknya rendah. Gradasi kerikil memenuhi syarat kerikil dengan besar butiran maksimum 40 mm. Modulus halus butirnya sebesar 7,3. Berat satuan kerikil sebesar 1,54. Kerikil berat jenisnya 2,4-2,5 dan daya serap air jenuh kering muka 5,4 %. Kekerasan kerikil dengan menggunakan Bejana Rudellof, sebesar 23,6 %. Ketahanan aus kerikil dengan menggunakan alat uji derak Los Angeles sebesar 46,9%. Kuat tekan silinder beton-a, beton-b dan beton-c berturut-turut sekitar 23,3 MPa - 29,7 MPa dengan berat semen/m 3 377,6 kg - 467,9 kg, 19,4 MPa - 25,1 MPa dengan berat semen/m 3 396,9 kg - 468,5 kg dan 21,9 MPa - 35,0 MPa dengan berat semen/m 3 388,9 kg - 555,1 kg. Secara umum pasir dan kerikil dari bahan lokal di Distrik Muting Merauke memiliki sifat agregat yang dapat digolongkan memenuhi sifat agregat standar, walaupun beberapa sifat agregatnya cenderung di bawah standar. Beton non struktur dari bahan lokal di Distrik Muting Merauke memiliki sifat-sifat yang baik sehingga dapat memenuhi sifat beton standar, namun kebutuhan semen/m 3 beton cenderung lebih banyak jika dibandingkan dengan beton normal. Kata kunci : pasir Muting Merauke, kerikil Muting Merauke, beton dan kuat tekan 122

PENDAHULUAN Letak geografis Kabupaten Merauke sebagai kabupaten paling timur yang berada di daerah perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Papua Neugini, dalam upaya pemenuhan pembangunan untuk masyarakat khususnya pembangunan fasilitas umum dan perumahan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, diperlukan dukungan teknologi dibidang bahan bangunan guna memberikan masukan dan pedoman teknik khususnya syarat mutu dan kualitas bahan dan material yang akan digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan beton non struktur. Penggunaan bahan dari agregat lokal merupakan agregat pengganti dari agregat halus ( pasir ) dan agregat kasar ( kerikil ) untuk beton yang akan di gunakan untuk pembangunan pekerjaan-pekerjaan beton non struktur. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis bermaksud meneliti penggunaan agregat lokal untuk membuktikan secara teknis apakah memiliki sifat agregat yang baik untuk membuat beton non struktur yang kuat. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terhadap beton non struktur yang terbuat dari agregat lokal di Distrik Muting Merauke Perbatasan Republik Indonesia dengan Papua Neugini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beton non struktur yang agregatnya terbuat dari agregat lokal Distrik Muting Merauke, yang meliputi: Mengetahui sifat-sifat fisika dari agregat antara lain berat jenis, berat satuan, gradasi, kandungan lumpur, kandungan zat organik, kekuatan/ kekerasan agregat kasar, bentuk agregat dan tekstur permukaan agregat. Mengetahui sifat-sifat mekanika beton yang agregatnya terbuat dari agregat lokal tersebut antara lain kuat tekan dan modulus elastisitas. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam pemamfaatan agregat lokal di Kabupaten Merauke dan diharapkan dapat menunjang percepatan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Merauke khususnya pembangunan perumahan masyarakat dan fasilitas umum. Penelitian ini hanya terbatas pada agregat lokal yang berasal dari Distrik Muting Kabupaten Merauke Perbatasan Republik Indonesia - Papua Neugini 123

