PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA. Irham Hosni

dokumen-dokumen yang mirip
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah bagian dari masyarakat

Prinsip dasar pembelajaran bagi anak tunanetra. Azas kekonkritan Azas kesatuan Aktivitas mandiri Media pembelajaran

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

MEMANDIRIKAN ANAK TUNANETRA DALAM KEGIATAN KEHIDUPAN SEHARI HARI (ACTIVITY OF DAILY LIVING) DI ASRAMA KENARI PSBN WYATA GUNA BANDUNG

OLEH AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan tentang modifikasi perilaku

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sri Hani Widiyanty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang (RSCN) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

LAYANAN TERPADU LOW VISION DALAM MENDUKUNG INKLUSI

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu sistem yang telah diatur dalam undang-undang. Tujuan pendidikan nasional

2015 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MAKAN BERSAMA PADA REMAJA TUNANETRA DI KELAS IX SMPLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit untuk mencapai perkembangan yang optimal. kebutuhanya serta menjalankan kegiatan sehari-hari membutuhkan

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari komunikasi massa. Sesuai dengan definisi komunikasi massa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan melakukan aktivitas secara mandiri. pembentukan pengertian dan belajar moral (Simanjuntak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejarah aktivitas manusia berkomunikasi timbul sejak manusia diciptakan

BAB I PENDAHULUAN. ada kecacatan. Setiap manusia juga ingin memiliki tubuh dan alat indera yang

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM NON FORMAL BAGI PENYANDANG TUNANETRA DI PANTI TUNANETRA DAN TUNARUNGU WICARA DISTRARASTRA PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP DASAR LOW VISION DAN KEBUTUHAN LAYANANNYA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Sari Peranginangin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS OLEH: ASTATI

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Bandung A. Kepala Dinas B. Sekretariat

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA SILABUS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN ATAS UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL PENYANDANG CACAT

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

Program Bimbingan Perkembangan Kompetensi Sosial Bagi Anak Tunanetra

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 8 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL,PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam kegiatan studi

KETERAMPILAN DASAR DALAM PENANGANAN PENYANDANG LOW VISION. Irham Hosni PLB FIP UPI PUSAT PELAYANAN TERPADU LOW VISION BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

INTELIGENSI (IQ) KURANG DARI 70 PADA SKALA BINET

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR BIASA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. tiap tahunnya, hal ini ditandai dengan prestasi anak bangsa yang sudah mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Matematika terdiri dari beberapa komponen yang. serta sifat penalaran matematika yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Sebagai makhluk individu ia memiliki sifat dan ciri-ciri yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III ANALISA MASALAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Husni Umakhir Gitardiana, 2013

KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA DI PANTI SOSIAL BINA NETRA DEPARTEMEN SOSIAL RI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik maupun mental. Semua perubahan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis proses dari pelaksanaan bimbingan dan konseling islam dengan

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA

PEMBERDAYAAN BAGI PENYANDANG TUNANETRA GUNA MENINGKATKAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA (Studi Pada UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kecacatan dalam fisik menetap. Menurut Assjari, istilah tuna daksa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa anak berkebutuhan

Pengembangan LKS Berbasis Contextual Teaching and Learning Materi Hama dan Penyakit Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan bersama

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB III METODE PENELITIAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

Latihan Sensitivitas Proprioseptic Menggunakan Tongkat Beroda pada Anak Tunanetra

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

Perda Kab. Belitung No. 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi obyektif kemampuan keselamatan diri siswa tunanetra kelas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSAMAAN AKSESIBILITAS BAGI PENYANDANG CACAT Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 4 TAHUN 2004 T E N T A N G