TINJAUAN PUSTAKA Pada tahun 2008 dilakukan penelitian pada beton dari pasir Pulau Pecinan dan kerikil dari Sungai Batanghari Wilayah Muara Tebo Kabupaten Tebo. Dari penelitian tersebut diperoleh pada faktor air semen 0,4 dan nilai slump 6 ±2 diperoleh kuat tekan selinder beton sekitar 42,490 MPa sampai 42,747 MPa ( Suryadi, N., 2008 ). Pada tahun 2002 dilakukan penelitian pada beton dari pasir Merapi dan kerikil dari Sungai Progo. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh hubungan antara kuat tekan, slump, faktor-airsemen, dan jumlah semen pada adukan beton dengan agregat kerikil maksimum 40 mm (Anshori,A., Suryatni,B.N., Ruliyanto,A., Widodo,C.H., Abidin,M.R., 2002, dalam Tjokrodimuljo, K., 2007). Dari diagram hubungan tersebut diperoleh pada faktor air semen 0,45 dan nilai slump 10±1 diperoleh berat semen tiap meter kubik sekitar 350 kg dan kuat tekan selinder beton sekitar 34 MPa. METODE PENELITIAN A. Landasan Teori 1. Bahan Dasar Beton Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70 % dari volume mortar atau beton ( Tjokrodimuljo, 2007 ). Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian pentingdalam pembuatan mortar atau beton.dalam pelaksanaannya agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok ( Tjokrodimuljo, 2007 ) yaitu batu, untuk besar butiran lebih dari 40 mm, kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm dan pasir untuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm. Perbedaan komposisi kimia semen Portland yang dilakukan dengan cara mengubah persentase 4 komponen utama semen, dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Sesuai dengan tujuan pemakaiannya semen portland di Indonesia (Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, Bahan Bangunan Bukan Logam, SK SNI S-04-1989-F) dibagi menjadi 5 jenis. Di antaranya adalah Jenis I Semen portland untuk konstruksi umum, yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis lain. Air sebagai bahan bangunan sebaiknya memenuhi syarat sebagai berikut ( Standar SK SNI S-04-1989-F, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A) 124

(Tjokrodimuljo, 2007).Air harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda melayang lainnya yang dapat dilihat secara visual. Benda-benda tersuspensi ini tidak boleh lebih dari 2 gram per liter, tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak beton ( asam, zat organik, dan sebagainya ) lebih dari 15 gram per liter, tidak mengandung khlorida ( Cl ) lebih dari 0,5 gram per liter, khusus untuk beton prategang kandungan khlorida tidak boleh lebih dari 0,05 gram per liter dan tidak mengandung senyawa sulfat ( sebagai SO3 ) lebih dari 1 gram per liter 2. Beton Secara umum beton adalah bahan bangunan yang dibuat dari air, semen Portland, agregat halus, dan agregat kasar, yang bersifat keras seperti batuan, Beton normal diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, dan agregat, adapun untuk jenis beton khusus ( selain beton normal ) ditambahkan bahan tambah, misalnya pozolan, bahan kimia pembantu, serat, dan sebagainya. Tujuan pemberian bahan tambah ialah untuk menghasilkan beton khusus yang lebih baik dari beton normal ( Tjokrodimuljo, 2007 ). Pada dasarnya kuat tekan beton tergantung pada 3 hal (Tjokrodimuljo, 2007) yaitu Kekuatan pasta (air dan semen), daya rekat antara pasta dan permukaan butir butir agregat dan kuat tekan agregat. Dari ke-tiga butir tersebut, biasanya secara rinci diuraikan bahwa kuat tekan beton dipengaruhi oleh faktor faktor berikut umur beton, faktor air semen, kepadatan, jumlah pasta semen dan jenis semen. METODE PENELITIAN A. Bahan dan Alat Semen portland yang digunakan adalah semen jenis I yang di produksi oleh PT. Semen Gresik, berat 50 kg/sak.agregat yang digunakan adalah Agregat Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke perbatasan Republik Indonesia dan Papua Neugini. Gambar 1. Agregat Lokal di Distrik Muting-Merauke Air untuk pembuatan benda uji diambil dari air bersih Laboratorium Teknik Sipil 125

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Musamus Merauke. Benda uji untuk beton adalah silinder dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm. Peralatan untuk pembuatan benda uji berupa cetakan silinder beton. Peralatan untuk pengujian benda uji berupa alat uji kuat tekan beton. B. Jalan Penelitian Tahap persiapan bahan meliputi pemeriksaan sifat-sifat fisika agregat, pemeriksaan gradasi agregat, pemeriksaan berat satuan, pemeriksaan berat jenis, pemeriksaan kandungan lumpur, pemeriksaan kandungan organik dan Kekuatan/Kekerasan agregat, pemeriksaan kandungan kimia agregat. Kemudian dilanjutkan dengan tahapan perancangan bahan, tahapan pembuatan benda uji, tahapan perawatan benda uji dan tahapan pengujian benda uji ( lihat Tabel 1 ). Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi variasi campuran adukan semen dan agregat untuk mendapatkan hubungan antara kuat tekan dan faktor air semen pada slump yang sama. Tabel 1. Bahan dan jenis benda uji Bahan Jenis/Type Juml ah baha n Perbandingan volume pasir : semen Pasir Butir maksimum 4,8 mm 1 Butir maksimum 2,4 mm 1 Kerikil Kerikil merah dan putih 1 Kerikil merah 1 Kerikil putih 1 Mortar A butir maksimum 4,8 mm 60 1 : 2 sampai 1 : 6 B butir maksimum 2,4 mm 72 1 : 2 sampai 1 : 7 Beton Faktor air semen A pasir dan kerikil merah campur putih 9 0,45, 0,50 dan 0,55 B pasir dan kerikil merah 9 0,45, 0,50 dan 0,55 C pasir dan kerikil putih 9 0,45, 0,50 dan 0,55 126

C. Cara Analisis Cara analisis pemeriksaan hasil pengujian meliputi : 1. Berat Jenis Agregat Berat jenis = B 2 B 3 + B 0 B 1 dengan : B0 = Berat benda uji dalam keadaan jenuh kering muka B1 = Berat piknometer + air + agregat B2 = Berat agregat kering oven B3 = Berat piknometer berisi air 2. Berat Satuan Agregat Berat satuan = B p B bj V bj dengan : Bp = Berat bejana berisi agregat Bbj = Berat bejana kosong Vbj = Volume bejana/tabung agregat 3. Kandungan Lumpur Kandungan lumpur = B k B 2 B k x 100% dengan : Bk = Berat agregat kering oven B2 = Berat agregat kering oven, setelah dicuci 4. Berat Jenis Beton Berat jenis = W k/s V k/s dengan : Wk/s = Berat kubus/selinder Vk/s = Volume kubus/selinder 5. Kuat Tekan Beton Nilai kuat tekan beton/mortar dapat diperoleh dengan rumus : f c = P maks A dengan : fc Pmaks = Kuat tekan, MPa = Beban maksimum, N A = Luas bidang tekan, mm 2 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Agregat 1. Pasir Lokal di Distrik Muting Merauke a. Gradasi dan modulus halus butir Berdasarkan SK-SNI-03-2847-2002 terlihat bahwa gradasi pasir mempunyai kecenderungan digolongkan ke dalam daerah III yaitu pasir dengan butiran agak halus ( namun sebagian keluar dari batas ) serta nilai modulus halus butir berkisar antara 1,444-1,96. Pasir dengan butir-butir maximum 4,8 mm dan 2,4 mm nilai modulus halus butirnya berturut-turut sebesar 1,96 dan 1,444. b. Berat satuan pasir Berat satuan pasir dengan butir-butir maksimum 4,8 mm sebesar 1,582 gr/cm3 dan butir-butir maksimum 2,4 mm sebesar 1,557 gr/cm3. Berdasarkan berat satuannya pasir termasuk agregat normal. Berat satuan pasir normal berkisar antara 1,5 1,8 ( Tjokrodimuljo, 2007). 127

Berat butir yang lewat ayakn ( % ) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 100 80 60 Pasir Merauke max 4,8 mm Pasir Merauke max 2,4 mm Batas bawah pasir kasar 40 Batas atas pasir kasar Batas bawah pasir agak kasar Batas atas pasir agak kasar 20 Batas bawah pasir agak halus Batas atas pasir agak halus Batas bawah pasir halus Batas atas pasir halus 0 0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 Lubang ayakan ( mm ) Gambar 2. Gradasi pasir butir-butir maximum 4,8 mm dan 2,4 mm terhadap gradasi pasir standar c. Berat jenis dan daya serap pasir Berat jenis pasir antara 2,6 sampai 2,8 dan daya serap air pasir Merauke antara 3,1 % sampai 4,7 %. Agregat normal berat jenisnya antara 2,5 2,7 (Tjokrodimuljo, 2007), dengan demikian pasir termasuk pasir normal. Pasir dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,3 mm berat jenisnya antara 3,03 sampai 3,11 dan daya serap airnya 3,29 %. Agregat berat berberat jenis lebih dari 2,8 (Tjokrodimuljo, 2007), dengan demikian pasir dengan butiran lebih kecil dari 0,3 mm termasuk agregat berat. d. Kandungan lumpur pasir Kadar lumpur rata-rata sebesar 2,62 % Menurut Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 1982 ( PUBI-1982 ) berat bagian yang lewat ayakan no.200 ( 0,074 mm ) untuk pasir maksimum 5%. Berdasarkan persyaratan umum tersebut maka pasir yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk bahan adukan mortar dan beton. e. Kandungan zat organik Pasir setelah direndam dengan larutan NaOH 3% selama 24 jam, 128