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI (KKS) PENYANDANG TUNANETRA Irham Hosni A. Latar Belakang Kecacatnetraan mengakibatkan seseorang memiliki keterbatasan, antara lain keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Oleh sebab itu bimbingan Keterampilan Kehidupan Sehari-hari (KKS) merupakan salah satu unsur penting yang tidak dapat dipisahkan dalam upaya pelayanan pendidikan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang tunanetra netra. Penguasaan KKS dapat menentukan keberhasilan tunanetra dalam mengikuti proses pelayanan pendidikan dan rehabilitasi sosial di sekolah, panti maupun kehidupan yang lebih luas dalam masyarakat. Bimbingan KKS diberikan melalui pemberian informasi dan pembelajaran kepada penyandang tuna netra tentang bagaimana melakukan suatu aktivitas dengan aman, nyaman, dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya. Makalah ini merupakan pokok-pokok pikiran dalam memberikan materi KKS. Pembimbing dapat memberikan bimbingan KKS dengan berdasarkan prinsip dan strategi yang tepat sesuai dengan tingkat penguasaan dan kebutuhan kelayan. Disamping itu, pembimbing dapat mengembangkan kurikulum sendiri disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah dan panti. B. Ruang Lingkup Materi Bimbingan Ruang lingkup materi bimbingan KKS meliputi: 1. Keterampilan yang berhubungan dengan mempertahankan kehidupan di masyarakat (Community survival skills) 2. Keterampilan yang berhubungan dengan memelihara diri 3. Keterampilan yang berhubungan dengan hubungan antar pribadi 4. Keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan Bagaimana dan materi apa yang harus diberikan agar mencapai ke empat keterampilan tersebut? Materi bimbingan tersebut secara rinci dapat 1

dikembangkan sendiri sesuai dengan tututan budaya lingkungan dan mengarah kepada penguasaan ke empat keterampilan tersebut diatas. Bila anak tunanetra telah memiliki keterampilan tersebut diatas, kami yakin anak tunanetra tersebut dapat mandiri, tidak banyak tergantung pada orang lain dan dapat diterima oleh lingungannya. C. Sasaran Sasaran Makalah KKS ini adalah : 1. Para pembimbing dapat menyampaikan materi bimbingan KKS secara sistematis, terprogram, dan terarah dengan metode dan strategi pendekatan sesuai kemampuan, umur, dan kondisi penglihatan penyandang tunanetra. 2. Para kelayan dapat menerima bimbingan KKS secara sistematis, terarah, dan sesuai dengan kebutuhannya. D. Pengertian Keterampilan Kehidupan Sehari-hari (KKS) dalam bahasa Inggrisnya dikenal dengan Daily Living Skills (DLS) atau Activity of Daily Living (ADL) merupakan keterampilan yang secara rutin dilakukan oleh seseorang dalam kehidupannya. Keterampilan Kehidupan Sehari-hari (KKS) adalah keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari tanpa bantuan atau tanpa banyak dibantu orang lain. Keterampilan yang termasuk dalam KKS adalah keterampilan yang secara rutin dibutuhkan agar penyandang cacat netra menjadi manusia yang mandiri dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya. E. Tujuan Umum Secara umum, tujuan dilaksanakannya bimbingan KKS agar kelayan : 1. Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari tanpa banyak mendapat bantuan dari orang disekitarnya. 2. Memahami fungsi KKS dalam kehidupannya. 3. Percaya diri sehingga mampu berintegrasi secara sosial. 2

4. Dapat mengembangkan hubungan pribadi dan keluarga yang sehat 5. Belajar mengatur diri dan rumah secara alamiah dan logis. 6. Sadar akan pentingnya keselamatan dalam rumah 7. Tidak selalu bergantung pada orang lain 8. Mengembangkan citra diri yang positif. F. Tujuan Khusus Pemberian pelayanan bimbingan dan rehabilitasi sosial di Panti atau Institusi Pelayanan dibagi menjadi 3 bagian, maka secara khusus tujuan diberikannya materi bimbingan KKS adalah : 1. Tahap Observasi a. Memberikan keterampilan kehidupan sehari-hari yang paling dasar sehingga kelayan mampu secara cepat melaksanakan aktivitasnya tanpa banyak bergantung pada orang lain. b. Sejalan dengan hal di atas, selama observasi ini pembimbing sudah mendapatkan data tentang KKS yang telah dan belum dikuasai, serta yang dibutuhkan oleh kelayan. c. Pembimbing menetapkan dan merekomendasikan jenis keterampilan yang perlu diberikan dan diprioritaskan sebelum kelayan memasuki program rehabilitasi. 2. Tahap Rehabilitasi a. Memberikan KKS yang belum dikuasai dan dibutuhkan Kelayan berdasarkan rekomendasi pembimbing program observasi 3