Berat butir yang lewat ayakan ( % ) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 warna cairan benda uji hampir sama dari warna larutan pembanding, berarti kandungan zat organik dalam pasir rendah, maka pasir dapat digunakan digunakan. 2. Kerikil Lokal di Distrik Muting Merauke a. Gradasi dan modulus halus butir Gradasi kerikil merah campur putih, kerikil merah, kerikil putih memenuhi syarat kerikil dengan besar butiran maksimum 40 mm. Modulus halus butir kerikil merah campur putih sebesar 7,279, kerikil merah sebesar 7,1038, kerikil putih sebesar 7,410. Dengan demikian kerikil Merauke termasuk kerikil normal yang berkisar 6 8 ( walaupun kerikil putih butiran 5 10 mm agak kurang sedikit ). 100 80 60 Kerikil merah dan putih kerikil merah Kerikil putih Batas bawah 40 mm Batas atas 40 mm Batas bawah 20 mm Batas atas 20 mm 40 20 0 5 10 20 40 Lubang ayakan ( mm ) Gambar 3. Gradasi kerikil merah campur putih, kerikil merah dan kerikil putih terhadap gradasi kerikil satndar Berat satuan Berat satuan kerikil merah dan putih sebesar 1,544, kerikil merah sebesar 1,551, kerikil putih sebesar 1,512, dengan demikian kerikil Merauke termasuk kerikil normal berat satuannya berkisar 1,5 1,8 ( Tjokrodimuljo, 2007 ). c. Berat jenis dan daya serap Kerikil merah dan putih mempunyai berat jenis kering mutlak 2,4303, berat jenis jenuh kering muka 2,5541 dan daya serap air jenuh kering muka 5,3547 %. 129

Kerikil merah mempunyai berat jenis kering mutlak 2,5820, berat jenis jenuh kering muka 2,7320 dan daya serap air jenuh kering muka 5,8092 %. Kerikil putih mempunyai berat jenis kering mutlak 2,4501, berat jenis jenuh kering muka 2,5231 dan daya serap air jenuh kering muka 2,9811 %. Dengan demikian kerikil Merauke termasuk agregat normal berat jenisnya antara 2,5 2,7, walaupun agak kurang sedikit. d. Kekerasan agregat kasar Kekerasan agregat dengan menggunakan Bejana Rudellof, bagian yang hancur lewat ayakan 2 mm setelah ditekan kerikil merah dan putih sebesra sebesar 23,572 %, kerikil merah sebesar 22,792 %, kerikil putih sebesar 21,34 %, dengan demikian agregat kasar Merauke memenuhi syarat beton kelas II dengan mutu K.125 K.225 ( fc = 10 20 MPa ) menurut SNI 03-6861.1-2002. e. Ketahanan aus agregat Ketahanan aus agregat dengan menggunakan alat uji derak Los Angeles, bagian yang hancur adalah untuk kerikil merah campur putih sebesar 46,9%, kerikil merah sebesar 46,5%, kerikil putih sebesar 49,4 %, dengan demikian kerikil Merauke memenuhi syarat beton kelas I dengan mutu di bawah K. 125 ( fc < 10 MPa ) menurut SNI 03-6861.1-2002. B. Beton 1. Gradasi Agregat Campuran Beton Gradasi agregat campuran beton pasir 25% dan kerikil 75 % serta modulus halus butir agregat campuran untuk beton- A sebesar 6,031, beton-b sebesar 5,899 dan beton-c sebesar 6,121. Diagram beton-a ditengah diagram standar namun keluar sedikit pada lubang 0,15 mm. Diagram beton-b berada di tengah diagram standar namun keluar sedikit pada lubang 20 mm dan 0,15 mm. Diagram beton-c di tengah diagram standar namun keluar sedikit pada lubang 10 mm dan 0,15 mm. 130