b. Pada program ini kelayan dapat menguasai seluruh jenis KKS yang ada di kurikulum dan dibutuhkan oleh kelayan. c. Penguasaan KKS pada program rehabilitasi masih harus dimonitor oleh pembimbing. 3. Tahap Resosialisasi a. Kelayan dapat mempraktekkan KKS dalam situasi yang sebenarnya. b. Tugas praktek bimbingan KKS harus terintegrasi secara penuh dalam kehidupan kelayan sehari-hari di dalam panti, di luar panti dan di masyarakat. c. Dalam melaksanakan KKS hendaknya kelayan harus selalu mengadakan hubungan (kontak) dengan lingkungannya (masyarakat) G. Cara tunanetra mempelajari KKS Secara umum seseorang belajar KKS melalui imitasi atau mencontoh orang lain. Orang awas mempelajari KKS melalui penglihatan dan dipelajari secara tidak sengaja (insidental). Seseorang yang memiliki hambatan penglihatan (penyandang cacat netra) tidak memiliki kesempatan untuk belajar keterampilan secara alamiah seperti orang awas. Oleh karena itu KKS menjadi bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam program rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat netra. H. Faktor yang harus diperhatikan dalam memberikan bimbingan KKS. 4

a. Sikap keluarga Sebagian anggota keluarga merasa bahwa penyandang cacat netra merupakan tanggung jawab mereka, sehingga apapun usaha pembimbing dalam memberikan bimbingan KKS harus memperhatikan daerah asal, kemauan dan kesiapan keluarga tersebut. b. Lingkungan Apapun bentuk KKS yang akan diberikan di lembaga/institusi harus sesuai dengan lingkungan daerah asal dan kebutuhan kelayan bila nanti kembali ke lingkungannya. Hal ini karena penyandang cacat netra yang telah selesai mengikuti seluruh program pelayanan dan rehabilitasi sosial harus kembali ke lingkungan keluarga maupun masyarakat. c. Tingkat penglihatan Sebagian besar penyandang cacat netra masih memiliki sisa penglihatan. 60% dari jumlah penyandang cacat netra masih dapat menggunakan matanya untuk membaca dan menulis awas dengan dan atau tanpa alat bantu penglihatan. Oleh karena itu pembimbing perlu memperhatikan bahwa sekecil apapun sisa penglihatan kelayan masih dapat digunakan untuk membantu melaksanakan kegiatan KKS. Assesmen tentang penglihatan fungsional perlu dilakukan dan didorong terus agar kelayan menggunakan sisa penglihatannya secara optimal dalam KKS. d. Kemampuan mobilitas Dalam kehidupan sehari-hari penyandang cacat netra tergantung dari kemampuannya dalam bergerak secara mandiri. Program bimbingan KKS yang baik akan selalu berkaitan dengan program pengembangan Orientasi dan Mobilitas. e. Minat penyandang cacat netra. Penyandang cacat netra sering menunjukkan kurang berminat untuk mempelajari suatu keterampilan. Pengalaman dari lingkungan sehari-hari akan meningkatkan minat untuk keluar dari keterbatasannya dan berpartisipasi dalam program bimbingan KKS. 5

I. Bimbingan KKS a. Dalam memberikan bimbingan KKS, pembimbing harus menggunakan pendekatan analisa tugas, yaitu memecah satu tugas keterampilan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diajarkan/dilatihkan. b. Bimbingan KKS harus dimulai dari materi yang mudah sampai ke materi yang sulit dan kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, dan dari yang dekat dengan dirinya dan dibutuhkan, ke yang jauh dari dirinya dan kurang dibutuhkan. c. Bimbingan harus mengarah pada bagaimana KKS tersebut dikuasai secara mandiri dan sedapat mungkin memiliki kualitas seperti kemampuan orang awas. d. Pembimbing KKS harus mengembangkan kemampuan penyandang cacat netra untuk belajar sendiri dan menggunakan pengalamannya. e. Sebelum masuk kedalam bimbingan KKS, penyandang cacat netra membutuhkan kemampuan manipulasi tactual (mengenal sesuatu melalui gerakan tangan dan perabaan), kemampuan koordinasi tangan dan tubuh, serta membutuhkan informasi lingkungan yang lengkap. Karena itu keterampilan tersebut harus dikembangkan dan dilatihkan terlebih dahulu. f. Dalam mempelajari KKS, pembimbing harus selalu memperhatikan kemampuan dan kecepatan masing-masing kelayan dan berusaha untuk mencapai hasil yang maksimal. g. Selain dilaksanakan di dalam ruang belajar/bimbingan, sebaiknya KKS diajarkan di lingkungan yang sesuai dengan materi bimbingan, atau yang menyerupai lingkungan sebenarnya. Misalnya, keterampilan memasak diajarkan di dapur dan atau lingkungan yang menyerupai dapur. 6

J. Langkah khusus dalam memberikan bimbingan KKS a. Siapkan bahan dan alat yang dibutuhkan sebelum bimbingan KKS dimulai. b. Ajarkan keterampilan berdasarkan urutan langkah yang telah di urai sebelumnya (task analisys) dalam lembar kerja. c. Orientasikan kelayan ke aspek yang ada hubungannya dengan bimbingan KKS. d. Yakinkan diri anda adalah pembimbing KKS dan yakinkan pada kelayan bahwa materi yang diberikan berguna, aman, tidak merusak alat serta sedikit kemungkinan terjadi kesalahan. e. Awasi setiap kelayan selama melakukan kegiatan KKS. Jelaskan dan bimbing dimana kelayan memerlukan. f. Lakukan evaluasi dan tindak lanjut, hargai sekecil apapun usaha kelayan dalam mewujudkan KKS. K. Merancang KKS. Untuk merancang KKS pembimbing perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Melaksanakan observasi KKS yang dilakukan oleh orang awas dalam berbagai kelompok umur. b. Menemukan kesulitan yang akan dihadapi kelayan dalam belajar mewujudkan aktivitas KKS. c. Mengembangkan langkah yang tepat untuk setiap keterampilan dengan berbagai modifikasi yang dibutuhkan. d. Dalam memberikan bimbingan KKS perlu memperhatikan aspekaspek dibawah ini : i. Kondisi dan tingkat kemampuan penglihatannya ii. Kebutuhan kelayan iii. Potensi fisiknya iv. Umur kelayan v. Umur terjadinya kelainan penglihatan 7

vi. vii. Latar belakang pendidikan, keluarga, status ekonomi, dan pekerjaan Lingkungan dan pengalamannya. e. Menjelaskan bagaimana langkah orang awas dalam mempelajari dan melakukan keterampilan tersebut. f. Memberikan keterampilan orientasi dan mobilitas yang relevan untuk mengefektifkan bimbingan KKS. g. Menggunakan keterampilan dengan alat yang dimodifikasi dengan tepat. h. Menyatukan sistem monitoring dan evaluasi dalam program bimbingan. i. Melakukan tindak lanjut dalam rangka mewujudkan kemampuan KKS yang baik. L. Pelaksanaan dan Bimbingan KKS Kegiatan dan program bimbingan KKS pada kelayan didasarkan atas hasil assesmen terhadap kelayan. Assesmen merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis untuk mengetahui tentang apa yang dimiliki, apa yang belum dimiliki, dan apa yang dibutuhkan kelayan dalam program KKS tersebut. Dengan demikian program dan proses bimbingan KKS pada setiap kelayan dapat berbeda baik waktu yang dibutuhkan, jenis program, maupun cara dan strategi yang diberikan. Dalam pelaksanaannya, pembimbing KKS akan melakukan kegiatan dengan urutan sebagai berikut: 1. Melakukan assesmen terhadap setiap kelayan 2. Menetapkan tujuan 3. Menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk mencapai tujuan. 4. Menetapkan kriteria keberhasilan 5. Melakukan monitoring dan evaluasi 6. Menetapkan tindak lanjut program berikutnya. 8

Pembimbing diberi keleluasaan untuk menentukan sendiri metode, waktu, alat bantu dan tempat latihan yang dibutuhkan dalam kegiatan bimbingan KKS. Di samping itu, pembimbing melakukan penyesuaianpenyesuaian materi yang akan diberikan dengan kondisi dan lingkungan setempat. Adapun kompetensi dasar, indikator, serta materi bimbingan dapat dilihat pada uraian tentang materi kurikulum KKS. 9