Berat butir yang lewat ayakan ( % ) Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 100 80 Beton - A Beton - B Beton - C Kurva 1 60 40 20 0 0.15 0.3 0.6 1.2 2.4 4.8 9.6 19.2 38.4 Lubang ayakan ( mm ) Gambar 4. Gradasi agregat campuran beton A, B dan C terhadap gradasi agregat campuran standar maksimum butir 40 mm. 2. Berat Jenis Berat jenis selinder beton-a berkisar antara 2,390 2,421. Berat jenis selinder beton-b berkisar antara 2,410 2,421. Berat jenis selinder beton-c berkisar antara 2,344 2,390. Berat jenis beton normal anatara 2,3 2,4 ( Tjokrodimuljo, 2007 ), jadi berdasarkan berat jenisnya beton-a, beton-b dan beton-c termasuk beton normal. 131

Kuat tekan selinder beton, MPa Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 3. Kuat Tekan Selinder Beton 40 35 30 25 20 Beton - A Beton - B Beton - C Beton - A y = 88,06e -2,43x R² = 0,844 Beton - B y = 79,58e -2,55x R² = 0,863 Beton - C y = 290,0e -4,68x R² = 0,904 15 0.4 0.45 0.5 0.55 0.6 Faktor air semen Gambar 5. Hubungan faktor air semen dan kuat tekan selinder beton A, B dan C 4. Modulus Elastisitas Beton Dari diagram tegangan regangan, hubungan kuat tekan dan modolus elastisitas beton diperoleh modulus elastisitas beton-a berkisar antara 20634,49 sampai 23764,05, modulus elastisitas beton-b berkisar antara 18947,40 sampai 21460,57, modulus elastisitas beton-c berkisar antara 20013,80 sampai 26084,6. C. Hubungan Faktor Air Semen Dengan Kuat Tekan Beton Hubungan faktor air semen dengan kuat tekan beton-a, beton-b dan beton-c, r-b terlihat pada Gambar 8. Beton-A, Beton-B dan Beton-C benda ujinya adalah berupa silinder diameter 150 mm tinggi 300 mm. 132

Kuat tekan beton, MPa Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 60 Beton - A y = 88,06e -2,43x R² = 0,844 Beton - B y = 79,58e -2,55x R² = 0,863 Beton - C y = 290,0e -4,68x R² = 0,904 50 40 30 20 SNI Beton-C Beton-A Beton-B Beton-A ( Silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) Beton-B ( Silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) Beton-C ( Silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) 10 0 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Faktor air semen Gambar 6. Hubungan faktor air semen dengan kuat tekan selinder beton-a, beton-b, dan beton-c Tabel 2. Faktor air semen dan kuat tekan beton Faktor air semen Kuat tekan silinder beton-a ( MPa ) Kuat tekan silinder beton-b ( MPa ) Kuat tekan silinder beton-c ( MPa ) Perbandi ngan volume pasir : semen untuk mortar Kuat tekan mortar- A ( MPa ) Kuat tekan mortar- B ( MPa ) 0,45 29,724 25,100 35,008 0,49 1 : 2 35,579 31,539 0,50 25,505 22,458 28,249 0,55 23,302 19,444 21,890 0,662 1 : 3 19,002 0,675 1 : 3 17,071 0,86 1 : 4 11,552 0,89 1 : 4 10,072 1,07 1 : 5 7,513 1,09 1 : 5 6,132 1,25 1 : 6 5,527 5,612 1,492 1 : 7 2,706 133

Kuat tekan beton, MPa Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 D. Hubungan Berat Semen Dengan Kuat Tekan Beton Hubungan berat semen tiap satu meter kubik beton dengan kuat tekan beton-a, beton- B dan beton-c terlihat pada Gambar 9. Beton-A, Beton-B dan Beton-C benda ujinya adalah berupa silinder diameter 150 mm tinggi 300 mm. Tabel 3. Berat semen tiap satu meter kubik beton dan kuat tekan beton Berat semen tiap satu meter kubik beton/mortar ( kg ) Mortar Beton Beton -B -A -B Mortar -A 575,718 593,19 Beton -C Mortar -A Kuat tekan ( MPa) Beton -A Mortar -B Beton -B 467,8 7 468,5 555,1 35,579 31,539 29,7 25,1 Beton -C 35,00 8 28,24 9 418,69 420,104 435,9 432,8 459,2 17,071 19,002 25,5 22,4 388,8 321,32 319,26 377,5 396,8 8 10,072 11,552 23,3 19,44 21,89 262,79 258,5 7,513 6,132 215,26 229,1 5,527 5,612 187,82 2,707 40 35 30 Beton-C 25 20 15 Beton-A Beton-B 10 5 Beton-A ( silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) Beton-B ( silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) Beton-C ( silinder diameter 150 mm, tinggi 300 mm ) 0 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400 425 450 475 500 525 550 575 600 Berat semen tiap satu meter kubik beton, kg Gambar 7. Hubungan berat semen tiap meter kubik beton dengan kuat tekan selinder beton. 134

PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pasir Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke Provinsi Papua. a. Gradasi dan modulus halus butir pasir mempunyai kecenderungan digolongkan ke dalam daerah III yaitu pasir dengan butiran agak halus ( namun sebagian keluar dari batas ). Pasir dengan butir-butir maximum 4,8 mm nilai modulus halus butirnya sebesar 1,96 dan butir-butir maximum 2,4 mm nilai modulus halus butirnya sebesar 1,444. b. Berat satuan pasir dengan butir-butir maksimum 4,8 mm sebesar 1,582 gr/cm3 dan butir-butir maksimum 2,4 mm sebesar 1,557 gr/cm3. c. Berat jenis pasir antara 2,6 sampai 2,8 dan daya serap air pasir antara 3,1 % sampai 4,7 % termasuk pasir normal. Pasir dengan diameter butiran lebih kecil dari 0,3 mm berat jenisnya antara 3,03 sampai 3,11 dan daya serap airnya 3,29 % termasuk agregat berat. d. Kandungan lumpur pasir rata-rata sebesar 2,62 %, maka pasir yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi syarat untuk bahan adukan mortar dan beton. e. Kandungan zat organik pasir setelah direndam dengan larutan NaOH 3% selama 24 jam, warna cairan benda uji hampir sama dari warna larutan pembanding, berarti kandungan zat organik dalam pasir rendah, maka pasir dapat digunakan. 2. Kerikil Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke Provinsi Papua. a. Gradasi kerikil merah campur putih, kerikil merah, dan kerikil putih memenuhi syarat kerikil dengan besar butir maksimum 40 mm, walaupun untuk kerikil putih butiran 5 10 mm agak kurang sedikit. Nilai modulus halus butir kerikil merah campur putih sebesar 7,279, kerikil merah 7,1038 serta kerikil putih 7,410 termasuk kerikil normal. b. Berat satuan kerikil merah campur putih sebesar 1,544, kerikil merah 1,551 dan kerikil putih 1,512. Berdasarkan berat satuannya kerikil merah campur putih, kerikil merah dan kerikil putih termasuk kerikil normal. c. Kerikil merah campur putih mempunyai berat jenis kering mutlak 2,4303, berat jenis jenuh kering muka 2,5541 dan daya serap air 135

jenuh kering muka 5,3547 %.Kerikil merah mempunyai berat jenis kering mutlak 2,5820, berat jenis jenuh kering muka 2,7320 dan daya serap air jenuh kering muka 5,8092 %. Kerikil putih mempunyai berat jenis kering mutlak 2,4501, berat jenis jenuh kering muka 2,5231 dan daya serap air jenuh kering muka 2,9811. Kerikil merah campur putih, kerikil merah dan kerikil putih termasuk agregat normal. d. Kekerasan kerikil merah campur putih, kerikil merah, dan kerikil putih dengan menggunakan Bejana Rudellof, diketahui bagian yang hancur lewat ayakan 2 mm setelah ditekan masing-masing sebesar 23,572 %, 22,792% dan 21,34%, dengan demikian memenuhi syarat beton kelas II dengan mutu K.125 K.225 ( fc = 10 20 MPa ) e. Ketahanan aus kerikil merah campur putih, kerikil merah, dan kerikil putih dengan menggunakan alat uji derak Los Angeles, diketahui bagian yang hancur masing-masing sebesar 46,9%, 46,5% dan 49,4%, dengan demikian memenuhi syarat beton kelas I dengan mutu di bawah K. 125 ( fc < 10 MPa ). 3. Beton ( campuran pasir dan kerikil merah campur putih ) a. Gradasi agregat campuran beton- A pasir 25% dan kerikil merah campur putih 75 % serta modulus halus butir agregat campuran 6,031, memenuhi syarat gradasi agregat campuran standar maksimum butir 40 mm, namun keluar sedikit pada lubang 0,15 mm. b. Berat jenis selinder beton-a berkisar antara 2,390 2,421, termasuk beton normal. c. Sifat-sifat beton-a terlihat bahwa pada faktor air semen 0,45 dan nilai slump 9,5 diperoleh berat semen tiap satu meter kubik beton 467,876 kg serta kuat tekan selinder beton 29,724 MPa. Pada faktor air semen 0,50 dan nilai slump 11 diperoleh berat semen tiap satu meter kubik beton 435,941 kg serta kuat tekan selinder beton 25,505 MPa. Pada faktor air semen 0,55 dan nilai slump 9 diperoleh berat semen tiap satu meter kubik beton 377,572 kg serta kuat tekan selinder beton 23,302 MPa. 4. Secara umum Agregat Lokal dari Distrik Muting Merauke memiliki sifatsifat agregat yang baik dan dapat digolongkan memenuhi sifat agregat standar, walaupun beberapa sifat 136

agregatnya cenderung di bawah standart. 5. Secara umum beton dari Agregat Lokal di Distrik Muting Merauke memiliki sifat-sifat yang baik sehingga dapat memenuhi sifat beton non struktur standar, namum cenderung kebutuhan semen tiap meter kubiknya lebik besar jika dibandingkan dengan beton normal. B. Saran 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam pemamfaatan agregat lokal di Kabupaten Merauke dan diharapkan dapat menunjang percepatan pembangunan infrastruktur di Kabupaten Merauke. Sehingga dalam fungsinya sebagai bahan bangunan Agregat Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke sebagai sumber daya alam lokal dapat dimamfaatkan secara maksimal dengan tetap berdasarkan pada syarat-syarat teknis yang ada. 2. Perlu sosialisasi dan penyebarluasan informasi bahwa Agregat Lokal di Distrik Muting Kabupaten Merauke Papua dapat digunakan pasir dan kerikilnya untuk membuat beton non struktur namun kebutuhan berat semennya tiap satu meter kubik cenderung lebih banyak. 3. Kemahalan harga yang ada akibat pasir dan batu pecah yang didatangkan ke Kabupaten Merauke dan ketersediaan agregat kasar yang sangat terbatas berkisar 23 % dari berat keseluruhan satu volume tertentu agregat Lokal di Distrik Muting Merauke, sehingga perlu dikembangkan penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan dapat digunakannya Agregat local di Distrik Muting untuk beton non struktur pada keadaan lokal Kabupaten Merauke dengan tetap berpedoman pada aturan teknis yang ada misalnya batasan kuat tekan yang diijinkan. DAFTAR PUSTAKA 1. SK SNI S-04-1989-F, Standar, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (Bahan Bangunan Bukan Logam ). 2. SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. 3. SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A ( Bahan Bangunan Bukan Logam ). 4. Suryadi, N., 2008, Pemamfaatan Pasir Pulau Pecinan Dan Kerikil Sungai Batanghari Wilayah Muara Tebo Kabupaten Tebo Untuk Pembuatan Beton Normal, Tesis, Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 5. Tjokrodimuljo, K., 2007, Teknologi Beton, Edisi Pertama, Biro Penerbit, Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada. 137